Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ENERGI SURYA
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
SISTEM OFF GRID DENGAN KAPASITAS 2 KWP

Mata Kuliah :
Energi Surya

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Aris Ansori, S.Pd., M.T.

Disusun Oleh :
1) Anggi Dwi Yulianto (18050754041)
2) Arif Yusuf Maulana (18050754045)
3) Muhammad Riko Juliano (19050754012)
4) Muhammad Eka Abdul Gofar (19050754015)
5) Achlun Nazhar Bhanuaji ( )

S1 TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat allah SWT , karena dengan


rahmatNya diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Makalah
Energi Surya Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem Off
Grid dengan Kapasitas 2 KWP. Sebagai seorang mahasiswa yang mengambil
mata kuliah Energi Surya tentunya harus dapat memahami mata kuliah ini dengan
baik dan terutama kami tentu saja harus lebih memahami mengenai mata kuliah
ini. Semoga dengan selesainya makalah ini, dapat pula memberikan hasil yang
maksimal. Harapan kami, semoga makalah yang sudah kami susun ini dapat
memberikan hasil terbaik dan memberikan manfaat bagi semua pihak.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir katakami berharap semoga Makalah Energi Surya Perencanaan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem Off Grid dengan Kapasitas 2
KWP ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 10 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................11


A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Konversi cahaya matahari..............................................................7


Gambar 2. 2 Semikonduktor p dan n...................................................................7
Gambar 2. 3 Semikonduktor setelah disambung.................................................8
Gambar 2. 4 Daerah deplesi................................................................................8
Gambar 2. 5 Timbulnya medan listrik................................................................9
Gambar 2. 6 Proses konversi...............................................................................9
Gambar 2. 7 Proses konversi cahaya matahari..................................................10
Gambar 2. 8 Rangkaian uji coba arus................................................................11
Gambar 2. 9 Proses konversi energi cahaya menjadi energi listrik..................11
Gambar 2. 10 Skeme PLTS sistem off-grid......................................................12
Gambar 2. 11 Skeme PLTS sistem on-grid.......................................................13
Gambar 2. 12 Skema PLTS sistem hybird........................................................14
Gambar 2. 13 Konfigurasi PLTS solar home system........................................14
Gambar 2. 14 Konfigurasi PLTS komunal........................................................15
Gambar 2. 15 Lapisan panel surya....................................................................17
Gambar 2. 16 Panel jenis monocrytaline..........................................................17
Gambar 2. 17 Panel jenis polycrystaline...........................................................18
Gambar 2. 18 Panel jenis thin film....................................................................19
Gambar 2. 19 Solar charge controller tipe MPPT.............................................20
Gambar 2. 20 Solar charge controller tipe PWM..............................................21
Gambar 2. 21 Baterai.........................................................................................21
Gambar 2. 22 Inverter.......................................................................................23
Gambar 2. 23 MCB DC.....................................................................................24
Gambar 2. 24 Combiner box.............................................................................24
Gambar 2. 25 Kabel NYM................................................................................25
Gambar 2. 27 Mounting system........................................................................26
Gambar 3. 1 Tampak depan instalasi menara suar............................................29
Gambar 3. 2 Tampak depan instalasi menara suar............................................29
Gambar 3. 3 Diagram alir perencanaan.............................................................30

3
Gambar 3. 4 Pengaturan lahan bangunan (HelioScope)....................................32
Gambar 3. 5 Pengaturan modul.........................................................................33
Gambar 3. 6 Pengaturan bangunan atau pohon penghalang.............................34
Gambar 3. 7 Simulasi energi dan bayangan......................................................34
Gambar 4. 1 Setingan pada HelioScope............................................................44
Gambar 4. 2 Total panel yang dapat terpasang.................................................44
Gambar 4. 3 Tampak samping bangunan..........................................................45
Gambar 4. 4 Kalkulasi shading pertama...........................................................45
Gambar 4. 5 Kalkulasi shading kedua...............................................................46
Gambar 4. 6 Wiring sistem PLTS off grid........................................................57

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan energi listrik akan terus berkembang seiring


berkembangnya teknologi di Indonesia. Namun seiring dengan hal tersebut, dapat
menimbulkan masalah dalam penyediaannya. Memikirkan bagaimana prospek di
masa depan, maka perlu dikembangkan sumber energi baru-terbarukan dan ramah
lingkungan (minim polusi) seperti biomassa, tenaga angin, tenaga air dan tenaga
surya.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
17.504 pulau dan sekitar 62% dari luas wilayah Indonesia adalah laut dan
perairan. Untuk menghubungkan antar pulau dibutuhkan mode transportasi seperti
kapal atau perahu. Dengan kondisi geografis seperti ini membuat intensitas
pelayaran di Indonesia sangat sibuk, belum lagi ditambah penduduk di wilayah
pesisir yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini mengakibatkan
tingginya kemungkinan kecelakaan di laut. Ini dikarenakan kurangnya peralatan
navigasi berupa Menara suar atau mercusuar.
Mercusuar di Bulukumba sudah menggunakan aliran listrik PLN, akan
tetapi karena daerah tersebut jauh dari pusat kota, sehingga aliran listrik masih
belum stabil, mengakibatkan masih sering terjadi pemadaman listrik. Padahal
fungsi mercusuar yang sangat vital sebagai alat penerangan dan sebagai penanda
kapal atau perahu sudah dekat dengan daratan, oleh karena itu mercusuar harus
selalu bekerja setiap malam tanpa ada gangguan teknis. Untuk menghindari
pemadaman, mercusuar dipasang genset sebagai bantuan catu daya energi dikala
listrik padam. Akan tetapi, ketersediaan bahan bakar didaerah ini masih minim,
sehingga harganya dinaikkan dari normal. Solusi dari keadaan ini adalah perlunya
sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, sensitivitas lokasi yang rendah
dan sumber daya yang tinggi seperti energi matahari.
Melihat dari permasalahan yang ada, pada skripsi ini akan dibahas
mengenai perencanaan penggunaan PLTS pada instalasi menara suar. Hal ini
dikarenakan PLTS adalah pembangkit yang paling sesuai dengan kondisi
geografis, terutama di lokasi dimana factor logistic dan penyedian bahan menjadi

5
masalah utama
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang ingin


dijabarkan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sistem off


grid sesuai dengan potensi energi, kondisi geografis dan lahan yang
tersedia di daerah instalasi menara suar Bulukumba?
2. Bagaimana cara menetukan kapasitas dan komponen yang akan digunakan
sehingga PLTS sistem off grid tersebut bisa menjadi pembangkit yang
optimal?
3. Berapa biaya yang diperlukan untuk membangun PLTS sistem off grid
yang telah direncanakan?
4. Bagaimana cara agar PLTS sistem off grid yang dibangun dapat memenuhi
syarat kelayakan ekonomi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui desain perancangan yang optimal sesuai dengan
potensi, kondisi geografis dan lahan yang tersedia pada daerah atau
bangunan yang akan dipasang PLTS.
2. Melakukan kajian teknis tentang pembangunan PLTS sistem off grid pada
instalasi menara suar bulukumba sebagai sumber energi alternatif.
3. Untuk mengetahui besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk
membangun PLTS sistem off grid.
4. Dapat mengetahui apakah sistem PLTS yang dirancang layak atau tidak
ditinjau dari segi ekonomi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Dapat dipakai sebagai media pembelajaran teruntuk yang berminat
mengembangkan dan mengkaji pengetahuan tentang potensi energi
matahari sebagai sumber energi alternatif.

6
2. Memberikan sumbangan pemikirian kepada penduduk pesisir tentang
penggunaan PLTS sebagai catu daya listrik.
3. Mengetahui peluang pengehematan energi listrik dengan memanfaatkan
matahari sebagai energi listrik melalui sistem pembangkit listrik tenga
surya (PLTS) off grid.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan

Terkait dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), telah dilakukan


berbagai penelitian dari bebrapa pihak, seperti yang dijelaskan berikut:

Isroq Bahanudin (2018) melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan


PLTS di Stasiun Pengamatan Gunung Rinjani” yang dilakukan dengan system off
grid menerangkan bahwa sistem ini dipilih dikarenakan di Stasiun tersebut sering
terjadinya trip dari jaringan dikarenakan jarak dari gardu induk ketempat tersebut
sangat jauh sehingga tegangan yang diperoleh ditempat tersebut hanya tegangan
sisa, sedangkan kebutuhan listrik di tempat tersebut harus dipasok selama 24 jam,
dikarenakan alat yang digunakan bekerja selama 24 jam. Karena jika alat tidak
bekerja, ini akan menyulitkan bagi pekerja di stasiun tersebut.

Agar PLTS dapat berfungsi secara handal, maka perlu perancangan yang
optimal. Dengan penelitian yang berjudul “Analisis Desain Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Kapasitas 50 WP”, Ramadhan, Diniardi, dan Mukti (2016)
membuat PLTS dengan kapasitas 50 WP, dengan bahan-bahan dan prosedur
sebagai berikut: (1) alat yang digunakan adalah sel surya, untuk mengkonversikan
radiasi sinar matahari menjadi energi listrik (proses photovoltaic); (2) agar energi
surya dapat digunakan pada malam hari, maka pada siang hari energi listrik yang
dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke baterai yang dikontrol oleh regulator; (3)
luaran regulator langsung dihubungkan dengan inverter untuk mengubah arus DC
menjadi AC; (4) photovoltaic dapat dikendalikan secara otomatis, sehingga
posisinya selalu menghadap matahari dan dapat menangkap pancaran matahari
secara maksimal. Dengan bahan-bahan dan prosedur tersebut, penelitian
menemukan bahwa daya keluaran rata-rata PLTS mencapai 38,24 Watt, dan arus
yang diperoleh sebesar 2,49 A.

Dalam rangka menghitung biaya investasi, Fian Hidayat (2018) dalam


jurnal ilmiahnya melakukan penelitian dengan judul “Analisis Ekonomi
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Departemen Teknik

8
Elektro Universitas Diponegoro” menganalisis biaya investasi dan alur kas selama
investasi PLTS, menggunakan beberapa metode, yaitu: Net Present Value (NPV),
Benefit-Cost Ratio (B-CR), Discounted Payback Period (DPP). Serta Menghitung
harga jual energi listrik untuk memperoleh kelayakan investasi.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Energi Terbarukan

EBT atau Energi Baru Terbarukan adalah sumber energi yang ramah
lingkungan dan dapat memperbaharui energi itu sendiri dalam waktu yang
singkat. Beda dengan energi fosil yang membutuhkan waktu lama untuk
memproduksi lagi energi tersebut. Energi baru terbarukan seperti: panas
matahari, panas bumi, angin, air, biofuel, biomassa, biogass dan pasang
surut air laut.
Persoalan energi bukanlah masalah biasa. Energi merupakan komoditas
strategis karena seluruh sistem dan dinamika kehidupan sekarang sangat
bergantung pada ketersediaan energi. Untuk di Indonesia, potensi energi
terbarukan sangat besar dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang
sangat mendukung, salah satunya energi surya.
Potensi energi surya di Indonesia sangat besar tetapi penggunaannya
masih belum optimal. Sumber energi surya yang berasal dari matahari,
membat ketersediaannya dapat diperoleh secara gratis. Energi surya tidak
menghasilkan polusi dan emisi gas sehinnga dapat mengurangi pemanasan
global. Belum lagi jenis pembangkit dari tenaga surya bersifat scala-able
sehingga dapat dibangun di bus, perkantoran, daerah terpencil hingga skala
sangat besar untuk keperluan grid.
2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

PLTS adalah sistem pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi


elektromagnetik menjadi energi listrik melalui konversi sel fotovoltaik.
Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. Semakin
tinggi intensitas radiasi (iradiasi) matahari yang masuk ke sel fotovoltaik,
semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya. Karena listrik seringkali
dibutuhkan sepanjang hari, maka kelebihan daya listrik yang dihasilkan pada

9
siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan kapanpun
untuk berbagai alat listrik. Sel surya terdiri dari lapisan-lapisan tipis dari
bahan semi konduktor silicon (Si) murni dan bahan semikonduktor lainnya.
Sistem fotovoltaik mirip dengan sistem pemanenan air hujan. Jumlah air
yang terkumpul berbeda-beda tergantung cuaca, sehingga terkadang banyak
air yang terkumpul, terkadang tidak sama sekali. Dalam sistem fotovoltaik,
jumlah listrik yang dikumpulkan oleh sistem fotovoltaik bergantung pada
cuaca. Pada hari yang cerah, banyak listrik akan dihasilkan, dan pada hari
yang mendung, lebih sedikit listrik yang dihasilkan.
PLTS pada dasarnya adalah sejenis sumber tenaga, yang dapat dirancang
untuk memenuhi skala kecil hingga besar secara mandiri atau melalui tenaga
hibrida ( digabungkan dengan sumber energi lain) melalui metode
desentralisasi (rumah, generator) atau metode terpusat (didistribusikan oleh
listrik) Permintaan listrik. Jaringan berkabel. ).
2.2.3 Prinsip Kerja Sel Surya

Menggunakan lapisan tipis silikon murni (Si) atau bahan semikonduktor


lainnya dapat mengubah energi matahari menjadi arus searah. Silikon
merupakan bahan yang banyak digunakan karena merupakan unsur yang
banyak ditemukan di alam. Silikon adalah semikonduktor yang sangat
dikenal memiliki sifat logam dan non-logam. Untuk digunakan sebagai
semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga kemurnian tinggi.
Ketika nilai absolutnya nol, ikatan kovalen selesai dan lengkap. Saat suhu
naik, atom akan mengalami keadaan getaran termal. Getaran dengan
kenaikan suhu akan merusak beberapa ikatan kovalen. Bahan semikonduktor
yang disimpan di bawah sinar matahari akan melepaskan sejumlah kecil
listrik yang disebut efek fotolistrik. Efek ini adalah elektron dilepaskan dari
permukaan logam akibat tumbukan cahaya. Efek ini adalah proses fisik
dasar dimana fotovoltaik mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.
Sinar matahari terdiri dari partikel-partikel yang disebut foton yang memiliki
banyak energi, yang besarnya bergantung pada panjang gelombang
spektrum. Ketika foton-foton ini mengenai sel surya, cahayanya akan
dipantulkan atau diserap, atau mungkin saja dipancarkan. Cahaya yang

10
diserap akan menghasilkan listrik. Saat tumbukan itu terjadi, energi yang
dibawa oleh foton disalurkan pada elektron yang terdapat pada atom sel
surya. Energi yang didapat dari foton, membuat elektron memisahkan diri
dari ikatan normalnya dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian listrik. Pelepasan ikatan itu, mengakibatkan terbentuknya lubang
atau “hole”.

Gambar 2.1 Konversi cahaya matahari


(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

Karena bahan penyusun solar cell adalah semikonduktor yang terdiri dari
dua jenis semikonduktor tipe-n dan tipe-p, maka proses pengubahan sinar
matahari menjadi energi listrik dimungkinkan. Semikonduktor tipe-n adalah
semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan
elektronnya adalah negatif (n = negatif). Semikonduktor tipe p memiliki
lubang berlebih, sehingga disebut p (p = positif) karena kelebihan muatan
positif. Dengan menambahkan elemen lain ke semikonduktor, bagaimana kita
mengontrol jenis konduktor.
Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk
sambungan p-n atau dioada p-n (sambungan metalurgi) yang dapat
diilustrasikan seperti penjelasan berikut:
1. Keadaan semikonduktor jenis p-n sebelum disatukan.

11
Gambar 2.2 Semikonduktor p dan n
(Sumber:https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-kerja-sel-
surya-lebih-dekat/ )

2. Setelah kedua jenis semikonduktor ini dihubungkan bersama, elektron


akan ditransfer dari semikonduktor n ke semikonduktor p, dan lubang
akan ditransfer dari semikonduktor p ke semikonduktor n. Perpindahan
elektron dan lubang ini hanya berjarak tertentu dari batas sambungan
awal.

Gambar 2.3 Semikonduktor setelah disambung


(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

3. Elektron dari semikonduktor n bergabung dengan lubang pada


semikonduktor p, mengakibatkan penurunan jumlah lubang pada
semikonduktor p. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan
negatif. Pada saat yang sama, hole dari semikonduktor p bersatu dengan
elektron yang ada pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah
elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan
positif.

12
Gambar 2.4 Daerah deplesi
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

4. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerag deplesi yang
ditandai dengan huruf W. Pada daerah deplesi ini terdpat banyak kedaan
terisi (hole+elektron).

5. Elektron dan lubang di daerah penipisan disebut pembawa muatan


minoritas karena mereka ada di berbagai jenis semikonduktor. Karena
perbedaan antara muatan positif dan negatif di zona penipisan, medan
listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif dihasilkan, yang mencoba
menarik lubang kembali ke semikonduktor p dan elektron kembali ke
semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan
perpindahan lubang dan elektron di awal zona deplesi.

Gambar 2.5 Timbulnya medan listrik


(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

6. Adanya medan listrik menyebabkan sambungan p-n berada pada titik


kesetimbangan, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari
semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik
kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula
dengan jumlah elektron yang berpindah dari semikonduktor n ke p,
dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n
akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E
mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang
satu ke semikonduktor yang lain. Pada sambungan p-n inilah proses
konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel
surya, semikonduktor n terletak di lapisan atas dari sambungan p,

13
menghadap ke arah sinar matahari, dan jauh lebih tipis dari
semikonduktor p, sehingga sinar matahari yang jatuh ke permukaan sel
surya dapat terus berlanjut. menyerap dan memasuki zona difusi dan
semikonduktor p.

Gambar 2.6 Proses konversi


(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

Ketika sambungan semikonduktor terkena sinar matahari, elektron akan


memperoleh energi dari sinar matahari dan lepas dari n semikonduktor,
daerah penipisan dan semikonduktor. Pemisahan elektron ini
meninggalkan lubang di area yang ditinggalkan elektron, yang disebut
fotogenerasi lubang elektron, yaitu pasangan elektron dan lubang yang
dibentuk oleh sinar matahari.

Gambar 2.7 Proses konversi cahaya matahari

14
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

Spektrum merah sinar matahari dengan panjang gelombang yang


lebih panjang dapat menembus zona penipisan hingga diserap oleh
semikonduktor p, yang pada akhirnya mengarah pada proses
fotogenerasi. Spektrum biru, yang memiliki panjang gelombang lebih
pendek, hanya diserap di n daerah semikonduktor. Selain itu, karena
sambungan p-n mengandung medan listrik E, elektron fotografis yang
dihasilkan tertarik ke semikonduktor n, dan lubang tertarik ke
semikonduktor p. Ketika rangkaian kabel dihubungkan ke dua komponen
semikonduktor, elektron akan mengalir melalui kabel tersebut. Jika Anda
menghubungkan lampu kecil ke kabel, itu menyala karena aksi arus,
yang disebabkan oleh pergerakan elektron.

Gambar 2.8 Rangkaian uji coba arus


(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara


umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses
konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.

15
Gambar 2.9 Proses konversi energi cahaya menjadi energi listrik
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )

2.2.4 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Umunya ada 3 desain pembangkit litrik tenaga surya yaitu PLTS Off
grid/stand alone, PLTS On-grid dan PLTS Hybird.

2.2.4.1 Sistem PLTS Off Grid

PLTS sistem Off-Grid biasa dikenal PLTS Stand Alone artinya


sistem hanya disuplai oleh energi matahari yang diserap panel surya saja
tanpa ada bantuan dari jenis pembangkit lain. PLTS sistem Off-Grid
biasanya untuk melistriki daerah yang terisolasi atau daerah pelosok yang
susah di jangkau jaringan PLN.

Umumnya dalam sistem PLTS Off-Grid, kapasitas baterai harus


untuk mengantisipasi hari berawan/tidak ada matahari yang disebut Days
of Autonomy (DoA). Dalam perencanaan kapasitas PV harus menyalurkan
kebuthan beban minimal pada tingkat radiasi 1kW/m2 dan secara
bersamaan, mampu mengisi baterai dengan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam periode discharge. Berikut skema PLTS sistem Off-Grid:

Gambar 2. 10 Skeme PLTS sistem off-grid


(Sumber: https://gautamakarisma.wordpress.com/2014/03/17/plts-stand-
alone- system/)

16
2.2.4.2 Sistem PLTS On Grid

PLTS On-Grid merupakan teknologi yang menggunakan sel


photovoltaik (sel surya) untuk mengubah sinar matahari (surya) menjadi
energi listrik. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) On-Grid adalah
PLTS yang mampu terkoneksi langsung dengan pembangkit listrik PLN,
sehingga dapat terkoneksi langsung dengan jaringan PLN.
PLTS dengan konfigurasi On-Grid cocok untuk tempat-tempat di
mana daya menyala dan sistem di tempat memiliki jam operasi siang hari.
Disebut OnGrid karena PLTS dikaitkan dengan sistem yang ada. Tujuan
pengembangan PLTS adalah untuk mengurangi konsumsi bahan bakar.

Jenis PLTS "on-grid" tidak dilengkapi baterai. Agar PLTS tidak


mempengaruhi kestabilan sistem induknya, kapasitasnya hanya dapat
dibatasi 20% dari beban rata-rata pada siang hari. PLTS inverter terhubung
jaringan juga disebut inverter terhubung jaringan. Ketika jaringan listrik
kehilangan tegangan, jenis ini memiliki kemampuan untuk memutuskan
(islanding system). Sistem ini cocok untuk perkantoran, mall, dan rumah.
Sehingga dapat menekan pembayaran biaya PLN atau bahkan dibayar oleh
PLN untuk setiap listrik yang disuplai ke jaringan PLN. Komponen-
komponen pendukung sistem pembangkit listrik tenaga surya on-grid
sebagai berikut : 1. Panel Surya 2. Inverter DC to AC 3. PanelDistribusi 4.
Jaringan PLN/Grid. Berikut skema PLTS sistem On Grid:

17
Gambar 2.11 Skeme PLTS sistem on-grid (Sumber:
https://atmonobudi.wordpress.com/)

2.2.4.3 Sistem PLTS Hybrid

Sistem PLTS hybrid adalah sistem yang menggabungkan modul


surya dengan satu atau lebih pembangkit listrik pelengkap (seperti
pembangkit listrik tenaga diesel, gas alam atau angin). Untuk
mengoptimalkan koordinasi antara pembangkit listrik ini, sistem hibrida
PLTS biasanya membutuhkan peralatan kontrol yang cukup kompleks,
daripada sistem PLTS off-grid atau sistem mikrogrid fotovoltaik yang
terhubung dengan jaringan. Misalnya, dalam kasus menggabungkan atau
menggabungkan sistem mikrogrid fotovoltaik dengan pembangkit listrik
tenaga diesel, mesin diesel harus dihidupkan saat baterai mencapai tingkat
pelepasan tertentu, dan mesin diesel harus dihentikan saat baterai
mencapai kondisi yang cukup. Genset merupakan perangkat cadangan
yang dapat digunakan untuk mengisi daya baterai saja atau juga untuk
menyuplai daya ke beban. Sistem PLTS hybrid juga dapat menjadi solusi
untuk mengurangi penggunaan bahan bakar terutama di daerah pedesaan
yang masih mengandalkan PLTD atau genset sebagai sumber energi
listrik.

Gambar 2.12 Skema PLTS sistem hybird


http://snete.unsyiah.ac.id/2017/wp-content/uploads/2018/10/Naskah-7-
Matius-Sau.pdf

2.2.5 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya

18
Sistem PLTS biasanya memiliki komponen utama yaitu modul surya,
inverter, dan baterai. Penentuan komponen tergantung pada mikrogrid PV
yang akan digunakan. Jika sistem PLTS off-grid terutama menggunakan
modul surya, inverter, pengontrol pengisian daya surya, dan baterai.
Kemudian, sistem PLTS yang terkoneksi jaringan biasanya hanya
menggunakan komponen modul surya, inverter dan komponen pendukung
lainnya, seperti papan distribusi DC, papan distribusi AC, dll. Untuk sistem
PLTS hybrid, komponen utamanya hampir sama dengan sistem PLTS off-
grid, hanya kombinasi pembangkit lain yang berbeda.

2.2.5.1 Panel Surya

Bagian terkecil dari modul surya adalah sel surya yang terbentuk
pada sebuah foto dioda yang besar dan dapat menghasilkan daya listrik.
Fotovoltaik terdiri dari dua jenis bahan semikonduktor yang berbeda yang
disambungkan melalui suatu junction, kemudian jika terkena sinar
matahari pada permukaannya akan diubah menjadi energi listrik. Untuk
mendapatkan daya yang efisien dan banyak, maka sel surya tersebut
disusun menjadi panel yang dinamakan modul surya. Berikut gambar 2.6
merupakan susunan sel surya yang ketika terkena cahaya matahari dapat
menghasilkan energi listrik.

Gambar 2.15 Lapisan panel surya


Berikut jenis-jenis sel surya yang digolongkan berdasarkan teknologinya,
yaitu :
1) Monocrystalline
Sesuai dengan namanya, sel surya kristal tunggal atau mono dibuat dari

19
silikon kristal tunggal melalui proses yang disebut Czochralski, atau
pemurnian bahan dilakukan dengan proses kristalisasi. Dalam proses
pembuatannya, kristal silikon dipotong dari ukuran besar menjadi
potongan kristal silikon tipis. Produksi kristal tunggal ini memerlukan
perlakuan yang tepat sebagai proses "rekristalisasi", yang membuat sel
surya jenis ini lebih mahal dan memerlukan berbagai perlakuan.
Kelemahan dari solar cell jenis ini adalah apabila disusun menjadi panel
surya, bentuknya bulat atau oktagonal tergantung dari bentuk batang
kristal silikonnya sehingga ada yang kosong. Efisiensi sel surya
monokristalin antara 17% -18%.

Gambar 2.16 Panel jenis monocrytaline


(Sumber:https://www.rekasurya.com/produk/)
2) Polycrystalline
Sel surya silikon polikristalin juga disebut silikon polikristalin dan
silikon polikristalin. Modul surya polikristalin biasanya terdiri dari
banyak kristal berbeda, yang digabungkan satu sama lain dalam satu sel.
Teknologi pemrosesan sel surya polikristalin yang lebih ekonomis
diproduksi melalui proses metalurgi tingkat silikon dengan pemurnian
kimia. Kemudian silikon mentah dicairkan, kemudian dituang ke dalam
cetakan persegi, didinginkan dan dipotong menjadi wafer persegi. Jenis
sel surya saat ini merupakan sel surya paling populer. Selama tahun
2008, sel surya polikristalin mendominasi pasar sel surya, terhitung
48% dari produksi sel surya global. Selama pemadatan silikon cair,
berbagai struktur kristal terbentuk. Meskipun lebih murah daripada
panel surya silikon monokristalin, efisiensinya hanya 12% -14%.

20
Gambar 2.17 Panel jenis polycrystaline (Sumber:
https://www.rekasurya.com/produk/)
3) Thin Film Solar Cell

Gambar 2.18 Panel jenis thin film


(Sumber: http://topdiysolarpanels.com/3rd-generation-of-solar-panels-thin-
film/)
Kebanyakan sel surya film tipis dan silikon amorfous adalah sel surya
generasi kedua, dan lebih ekonomis daripada sel surya wafer silikon
generasi pertama. Lapisan penyerapan cahaya maksimum sel wafer
silikon adalah 350 μm, sedangkan lapisan penyerapan cahaya sel surya
film tipis sangat tipis, biasanya 1 μm. Inovasi terbaru dari film tipis
adalah film tipis PV tiga node, yang memiliki efisiensi lebih tinggi
ketika listrik yang dihasilkan oleh udara mendung 45% lebih tinggi
daripada panel lain dengan daya yang sama. Berdasarkan bahan
tersebut, sel surya film tipis dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
silikon amorf (a-Si), kadmium telurida (CdTe) dan tembaga indium
gallium selenium (CIGS).

21
2.2.5.2 Solar Charge Controller

Solar Charge Controller adalah perangkat elektronik yang


digunakan untuk mengatur arus searah, yang dibebankan ke baterai dan
dibawa dari baterai ke beban. SCC mengontrol overcharging dan tegangan
berlebih dari panel surya. Tegangan berlebih dan pengisian daya akan
mempersingkat masa pakai baterai. Pengontrol surya menggunakan
teknologi modulasi lebar pulsa (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian
baterai dan melepaskan arus dari baterai ke beban.
Beberapa fungsi pengontrol surya (SCC)yaitu:
 Mengatur arus untuk pengisian baterai dari panel surya

 Menghindari overcharging

 Menghindari overvoltage

 Monitoring kondisi baterai


Jenis SCC yang digunakan saat ini ada dua, yaitu jenis pulse width
modulation (PWM) dan jenis maximum power point tracking (MPPT).
Kedua jenis SCC tersebut menggunakan teknologi yang berbeda. Oleh
karena itu, kedua jenis tersebut memiliki keunggulannya masing-masing

Gambar 2.19 Solar charge controller tipe MPPT (Sumber:


http://www.chinasuoer.com/pwm-solar-controller/)

Dari segi kualitas pengisian baterai, MPPT SCC memiliki


keunggulan. Jenis MPPT dapat memaksimalkan koefisien pengisian daya
baterai. Ini karena MPPT sendiri memiliki kemampuan untuk mendeteksi
daya yang dihasilkan oleh panel surya. Oleh karena itu, meskipun daya
yang dihasilkan oleh panel surya relatif kecil, tetap dapat digunakan untuk

22
mengisi daya baterai. Berbeda dengan tipe PWM, tegangan operasi PWM
hanya dapat mengatur tegangan operasi baterai. Jika tegangan yang
dihasilkan oleh panel surya lebih rendah dari tegangan operasi baterai,
sistem panel surya tidak dapat mengisi baterai secara otomatis. Oleh
karena itu, tidak disarankan untuk menggunakan tipe PWM untuk sistem
dengan kapasitas panel surya melebihi 200 Wp.

Gambar 2.20 Solar charge controller tipe PWM


(Sumber: http://www.chinasuoer.com/pwm-solar-controller/)
Sistem PLTS berkapasitas kecil (10-200 Wp) lebih cocok untuk SCC
tipe PWM. Ini karena tipe PWM beroperasi pada tegangan konstan
terlepas dari kapasitas larik. Dibandingkan dengan tipe MPPT, efisiensi
kerjanya lebih rendah pada sistem berdaya rendah, tentunya tipe PWM
lebih ekonomis dari pada MPPT dari segi harga. Untuk sistem off-grid,
SCC tipe PWM atau MPPT dapat digunakan, tetapi untuk kapasitas di atas
200 Wp, tipe MPPT paling baik. Karena MPPT tidak hanya bergantung
pada total kapasitas produksi, tetapi juga pada tegangan dan arus yang
dihasilkan. Sedangkan untuk kapasitas di bawah 200 Wp disarankan
menggunakan PWM tipe SCC.

2.2.5.3 Baterai (Battery)

Gambar 2.21 Baterai

23
(Sumber: https://www.warungenergi.com/product/solana-battery-vrla-
deep- cycle-200ah-12v/)

Baterai merupakan salah satu komponen utama dalam PLTS, dan


fungsinya untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan dari panel surya
sehingga dapat digunakan untuk memberikan beban pada saat dibutuhkan.
Setiap baterai memiliki terminal positif (katoda) dan terminal negatif
(anoda) serta elektrolit yang berfungsi sebagai konduktor. Output yang
dihasilkan baterai dalam bentuk arus searah (DC). Secara umum ada dua
jenis baterai, yaitu baterai yang hanya dapat digunakan satu kali dalam
satu waktu (sekali pakai) dan baterai sekunder (baterai isi ulang) yang
dapat digunakan dua kali. Untuk baterai yang digunakan di PLTS
merupakan baterai sekunder (rechargeable battery) karena dapat diisi jika
daya habis.
a. Baterai tersebut dirancang untuk menghasilkan energi (arus) yang
tinggi dalam waktu yang singkat, sehingga dapat menghidupkan
mesin seperti mesin mobil. Baterai hanya dapat menggunakan 10-
20% dari kapasitas nominalnya. Setelah mesin dihidupkan, aki akan
diisi oleh generator (alternator). Jaga agar baterai selalu terisi penuh.
Jika baterai sering digunakan hingga baterai habis, baterai akan cepat
rusak. Struktur baterai ini menggunakan banyak plat tipis sejajar,
sehingga resistansinya rendah dan permukaannya lebar, sehingga
dapat menghasilkan arus yang besar dalam waktu yang singkat pada
saat digunakan. Meskipun digunakan secara wajar, baterai tidak
cocok untuk sistem jaringan mikro fotovoltaik. Tapi itu akan segera
mengalami kerusakan.

b. Deep Cycle Battery

Baterai jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi (arus) yang


stabil dan berjangka panjang. Baterai dapat bertahan dari siklus
pengisian dan pengosongan baterai yang berulang. Idealnya, baterai
jenis ini dapat menggunakan hingga 80% dari kapasitas nominalnya.
Oleh karena itu, kapasitas energi yang digunakan lebih besar tanpa

24
kerusakan dan mengurangi masa pakai baterai.

2.2.5.4 Inverter

Inverter adalah perangkat listrik yang terhubung ke sistem PLTS untuk


mengubah arus searah dari modul surya menjadi arus bolak-balik yang
dapat dimasukkan ke dalam jaringan. Banyak inverter menyertakan
konverter DC-DC untuk mengubah tegangan variabel array PV menjadi
tegangan konstan, yang merupakan masukan dari inverter sebenarnya.
Inverter yang digunakan adalah inverter khusus dari sistem PLTS yang
biasa disebut dengan smart inverter. Untuk sistem mikrogrid fotovoltaik
yang berdiri sendiri, mereka memiliki inverter yang terhubung ke baterai
atau biasa disebut sebagai inverter baterai. Desain inverter ini sangat
berbeda dengan desain sistem koneksi jaringan.

Gambar 2.22 Inverter (Sumber: https://www.epsolarpv.com/)


Dalam sistem yang terhubung dengan jaringan atau jaringan, inverter
terhubung langsung ke susunan fotovoltaik. Kemudian, ini mengubah arus
searah dari susunan fotovoltaik menjadi arus bolak-balik. Selain itu,
inverter semacam itu biasanya menyertakan MPPT atau sistem pelacakan
titik daya maksimum. Karena inverter yang terhubung ke jaringan PLN
harus tersinkronisasi dengan jaringan PLN, artinya fase sinyal AC dari
inverter harus sama dengan fase jaringan PLN.

2.2.6 Komponen Pendukung Pembangkit Listrik Tenaga Surya

2.2.6.1 Alat Proteksi dan Keamanan

25
Perlu diketahui bahwa peralatan proteksi dan keselamatan pada
sistem PLTS sangatlah penting, biasanya alat yang dipasang adalah
miniatur circuit breaker (MCB) yang meliputi tegangan DC dan tegangan
AC. Untuk perangkat proteksi dengan lonjakan atau kilat, gunakan
perangkat proteksi lonjakan(SPD). Mirip dengan MCB, SPD juga dapat
digunakan untuk tegangan AC dan tegangan DC. Larik panel surya
menggabungkan SPD DC dan MCB DC dalam penggabung string
fotovoltaik, dan bagian keluaran inverter disebut papan distribusi atau
kotak kombinasi AC atau unit tampilan yang terdiri dari MCB AC, SPD
AC dan kWh meter.Kapasitas energi dari Sistem PLTS dihasilkan oleh
penghitung dan indikator.

Gambar 2.23 MCB DC


(Sumber: https://rekasurya.com/produk/product.php?code=26083-
SC48VDC)

2.2.6.2 Combiner Box

Combiner box adalah perangkat yang mengelompokkan string PV


yang masuk sesuai dengan jumlah instalasi PV untuk mencapai arus
keluaran yang tinggi. Kotak penggabung dapat menampung 3 hingga 24
input string. Dengan menggunakan rakitan combiner box kita dapat
mengatur tegangan sesuai kebutuhan dan memudahkan perawatannya, agar
tidak terjadi korsleting karena sudah diperbaiki oleh circuit breaker.
Termasuk perlindungan terbesar, terutama perlindungan tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir dan listrik statis, perlindungan ini disebut
komponen pelindung lonjakan arus. Untuk memastikan keamanan string

26
fotovoltaik, sekring harus digunakan.

Gambar 2.24 Combiner box


(Sumber: https://rekasurya.com/produk/product.php?code=23115-020200)

2.2.6.3 Kabel Penghantar

Gambar 2.25 Kabel NYM


(Sumber:http://pusatantipetir.com/blog/perbedaan-kabel-nya-nyy-dan-
nym/)

Untuk menghubungkan komponen dalam sistem PLTS,


diperlukan kabel. Bila fungsi kabel penghantar adalah untuk
menghantarkan listrik, biasanya kabel tersebut terbuat dari tembaga dan
dilapisi dengan lapisan pelindung, biasanya PVC. Semakin besar diameter
kawat, semakin kecil nilai resistansinya. Saat memilih kabel konduktor,
Anda harus memperhatikan spesifikasi kabel untuk mengurangi
kemungkinan kerugian. Karena konduktor kabel di PV biasanya tidak
melebihi tegangan pengenal yang digunakan, tegangan pengenal harus
dipertimbangkan. Saat memilih kabel, luas penampang harus
diperhatikan dengan mengacu pada kuat hantar arus (KHA).
Tabel 2. 1 Kemampuan hantar arus kabel penghantar

27
(Sumber: Daftar Harga Kabel Listrik Terbaru Februari 2021 - Sejasa.com)

2.2.6.4 Mounting System

Sistem pemasangan panel surya atau sistem instalasi sangat penting


karena menghubungkan sistem modul fotovoltaik ke atap. Sistem rak
modul surya harus memperbaiki modul surya di atap selama 25 tahun atau
lebih. Oleh karena itu, sistem harus dirancang untuk menahan beban angin
dan menahan panas atau dingin yang sangat tinggi. Sistem pemasangan
harus terhubung ke titik tengah struktur atap sehingga berat panel surya
dapat ditransfer ke struktur bangunan, dan untuk alasan keamanan, semua
panel dapat disambungkan ke atap. Sistem menyediakan dukungan
struktural yang diperlukan untuk menopang panel surya pada kemiringan
yang optimal, dan bahkan dapat mempengaruhi suhu seluruh sistem.
Material yang digunakan biasanya terbuat dari baja ringan dan alumunium
yang tahan terhadap cuaca ekstrim dan korosi.

Gambar 2.26 Mounting system

28
(Sumber: https://www.solarpowerworldonline.com/2014/03/anatomy-
rooftop- solar-mounting-system/)

2.2.7 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sistem PLTS

Dalam suatu sistem pembangkit, terkhusus pada pembangkit listrik tenaga


surya (PLTS), pasti memiliki dampak yang baik atau keuntungan bagi
kehidupan manusia maupun lingkungan. Terlepas dari itu, tidak menutup
kemungkinan juga memiliki dampak yang buruk atau kelemahan bagi
kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Berikut kelebihan dan kekurangan
dalam penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) :

2.2.7.1 Kelebihan Penggunaan Sistem PLTS

1) Pembangkit yang ramah lingkungan

Sistem PLTS adalah sistem yang ramah lingkungan. Tidak seperti


pembangkit lain, contohnya generator yang menyebabkan suara
kebisingan yang dihasilkannya, kemudian tidak ada polusi ataupun
limbah yang dihasilkan akibat penggunaan sistem PLTS.
2) Tidak membutuhkan bahan bakar dalam pengoperasiannya

PLTS tidak menggunakan bahan bakar seperti bahan bakar minyak


dan sebagainya.
3) Sebagai sumber energi yang berkelanjutan

Sumber energi yang tak akan habis karena berasal dari sinar
matahari, selama masih ada cahaya matahari maka sistem PLTS
dapat terus beroperasi menghasilkan energi listrik.
4) Lokasi pemasangan yang fleksibel

Sistem PLTS dapat dibangun tanpa mengacu kepada kondisi


topografi dari suatu lingkungan yang ingin dipasangkan PLTS.
Sehingga pemasangan PLTS bersifat fleksibel.

29
2.2.7.2 Kekurangan Penggunaan Sistem PLTS

1) Harga komponen dan pemasangan relatif mahal

Semakin besar kapasitas PLTS yang ingin dibangkitkan, maka


semakin banyak biaya yang akan dibutuhkan untuk memasang suatu
sistem PLTS tersebut. Karena membutuhkan banyak komponen.
2) Sistem tidak bekerja pada malam hari

Modul surya membutuhkan matahari untuk menghasilkan energi dan


dapat bekerja. Tetapi pada rancangan sistem PLTS ini akan dibantu
dengan suplai dari jaringan PLN pada malam hari.
3) Akan bergantung pada cuaca

Cuaca yang tidak mendukung atau berawan akan menurunkan


kemampuan sistem PLTS dalam beroperasi, sehingga efisiensi
sistem sangat bergantung pada kondisi cuaca pada siang hari.

2.2.8 Mercusuar

Mercusuar biasanya berstruktur dodekagonal atau bersisi 12. Kolom inti


adalah cerobong asap yang terbuat dari baja, yang semakin mengecil.
Cerobong asap ditopang oleh 12 "potongan mata jaring", seperti cincin atau
mur yang berbeda dari ketinggian bangunan, dan juga akan menyusut. Kedua
struktur ini selanjutnya didukung oleh 12 tiang. Bagian bawah digunakan
untuk menunjang peralatan dan ruang penyimpanan peralatan. Di bagian atas
adalah kubah cerobong asap dengan jendela kaca tebal. Jendela mungkin
memiliki fungsi ganda, meskipun udara bersirkulasi, agar ruang di menara
tidak lembab, tidak pengap, dan baja tidak cepat berkarat. Di bagian atas ada
teras melingkar untuk pengawasan ke semua penjuru yang notabene perairan.
Di pagar teras ada rangka yang berfungsi sebagai tempat lonceng atau katrol
guna mengangkat barang. Di atap kubah ada palang besi anak panah sebagai
penunjuk arah mata angin.

30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Gambar 3. 3 Diagram alir perencanaan

31
3. 2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan karena penelitian ini
digunakan untuk mencari solusi dari penggunaan energi alternatif dan hasilnya
dapat diterapkan secara langsung
3.2.2 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber asli
ataupu objek penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berasal dari
obeservasi situasi di lapangan dan menanyakan langsung tentang beban yang
digunakan di mercusuar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber kedua sebagai
penunjang pembahasan. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari
studi dokumen, dokumentasi, jurnal dan referensi penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.

32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data radiasi matahari dan temperatur
Agar data yang diambil optimal dan sesuai dengan kebutuhan sistem, perlu
mengambil data iradian matahari dari situs National Aeronautics and Space
Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa dengan
memasukkan nilai koordinat sesuai dengan koordinat daerah yang akan di
instalasi

Berdasarkan tabel diatas diadapat rata – rata radiasi matahari di daerah


instalasi sebesar 4.32 kWh/m2/hari, dimana untuk potensi radiasi matahari
tertinggi berada di bulan September sebesar 5.45 kWh/m2/hari dan untuk
data radiasi terendah berada di bulan Juni sebesar 3.51 kWh/m2/hari. Untuk
temperatur rata-rata sebesar 27.10 oC, temperature tertinggi berada pada bulan
November sebesar 28.10 oC dan temperature terendah berada pada bulan Juli dan
Agustus sebesar 26.06 oC

33
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perhitungan kapasitas
-Perhitungan Luas Penampang Cell Surya
Panjang : 120 cm
Lebar : 90 cm
A=PxL
A=PxL
A = 120 x 90
A = 1,2 x 0,9
A = 1,08 M2
- Perhitungan Cell Surya
Untuk mengetahui besaran yang dihasilkan dengan menghitung perkalian
intensitas radiasi yang diterima dengan luasan dengan persamaan :
W = I_r x A
Penampang I : E = I_r x A
= 1310,80 x 1,08
= 1415,66 Joule
Untuk mengetahui besarnya daya dapat ditentukan menggunakan
persamaan.
P = V. I
Jadi
V = 19,42 Volt
I = 2,88 A
P = 19,42 x 2,88 = 55,92 Watt
Dari perhitungan diatas maka dapat di ketahui daya dalam tabelLaju waktu
pengisian dari panel surya :
T=WxP
Perhitungan :
T =WxP
= 1415,66 x 55,92
= 79163,70 / detik
Panel surya 120 watt yang terpasang dapat menghasilkan daya maksimal

34
600 watt selama 5 jam penyinaran matahari. PLTS yang dirancang mensuplai
sebesar 100% dari energi keseluruhan.
Rugi-rugi daya panel surya
Rumus :
Eb = Ep - (15% x Ep)
Dimana :
Eb = energi beban (watt/jam)
Ep = energi panel surya (watt/jam)
Eb = 600 – ( 15% x 600)
Eb = 510
total yang digunakan sebesar 510 watt/jam.
Untuk perhitungan efisiensi tenaga surya adalah sebagai berikut :
P
¿
(W . A )
55,92
¿
1415,66. 1,08
= 0,036
= 0,00036 %
Paki = V x I
Paki =VxI
= 12 x 20
= 1200 W
EB
AH =
VS
510
¿
12V
= 42,5 Ampere/jam
Satuan hari untuk menyimpan dan menyalurkan energi ke beban
ditentukan satu hari, jadi baterai hanya menyimpan dan mengelurkan pada
hari itu juga. Besarnya Deep of Discharge( DoD) pada baterai adalah 80%.
Kapasitas accu yang dibutuhkan adalah :
= 42,5.1 0,8
= 53,12 Amper/jam

35
1. Analisa Regresi
Menghitung nilai konstanta b
n .∑ XY −∑ X . ∑Y
b=
n .∑ x 2−(∑ X )2
60. (83370,52)−(2007,99).(3375,65)
¿
60 (24122,31)−(2007,99)2
−1776040,24
¿ =0,68
−2584685,24
Menghitung nilai konstanta a
∑ Y −b . ∑ X
a=
n
3375,65−0,68 ( 2007,99 )
¿
60
¿ 33,50
Membuat persamaan regresi linier sederhana
Y = ɑ + bX
= 33,50 + 0,68X
Menghitung rata-rata x
∑X
¿
n
2007,99
¿
60
¿ 33,46
Menghitung rata-rata y
∑y
¿
n
3375,65
¿
60
¿ 56,26
2. Analisa Koefisien Korelasi
n ( ∑ xy )−(∑ x . ∑ y )
r= 2 2 2 2
√ n ∑ x −(∑ x ) [ n∑ y −(∑ y ) ]
60.(83370,52)−(2007,99 .3375,65)
¿ 2 2
√60 .24122,31−(2007,99) [ 60.143756,2−(3375,65) ]

36
−1776040,24
¿
2675565,36
¿−0.66

Dari data tabel 4.2 yang telah diolah menggunakan analisa korelasi dan
analisa regresi maka didapatkan persamaan regresi linier sebagai berikut y =
33,50 + 0,68X, maka didapatkan koefisien korelasi ( r ) = - 0.66 yang
memberikan arti bahwa antara temperatur dengan daya terdapat hubungan
negatif dan sangat lemah, ini berarti bahwa jika temperatur yang dihasilkan
oleh solar cell meningkat atau menurun, maka daya yang dihasilkan menurun.
Sedangkan untuk koefisien determinasi (KD) yang didapat adalah :
KD = ( r )2 x 100%
= (-0.66)2 x 100%
= 43.6%
Dengan nilai koefisien determinasi 43.6%, memberikan pengertian bahwa
meningkat atau menurunnya daya yang disebabkan oleh temperatur yang
dihasilkan solar cell sekitar 43.6% dan selebihnya 56.4% disebabkan oleh
faktor lain.
Jadi Ho dterima karena terdapat hubungan antara peningkatan atau
penurunan temperatur solar cell dengan daya yang dihasilkan.

3.4 Spesifikasi Alat

37
38
39
40
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang Perencanaan


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem Off Grid dengan Kapasitas 2
kWp adalah sebagai berikut:
1. Perancangan sistem PLTS pada instalasi menara suar menggunakan
sitem Off Grid dengan konsep rooftop yaitu meanfaatkan atap sebagai
tempat pemasangan. Energi yang output yang dihasilkan perharinya
dari sistem PLTS ini sebesar 7,314 kWh.
2. Perencanaan sistem PLTS pada instalasi menara suar 6 panel surya tipe
policrystalline merk Canadian solar CS6U kapasitas 330 Wp, Solar
Charge Controller SON-MPPT kapasitas 40 A/48 V sebanyak 1 buah,
inverter IP1000-42 kapasitas 1000 watt sebanyak 1 buah, dan baterai
jenis Absortive Glass Mate tipe VRLA RA 200Ah 12V sebanyak 12 buah.

3. Dari pengolahan data kelayakan investasi PLTS sistem off grid,


menunjukkan nilai NPV pada PLTS ini bernilai positif sebesar
Rp.135.718.306,66, nilai IRR sebesar 10,46 % dan nilai BCR sebesar
1,0002, sehingga proyek PLTS ini dikatakan layak secara ekonomi.
Untuk pengembalian modal investasi terjadi pada tahun ke 8, bulan ke
3, hari ke 1 umur proyek.

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah:


1. Pada penelitian selanjutnya diharap membahas lebih rinci pada aspek

41
lain seperti lingkungan, dll dan diharapkan menggunakan software
untuk memastikan keakuratan perencanaan PLTS.

2. Perencanaan PLTS ini diharapkan dapat dijadikan penggunaan energi


alternatif sebagai sumber energi pada bangunan umum atau instansi
pemerintahan.
3. Diharapkan perencanaan ini dapat dikembangkan pada Instalasi menara
suar yang akan dibangun dikemudian hari.

42
DAFTAR PUSTAKA

D. N. Prambudi, Perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Sistem Off- Grid Pada Permukiman Penduduk Diperkebunan Kelapa
Sawit, Sekolah tinggi teknik-PLN, 2018.
Energising Development (EnDev) Indonesia, "Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Dos & Don'ts," Jakarta, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia, 2018.
Google, "most detailed globe in the world," [Online]. Available:
https://www.google.co.id/intl/id/earth. [Accessed 6 Januari 2021].
EPEVER, "Epsolar Technology," [Online]. Available:
https://www.epsolarpv.com/upload/file/1909/EPEVER-Datasheet
IPower.pdf. [Accessed 12 Januari 2021].

SUOER, "Foshan Suoer Electronic Industry Co., Ltd.," [Online]. Available:


http://www.chinasuoer.com/mppt-solar-controller/son-mppt-30a.html.
[Accessed 11 Januari 2021].

NASA, "nasa prediction of worldwide energy resources," [Online]. Available:


https://power.larc.nasa.gov/. [Accessed 7 Januari 2021].

Bank Indonesia, "Suku bunga dasar kredit," [Online]. Available:


https://www.bi.go.id/seki/tabel/TABEL1_26.pdf. [Accessed 16 Januari
2021].

Warung Energi, "Saatnya beralih ke energi yang ramah lingkungan," [Online].


Available: https://www.warungenergi.com/product/solana-battery-vrla-
deep- cycle-200ah-12v/. [Accessed 14 Januari 2021].

Rekasurya, "Distributor produk PLTS & integrator sistem PLTS," [Online].


Available: https://rekasurya.com/product_docs/upload/22235.pdf.
[Accessed 14 Januari 2021].

Sekolah Tinggi Teknik PLN, "Pelatihan PLTS," in Perancangan dan Analisa


Tekno Ekonomis Sistem PLTS, Jakarta, 2018.

43

Anda mungkin juga menyukai