Anda di halaman 1dari 25

PENGATURAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA IBU DENGAN

GANGGUAN KEHAMILAN ANEMIA DAN PRE-EKLAMSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Gizi dan Diet

Dosen Pengampu: Irisana Tambunan, S.Kep., Ners., MKM

Oleh :
Devita Oktaviona
191FK01034
3A

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

FAKULTAS D-III KEPERAWATAN


2021
ANEMIA

2.1 Definisi
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin
yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal
kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan
tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, schingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang
ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum
(Serum Iron SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron
Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara
lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi
diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti
pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit
2.2 Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diit
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

2.3 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1) Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Seperti :
a. Terapi Oral : adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral : baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat
besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan
atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat
parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2
x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%
(Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb
dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–
25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2) Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3) Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
4) Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila
terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis
anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.

2.4 Gejala Anemia Pada Ibu Hamil


Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
- Ibu mengeluh cepat lelah,
- Sering pusing,
- Mata berkunang-kunang,
- Malaise,
- Lidah luka,
- Nafsu makan turun (anoreksia),
- Konsentrasi hilang,
- Nafas pendek (pada anemia parah); dan
- Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

2.5 Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses
ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan
meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Kehamilan


1) Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3) Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4) Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5) LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal
: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
8) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
9) Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10) TBC serum : meningkat (DB)
11) Feritin serum : meningkat (DB)
12) Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13) LDH serum : menurun (DB)
14) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
16) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
18) Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan
GI (Doenges, 1999).

2.7 Penatalaksanaan Medis


Tindakan umum :
1) Transpalasi sel darah merah
2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
 Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
a. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
- Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
- Pemberian preparat fe
- Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
- Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan
b. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
c. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
d. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

2.8 Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil


Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga
dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung,
buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang
terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau
pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah
30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl), sedangkan
untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325
mg 60-65 mg, 1- 2 kali sehari. Untuk yang discbabkan olch defisiensi asam folat dapat
diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4
mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari

2.9 Tips Pencegahan Dan Perawatan Ibu Hamil Dengan Anemia


Kondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila
penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin.
Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit darah
atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian lebih lanjut
dan advis dokter. Berikut ini ada beberapa tips hal yang dapat ibu lakukan untuk
menghindari, mengurangi dan menghadapi kondisi anemia :
1) Tentukan Apakah ibu mengalami Kondisi Anemia atau tidak
a. Ibu dapat mengetahuinya dengan cara memperhatikan petunjuk penting dalam
dirinya. Bila ibu merasa lebih cepat lelah, letih, lesu, tidak bergairah dan
mudah pusing atau pingsan, maka hal ini dapat menjadi tanda kondisi anemia.
Untuk memastikannya ibu dapat melakukan pemeriksaan sederhana berikut
ini.
b. Berdirilah di depan cermin dan tarik kelopak mata bagian bawah. Perhatikan
tingkat warna kemerahan kelopak mata tersebut. Bila pucat atau merah muda
maka kemungkinan anda mengalami anemia.
c. Bandingkan telapak tangan ibu dengan telapak tangan suami atau orang lain
yang dianggap normal. Bila telapak tangan tampak lebih putih atau lebih
pucat maka mungkin anda sedang dalam kondisi anemia.
d. Julurkan dan perhatikan warna lidah anda. Bila tepi lidah anda menjadi lebih
pucat dari warna permukaan dalam pipi maka kondisi anemia mungkin telah
terjadi. Untuk memastikan kondisi anemia ini, ibu dapat memeriksakan darah
untuk kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah. Bila
hemoglobin kurang dari 10gr% maka sebaiknya ibu segera pergi ke dokter
untuk memeriksakan diri.
2) Perbaikan diet/pola makan
Penyebab anemia terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan
pola makan dan kebiasaan makan yang schat dan baik selama kehamilan akan
membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup schingga dapat
mencegah dan mengurani kondisi anemia.
3) Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan Asam folat
Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging,
hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak
mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan,
gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan
bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B
lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya
akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah dan hemoglobin.
4) Batasi penggunaan antasida
Antasida atau obat maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini
umumnya mengandung mineral, atau logam lain yang dapat menganggu
penyerapan zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu batasi penggunaannya dan
gunakan sesuai aturan pemakaian.
5) Ikuti saran dokter
Beberapa penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh
karena itu jangan meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan
lebih lanjut kondisi yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter anda.

2.10 Makanan Yang Di Anjurkan


Makanan yang dianjurkan Makanan Dietnya :
1) Makan bahan makanan sumber FE : hati, daging, kuning telur, udang, serealia,
kacang- kacangan & sayuran hijau
2) Bila sumber FE dari tumbuhan, diiringi dengan mengkonsumsi vitamin C
3) Penggunaan tablet besi sesuai dengan anjuran dokter atau bidan
4) FE diinum kurang lebih 2 jam sebeclum atau sesudah makan dengan cukup cairan
atau jus jeruk
5) Hindari minum FE dengan susu
Ada beberapa tips yang perlu diperhatikan oleh wanita hamil, agar dapat
menghindari atau mengatasi masalah anemia.
- Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan asam folat Daging, hati, dan
telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung
zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras
yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman
yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya.
Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan be gai buah-buahan kaya akan mineral
baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah
merah dan hemoglobin.
- Ikuti saran dokter Kadang kala anemia disebabkan olch penyakit serius tertentu.
Jadi jangan meremehkan. Konsultasikan lebih lanjut dan ikuti naschat dokter.
Terutama pada saat hamil, biasanya dokter akan merekomendasikan ibu hamil
untuk mengonsumsi tablet zat besi yang bisa berfungsi untuk mencegah anemia

2.11 Zat Zat Gizi Yang Penting Bagi Ibu Hamil


Zat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah
sebagai berikut:
1) Sumber tenaga
Digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang
terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel- sel baru, pemberian makanan
dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang
pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi
menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu
sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang
dipecah menjadi energi.
2) Protein
Diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan
berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan
jaringan pembentuk otak.
3) Vitamin
Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh
ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan penghasil energi, vitamin B6
sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran
pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna
mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.
4) Mineral, antara lain :
a. Kalsium : digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta
persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan
kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan
mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu
mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium
yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.
b. Zat besi : erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah
sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang
disebabkan oleh :
- Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
- Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-
hari.
- Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita,
schingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan
mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan
sebelumnya.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya
karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama,
menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi (ferosulfat) 30 - 60 mg
per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan
meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran
hijau.

2.12 Pedoman Makanan Untuk Ibu Hamil


Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil:
1) Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih
ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang
dikonsumsi.
2) Makanan dapat diberikan 4 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu.
Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual,
pusing, dan ingin muntah.
3) Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe,
makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, scerta yang beralkohol
semacam tape.
4) Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi scimbang, dengan susunan
yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g
kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @ 100 g, segelas
susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta I sdm minyak atau lemak.
5) Berikan minum 1/2 jam schabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah
seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti
cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air
kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk
menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink (minuman
ringan) pemicu hipertensi.
6) Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan
pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan
keschatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan
dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan sepertiamaranth,
potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin
B, dsb.
7) Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak
namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat,
karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
8) Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil
dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain,
karena biasanya mereka tidak berselera makan.
9) Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna
karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk
menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan
untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum
dikonsumsi.
10) Tetap beraktivitas dan bergerak
PRE-EKLAMSIA

2.1 DEFINISI

Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan bagaiman hypertensi


terjadi setelah kehamilan ke-20 minggu pada wanita sebelum memiliki tekanan
darah normal ( Prawira hardjo,2008). Preeklamsia merupakan suatu penyakit
vasospatik, yang melibatkan banyak system dan ditandai oleh hemokonsentrasi,
hipertensi dan proteinuria. Diagnosis preeklamsia secara tradisional didasarkan
pada adanya hipertensi disertai proteinuria dan edema ( Willis,Blanco,1990).
Hipertensi didefinisikan sebagai pningkatan tekanan sistolik dan diastolic
melebihi 140/90 mmhg. Jika tekanan darah itu pada trismester 1 diketahui, maka
angka tersebut dipakai sebagai patokan dasar tekanan darah ibu. Dengan
informasi tersebut definisi hipertensi ialah kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar
30mmhg atau lebih, tekanan diastolic sebesra 15mmhg diatas nilai tekanan darah
dasar ibu. Peningkatan tekanan darahharus terjadi sekurang kurangnya dalam 2x
pemeriksaan dengan jarak 4-6 jam ( Fairlie,Sibai,1993 ).
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24jam kadarnya
melebihi 0,3gr/L, atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan lebih dari 2 atau 1g/L
atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal 2x
dengan jarak waktu 6 jam. Umunya protein uria timbul lebih lambat, sehingga
harus dianggap tanda yang serius.
Udema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsia ( Sibai,
Rodriguez,1992 ). Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan interstisial
umumnya setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan BB 2kg per minggu. Pada
keadaan tersebut ada hipertensi atau protein uria, edema harus dievalusi sebagai
refleksi edema organ akhir dan kemungkinan hipoksia organ.
Preeklampsia atau toksemia umumnya terjadi pada trimester ketiga.
Persentasenya adalah 5-10% kehamilan. Kecenderungannya meningkat pada
faktor genetis. Berbeda dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia ialah
kondisi peningkatan tekanan darah yang terjadi ketika hamil. Preeklampsia
lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami kehamilan yang pertama kali (7%).
Wanita yang hamil berusia 35 tahun, hamil kembar, menderita diabetes, tekanan
darah tinggi dan gangguan ginjal juga mempunyai risiko menderita
preeklampsia. Sejauh ini, penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti.
Diduga penyebab preeklampsia adalah penyempitan pembuluh darah yang unik
(Indiarti, 2009).

2.1 Etiologi

Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Banyak


teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang
memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the disease of
theory”. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut7:

1. peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan


ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa
2. peningkatan angka kejadian preeklampsia seiring bertambahnya usia
kehamilan
3. perbaikan keadaan pasien dengan kematian janin dalam uterus
4. penurunan angka kejadian preeklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya
5. mekanisme terjadinya tanda-tanda preeklampsia, seperti hipertensi, edema,
proteinuria, kejang dan koma
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat
ini, yaitu:14,15
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang
dapat berkembang menjadi iskemia plasenta.
2. Peningkatan toksisitas very low density lipoprotein (VLDL).
3. Maladaptasi imunologi, yang menyebabkan gangguan invasi arteri spiralis
oleh sel-sel sinsitiotrofoblas dan disfungsi sel endotel yang diperantarai oleh
peningkatan pelepasan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas.
4. Genetik.Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-
faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah faktor
penyebab atau merupakan akibat.

2.2 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ
, termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi
aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia
yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

2.3 Klasifikasi

Dibagai dalam 2 golongan :


1. Preeklamsi ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih diukur dengan posisi rebah
terlentang atau posisi baring, kenaikan diastolic 15mmhg dan diastolic
30mmhg atau lebih. Cara pengukuran sekurang kurangnya pada 2x
pemeriksaan dengan jarak periksa satu jam ( sebaiknya 6 jam )
b. Edema umumnya pada kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan BB 1 kg
lebih perminggu
c. Protein uria kwantitatif 0,3gr atau lebih perliter, kwalitatif 1 atau 2+ pada
urin kateter atau midstream ( Ida Bgus 1998 )
2. Preeklamsi berat
a. Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih/L
c. Oliguria jumlah urin< dari 500cc per 24 jam
d. Keluhan subjektif :
1. Nyeri di epigastrium
2. Gangguan penglihatan ( skotoma )
3. Nyeri kepala
4. Edema paru dan sianosis
e. Pemeriksaan :
1. kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2. perdarahan pada retina
3. trombosit kurang dari 100.000/mm ( Ida Bagus.1998)

2.4 Maninfestasi Klinis


1. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
a. TD > 140/90 mmHg atau Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
Diastolik>15 mmHg
b. tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.5 Manajemen Gizi Pada Ibu Preeklampsia


a. Pertahankan diet sesuai usia dan tahap kehamilan (umumnya 300 kkal
lebih banyak dari diet pra-kehamilan). Gunakan ekstra buah dan sayuran
dan kurangi sukrosa.
b. Studi juga menunjukkan efektivitas magnesium pada eklampsia dan
preeklamsia. Sumber magnesium termasuk sayuran berdaun hijau, kacang-
kacangan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
c. Asupan natrium mungkin perlu dikontrol hingga 2 g/hari jika edema parah.
Diuretik umumnya tidak digunakan.
d. Asam lemak omega-3 yang cukup dari tuna, tenggiri, tongkol, gabus,
kembung, teri, mujair, kedelai, dll.
e. Diskusikan sumber kalsium yang cukup dari makanan, terutama jika produ
susu tidak ditoleransi atau disukai.
f. Melewatkan makan harus dihindari dengan cara apa pun.
g. Sumber potasium dan magnesium yang baik termasuk kacang-kacangan,
buah buahan dan sayuran. Diet DASH adalah diet yang sangat baik untuk
dilanjutkan bahkan setelah kehamilan.
h. Istirahat sangat penting selama waktu ini. Biofeedback, yoga, meditasi,
dan bentuk pengurangan stres lainnya seringkali bermanfaat.
i. Karena homosistein plasma sering meningkat, asupan asam folat, vitamin
B1 dan B6 yang cukup dianjurkan. Suplementasi dengan vitamin prenatal
` Sertakan asam folat, kalsium, vitamin B kompleks lainnya, protein, seleniu
dan kalium dari makanan. Peran vitamin C dan E tidak menguntungkan
bagi wanita yang berisiko mengalami preeklamsia. Suplemen antioksidan
juga tidak dianjurkan.

2.6 Diet Ibu Hamil Dengan Preeklamsia


2.7.1 Tujuan
Mencapai & mempertahankan status gizi normal, mencapai &
mempertahankan tekanan darah normal, mencegah & mengurangi retensi
garam/air, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan
berat badan tdk melebihi normal, mengurangi & mencegah timbulnya
factor resiko lain pd saat hamil/ setelah melahirkan.

2.7.2 Macam Diet Preeklampsia

Diet Preeklampsia I

1) Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat


2) Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari
buah

3) Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan
kekurangannya diberikan secara parental 4) Makanan ini kurang energi
dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 – 2 hari

Diet Preeklampsia II

1) Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada


pasien preeklampsia yang penyakitnya tdk begitu besar

2) Makanan berbentuk saring atau lunak.

3) Diberikan sebagai diet rendah garam I

4) Makanan ini cukup energi dan zat gizi

lainnya Diet Preeklampsia III

1) Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada


pasien dengan preeklampsia ringan.

2) Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .

3) Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .

4) Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang


boleh lebih dari 1 kg per bulan .
Contoh menu makan sehari ibu hamil diit preeklampsia

Bahan Maanan Diet Pre-eklampsia I Diet Pre-eklampsia II Diet Pre-eklampsia III

Beras - - 150 2 gls nasi Berat 3 gls nasi

Roti 120 6 Iris 80 4 Iris 80 4 Iris

Biskuit - - 20 2 bh 40 4 bh

Daging - - 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdg

Telur ayam - - 50 1 butir 50 1 butir

Sayuran - - 50 2 ptg sdg 100 4 ptg sdg

Buah 700 7 ptg sdg 400 4 ptg sdg 400 4 ptg sdg
pepaya pepaya pepaya

Minya - - - - 10 1 sdm

Margain - - 10 1 sdm 20 2 sdm

Gula Pasir 30 3 sdm 20 2 sdm 20 2 sdm

2.7 Pencegahan

Menurut Wiknjosastro (2005) kepatuhan ibu hamil dalam pencegahan pre-


eklampsia meliputi :
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya
faktor predisposisi pada ibu dan wanita usia produktif terhadap faktor
risiko terjadinya keracunan kehamilan. Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan menjaga berat badan ibu hamil agar tetap ideal, mengatur pola
makan sehat dan menghindari stress serta istirahat yang cukup.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya awal sebelum seseorang
menderita penyakit atau upaya untuk mempertahankan orang sehat agar
tetap sehat. Dilakukan
a. Istirahat, diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan.
b. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia dan
eklampsia bila ada faktor prediposisi.
c. Pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali
kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2
kali pada trimester III.25
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah orang yang
telah sakit agar tidak menjadi parah, dengan menghambat progresifitas
penyakit dan menghindarkan komplikasi. Dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini serta mengadakan pengobatan yang cepat
dan tepat. Upaya pencegahan ini dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur, bermutu dan teliti mangenali tanda-
tanda sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang sesuai agar
penyakit tidak menjadi berat.
b. Terapi preeklampsia ringan di rumah yaitu istirahat ditempat tidur,
berbaring pada sisi kiri dan bergantian ke sisi kanan bila perlu, dengan
istirahat biasanya edema dan hipertensi bisa berkurang.
c. Memberikan suntikan sulfamagnesium 8 gr intramuskuler untuk
mencegah kejang.
d. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya 37 minggu ke atas,
apabila setelah dirawat inap tanda-tanda preeklampsia berat tidak
berkurang.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan upaya mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat atau membatasi
kecacatan yang terjadi serta melakukan tindakan
rehabilitasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan :

a. Pemeriksaan tekanan darah setelah melahirkan setiap


4 jam selama 48 jam.
b. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum.
c. Melakukan pemantauan jumlah urine.

Anda mungkin juga menyukai