Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

METODOLOGI PENGEMBANGAN JASMANI ANAK USIA DINI

“ILMU COACHING”

Dosen Pengampu: Drs. Delrefi D.

Disusun Oleh:

Amanah Repormasi A1I017049

Zelsabil Savira A1I017051

Pranindah Hanny A1I0117053

Nurul Qomariyah A1I017055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019

KATA PENGANTAR
Assalamuaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu, 16 September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Coaching.................................................................................


2.2 Prinsip Coaching.....................................................................................
2.3 Rapport Coaching
2.4 Model Coaching......................................................................................
2.5 Langkah-langkah Coaching .....................................................................
2.6 Latihan Olahraga untuk anak asia dini.....................................................
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan
gerak (meningkatkan kualitas hidup). Prinsip gerak merupakan subdisiplin
yang telah menekankan pada investigasi atau penelitian mengenai prinsip-
prinsip perilaku gerak manusia. Secara lebih Ma’mun dan Saputra (2000)
menjelaskan bahwa perilaku gerak itu lebih menekankan pada prinsip-prinsip
keterampilan gerak manusia yang dihasilkan pada tahap perilaku analisis.
Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang
sifatnya periodik artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan
membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial.
Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas
emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya
bersosialisasi dengan lingkungannya nyata. Pemahaman dan perilaku sehat
sudah harus ditanamkan sejak usia dini.
Usia dini yang lazim diartikan pada kisaran 0-8 tahun memang merupakan
usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
pengembangan intelegensi seorang anak. Tujuan utama pendidikan usia dini
adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal yang
meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial secara menyeluruh.
Seperti dikemukakan oleh Rahman (2005:6) bahwa secara umum
tujuan program pendidikan usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal dan meyeluruh sesuai dengan norma-
norma dan nilai kehidupan yang di anut. Melalui program pendidikan yang
dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan segenap potensi
yang dimiliki dari aspek fisik, sosial, moral, emosi, kepribadian dan lain-lain.
Dengan begitu anak diharapkan lebih siap untuk belajar lebih lanjut. Bukan
hanya belajar secara akademik di sekolah, melainkan juga sosial, emosional,
dan moral di semua lingkungan.
Secara operasional, praktik pendidikan usia dini sebaiknya berpusat pada
kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan,
dan kemampuan anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting.
Pendidik harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang
beragam. Pengertian pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru
saja, tetapi juga orangtua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan
lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Program latihannya pun harus disesuaikan dengan karakter perkembangan
anak yang masih dalam taraf bermain. Selain itu program latihan harus
disusun secara multilateral sehingga anak mempunyai kemampuan yang
bermacam-macam walaupun pada akhirnya disalurkan pada salah satu cabang
olahraga tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Coaching?
2. Bagaimana Prinsip Coaching?
3. Bagaimana Model Coaching?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Coaching?
5. Bagaimana aplikasi coaching pada anak usia dini?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu coaching, prinsip
coaching, model coaching, langkah coaching, dan aplikasi coaching untuk anak
usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Coaching


Coaching merupakan salah satu teknik untuk menciptakan tim kelas
bintang. Teknik coaching adalah suatu proses pengarahan untuk menghadapi
realitas lingkungan pekerjaan dan membantu menghilangkan kendala-kendala
untuk mencapai kinerja yang optimal.Memimpin tim kecil seringkali membuat
kita perlu untuk bisa menjadi seorang coach bagi orang yang kita pimpin.

Sekarang pengertian  “coaching” telahberkembang dalam berbagai


bidangprofesi. Berikut ini beberapa pengertian coaching (Atmonadi, 2016), antara
lain:

1. Coaching adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan, membantu orang-


orang menjalankan kehidupan yang utuh.
2. Coaching dipahami sebagai suatu median yang penuh tenaga untuk
meningkatkan kinerja, mencapai hasil dan mengoptimalkan efektivitas
pribadi seseorang.
3. Coaching terfokus demi kemajuan akan penemuan.
4. Coaching adalah upaya membantu seseorang berubah sejalan dengan yang
diharapkan, menolong berjalan kearah yang diinginkan.
5. Coaching adalah percakapan yang disengaja, secara berkesinambungan,
untuk memberdayakan seseorang atau kelompok.

2.2 Prinsip Coaching


O’Connor dan Lages (Atmonadi, 2016) mengemukakan 4 (empat) prinsip
dalam proses coaching, yaitu :
a) Perubahan (change). Dalam percakapan coaching harus mengacu pada
sebuah aksi yang dapat mengubah kondisi awal ke kondisi yang lebih
baik, sesuai dengan tujuan yang diinginkan pihak yang coachee.
Biasanya ukuran keberhasilan sebuah percakapan coaching adalah pada
dampak yang dihasilkan setelah coachee melakukan tindakan nyata,
untuk memecahkan masalahnya.
b) Kepedulian (concern). Seorang coach akan menanyakan apa yang
menjadi kepedulian coachee. Kepedulian coachee biasanya menyangkut
isu-isu yang mau dibicarakan, harapan atau sasaran apa yang mau
dicapai. Coach terlebih dahulu harus yakin bahwa coachee
membutuhkan pemecahan masalah. Coachee adalah orang yang
membutuhkan coach, bukan coach membutuhkan coachee, walaupun
dalam proses coaching kedua-duanya harus saling berinteraksi.
c) Pembelajaran (learning). Selain tujuan akhir tercapai, coachee perlu
memiliki pengalaman belajar ketika sedang menghadapi masalah.
Pengalaman belajar yang paling penting di antaranya ialah: belajar
merefleksikan pemikiran-pemikiran sendiri, belajar menemukan sendiri
jawaban-jawaban yang muncul dari hasil analisa dan refleksi
pribadinya, dan belajar merayakan penemuan-penemuan kecil yang
dihasilkan untuk pengembangan diri di masa yang akan datang.
d) Hubungan (relationship). Selalu melibatkan dua orang yakni coach dan
coachee. Coaching tidak akan pernah terjadi bila salah satu dari dua
orang ini tidak hadir. Oleh sebab itu, kedua orang ini harus menjalin
sebuah hubungan yang baik, menyenangkan, saling mempercayai,
saling menjaga rahasia percakapan, dan tetap saling menghormati.
Semakin baik relasi kedua orang ini, semakin baik pula suasana dan
hasil sebuah percakapan coaching.

Ada 6 (enam) P yang dikenal dalam melakukan  coaching, sebagai berikut:


1. Purpose (Tujuan), yaitu setiap coaching yang dilakukan seorang coach
perlu menegaskan pentingnya isu atau hal yang diangkat dalam coaching
ini. Sehingga akan tercipta kesamaan pemahaman bahwa coaching yang
dilakukan memang penting dan bermanfaat.
2. Process (Proses), yaitu seorang coach memberikan bagaimana proses
melakukannya secara step by step. Misalnya sewaktu saya melatih tim
sales, saya memberikan penjelasan tentang garis besar tentang proses
membuat slide efektif, jika ada pertanyaan maka jawablah pada saat itu
juga sehingga menjadi clear.
3. Picture (Gambaran), yaitu memeragakan bagaimana cara melakukannya.
Jika kita seorang pemimpin atau coach, maka ini termasuk hal penting di
mana kita memeragakan proses yang kita ajarkan agar lebih dipahami.
Seperti mengajarkan memasak, maka kita perlu untuk memeragakan
teknik memasak tingkat tinggi sehingga lebih mudah untuk dilakukan.
4. Practice (Praktek), saat kita sudah memberikan contoh saatnya kita
melakukan pengawasan pada coachee kita apakah yang diperagakan sudah
sesuai dan memenuhi ekspektasi atau tidak. Evaluasilah performa dan
kinerja coachee dan pandu bagaimana mereka bisa melakukannya dengan
lebih baik lagi.
5. Point of Feedback (Umpan balik), ini setelah kita melakukan
pengawasan dan evaluasi, maka selanjutnya adalah
memberikan feedback. Contoh saat melatih sebuah tim sales tentang
merumuskan target penjualan pekanan masih ada yang membuatnya tidak
spesifik, maka diberikan feedback agar lebih spesifik dan terukur.
6. Proceed on Next Path (Proses lanjut), langkah ini adalah langkah
terakhir di mana kita membuat kesepakatan dengan coachee, apa langkah
selanjutnya yang ingin dicapai?. Misal yang tadinya hanya
melakukan coaching tentang teknik presentasi, coachee ternyata meminta
lebih lanjut untuk coaching teknik pembuatan slide, menjaga penampilan
dan authority, dan banyak lagi. Ini bukan hanya bermanfaat
untuk coachee, namun juga jika coach belum menguasai the next
path, otomatis akan dipaksa belajar ilmu yang lebih baru.

2.3 Rapport Coaching


Dalam proses coaching, coach harus membangun hubungan yang baik
dengan coachee. Ini akan membuat coachee menjadi nyaman dan percaya
kepada coach. Rapport perlu dimulai dari awal kontak antara
coacheedengan coach dan dipertahankan selama proses coaching.Cara yang dapat
dilakukan seorang coach untuk membangun rapport adalah pacing dan leading.
Pacing adalah melakukan penyelarasan antara coach dengan coachee dengan cara
memasuki “modeldunia” coachee dan membangun kesamaan;
sedangkan leading adalah membimbing  coachee kearah tujuan yang
diinginkan coach dengan menggunakan pengaruh yang diperoleh dari
proses pacing.
1.2 Perceptual position.
Perceptual position adalah tehnik membantu seseorang memahami
bagaimana memandang orang lain dan mengalami berada pada posisi persepsinya.
Untuk lebih memahami realitas internal coachee, Coach harus melihat coachee
dan masalahnya dari 3 perspektif,yaitu dari sudut pandang coach (diri sendiri),
coachee (pihak kedua), dan observer (pihak ketiga).
 Menciptakan situasi YesSet
Situasi YesSet adalah kondisi dimana coachee mengiyakan pernyataan dari
Coach, tanpa memberikan respon. Kondisi ini akan membuat coachee berada
pada kondisi menerima coach.
 Menyamakan Kata Indrawi (Visual, Auditori, Kinestetik)
Kalau coachee menggunakan kata-kata berbasis visual, misalnya kelihatannya,
nampaknya, atau menggunakan kata-kata berbasis auditori seperti
kedengarannya, atau kata-kata berbasis gerakan (kinestetik) seperti saya coba
atau aktivitas fisik, maka dalam proses coaching, coach juga menggunakan
kata-kata yang sama dengan coachee.
 Penyamaan Bahasa tubuh
Coach melakukan penyamaan bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh coachee.
Gaya tubuh ini meliputi postur tubuh, gestur, mimik muka, kualitas suara.
 Penyamaan Kata Kunci
Dalam proses coaching, coach harus memperhatikan kata-kata kunci yang
diucapkan oleh coachee. Kata-kata kunci tersebut bias merupakan kata-kata
yang diulang-ulang, yang ditekankan oleh coachee, atau kata-kata yang
berbentuk nilai-nilai.
2.2 Pace the Emotion
Coach melakukan paraphrase saat coachee mengucapkan kalimat atau
frase yang emosional. Contoh coachee menyatakan: “Saya merasa karier saya
mentok”, coach lalu menyatakan: “Benar,orang memang bisa merasa mentok
dalam kondisi seperti itu”.

2.4 Model Coaching


Ada beberapa model dalam proses coaching antara lain model FUEL yang
dikembangkan oleh John H. Zenger dan Kathleen Stinnett, model COACH oleh
Ian Flemming dan Allan Talylorda, model GROW yang diperkenalkan oleh John
Whitmore.
a) Model FUEL. Model FUEL terdiri atas:
 Frame the conversation–Menetapkan kerangka konteks atau tema
bersama.
 Understand the current state–Menggali kondisi dan masalah yang
sedang terjadi.
 Explore the desired state–Mengartikulasi visi keberhasilan dan
eksplorasi alternatif solusi masalah.
 Lay out a success plan–Mengidentifikasi langkah-langkah spesifik
untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan tindak lanjut.

b) Model COACH. Model COACH terdiri atas:


 C : Competency atau kompetensi, yaitu mempertimbangkan kondisi
kinerja saat ini.
 O : Outcomes atau hasil, yaitu menetapkan hasil yang diharapkan dari
belajar
 A : Action atau tindakan, yaitu menetapkan bersama strategi dan cara
melaksanakan tindakan
 CH : Checking atau memeriksa, yaitu memberikan umpan balik dan
mereview apa yang sudah dipelajari.
c) Model GROW.  
GROW merupakan model coaching asli yang dikembangkan oleh Sir John
Whitmore. GROW adalah singkatan dari Goal, Reality, Options, dan Will.
 G : Goalatau tujuan, yaitu merupakan tahapan pertama
dalam coaching untuk menentukan apa yang ingin dicapai. Dengan
mengetahui tujuan yang ingin dicapai, kita dapat menentukan jalur
atau arah yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
 R : Reality atau realitas, yaitu merupakan eksplorasi tentang
keberadaan coachee Pada tahap ini coachee didorong untuk
menemukan kebutuhan yang perlu diungkapkan dan dianalisis.
Penggalian secara mendalam terhadap realitas merupakan kunci
keberhasilan coaching.
 O : Optionsatau opsi, yaitu merupakan tahap lanjutan
setelah coachee menemukan realitas pada tahap sebelumnya. Dengan
adanya realitas yang telah dikembangkan sebelumnya, coachee dapat
menentukan opsi atau pilihan-pilihan yang cocok untuk dilakukan.
 W : Will atau kemauan, yaitu mencakup tindakan apa yang akan
diambil oleh coachee. Ketiga tahap sebelumnya bertujuan untuk
menciptakan kesadaran. Setalah kesadaran
dicapai, coachee mendapatkan kejelasan yang lebih tinggi, yang pada
gilirannya coachee dengan sendirinya termotivasi untuk mengambil
tanggung jawab terhadap perubahan yang akan dilakukan.

2.5 Langkah-langkah Coaching secara umum


 Langkah 1, adalah membantu coachee melakukan obersevasi terhadap
kinerja dan perilakunya sendiri.Dengan memberikan pertanyaan kepada
coachee yang sedang di-coach sebagai berikut:

 Apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan aktivitas atau tugas
yang lalu?
 Apa yang sudah anda lakukan dengan tugas tersebut?
 Ceritakan dengan project yang anda pimpin?
 Langkah 2 adalah membantu coachee menganalisis kinerjanya sendiri.
Dengan memberikan pertanyaan kepada coachee sebagai berikut”

 Apakah anda puas dengan yang terjadi?


 Apakah anda senang dengan hasilnya?
 Apakah anda merasa apa yang terjadi sesuai dengan harapan?
 Apakah jika disesuaikan dengan standar atau target project anda
merasa cukup?

 Langkah 3 adalah bagaimana seorang coach, mendorong coachee untuk


berpikir menemukan solusi sesuai dengan potensi dan kompetensinya. 
Dengan memberikan pertanyaan kepada coachee sebagai berikut:
 Apa yang akan anda lakukan berkaitan dengan hasil ini?
 Apakah anda akan mengerjakan project ini dengan cara yang
sama atau berbeda untuk mencapai hasil yang diinginkan?
 Apa ide-ide anda untuk mengatasi masalah yang anda sampaikan
tadi?

Dengan ketiga langkah sederhana di atas, dan jika dilakukan secara


konsisten maka proses coaching tidak harus dilakukan dengan kondisi yang
formal. Teknik coaching ini bahkan bisa diaplikasikan dalam situasi informal
yang tidak mengancam dan mengintimidasi..

2.6 Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas baik secara fisik,
psikis, sosial, moral, dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa
yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Karena masa
kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian
yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya maka
pemahaman tentang karakteristik anak usia dini menjadi mutlak
adanya bila ingin memiliki generasi generasi yang mampu
mengembangkan diri secara optimal.
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Secara rinci
menurut Rahman (2005 : 33-37) karakteristik diuraikan sebagai berikut.
1. Usia 0-1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan yang luar
biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Beberapa karakteristik anak
usia bayi dapat dijelaskan antara lain: 1) Mempelajari keterampilan motorik
mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. 2)
Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau
mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap dengan
memasukkan setiap benda ke dalam mulutnya. 3) Mempelajari komunikasi
sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontak sosial dengan
lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

2. Usia 2-3 tahun


Anak usia dini ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan
masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang
pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara
lain: 1) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di
sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar
yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda apa saja
yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. 2) Anak mulai
mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh,
kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. 3) Anak
mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan
pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia, sebab emosi bukan
ditentukan oleh bawaan, namun lebih banyak pada lingkungan.

3. Usia 4-6 tahun


Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain: 1) Berkaitan dengan
perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal
tersebut sangat bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun
besar. 2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mempu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikiran
dalam batas-batas tertentu. 3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat
pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap
lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dari seringnya anak menanyakan segala
sesuatu yang dilihat. 4) Bentuk permainan masih bersidat individu, bukan
permainan sosial walaupun aktivitas bermain dilakukan secara bersama.

4. Usia 7-8 tahun


Karakteristik perkembangan anak usia 7-8 tahun antara lain: 1)
Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi
kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. 2)
Perkembangan sosial, anak mulai melepaskan diri dari otoritas orang tuanya.
Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar
rumah dan bergaul dengan teman sebayanya. 3) Anak mulai menyukai
permainan sosial. 4) Perkembangan emosi anak sudah mulai terbentuk dan
tampak sebagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada
taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan
hasil.
Anak usia 3-5 tahun anak sudah mampu melakukan kegiatan-kegiatan
yang bersifat menggunakan kemampuan motorik kasar. Pada anak usia 5-8
tahun perkembangan anak biasanya pertumbuhan fisik telah mencapai
kematangan, anak telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangan. Anak
juga telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi
tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Dari perbedaan kemampuan motorik tersebut dapat di gunakan sebagai
bahan pertimbangan guna menyusun program latihan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak pada usia tersebut.
MULTILATERAL PADA ANAK USIA DINI

Konsep dasar dari program latihan bagi anak usia dini adalah
multilateral dan permainan. Oleh karena itu berbagai kegiatan olahraga harus
diajarkan agar anak memiliki kemampuan fisik secara menyeluruh. Aspek
latihan yang perlu dikembangkan pada anak usia muda adalah terutama
keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar
yang baik. Berikut ini adalah program latihan bagi anak usia dini selama 9
bulan.
Tabel Program Multilateral Pada Usia Dini

Bulan I Bulan 2 Bulan 3


Minggu 1- Organisasi: Minggu 5- Minggu 7- permainan dan
Aturan, Tanda-tanda Permainan dan olahraga: berlari, dan
dan olahraga: menendang. Minggu
formasi Mengidentifikasi 8- permainan dan
Minggu 2- Kesegaran : bagian-bagian tubuh, olahraga: ketrampilan
latihan tes melempar dan manipulatif. Minggu
Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
Minggu 11- aktivitas Minggu 15- senam: Minggu 19-
ritmik: berguling olahraga dan
bergerak ke lirik Minggu 16- senam: permainan:
dan aksi kite. Minggu pertunjukan keterampilan
12- Aktivitas ritmik: ketangkasan Minggu lokomotor.
rythim stisks 17- Kebugaran: tes Minggu 20- olahraga dan
Minggu 13- Minggu 18- olahraga permainan:
Senam: dan keterampilan
Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9
Minggu 23- kebugaran: Minggu 27- kesehatan: Minggu 31- pelajaran
bertanding konsep kesehatan kelas
Minggu 24- aktivitas Minggu 28- senam: Minggu 32- pelajaran
ritmik: peralatan kelas
aktivitas tali kecil Minggu 33- bersenang-
senang dan memilih
Dari tabel di atas dapat sedikit dijabarkan dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Pengenalan Organisasi, Aturan-aturan, dan Formasi.
Salah satu permainan yang dapat digunakan untuk mengenalkan
organisasi, aturan-aturan dan formasi adalah permainan pulau di tengah
lautan. Sasaran dari permainan ini adalah: a. Mengidentifikasi
keselamatan dan belajar dari manfaat mengikuti aturan, b. Mengidentifikasi
petunjuk dari kelas, c. Belajar
Pemanasan yang dilakukan sebelum melakukan permainan dengan cara
menjelaskan bahwa karpet di ibaratkan pulau, masing-masing anak
memiliki pulaunya sendiri dan sangat kecil. Setiap anak harus berusaha untuk
tetap kering dengan tetap berada dalam potongan karpet. Setelah anak
melakukannya kemudian diberikan aba-aba bergerak dan posisi berdiri, jalan,
jongkok, berlutut, berdiri dan memegang ujung jari, melompat, berbalik dan
duduk namun anak harus tetap berada dalam karpet. Apabila anak mampu
melakukan dengan baik maka harus diberikan pujian kepada anak tersebut.
Inti dari permainan ini adalah: a. Menjelaskan tentang informasi formasi.
Jika ada perintah informasi formasi, anak menjalankan dan membentuk
kelompok (misalnya ber-3, ber-4 atau ber-5). Setelah melakukan beberapa kali
maka anak tetap pada formasi kemudian duduk dan dijelaskan maksud dari
informasi-informasi yang diberikan apabila dikaitkan dalam olahraga. b.
Menjelaskan pentingnya aturan dan menanyakan apakan pentingnya aturan itu
seperti apa yang terjadi jika tidak ada aturan, dan apa aturan yang harus
dimiliki dalam pendidikan jasmani agar selamat dan c. Menjelaskan dan
meminta menulis tentang aturan-aturan dalan pendidikan jasmani seperti
tangan diam, berhati- hati, mendengarkan dan melihat untuk petunjuk
berhenti, baik (tidak berkelahi), mendengarkan dan mengerjakan, dan
melakukan yang terbaik.

2. Latihan Kebugaran.
Latihan kebugaran dilakukan sebanyak 2 kali. Masing-masing latihan tersebut
adalah:
a. Latihan Kebugaran 1

1) Sasaran: a) Latihan kelenturan, b) Latihan kebugaran lari, c)


Menjelaskan pentingnya latihan dan pemanasan sebelum tes, d)
Mendemonstrasikan hubungan ketika latihan dan kelenturan.
2) Pemanasan: a) Berdiri tegak dan menyentuhkan tangan pada kaki dengan
kaki tetap lurus, dan b) Tidur telungkup kemudian membungkukkan badan
dan kaki berjalan pelan ke tangan,
3) Kegiatan yang dilakukan : a) Melakukan latihan tes kelenturan dengan
duduk kaku diluruskan dan membungkukkan badan semaksimal mungkin dan
berhenti

sampai terasa sakit, dan b) Latihan lari sejauh 400 m dengan lintasan di
buat memulai dan menghentikan sinyal, d. Bergerak ke informasi formasi dan
petunjuk, dan e. Bergerak dengan batasan-batasan. Sedangkan peralatan yang
digunakan adalah Potongan karpet per anak dan 5-10 kantong kcl.
bujur sangkar. Pelaksanaan lari dilakukan 4 kali. Setiap lari 100 m sampai
ujung lintasan. Dilakukan sampai akhirnya berlari sejauh 400 m.
4) Penutup: a) Menjelaskan manfaat latihan tes baik kelenturan maupun
lari

(cardio respirasi)
b. Latihan tes kebugaran 2
1) Sasaran: a) Latihan melakukan sit up yang benar, b) Latihan melakukan
push up yang benar, dan c) Bekerjasama dengan melihat teman yang
melakukan sit up dan push up.
2) Kegiatan: a) Push up: dimulai dengan tidur telungkup dan
meletakkan jari kaki dan tangan disamping dada, meluruskan lengan dan
mempertahankan badan tetap lurus, dan melakukan push up secara
berpasangan dan saling mengamati. b) Sit up: melakukan sit up secara
pelan dengan tungkai di tekuk dan tangan disilangkan menempel di
dada. dan merasakan otot yang bekerja.
3) Penutup: mendiskusikan pentingnya melakukan push up dan sit up
dengan anak dan memberi penguatan tentang sit-up dan push-up.
3. Latihan Circuit Trainning

a. Sasaran: 1) mendemonstrasikan cirkuit kebugaran 1, 2) menjelaskan


bahwa latihan yang baik dilakukan minimal 3 kali seminggu, dan 3)
Menjelaskan kebugaran jasmani berarti mempunyai energi yang
cukup untuk bergerak seharian dan sehat.
b. Pemanasan:1) Melakukan pemanasan rutin yang mencakup Streching body
standing (16 hitungan), rag doll (16 hitungan, side lunges (16 hitungan),
knee dips (16 hitungan), airplane circle: Putar ke depan 8 hitungan dan
putar ke belakang 8 hitungan masing-masing dilakukan 2x8 hitungan. 2)
Menjelaskan bahwa akan melakukan latihan dengan berganti aktivitas dengan
sangat pelan kemudian dilakukan lagi dengan menambah kecepatan dan
akhirnya akan dilakukan sampai dengan cepat sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
c. Latihan circuit training 1 yang meliputi: stasion 1: Jumping jack,stasiun
2: airplane circles, stasiun 3: sit up, stasiun 4: crab walk, stasiun 5: push up,
stasiun 6: rope jump. Pengulangan latihan : 1) Ronde 1: waktu masing-
masing stasiun 15 detik dan waktu istirahat 15 detik , 2) Ronde 2: waktu
masing-masing stasiun 20 detik dan waktu istirahat 15 detik, 3) Ronde 3:
waktu masing-masing stasiun 25 detik dan waktu istirahat 15 detik, 4)
Ronde 4: waktu masing-masing stasiun 30 detik dan waktu istirahat 15 detik,
Adapun latihan yang dilakukan pada circuit training 1 seperti pada gambar di
bawah ini:

Gambar 1. Circuit Training 1


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)

d. Latihan circuit trainning 2 yang meliputi: 1) Stasion 1: lari zig-zag, 2)


Stasiun 2: hip rais, 3) Stasiun 3: line jump, 4) Stasiun 4: trisep push up, 5)
Stasiun 5: agility run dan 6) Stasiun 6: crunches
Adapun latihannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 2. Circuit Training 2
(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)

4. Permainan dan Olahraga

Dalam kegiatan permainan dan olahraga perencanaan yang dilakukan


meliputi latihan keterampilan. Adapun latihan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan bagian tubuh anak.

Peralatan yang digunakan adalah kantong kecil yang diisi dengan kapas.
Pemanasan yang dilakukan adalah dengan melempar kantong-kantong dengan
lemparan zig-zag secara berpasangan seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3. Pengenalan Bagian Tubuh 1
(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)
Setelah melakukan pemanasan, anak disuruh memegang kantong dan atas
perintah meletakkan kantong tersebut ke bagian-bagian tubuh anak (misalnya
kepala, bahu, tangan, kaki dll) kemudian anak menyebutkan bagian tubuh
tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan berjalan ataupun di tempat. Kegiatan
ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 4. Pengenalan Bagian Tubuh 2


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)

b. Melempar, Menangkap dan Melambungkan kantong

Melakukan lempar dan tangkap melewati tali. Pada lempar dan tangkap
awal dilakukan tanpa menggunakan aturan. Setelah beberapa kali dilakukan
kemudian digunakan aturan untuk melempar dengan tangan kanan (kecuali
kidal) dan menangkap dengan tangan kiri. Kegiatan ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 5. Melempar, Menangkap dan Melambungkan Kantong 1
(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)

Selain menggunakan tali, lempar tangkap dapt pula dilakukan dengan


menggunakan sinpai atau dengan pengungkit yang di injak sendiri agar
kantong bisa melayang kemudian ditangkap.

Gambar 6. Melempar, Menangkap dan Melambungkan Kantong 2


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)

Setelah anak melakukan lempar tangkap dengan menggunakan kantong,


kemudian dilanjutkan dengan menggenakan bola busa, bola tenis dan
akhirnya bola tenis. Dengan demikian tingkat kesulitan akan selalu
bertambah dan kesiapan untuk mempelajari permainan softball akan semakin
tinggi.
c. Keterampilan lokomotor denga
rintangan.

Pada aktivitas ini anak melakukan kegiatan berjalan, berlari, dan melompat
selama 20 menit dengan rintangan yang sudah ditentukan seperti pada gambar
dibawah ini: Rintangan 1:

Gambar 7. Keterampilan Lokomotor dengan rintangan 1


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R., 2000)

Rintangan 2: dilakukan selama 5 menit


Gambar 8. Keterampilan Lokomotor dengan rintangan 2
(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R., 2000)

Rintangan 3: melakukan gerakan lokomotor dengan merubah arah

Gambar 9. Keterampilan Lokomotor dengan rintangan 3


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R.,
2000)
d. Aktivitas senam.

1) Senam dengan berpasangan

Gambar 10. Aktivitas Senam 1


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R., 2000)

2) Senam dengan alat kecil

Gambar 11. Aktivitas Senam 2


(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R., 2000)

3) Dengan alat besar


Gambar 12. Aktivitas Senam 3
(Sumber: Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R., 2000)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Olahraga dalam bingkai pendidikan merupakan manifestasi bentuk
aktivitas gerak yang memberikan pengalaman motorik, sosial-budaya, dan
mampu untuk mengembangkan kognisi-afeksi anak pada usia awal. Pemberian
program latihan yang benar dan tepat akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencapaian prestasi jangka panjang tanpa mengabaikan
usia pertumbuhan dan perkembangan anak.

3.2 SARAN

Menurut kami ilmu coaching sangat berguna untuk pendidikan anak usia dini,
karena pendidikan jasmani termasuk pendidikan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan perkembangan fisik motorik pada anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. (1994). Dasar-Dasar Pendidikan


Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dahlan, Djawad. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth.B. (1978). Child Development (Sixth Edition). Indonesia:
Erlangga.
Thomas. Katherine T.. Lee. Amelia M..Thomas. Jerry R. (2000). Physical
Education For Children: Dailly Lesson Plans for Elementary School-2nd ed.
United Stated: Human Kinetic.

Ma’mun, Amung dan Saputra, Yudha M..(2000). Perkembangan Belajar Gerak


dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Penddikan dan Kebudayaan.

Rahman, Hibawa S., (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: PG

Anda mungkin juga menyukai