Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
EFEKTIFITAS PENJATUHAN PIDANA
PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM
TINDAK PIDANA KORUPSI
(Studi Kasus Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan
Negeri Denpasar)
NIM : 1604551103
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas
Melalui kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih kepada berbagai
pihak yang sangat berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum, Dekan Fakultas
2. Bapak
3. Ibu
4. Bapak
5. Bapak Dr.Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S.H., M.H., Ketua Bagian
Udayana.
iii
7. Bapak Dr.Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S.H., M.H., Dosen Pembimbing
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah
perkuliahan.
11. Dewan Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menguji
skripsi ini.
12. Kepada keluarga penulis I Wayan Purya, Ni Made Merti, Dyah, Ade,
Komang, dan Hari, terimakasih atas doa serta dukungan selama penulis
Menyadari keterbatasan penulis, sudah barang tentu apa yang tersaji dalam skripsi
ini tidak lepas dari kekurangan, oleh sebab itu kritik, saran, dan pendapat yang
iv
Denpasar, 21 November 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. vi
Abstrak......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Orisinalitas................................................................................. 4
vi
1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap perbuatan pidana pada umumnya serta tindak pidana korupsi pada
berdampak besar terhadap negara, sehingga perlu diperangi bersama oleh seluruh
optimal dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan
kepentingan masyarakat
yang pesat dalam modus operandinya. Akhir-akhir ini, tidak jarang bukan hanya
recht person yang dituntut karena melakukan tindak pidana korupsi, namun juga
hukuman badan berupa pidana penjara agar mendapatkan efek jera mulai
negara dari tindak pidana korupsi jarang untuk dapat kembali. Oleh sebab itu,
2
dewasa ini, upaya menanggulangi kejahatan ini mulai fokus pada tindakan
mengejar pengembalian aset atau harta kekayaaan negara yang didapat ketimbang
dengan UU TPK. Dalam salah satu ketentuan pasal pada UU TPK, yaitu Pasal 18
diatur secara tegas mengenai pidana tambahan berupa pidana pembayaran uang
pengganti. Pidana tambahan ini, jika dilihat dari Pasal 10 KUHP, merupakan
bentuk pidana tambahan dari pidana pokok dan dapat ditentukan lebih lanjut
dapat dijatuhi pidana uang pengganti dengan jumlah maksimal sama dengan harta
atau benda yang didapat dari hasil korupsi. Kemudian pada Pasal 18 ayat (2) UU
TPK mengatur, apabila pidana uang pengganti ini tidak dibayarkan oleh
terpidana, maka dipidana penjara dengan masa hukuman tidak melebihi pidana
pokok.
pengembalian aset negara dari tindak pidana tersebut dirasa belum efektif.
Berdasarkan data dari ICW1, pada tahun 2018 negara mengalami kerugian
Qodar, Nafiysul, 2019, “Pengembalian Aset Negara dari Kasus Korupsi Dinilai Belum
1
terhadap 1.162 terdakwa. Sementara itu, pengembalian aset negara dari pidana
tambahan uang pengganti hanya Rp 805 miliar dan USD 3.012 atau setara dengan
Rp 42 miliar. Berdasarkan data tersebut, hanya sekitar 8.7 persen melalui pidana
diganti.
upaya untuk mengembalikan kerugian dari keuangan negara yang timbul akibat
meletakan Pasal 18 UU TPK ini sebagai tuntutan, mengerti bahwa bukan hanya
pidana penjara terhadap pelaku saja yang dikejar, melainkan juga pengembalian
harta kekayaan negara. Hal ini penting, karena harta kekayaan negara yang
dirugikan dengan tindak pidana oleh pelaku tidak dengan nominal yang kecil.
uang pengganti ini tidak dapat dilaksanakan, namun sejatinya bukanlah itu tujuan
Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia, sejak tahun 2012 telah memiliki
tertarik untuk melihat efektivitas dari pidana pembayaran uang pengganti dalam
diperlukan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu menyimpang. Oleh
1.4 Orisinalitas
Sifat kebaharuan dalam penelitian ilmiah merupakan satu hal yang penting
dalam keilmuan. Oleh karena itu, orisinilitas diperlukan agar penelitian ilmiah
dalam penelitian ini, sehingga dapat disebut sebagai penelitian yang orisinil.
Adapun perbedaan penulisan dari penelitian ini dengan penelitian sejenis yang
lain berdasarkan dari segi tempat, tahun dan permasalahan yang dibahas yaitu:
2. Bagaimana strategi
penegakan hukum
pidana untuk
mengatasi dinamika
pidana uang
pengganti?
2. Muhammad Arif “Efektifitas Pidana 1. Bagaimana
praktiknya?
2. Bagaimana
efektifitas pidana
tambahan uang
pengganti dalam
tindak pidana
korupsi?
3. Ade Paul Lukas “Efektivitas Pidana 1. efektivitas
2010 korupsi di
Pengadilan Negeri
Purwokerto
2. faktor-faktor yang
menjadi kendala
efektivitas
pelaksanaan/eksekusi
pidana pembayaran
uang pengganti
korupsi di Kejaksaan
Negeri Purwokerto
7
pidana korupsi.
Korupsi Denpasar.
pidana korupsi.
dalam penelitian ini, adapun teori yang akan digunakan, antara lain yaitu:
1.7.1 Pemidanaan
1) Tujuan Pemidanaan
Para ahli hukum tidak memiliki persamaan pendapat mengenai tujuan dari
pidana atau pemidaan, hal ini karena banyakya pemikiran mengenai tujuan
membuat pelaku tindak pidana menjadi tidak lagi dan mampu melakukan
kejahatan atau tindak pidana yang lain. Menurut Wirjono Prodjodikoro, tujuan
preventif); atau
2) Teori-Teori Pemidanaan
dasar hubungan dari kejahatan itu sendiri merupakan dasar dari teori
korban. Jadi teori ini merupakan bentuk pembalasan yang diberikan oleh
negara yang bertujuan agar pelaku merasakan derita akibat perbuatannya, dan
2
Wirjono Prodjodlkoro, 1980, Tindak Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT Eresco,
Jakarta, h. 3
10
Muladi dan Barda Nawawi Arief, dasar pembenar dari pidana terletak dari
adanya kejahatan itu sendiri, oleh sebab itu pidana merupakan akibat yang
Hak asasi manusia yang hakikatnya melekat pada manusia tidak terlalu
sesaat dan sesudah melakukan tindak pidana tidak menjadi perhatian utama,
sehingga, muncul kesan bahwa pembinaan pelaku bukan fokus utama dari
teori ini.
merupakan fokus utama dari teori tujuan. Fokus utama dari teori ini yaitu
tujuan atau teori nisbi ini. Muladi dan Barda Nawawi Arief memberikan
pendapat bahwa dasar pembenar dari pemidaan dalam teori ini yaitu tujuan
pidana bukan karena pelaku kejahatan namun pada supaya pelaku tidak
melakukan kejahatan.4
oleh tindak pidana merupakan tujuan dari teori relative. Menurut Andi
Hamzah, teori relative memiliki dua sifat, yaitu sifat prevensi umum dan
3
Lihat Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Teori-Teori dan Kebjakan Pidana,
Alumni, Bandung, h. 10
4
Lihat Ibid, h.16
11
tindak pidana merupakan tujuan dari prevensi umum sedangkan agar pelaku
tindak pidana jera dan tidak mengulangi atau melakukan tindak pidana lagi
Dasar atau hakikat pemidanaan teori ini pemidanaan adalah terletak pada
kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, serta tujuan dari
itu sendiri merupakan dasar hukum dari pemidanaan namun disisi lain tetap
sepanjang tidak melampaui batasan yang perlu dan sudah cukup untuk
tidak boleh lebih berat dari suatu nestapa yang beratnya sesuai dengan
Menggabungkan dua sudut yang tidak dapat diabaikan yaitu dari sudut
5
Lihat Andi Hamzah, 1986, Sistem Pidana dan Pemdanaan Indonesia dari Retribusi ke
Reformasi, Pradnya Paramita, h. 34
6
Lihat Satochid Kartanegara, 1998, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur
Mahasiswa, Jakarta, h.56
7
12
dari teori absolut dan relative yang merupakan dasar dari teori gabungan ini.
Berdasarkan hal tersebut, teori ini dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu: teori
digunakan metode ilmiah atau metode penelitian. Sifat ideal dari ilmu
untuk mempelajari sesuatu atau beberapa hal atau fakta hukum tertentu
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
8
Bambang Sunggono, 2007, Metodologl Penelitian Hukum PT Rajagrafindo, Jakarta,
h.44
9
Ibid
13
dilaksanakan.
kepustakaan.
penelitian ini.
peroleh dalam penelitian ini yaitu teknik analisis kualitatif. Teknik ini
teknik ini, biasanya data yang diperoleh berupa kata-kata atau data
penelitian ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hamzah, Andi, 1986, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Alumni, Bandung.
Eresco, Jakarta.
Jakarta.
INTERNET
Qodar, Nafiysul, 2019, “Pengembalian Aset Negara dari Kasus Korupsi Dinilai
Belum Maksimal” ,Merdeka.com, URL :
https://www.merdeka.com/peristiwa/pengembalian-aset-negara-dari-kasus-