Akibat kecelakaan lalulintas seorang lelaki, usia 25 tahun, mengalami paraplegi, akibatnya ia
lumpuh pada kedua extrimitas bawahnya dan gangguan reflex somatik & otonom.
Pertanyaan :
I.KLARIFIKASI ISTILAH
II.DEFINISI MASALAH
1. Kelainan anatomis apa yang terjadi
2. Kenapa timbul paraplegi
3. Terangkan tentang reflex
4. Gangguan reflex somatik & otonom
III.ANALISA MASALAH
1. Kelainan anatomis apa yang terjadi
Adanya kelumpuhan pada extrimitas bawah
Gangguan reflex somatik & otonom
2. Kenapa timbul paraplegi
Trauma otak
Trauma tulang belakang
3. Terangkan tentang reflex
Dimulai dari reseptor penerima rangsangan diteruskan oleh saraf sensorik ke
pusat saraf diterima oleh sumsum tulang belakang tanpa diolah dalam otak langsung
dikirim tanggapan ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor yaitu otot
4. Gangguan reflex somatik & otonom
Trauma otak
Trauma tulang belakang akibatnya adanya gangguan paraganglia dan ganglia.
IV.KERANGKA KONSEP
Pria 25 tahun
mengalami kecelakaan
trauma
Paraplegi
V.LEARNING ISSUE
VI.HASIL DISKUSI
1. Fisiologi & anatomi susunan saraf tepi?
Anatomi
Susunan saraf tepi dibagi menjadi 2 yaitu :
12 pasang saraf cranial
3 pasang saraf sensorik.
5 pasang saraf motorik
4 pasang saraf gabungan.
31 pasang saraf spinal
8 pasang saraf leher (servikal)
12 pasang saraf punggung (torakal)
5 pasang saraf pinggang (lumbal)
5 pasang saraf pinggul (sakral)
1 pasang saraf ekor (koksigial)
Fisiologi
Pemabagian saraf cranial
I. Olfaktorius : menerima rangsangan dari hidung dan mengirimkan ke
otak untuk diproses ( penciuman)
II. Optik : menerima rangsangan dari mata dan mengirimkan ke otak
untuk diproses sebagai persepsi visual (penglihatan)
III. Okulomotorius : menggerakan sebagian besar otot mata terutama
levator palpebrae superior, rektus superior, rektus medialis, rektus
inferior dan gerakan mata lainnya juga menginervasi spingler pupil.
IV. Troklearis : menggerakan beberapa otot mata saraf troklearis berasal
dari otak tengah.
V. Trigeminal : menerima rangsangandari wajah untuk diproses,
menggerakan rahang.
VI. Abdusen : mengukur gerakan bola mata.
VII. Fasial : menerima rangsangan dari bagian anterior lidah untuk
diproses menciptakan ekspresi wajah.
VIII. Vertibulokoklearis : mengendalikan keseimbangan sensorik koklea
(pendengaran)
IX. Glosofaringeus : menerima rangsangan dari bagian posterior lidah
untuk pengecapan.
X. Vagus : mengontrol otot untuk suara dan resonansi bersama dengan
langit-langit lunak.
XI. Aksesorius : mengendalikan pergerakan kepala.
XII. Hipoglossus : mengendalikan pergerakan lidah.
4. Jenis-jenis paraplegi?
Paraplegia parsial: Penderita masih bisa mengontrol beberapa otot dan
merasakan sensasi seperti panas atau dingin.
Paraplegia menyeluruh: Penderita benar-benar kehilangan fungsi otot dan
tidak bisa merasakan sensasi apa pun.
Paraplegia spastik: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi
kaku, mengalami kejang-kejang, dan pergerakannya tidak bisa dikontrol.
Paraplegia flaksid: otot-otot tubuh pada bagian yang lumpuh dalam kondisi
lemas dan terkulai. Otot lumpuh yang mengalami kondisi ini bisa
mengkerut.
5. Mekanisme
Trauma, penyakit genetic, penyakit → kerusakan medulla spinalis → hemoragi →
pembengkakan serabut saraf (hancur → kerusakan lumbal 2 – 5 → otak gagal
menerjemahkan rangsangan sensorik / motorik → gangguan refleks somatik dan
otonom → paraplegia, paraosis → ↓↓ fungsi pergerakan sendi → komplikasi (+
setempat berisiko kerusakan integritas kulit, sondrom defisit self care, gagguan
mobilitas fisik)
6. Pemeriksaan penunjang paraplegi
RO
LAB
Darah rutin
Urine : ada infeksi, sehingga leukosit & eritrosit meningkat.
CT scan
MRI
VII.KESIMPULAN
Berdasarkan pemicu dapat diketahui bahwa pasien mengalami paraplegi akibat
penderita mengalami kelumpuhan pada ekstremitas bawah serta adanya gangguan
saraf motorik & sensorik sehingga kehilangan kekuatan