ENERGI SURYA
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
SISTEM OFF GRID DENGAN KAPASITAS 2 KWP
Mata Kuliah :
Energi Surya
Disusun Oleh :
1) Anggi Dwi Yulianto (18050754041)
2) Arif Yusuf Maulana (18050754045)
3) Muhammad Riko Juliano (19050754012)
4) Muhammad Eka Abdul Gofar (19050754015)
5) Achlun Nazhar Bhanuaji ( )
S1 TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
Gambar 3. 4 Pengaturan lahan bangunan (HelioScope)....................................32
Gambar 3. 5 Pengaturan modul.........................................................................33
Gambar 3. 6 Pengaturan bangunan atau pohon penghalang.............................34
Gambar 3. 7 Simulasi energi dan bayangan......................................................34
Gambar 4. 1 Setingan pada HelioScope............................................................44
Gambar 4. 2 Total panel yang dapat terpasang.................................................44
Gambar 4. 3 Tampak samping bangunan..........................................................45
Gambar 4. 4 Kalkulasi shading pertama...........................................................45
Gambar 4. 5 Kalkulasi shading kedua...............................................................46
Gambar 4. 6 Wiring sistem PLTS off grid........................................................57
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
5
masalah utama
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui desain perancangan yang optimal sesuai dengan
potensi, kondisi geografis dan lahan yang tersedia pada daerah atau
bangunan yang akan dipasang PLTS.
2. Melakukan kajian teknis tentang pembangunan PLTS sistem off grid pada
instalasi menara suar bulukumba sebagai sumber energi alternatif.
3. Untuk mengetahui besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk
membangun PLTS sistem off grid.
4. Dapat mengetahui apakah sistem PLTS yang dirancang layak atau tidak
ditinjau dari segi ekonomi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Dapat dipakai sebagai media pembelajaran teruntuk yang berminat
mengembangkan dan mengkaji pengetahuan tentang potensi energi
matahari sebagai sumber energi alternatif.
6
2. Memberikan sumbangan pemikirian kepada penduduk pesisir tentang
penggunaan PLTS sebagai catu daya listrik.
3. Mengetahui peluang pengehematan energi listrik dengan memanfaatkan
matahari sebagai energi listrik melalui sistem pembangkit listrik tenga
surya (PLTS) off grid.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Agar PLTS dapat berfungsi secara handal, maka perlu perancangan yang
optimal. Dengan penelitian yang berjudul “Analisis Desain Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Kapasitas 50 WP”, Ramadhan, Diniardi, dan Mukti (2016)
membuat PLTS dengan kapasitas 50 WP, dengan bahan-bahan dan prosedur
sebagai berikut: (1) alat yang digunakan adalah sel surya, untuk mengkonversikan
radiasi sinar matahari menjadi energi listrik (proses photovoltaic); (2) agar energi
surya dapat digunakan pada malam hari, maka pada siang hari energi listrik yang
dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke baterai yang dikontrol oleh regulator; (3)
luaran regulator langsung dihubungkan dengan inverter untuk mengubah arus DC
menjadi AC; (4) photovoltaic dapat dikendalikan secara otomatis, sehingga
posisinya selalu menghadap matahari dan dapat menangkap pancaran matahari
secara maksimal. Dengan bahan-bahan dan prosedur tersebut, penelitian
menemukan bahwa daya keluaran rata-rata PLTS mencapai 38,24 Watt, dan arus
yang diperoleh sebesar 2,49 A.
8
Elektro Universitas Diponegoro” menganalisis biaya investasi dan alur kas selama
investasi PLTS, menggunakan beberapa metode, yaitu: Net Present Value (NPV),
Benefit-Cost Ratio (B-CR), Discounted Payback Period (DPP). Serta Menghitung
harga jual energi listrik untuk memperoleh kelayakan investasi.
EBT atau Energi Baru Terbarukan adalah sumber energi yang ramah
lingkungan dan dapat memperbaharui energi itu sendiri dalam waktu yang
singkat. Beda dengan energi fosil yang membutuhkan waktu lama untuk
memproduksi lagi energi tersebut. Energi baru terbarukan seperti: panas
matahari, panas bumi, angin, air, biofuel, biomassa, biogass dan pasang
surut air laut.
Persoalan energi bukanlah masalah biasa. Energi merupakan komoditas
strategis karena seluruh sistem dan dinamika kehidupan sekarang sangat
bergantung pada ketersediaan energi. Untuk di Indonesia, potensi energi
terbarukan sangat besar dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang
sangat mendukung, salah satunya energi surya.
Potensi energi surya di Indonesia sangat besar tetapi penggunaannya
masih belum optimal. Sumber energi surya yang berasal dari matahari,
membat ketersediaannya dapat diperoleh secara gratis. Energi surya tidak
menghasilkan polusi dan emisi gas sehinnga dapat mengurangi pemanasan
global. Belum lagi jenis pembangkit dari tenaga surya bersifat scala-able
sehingga dapat dibangun di bus, perkantoran, daerah terpencil hingga skala
sangat besar untuk keperluan grid.
2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya
9
siang hari disimpan di dalam baterai sehingga dapat digunakan kapanpun
untuk berbagai alat listrik. Sel surya terdiri dari lapisan-lapisan tipis dari
bahan semi konduktor silicon (Si) murni dan bahan semikonduktor lainnya.
Sistem fotovoltaik mirip dengan sistem pemanenan air hujan. Jumlah air
yang terkumpul berbeda-beda tergantung cuaca, sehingga terkadang banyak
air yang terkumpul, terkadang tidak sama sekali. Dalam sistem fotovoltaik,
jumlah listrik yang dikumpulkan oleh sistem fotovoltaik bergantung pada
cuaca. Pada hari yang cerah, banyak listrik akan dihasilkan, dan pada hari
yang mendung, lebih sedikit listrik yang dihasilkan.
PLTS pada dasarnya adalah sejenis sumber tenaga, yang dapat dirancang
untuk memenuhi skala kecil hingga besar secara mandiri atau melalui tenaga
hibrida ( digabungkan dengan sumber energi lain) melalui metode
desentralisasi (rumah, generator) atau metode terpusat (didistribusikan oleh
listrik) Permintaan listrik. Jaringan berkabel. ).
2.2.3 Prinsip Kerja Sel Surya
10
diserap akan menghasilkan listrik. Saat tumbukan itu terjadi, energi yang
dibawa oleh foton disalurkan pada elektron yang terdapat pada atom sel
surya. Energi yang didapat dari foton, membuat elektron memisahkan diri
dari ikatan normalnya dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian listrik. Pelepasan ikatan itu, mengakibatkan terbentuknya lubang
atau “hole”.
Karena bahan penyusun solar cell adalah semikonduktor yang terdiri dari
dua jenis semikonduktor tipe-n dan tipe-p, maka proses pengubahan sinar
matahari menjadi energi listrik dimungkinkan. Semikonduktor tipe-n adalah
semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan
elektronnya adalah negatif (n = negatif). Semikonduktor tipe p memiliki
lubang berlebih, sehingga disebut p (p = positif) karena kelebihan muatan
positif. Dengan menambahkan elemen lain ke semikonduktor, bagaimana kita
mengontrol jenis konduktor.
Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk
sambungan p-n atau dioada p-n (sambungan metalurgi) yang dapat
diilustrasikan seperti penjelasan berikut:
1. Keadaan semikonduktor jenis p-n sebelum disatukan.
11
Gambar 2.2 Semikonduktor p dan n
(Sumber:https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-kerja-sel-
surya-lebih-dekat/ )
12
Gambar 2.4 Daerah deplesi
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )
4. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerag deplesi yang
ditandai dengan huruf W. Pada daerah deplesi ini terdpat banyak kedaan
terisi (hole+elektron).
13
menghadap ke arah sinar matahari, dan jauh lebih tipis dari
semikonduktor p, sehingga sinar matahari yang jatuh ke permukaan sel
surya dapat terus berlanjut. menyerap dan memasuki zona difusi dan
semikonduktor p.
14
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )
15
Gambar 2.9 Proses konversi energi cahaya menjadi energi listrik
(Sumber: https://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-
kerja-sel- surya-lebih-dekat/ )
Umunya ada 3 desain pembangkit litrik tenaga surya yaitu PLTS Off
grid/stand alone, PLTS On-grid dan PLTS Hybird.
16
2.2.4.2 Sistem PLTS On Grid
17
Gambar 2.11 Skeme PLTS sistem on-grid (Sumber:
https://atmonobudi.wordpress.com/)
18
Sistem PLTS biasanya memiliki komponen utama yaitu modul surya,
inverter, dan baterai. Penentuan komponen tergantung pada mikrogrid PV
yang akan digunakan. Jika sistem PLTS off-grid terutama menggunakan
modul surya, inverter, pengontrol pengisian daya surya, dan baterai.
Kemudian, sistem PLTS yang terkoneksi jaringan biasanya hanya
menggunakan komponen modul surya, inverter dan komponen pendukung
lainnya, seperti papan distribusi DC, papan distribusi AC, dll. Untuk sistem
PLTS hybrid, komponen utamanya hampir sama dengan sistem PLTS off-
grid, hanya kombinasi pembangkit lain yang berbeda.
Bagian terkecil dari modul surya adalah sel surya yang terbentuk
pada sebuah foto dioda yang besar dan dapat menghasilkan daya listrik.
Fotovoltaik terdiri dari dua jenis bahan semikonduktor yang berbeda yang
disambungkan melalui suatu junction, kemudian jika terkena sinar
matahari pada permukaannya akan diubah menjadi energi listrik. Untuk
mendapatkan daya yang efisien dan banyak, maka sel surya tersebut
disusun menjadi panel yang dinamakan modul surya. Berikut gambar 2.6
merupakan susunan sel surya yang ketika terkena cahaya matahari dapat
menghasilkan energi listrik.
19
silikon kristal tunggal melalui proses yang disebut Czochralski, atau
pemurnian bahan dilakukan dengan proses kristalisasi. Dalam proses
pembuatannya, kristal silikon dipotong dari ukuran besar menjadi
potongan kristal silikon tipis. Produksi kristal tunggal ini memerlukan
perlakuan yang tepat sebagai proses "rekristalisasi", yang membuat sel
surya jenis ini lebih mahal dan memerlukan berbagai perlakuan.
Kelemahan dari solar cell jenis ini adalah apabila disusun menjadi panel
surya, bentuknya bulat atau oktagonal tergantung dari bentuk batang
kristal silikonnya sehingga ada yang kosong. Efisiensi sel surya
monokristalin antara 17% -18%.
20
Gambar 2.17 Panel jenis polycrystaline (Sumber:
https://www.rekasurya.com/produk/)
3) Thin Film Solar Cell
21
2.2.5.2 Solar Charge Controller
Menghindari overcharging
Menghindari overvoltage
22
mengisi daya baterai. Berbeda dengan tipe PWM, tegangan operasi PWM
hanya dapat mengatur tegangan operasi baterai. Jika tegangan yang
dihasilkan oleh panel surya lebih rendah dari tegangan operasi baterai,
sistem panel surya tidak dapat mengisi baterai secara otomatis. Oleh
karena itu, tidak disarankan untuk menggunakan tipe PWM untuk sistem
dengan kapasitas panel surya melebihi 200 Wp.
23
(Sumber: https://www.warungenergi.com/product/solana-battery-vrla-
deep- cycle-200ah-12v/)
24
kerusakan dan mengurangi masa pakai baterai.
2.2.5.4 Inverter
25
Perlu diketahui bahwa peralatan proteksi dan keselamatan pada
sistem PLTS sangatlah penting, biasanya alat yang dipasang adalah
miniatur circuit breaker (MCB) yang meliputi tegangan DC dan tegangan
AC. Untuk perangkat proteksi dengan lonjakan atau kilat, gunakan
perangkat proteksi lonjakan(SPD). Mirip dengan MCB, SPD juga dapat
digunakan untuk tegangan AC dan tegangan DC. Larik panel surya
menggabungkan SPD DC dan MCB DC dalam penggabung string
fotovoltaik, dan bagian keluaran inverter disebut papan distribusi atau
kotak kombinasi AC atau unit tampilan yang terdiri dari MCB AC, SPD
AC dan kWh meter.Kapasitas energi dari Sistem PLTS dihasilkan oleh
penghitung dan indikator.
26
fotovoltaik, sekring harus digunakan.
27
(Sumber: Daftar Harga Kabel Listrik Terbaru Februari 2021 - Sejasa.com)
28
(Sumber: https://www.solarpowerworldonline.com/2014/03/anatomy-
rooftop- solar-mounting-system/)
Sumber energi yang tak akan habis karena berasal dari sinar
matahari, selama masih ada cahaya matahari maka sistem PLTS
dapat terus beroperasi menghasilkan energi listrik.
4) Lokasi pemasangan yang fleksibel
29
2.2.7.2 Kekurangan Penggunaan Sistem PLTS
2.2.8 Mercusuar
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
31
3. 2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan karena penelitian ini
digunakan untuk mencari solusi dari penggunaan energi alternatif dan hasilnya
dapat diterapkan secara langsung
3.2.2 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber asli
ataupu objek penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berasal dari
obeservasi situasi di lapangan dan menanyakan langsung tentang beban yang
digunakan di mercusuar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber kedua sebagai
penunjang pembahasan. Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari
studi dokumen, dokumentasi, jurnal dan referensi penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data radiasi matahari dan temperatur
Agar data yang diambil optimal dan sesuai dengan kebutuhan sistem, perlu
mengambil data iradian matahari dari situs National Aeronautics and Space
Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa dengan
memasukkan nilai koordinat sesuai dengan koordinat daerah yang akan di
instalasi
33
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perhitungan kapasitas
-Perhitungan Luas Penampang Cell Surya
Panjang : 120 cm
Lebar : 90 cm
A=PxL
A=PxL
A = 120 x 90
A = 1,2 x 0,9
A = 1,08 M2
- Perhitungan Cell Surya
Untuk mengetahui besaran yang dihasilkan dengan menghitung perkalian
intensitas radiasi yang diterima dengan luasan dengan persamaan :
W = I_r x A
Penampang I : E = I_r x A
= 1310,80 x 1,08
= 1415,66 Joule
Untuk mengetahui besarnya daya dapat ditentukan menggunakan
persamaan.
P = V. I
Jadi
V = 19,42 Volt
I = 2,88 A
P = 19,42 x 2,88 = 55,92 Watt
Dari perhitungan diatas maka dapat di ketahui daya dalam tabelLaju waktu
pengisian dari panel surya :
T=WxP
Perhitungan :
T =WxP
= 1415,66 x 55,92
= 79163,70 / detik
Panel surya 120 watt yang terpasang dapat menghasilkan daya maksimal
34
600 watt selama 5 jam penyinaran matahari. PLTS yang dirancang mensuplai
sebesar 100% dari energi keseluruhan.
Rugi-rugi daya panel surya
Rumus :
Eb = Ep - (15% x Ep)
Dimana :
Eb = energi beban (watt/jam)
Ep = energi panel surya (watt/jam)
Eb = 600 – ( 15% x 600)
Eb = 510
total yang digunakan sebesar 510 watt/jam.
Untuk perhitungan efisiensi tenaga surya adalah sebagai berikut :
P
¿
(W . A )
55,92
¿
1415,66. 1,08
= 0,036
= 0,00036 %
Paki = V x I
Paki =VxI
= 12 x 20
= 1200 W
EB
AH =
VS
510
¿
12V
= 42,5 Ampere/jam
Satuan hari untuk menyimpan dan menyalurkan energi ke beban
ditentukan satu hari, jadi baterai hanya menyimpan dan mengelurkan pada
hari itu juga. Besarnya Deep of Discharge( DoD) pada baterai adalah 80%.
Kapasitas accu yang dibutuhkan adalah :
= 42,5.1 0,8
= 53,12 Amper/jam
35
1. Analisa Regresi
Menghitung nilai konstanta b
n .∑ XY −∑ X . ∑Y
b=
n .∑ x 2−(∑ X )2
60. (83370,52)−(2007,99).(3375,65)
¿
60 (24122,31)−(2007,99)2
−1776040,24
¿ =0,68
−2584685,24
Menghitung nilai konstanta a
∑ Y −b . ∑ X
a=
n
3375,65−0,68 ( 2007,99 )
¿
60
¿ 33,50
Membuat persamaan regresi linier sederhana
Y = ɑ + bX
= 33,50 + 0,68X
Menghitung rata-rata x
∑X
¿
n
2007,99
¿
60
¿ 33,46
Menghitung rata-rata y
∑y
¿
n
3375,65
¿
60
¿ 56,26
2. Analisa Koefisien Korelasi
n ( ∑ xy )−(∑ x . ∑ y )
r= 2 2 2 2
√ n ∑ x −(∑ x ) [ n∑ y −(∑ y ) ]
60.(83370,52)−(2007,99 .3375,65)
¿ 2 2
√60 .24122,31−(2007,99) [ 60.143756,2−(3375,65) ]
36
−1776040,24
¿
2675565,36
¿−0.66
Dari data tabel 4.2 yang telah diolah menggunakan analisa korelasi dan
analisa regresi maka didapatkan persamaan regresi linier sebagai berikut y =
33,50 + 0,68X, maka didapatkan koefisien korelasi ( r ) = - 0.66 yang
memberikan arti bahwa antara temperatur dengan daya terdapat hubungan
negatif dan sangat lemah, ini berarti bahwa jika temperatur yang dihasilkan
oleh solar cell meningkat atau menurun, maka daya yang dihasilkan menurun.
Sedangkan untuk koefisien determinasi (KD) yang didapat adalah :
KD = ( r )2 x 100%
= (-0.66)2 x 100%
= 43.6%
Dengan nilai koefisien determinasi 43.6%, memberikan pengertian bahwa
meningkat atau menurunnya daya yang disebabkan oleh temperatur yang
dihasilkan solar cell sekitar 43.6% dan selebihnya 56.4% disebabkan oleh
faktor lain.
Jadi Ho dterima karena terdapat hubungan antara peningkatan atau
penurunan temperatur solar cell dengan daya yang dihasilkan.
37
38
39
40
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
41
lain seperti lingkungan, dll dan diharapkan menggunakan software
untuk memastikan keakuratan perencanaan PLTS.
42
DAFTAR PUSTAKA
43