Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahap terakhir dari penugasan audit adalah melaporkan semua temuan yang
didapat. Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Laporan audit berisi
tentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan Audit dari seorang Auditor dipergunakan sebagai alat komunikasi antara
Auditor dengan pihak Manajemen mengenai temuan(finding) dari setiap audit yang
telah dilakukan auditor.
Dari setiap audit yang telah diselesaikan harus dibuat satu laporan tertulis dan
ditanda tangani demikian standar internal audit mengharuskan hal ini. Namun, standar
tidak merekomendasikan bentuk atau format laporan tertentu. Untuk hal tersebut
standar menyerahkan kepada masing-masing auditor.
Laporan audit harus ditandatangani oleh auditor yang berhak, penunjukkan
auditor yang menandatangani hal tersebut di tentukan oleh Kepala Satuan Internal
Audit. Tandatangan dapat dilakukan (diterakan) pada body laporan atau pada cover
letter (Surat Pengantar).
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit
atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang
dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperolehnya.
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi
dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan
pada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu adanya rumusan masalah agar
dapat terfokus pada permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan standar pelaporan?

1
2. Apa saja jenis-jenis laporan audit?
3. Bagaimana format baku laporan audit?
4. Apa saja penyimpangan dari laporan audit format baku?
5. Apa saja contoh kasus dari masing-masing laporan audit?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui mengenai standar pelaporan.
2. Mengetahui jenis-jenis laporan audit.
3. Mengetahui format baku laporan audit.
4. Mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi dari laporan audit format baku.
5. Mengetahui contoh kasus dari masing-masing laporan audit.

D. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini menggunakan referensi-referensi dari beberapa media
atau literatur serta beberapa buku yang diedit dan diunduh secara langsung.

E. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memahami dan mengerti lebih cepat dan lebih jelas tentang
maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikannya secara
sistematis, sehingga tergambar dengan jelas isi masing-masing bab.

BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara keseluruhan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang standar pelaporan, jenis-jenis laporan
audit, format bakulaporan audit, penyimpangan dari laporan audit format baku,
serta contoh kasus dari masing-masing laporan audit.

BAB III. KESIMPULAN

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Pelaporan
Standar pelaporan merupakan pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam
laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Pernyataan pendapat auditor harus didasarkan atas audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain
memuat empat standar pelaporan.

Standar Pelaporan Pertama

Standar pelaporan pertama menyatakan:

”Laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Penjelasan standar pelaporan pertama


Standar pelaporan pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyatakan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP. Standar ini
mengharuskan pernyataan suatu pendapat, bukan pernyataan tentang fakta. Untuk tujuan
standar ini, GAAP tidak hanya mencakup prinsip-prinsip akuntansi, seperti prinsip biaya,
tetapi juga metode penerapannya, seperti metode FIFO, LIFO untuk persediaan, serta
metode penyusutan garis lurus dan jumlah-angka-tahun.
Pendapat auditor, bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum harus
didasarkan atas pertimbangannya apakah :
1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum di Indonesia.
2. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutanatau telah sesuai
dengan situasi yang dihadapi.

3. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat


mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya.

4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan


dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci atau ringkas.

3
5. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-
batas yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

Standar Pelaporan Kedua

Standar pelaporan kedua adalah:

“Laporan yang harus menunjukkan situasi dimana prinsip-prinsip tersebut belum


diterapkan secara konsisten selama periode berjalan dalam kaitannya dengan periode
sebelumnya”.

Penjelasan standar pelaporan kedua

Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip


akuntansi dalam pnyusunan laporan keuangan priode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Dengan demikian,
kecuali jika laporan itu memuat bahasa spesifik yang bertentangan, pembaca dapat
menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip akuntansi telah diterapkan secara konsisten.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
Dan juga untuk mempersyaratkan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila
komparabilitas telah dipenagruhi secara material oleh perubahan semacam itu.

Standar konsistensi tidak berlaku dalam audit tahun pertama atas suatu perusahaan yang
baru berdiri, akan tetapi, standar itu berlaku dalam audit pertama atas perusahaan yang
tela mapan.

Perubahan Akuntansi yang Mempengaruhi Konsistensi

Perubahan prinsip akuntansi dapat disebabkan oleh penggunaan GAAP yang berbeda
dari yang telah digunakan sebelumnya dalam penyiapan laporan keuangan.

Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi mencakup:

 Perubahan dalam prinsip itu sendiri, seperti perubahan dari dasar penjualan ke
dasar produksi ketika mencatat pendapatan pertanian.
 Prubahan metode penerapan prinsip, seperti perubahan dari metode penyusutan
garis lurus ke metode jumlah-angka-tahun.
 Perubahan entitas yang melaporkan, seperti penyajian laporan konsolidasi yang
menggantikan laporan mesing-masing perusahaan atau perubahan anak
perusahaan tertentu yang termasuk dalam kelompok konsolidasi. Suatu
penggabungan usaha yang diperhitungkan dengan metode penyusutan
kepentingan juga menghasilkan entitas pelaporan yang berbeda.

4
 Perubahan prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan estimasi, seperti
perubahan dari mengkapitalisasi dan mengamortisasi biaya atau harga pokok
menjadi mencatatnya sebagai beban pada saat terjadinya karena sekarang manfaat
masa depannya diragukan.

Perubahan yang Tidak Mempengaruhi Konsistensi

Standar konsistensi tidak mencakup pengaruh terhadap komparabilitas dan hal-hal


berikut:

 Perubahan akuntansi yang melibatkan estimasi akuntansi.


 Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan suatu prinsip.
 Klasifikasi dan reklasifikasi.
 Transaksi atau peristiwa yang secara substansial berbeda.
 Perubahan kondisi bisnis, seperti akuisisi anak perusahaan.
 Peluncuran lini produk baru.
 Kehendak yang Maha Kuasa, misalnya kebakaran, banjir, dan peristiwa serupa.

Namun hal-hal ini mungkin memerlukan pengungkapan menurut standar pelaporan


ketiga.

Standar Pelaporan Ketiga

Standar pelaporan ketiga menyatakan:;

“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan dianggap cukup memadai


kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit”.

Penjelasan standar pelaporan ketiga


Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang
memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi
laporan keuangan, serta cataan atas laporan keuangan yang meliputi, sebagai contoh,
istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan
keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang
dicantumkan dalam laporan keuangan. Auditor harus  mempertimbangkan apakah masih
terdapat hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta
yang diketahuinya pada saat audit.

Jadi, jika tidak ada kata-kata eksplisit dalam laporan auditor yang bertentangan, pembaca
dapat menyimpulkan bahwa standar pelaoran pengungkapan telah terpenuhi. Arti dari
frasa “menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum” telah meluas hingga kecukupan pengungkapan. Jika laporan keuangan dan

5
catatan yang menyertainya tidak mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh
GAAP, maka laporan itu tidak disajikan secara wajar.

Pengungkapan informatif mencakup hal-hal material yang berkaitan dengan bentuk,


susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan yang menyertainya. Badan-badan yang
berwenang seperti FASB dan SEC, sering memasukkan persyaratan pengungkapan
dalam pengumuman. Pengungkapan informatif telah meluas hingga peristiwa kemudian
dan pelaporan informasi segmen.

Standar Pelaporan Keempat

Standar pelaporan keempat adalah:

“Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya


dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam
batas-batas yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan”.

Penjelasan standar pelaporan keempat


Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada , dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Tujuan
standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat tanggung
jawab yang harus dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
Tujuan dari standar keempat adalah untuk mencegah misinterpretasi atas tingkat
tanggung jawab yang diemban auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Standar ini secara langsugn memperngaruhi bentuk, isi, dan bahasa dalam
laporan auditor.
Standar ini mempersyaratkan auditor untuk menyatakan pendapat atau menegaskan
bahwa suatu pendapat tidak dapat dinyatakan.
Laporan keuangan yang disebutkan dalam standar ini berlaku untuk laporan tunggal,
seperti neraca dan juga untuk seperangkat laporan dasar. Dalam beberapa kasus laporan
dasar dapat disertai dengan laporan perubahan akun ekuitas pemegang saham. Laporan
keuangan dapat berupa laporan perusahaan tersendiri, laporan konsolidasi, dan laporan
dari satu atau lebih periode sebelumnya yang disajikan atas dasar komparatif dengan
periode berjalan, pendapat auditor harus dinyatakan (atau menolak memberikan
pendapat) dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang diidentifikasi dalam paragraf
pendahuluan dari laporan auditor.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah mencegah agar tidak terjadi penafsiran yang
keliru mengenai tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor, apabila namanya
dikaitkan dengan laporan keuangan. Keterangan dalam standar pelaporan keempat
mengenai laporan keuangan "secara keseluruhan" berlaku sama, baik untuk satu

6
perangkat laporan keuangan yang lengkap maupun untuk salah satu unsur laporan
keuangan saja, misalnya neraca, untuk satu atau beberapa periode akuntansi. Auditor
dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian atas salah satu unsur laporan
keuangan dan menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak
memberikan pendapat, atau menyatakan pendapat tidak wajar atas unsur laporan
keuangan lainnya, apabila keadaan mengharuskan perlakuan demikian.
Laporan auditor biasanya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan
pokok suatu entitas yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas. Setiap laporan keuangan auditan harus secara khusus
disebut dalam paragraf pengantar dalam laporan auditor. Jika laporan keuangan pokok
meliputi suatu laporan terpisah tentang perubahan akun (account) ekuitas, hal ini harus
disebutkan dalam paragraf pengantar dalam laporan auditor, namun tidak perlu disebut
secara terpisah dalam paragraf pendapat, karena perubahan tersebut merupakan bagian
dari penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas.

Pendapat audit harus bersangkutan dengan apa yang disajikan oleh masing-masing
laporan secara keseluruhan. Sebagai contoh, posisi keuangan dalam meraca dan hasil-
hasil operasi dalam laporan laba rugi. Auditor tidak diwajibkan untuk menyatakan
pendapat tentang masing-masing komponen dari setiap laporan dalam penugasan audit
yang biasa. Yang dimaksud dengan “secara keseluruhan” tidak berarti bahwa auditor
dilarang untuk menyatakan pendapat yang berbeda atas laporan yang termasuk dalam
seperangkat lengkap laporan keuangan. Mungkin sekali bagi auditor untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian atas neraca dan jenis pendapat lainnya atas laporan
laba rugi. Laporan laba ditahan, dan laopran arus kas. Pendapat yang berbeda dalam
seperangkat laporan keuangan dasar jarang sekali terjadi.

Sifat Audit

Bersama dengan pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan, auditor disyaratkan


untuk menyertakan dalam laporan itu petunjuk yang jelas mengenai sifat audit. Hal ini
diuraikan dalam kalimat pertama dari paragraf ruang lingkup laporan auditor melalui
frasa “sesuai dengan standar audit yang berlaku umum”, dalam pengertian yang longgar,
frasa ini dapat diinterpretasikan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.

Paragraf ruang lingkup juga menunjukkan bahwa audit mencakup pemeriksaan bukti atas
dasar pengujian dan penilaian prinsip akuntansi yang digunakan,estimasi signifikan yang
dilakukan oleh manajemen serta penyajian keseluruhan laporan keuangan.

Kaitan Deangan Laporan Keuangan.

Seorang akuntan publik berijazah dapat dikaitkan dengan laporan keuangan yang telah
diaudit atau yang belum diaudit. Seorang akuntan publik (CPA) bersangkutan dengan
laporan keuangan yang tela diaudit apabila ia ditugaskan untuk mengaudit laporan sesuai

7
dengan GAAS dan menerapkan prosedur audit pada laporan-laporan tersebut. Kaitan ini
juga ada bila seorang CPA setuju atas penggunaan namnaya dalam suatu laporan,
dokumen, atau komunikasi tertulis yangmemuat laporan keuangan yang telah diaudit.

Tingkat Tanggung Jawab

Persyaratan terakhir dari standar pelaporan yang keempat adalah bahwa auditor harus
menunjukkan tingkat tanggung jawab yang diembannya atas audit tersebut dan
pendapatnya. Hal ini dilakukan melalui kata-kata seperti “kami telah mengaudit” .
penggunaan kata0kata ini tanpa pengecualian berarti bahwa auditor memikul tanggung
jawab penuh atas pekerjaan yang dilakukan dan pendapat yang disampaikan. Apabila
lebih dari satu auditor yang terlibat dalam audit dan masing-masing hanya memikul
tanggung jawab atas pekerjaan atas pendapatnya, maka laporan audit harus menunjukkan
tanggung jawab terpisah yang ada.

B. Jenis-jenis Laporan Audit

Opini Auditor terdiri atas 5 jenis (Mulyadi, 2002 :416) yaitu :

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan


keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi di Indonesia.

Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika
kondisi berikut ini terpenuhi :

1. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

2. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.

3. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan
perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga
standar pekerjaan lapangan.

4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia.

5. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas
atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion


with Explanatory Language)

8
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas dalam laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf
penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

1. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

2. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

3. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang


dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

4. Penekanan atas suatu hal

5. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara


wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :

1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit.

2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip


akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak
menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.

5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia
dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

JENIS LAPORAN KESIMPULAN AUDITOR


Wajar tanpa pengecualian Auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar
Wajar dengan pengecualian Auditor menyimpulkan bahwa laporan

9
keuangan disajikan secara wajar, kecuali
untuk pos tertentu
Tidak wajar Auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar
Tidak memberikan pendapat Auditor tidak menyimpulkan apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar.

C. Format Baku Laporan Audit


Laporan audit bentuk baku adalah (standar unqualified audit report) adalah laporan yang
diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi, tidak
diketemukan kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta laporan
ini berisi pendapat auditor bahwa laporan keuangan telah disajika secara wajar sesuai
dengan GAAP/PSAK.
Laporan auditor bentuk bake memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat
demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing.
Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan auditan dalam
paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan
menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sebagai berikut:
1. Judul Laporan. Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan dan
dalam judul tersebut tercantum pula kata “independen”. Sebagai contoh, judul yang
tepat adalah “laporan auditor independen”. Kewajiban untuk mencantumkan kata
“independen” dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan bahwa audit
tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara objektif bukan memihak.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para
pemegang saham, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini
telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para
pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap
perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan tigal hal. Pertama,
membuat suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah
diaudit termasuk pencantumman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan
laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab
auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pelaksanaan audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah untuk
mengkomunikasikan bahwa manajemen bertanggung jawab atau pemilihan prinsip
akuntansi yang tepat atas keputusan mereka memilih ukuran yang digunakan serta

10
pengungkapan mereka tentang penggunaan prinsip-prinsip tersebut serta untuk
mengklarifikasikan peran manajemen dan auditor.
4. Paragraf scape. Paragrfa scape ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang
dilakukan auditor selama proses audit. Sesuai dengan SAS 93 mewajibkan bahwa
negara asal prinsip itu digunakan dalam mempersiapkan laporankeuangan dan
standar audit yang diikuti oleh auditor yang diidentifikasikan dalam laporan audit.
5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian
ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkalii
seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor.
6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengklasifikasikan kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan nama
kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut
bertanggung jawab baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan
agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit
adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi
pemeriksaan.
.
LIMA CONTOH BENTUK LAPORAN AUDIT

Contoh 1. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (laporan audit baku)

                                                Laporan Audit Independen


                                                                        Kepada Yth.
                                                                         Direksi dan Dewan Komisaris
                                                                         PT. GUNADARMA
                                                                        Jl. Margonda Raya No 100
                                                                              Pondok Cina Depok

Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA   per 31 Desember 2001 serta laporan rugi
laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

11
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31 Desember 2001,
dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada  tanggal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

                                                                                     Kantor akuntan


                                                                                    Eliya Isfaatun, SE., MMSI

                                                                                     (Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


                                                                                     Reg. Neg-D110369

                                                                                                 Tanggal, 13 Maret 2002

Contoh 2. Laporan audit dengan pendapat wajar dengan pengecualian karena adanya
pengungkapan yang tidak cukup.

Laporan Audit Independen

                                                                                    Kepada Yth.


                                                                                     Direksi dan Dewan Komisaris
                                                                                     PT. GUNADARMA
                                                                                    Jl. Margonda Raya No 100
                                                                                        Pondok Cina Depok

            Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA   per 31 Desember 2001 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
            Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
            Perusahaan menolak menyajikan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 2001. Penyajian laporan yang meringkas kegiatan operasi, investasi, dan
pembelanjaan perusahaan tersebut diharuskan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum

12
(SAK).
            Menurut pendapat kami, kecuali tidak disajikannya laporan arus kas yang
mengakibatkan tidak lengkapnya penyajian seperti yang diuraikan dalam paragraph di atas,
laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31 Desember 2001, dan hasil usaha, untuk
tahun yang berakhir pada  tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

                                                                                     Kantor akuntan


                                                                                    Eliya Isfaatun, SE., MMSI

                                                                                     (Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


                                                                                    Reg. Neg-D110369

                                                                                                Tanggal, 13 Maret 2002

Contoh 3. Laporan audit dengan pendapat dengan pengecualian karena penggunaan prinsip
akuntansi yang menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Laporan Audit Independen


                                                                                    Kepada Yth.
                                                                                     Direksi dan Dewan Komisaris
                                                                                     PT. GUNADARMA
                                                                                    Jl. Margonda Raya No 100
                                                                                        Pondok Cina Depok

            Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA   per 31 Desember 2001 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
            Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
            Perusahaan tidak memasukkan kewajiban sewa guna usaha dari aktiva tetap dan

13
kewajiban dalam neraca terlampir, dan menurut pendapat kami, harus dikapitalisasi agar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban sewa guna usaha ini
dikapitalisasi, aktiva tetap akan bertambah sebesar Rp. 120.000.000,-, kewajiban jangka
panjang sebesar Rp. 120.000.000,-. Tambahan laba bersih akan berkurang sebesar Rp.
12.000.000 dan laba per lembar saham akan berkurang sebesar Rp. 1.200,- untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.
            Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak tidak dikapitalisasinya kewajiban
sewa guna usaha seperti yang kami uraikan dalam paragraph di atas, laporan keuangan yang
kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
PT. GUNADARMA per 31 Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada  tanggal  tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

                                                                                     Kantor akuntan


                                                                                    Eliya Isfaatun, SE., MMSI

                                                                                     (Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


                                                                                    Reg. Neg-D110369
                                                                                                Tanggal, 13 Maret 2002

Contoh 4. Laporan audit dengan pendapat tidak wajar


Laporan Audit Independen

                                                                                    Kepada Yth.


                                                                                     Direksi dan Dewan Komisaris
                                                                                     PT. GUNADARMA
                                                                                    Jl. Margonda Raya No 100
                                                                                        Pondok Cina Depok

            Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA   per 31 Desember 2001 serta
laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
            Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

14
            Sebagaimana telah dijelaskan dalam catatan X atas laporan keuangan, perusahaan
mencantumkan perkiraan pabrik dan ekuipmen pada nilai appraisal, dan menghitung
depresiasinya berdasarkan nilai tersebut.
            Karena penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti yang
diuraikan diatas, pada tanggal 31 Desember 2001, saldo persediaan lebih tinggi sebesar Rp.
525.000.000,-. Dengan diperhitungkannya biaya depresiasi ke dalam biaya overhead pabrik
berdasarkan nilai revaluasi yang lebih besar dari harga pokok aktiva tetap dan aktiva tetap
dikurangi akumulasi depresiasinya disajikan lebih tinggi sebesar Rp. 75.500.000
dibandingkan jika disajikan atas dasar harga pokoknya.
            Menurut pendapat kami, karena dampak dari hal yang kami uraikan dalam paragraph
diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT. GUNADARMA per 31
Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada  tanggal
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

                                                                                     Kantor akuntan


                                                                                    Eliya Isfaatun, SE., MMSI

                                                                                     (Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


                                                                                    Reg. Neg-D110369
                                                                                                Tanggal, 13 Maret 2002

Contoh 5. Laporan audit  berisi pernyataan tidak memberikan pendapat sebagai akibat
ketidakberhasilan auditor untuk memperoleh bukti yang cukup karena pembatasan ruang
lingkup.
Laporan Audit Independen

                                                                                    Kepada Yth.


                                                                                     Direksi dan Dewan Komisaris
                                                                                     PT. GUNADARMA
                                                                                    Jl. Margonda Raya No 100
                                                                                        Pondok Cina Depok

            Kami  telah ditugasi untuk mengaudit neraca PT. GUNADARMA  tanggal 31
Desember 2001 serta laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Perusahaan tidak melakukan penghitungan fisik persediaan dalam
tahun 2001 yang dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar Rp. 850.000.000 pada tanggal
31 Desember 2001. Lebih lanjut, bukti-bukti yang mendukung harga perolehan aktiva tetap
yang dibeli sebelum tanggal 31 Desember 2001 tidak lagi tersedia dalam arsip perusahaan.

15
Catatan perusahaan tidak memungkinkan dilaksanakannya penerapan prosedur audit lain
terhadap persediaan dan aktiva tetap.
            Karena perusahaan tidak melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan kami tidak
dapat menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas persediaan dan harga
pokok persediaan dan harga perolehan aktiva tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk
memungkinkan kami menyatakan pendapat, dan kami tidak menyatakan  pendapat atas
laporan keuangan.
           
                                                                                     Kantor akuntan
                                                                                    Eliya Isfaatun, SE., MMSI

                                                                                     (Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


                                                                                    Reg. Neg-D110369

                                                                                                Tanggal, 13 Maret 2002

Jumlah Paragraf dalam Laporan


banyak pembaca yang menginterpretasikan bahwa jumlah paragraf dalam laporan audit
merupakan suatu “tanda” yang penting tentang apakah penyajian laporan keuangan
tersbut benar. Suatu laporan audit yang terdiri dari tiga paragraf umumnya
mengidentifikasikan bahwa tidak terdapat suatu pengecualian apapun dalam audit. Lebih
dari tiga paragraf mengidentifikasikan tentang jenis laporan audit wajar dengan
pengecualian atau menyertakan suatu penjelasan. Ketika suatu laporan audit wajar tanpa
syarat dengan paragraf penjelas diterbitkan, maka paragraf penjelas umumnya diletakkan
setelah paragraf pendapat. Paragraf penjelasan tidak ditambahkan dalam suatu laporan
audit wajar tanpa syarat yang melibatkan auditor independen lain, tetapi kalimat dalam
ketiga paragraf mengalami modifikasi.

D. Penyimpangan Terhadap Laporan Audit Format Baku

Penyimpangan dari laporan standar terjadi apabila auditor menyimpulkan bahwa (1)
bahasa penjelasan ahrus ditambahkan pada laporan itu walaupun masih menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualiaan atau (2) jenis pendapat yang berbeda harus
dinyatakan pada laporan keuangan itu, yaitu:

 Pendapat wajar dengan pengecualian yang menyatakan bahwa kecuali untuk pengaruh
hal-hal yang berkaitan dengan pengecualian, laporan keuangan itu menyajikan secara
wajar sesuai dengan GAAP.
 Pendapat tidak wajar yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar sesuai GAAP.
 Penolakan memberikan pendapat yang menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan
suatu pendapat atas laporan keuangan.

16
PENGARUH SITUASI YANG MENGAKIBATKAN PENYIMPANGAN DARI
LAPORAN STANDAR

PEMBATASAN RUANG LINGKUP

Dalam suatu audit yang dilakukan sesuaio dengan GAAP, auditor dapat melaksanakan
semua prosedur audit dianggap perlu dalam situasi bersangkutan. Dari prosedur-prosedur
ini, auditor diharapkan akan mendapatkan buki kompeten yang mencukupi sebagai dasar
unutk memberikan pendapat atas laporan keuangan. Apabila auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur itu tidak memberikan bukti yang
mencukupi, auditor dikatakan mempunyai pembatasan ruang lingkup.

Pembatasan ruang lingkup dapat ditentukan oleh klien atau berasal dari berbagai situasi.
Contoh-contoh pembatasan yang diajukan oleh klien adalah penolakan untuk (1)
memperkenankan konfirmasi piutang, (2) menandatangani surat representasi klien, atau
(3) memberi auditor akses ke catatan rapat dewan komisaris. Contoh pembatasan yang
berasal dari berbagai situasi adalah penetapan waktu prosedur, seperti perjanjian yang
terlalu lambat unttuk dapat melakukan prosedur yang dianggap perlu dalam situasi-
situasi tersebut, dan catatan klien yang tidak memadai.

Penugasan Pelaporan yang Terbatas

Auditor dapat diminta untuk mengaudit suatu laporan keuangan dasar, seperti neraca,
tetapi bukan yang lainnya. Penugasan seperti itu tidak melibatkan batasan ruang lingkup
selama auditor dapat menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu dalam situasi
tersebut. Sebaliknya jenis penugasan ini melibatkan tujuan pelaporan yang terbatas.
Contohnya auditor dapat diminta untuk mengaudit neraca saja sebagai bagian dari
perjanjian merger. Dalam kasus demikian laporan tiga paragraf akan di terbitkan dengan
pendapat wajar tanpa pengecualaian. Bahasa dalam tiap paragraf di modifikasi untuk
mengacu pada neraca saja. Misalnya, kalimat pertama dari paragraf pendahuluan adalah,
“kami telah mengaudit neraca terlampir dari X company per 31 desember 20XX.”
Kalimat pertama dari paragraf pendapat juga akan di modifikasi sebagai berikut,
“menurut pendapat kami, laporan keuangan tersebut diatas menyajukan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan X company per 31 desember 20XX,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlau umum.”

Jenis Pendapat Lainnya

Seperti yang ditunjukkan di atas pembatasan ruang lingkup akan mengharuskan auditor
untuk menyatakan baik pendapat wajar dengan pengecualian atau penolakan
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat yang tepat tergantung pada sifat
dan besarnya pengaruh potensial dari hal-hal yang di pertanyakan dan signifikansinya
terhadap laporan keuangan. Jika pengaruh potensialnya berkaitan dengan banyak pos

17
laporan keuangan, maka signifikansi mungkin sekali akan lebih besar dari pada jika
hanya sejumlah pos yang terbatas terlibat. Pengaruhnya terhadap auditor tergantung pada
jenis pendapat yang dinyatakannya.

PENDAPAT WAJAR DENGAN PEGECUALIAN

Apabila ada pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan, auditor harus:

 Menunjukkan pembatasan ruang lingkup dalam paragraph ruang lingkup.


 Memberikan alasan substantive untuk pembatasan itu dalam paragraph penjelasan.
 Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian pada paragraph pendapat dengan
referensi ke paragraf penjelasan .

Kata-kata dalam paragraf pendapat harus mengacu pada pengaruh potensial terhadap
pos-pos laporan keuwangan dimana auditor tidak mendapat kepuasan audit, bukan pada
pembatasna ruang lingkup itu sendiri, karena pendapat auditor berkaitan dengan laporan
keuangan.

PENOLAKAN MEMBERIKAN PENDAPAT

Apabila penolakan memberikan pendapat dinyatakan:

 Paragraf pendahuluan dimodifikasi


 Paragraph ruang lingkup ditiadakan
 Paragraph penjelasan disertakan setelah paragraph pendhuluan yang menjelaskan
alasan-alasan penolakan memberikan pendapat
 Paragraph ketiga dan kesimpulan berisi penolakan memberikan pendapat

KETIDAKSESUAIAN DENGAN GAAP

Apabila laporan keuangan dengan klien mengandung ketidaksesuaian dengan GAAP,


maka pengaruhnya terhadap laporan auditor akan berbeda atas dasar apakah hal itu
merupakan ketidaksesuaian yang diperlukan dengan GAAP yang dirumuskan atau
ketidaksesuaian lain dengan GAAP.

Bahasa Penjelasan dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Apabila auditor sepakat bahwa karena keadaan yang tidak biasa, ketidaksesuaian dengan
prinsip akuntansi yang dirumuskan diperlukan untuk menjaga agar laporan keuangan
klien tidak menyesatkan, apakah laporan standar dengan baha penjelasan akan
diterbitkan. Secara khusus, laporan itu berisi:

 Paragraf pendahuluan dan ruang lingkup standar.


 Suatu paragraf penjelasan sebelum paragraf pendapat yang menjelaskan situasi dan
menyatakan bahwa penggunaan prinsip alternatif dapat dibenarkan.
 Suatu pendapat wajar tanpa pengecualian dalam paragraf pendapat standar.

18
INKONSISTENSI DALAM PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI

Pengaruh perubahan prinsip-prinsip akuntansi terhadap laporan audit tergantung apakah


perubahan itu telah dipertanggungjawabkan sesuai dengan GAAP. Suatu perubahan
prinsip dilakukan sesuai dengan GAAP bila (1) prinsip baru itu merupakan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, dan (2) perubahan itu dipertanggungjawabkan dengan
tepat dan diungkapakan dalam laporan keuangan, serta (3) manajemen dapat memberi
alas an bahwa prinsip yang baru lebih baik.

Bahasa Penjelasan dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Apabila perubahan dilakukan sesuai dengan GAAP maka auditor harus menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan dan menjelaskan perubahan
dalam paragraf tambahan sesudah paragraf pendapat.

Jenis Pendapat Lain

Apabila perubahan prinsip-prinsip akuntansi dilakukan tidak sesuai dengan GAAP, maka
auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak
wajar, tergantung pada materialitas perubahan itu. Selain itu, auditor juga harus
menambahkan suatu paragraf penjelasan segera sebelum paragraf pendapat untuk
menjelaskan ketidaksesuaian dengan GAAP. Pengaruhnya terhadap laporan standar dan
contoh kata-kata paragraf penejlasan apabila manajemen tidak dapat membenarkan
perubahan prinsip akuntansi.

PENGUNGKAPAN YANG TIDAK MEMADAI

Jika laporan keuangan dan catatan yang menyertainya tidak dapat mengungkapakan
informasi yang disyaratkan oleh GAAP, maka laporan itu tidak disajikan secara wajar.
Dalam aksus demikian, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualaian
atau pendapat tidak wajar karena ketidaksesuaian dengan GAAP, dan ada penyompangan
dari laporan standar. Jika perusahaan mengeluarkan laporan keungan yang bertujuan
menyajiakan posisi keungan dan hasil operasi tetapi tidak meniadakan laporan arus kas
yang bertalian, maka auditor lazimnya akan menyimpulkan bahwa peniadaan itu
memerlukan pendapat dengan pengecualian.

KERAGUAN YANG SUBSTANSIAL MENGENAI STATUS KELANGSUNGAN


USAHA

AU 341.06, The Auditor Consideration of an Entity’s to Continue as a Going Concern


(SAS 59), menunjukkan bahwa informasi yang bertentangan dengan asumsi kelangsungan
usaha mencakup:

 Tren negatif, seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja, arus
kas negatif dari aktiva operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.

19
 Petunjuk lain dari kemungkinan kesulitan keuangan, seperti tidak dapat membayar
utang atau perjanjian pinjaman, penunggakan pembayaran dividen, restrukturisasi
utang, dan ketidak taatan terhadap persyaratan modal dasar.
 Masalah internal, seperti penghentian kerja, ketergantungan yang besar pada
keberhasilan proyek tertentu, dan komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis.
 Masalah eksternal, seperti kerugian pada franchise atau waralaba yang penting, dan
kerugian yang tidak dapat diasuransikan seperti kerugian karena gempa bumi atau
banjir.

Auditor disyaratkan untuk memperhatikan rencana manajemen untuk mengahadapi


pengaruh buruk dari kondisi-kondisi dan peristiwa di atas. Manajemen mungkin
merencanakan untuk (1) melepas aktiva, (2) meminjam uang atau merestrukturisasi
hutang (3) mengurangi atau menangguhkan pengeluaran atau (4) meningkatkan ekuitas
kepemilikan.

Bahasa Penjelasan dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Apabila situasi tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya


diungkapkan secara memadai dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus
(1) menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan (2) menambah paragraf
penjelasan sesudah paargraf pendapat yang mengacu pada catatan itu. Jika ada keraguan
mengenai kemampuan memulihkan aktiva atau jumlah kewajiban, maka informasi
tersebut harus disertakan dalam paragraf penjelasan.

Auditing Standards Board merasa yakin bahwa laporan tersebut di atas akan memberi
informasi secara memadai pada pemakai laporan keuangan mengenai situasi itu. Akan
tetapi, auditor tidak melarang menerbitkan laporan audit yang memuat penolakan
memberikan pendapat.

Jenis Pendapat Lain

Jika auditor menyimpulkan bahwa pengungkapan entitas dalam laporan keuangan tidak
memadai, maka laporan tersebut tidak menyajikan secara wajar. Dengan demikian
auditor, harus menyatakan baik pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak
wajar. Di samping itu, laporan auditor juga harus berisi paragraf penjelasan yang
menguraikan situasi tersebut dan jika memungkinkan pengungkapan yang diperlukan
untuk kewajaran penyajian harus dibuat.

PENEKANAN PADA SUATU HAL

Pada beberapa situasi, auditor mngkin ingin menekankan laporan audit hal-hal ang
dipertanggungjawabkan dengan tepat dan diungkapakan secara memadai sambil tetap
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. Penekanan pada hal semacam ini akan
menghasilkan penambahan paragraph penjelasan dalam laporan standar. Dalam laporan
ini auditor harus (1) menggunakan kata-kata standar dalam paragraf pendahuluan, ruang
lngkup, dan pendapat, (2) menguraikan hal-hal yang perlu ditekankan dalam paragraf

20
penjelasan, dan (3) tidak membuat referensi ke materi penjelasan dalam paragraf
pendapat.

PENDAPATAN YANG SEBAGIAN DIDASARKAN ATAS LAPORAN DARI


AUDITOR LAIN

 Keputusan untuk tidak membuat referensi diambil bila (1) auditor lain adalah kantor
asosiasi atau koresponden yang pekerjaannya telah diketahui dengan baik oleh auditor
utama, (2) pekerjaan tersebut dilakukan di bawah bimbingan dan kendali auditor
utama, dan (3) auditor utama mereview program audit dan kertas kerja auditor lain.
 Keputusan unuk membuat referensi diambil apabila satu atau lebih faktor-faktor di
atas tidak ada. Auditor utama juga dapat memutuskan untuk membuat referensi
apabila bagian dari laporan keuangan yang diperiksa oleh auditor lain bersifat
material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
 Bahasa penjelasan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
 Jenis pendapat lain, yaitu jika auditor utama menyimpulkan bahwa pengandalan tidak
dapat diberikan pada pekerjaan auditor lain dan pekerjaan yang dilakukan oleh audito
lain bersifat material.

PERTMBANGAN PELAPORAN LAIN

PELAPORAN BILA AKUNTAN PUBLIK TIDAK INDEPENDEN

Seorang akuntan public (CPA) dapat mengaudit laporan keungan bila ia tidak
independent dengan klien.seorang akuntan public yang menyadari adanya penyimpangn
yang material dari GAAS juga harus (1) meminta revisi atas laporan keuangan, (2)
menguraikan penyimpangan dalam pengungkap[an, atau (3) menolak dikaitkan dengan
laporan keuangan.

SITUASI YANG BERKENAAN DENGAN LAPORAN KEUANGAN


KOMPARATIF

Situasi- situasi tersebut dapat mencakup:

 Pendapat yang berbeda

Untuk suatu tahun tertentu seorang auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian atas suatu laporan di samping memberikan pendapat yang berbeda untuk
laporan lain. Demikian pula, dalam laporan komparatif jenis pendapat yang berbeda
dapat dinyatakan atas satu atau lebih laporan untuk tahun sebelumnya sementara
pendapat wajar tanpa pengecualian dinyatakan atas laporan yang sama atas tahun
yang berjalan.

 Memutakhirkan pendapat

21
audit tahun berjalan oleh auditor dapat memberikan bukti bahwa pendapat atas
laporan tahun sebelumnya harus berbeda dari pendapat yang semula diberikan. Ini
dapat berasal dari peristiw-peristiwa seperti (1) resolusi selanjutnya atas
ketidakpastian yang ada pada tahun sebelumnya, (2) penemuan ketidakpastian yang
berlaku untuk tahun sebelumnya yang belum diketahui ketika pendapat atas laporan
tahun sebelumnya diberikan, (3) penetapan kembali laporan periode sebelumnya agar
sesuai dengan GAAP.

 Perubahan auditor

Auditor pengganti atau penerus harus menenjukan dalam laporan tahun berjalan (1)
bahwa laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor lain (2) tanggal
laporan auditor terdahulu (3) jenis laporan yang diterbitkan oleh auditor terdahulu (4)
jika laporan itu bukan laporan standar, berikan alasan substantif penyebabnya.

INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN YANG TELAH DIAUDIT

Informasi yang menyertai laporan keuangan terdiri dari:

 Informasi tambahan yang disyaratkan

FASB dan Governmental Accounting Standard Board (GASB) telah menyimpulkan


bahwa informasi tamabahn tertentu merupakan bagian yang sangat penting dari
pelaporan keuangan entitas. Sebagai contoh, FASB mempersyaratkan informasi
tentang cadangan minyak, gas, dan mineral.

Auditor diwajibkan untuk menerapkan prosedur terbatas tertentu atas informasi dan
melaporkan setiap kekurangan atau penghilangan informasi tersebut. Prosedur yang
terbatas ini mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang metode
penyiapan informasi, dan perbandingan informasi tersebut untuk konsistensi dengan
data lain yang tersedia. Karena informasi tersebut tidak diaudit atau pun bukan
merupakan bagian dari laporan keuangan dasar, maka SAS 52, Omnibus Statement of
Auditing Standard – 198 menyatakan bahwa laporan standar harus diterbitkan kecuali
dalam situasi-situasi berikut, yaitu (1) informasi tambahan yang disyaratkan
dihilangkan (2) pengukuran atau penyajian informasi itu menyimpang secara material
dari pedoman yang digariskan (3) auditor tidak dapat menyelesaikan prosedur yang
ditetapkan (4) auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang substansial
mengenai apakah informasi itu sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.

 Informasi sukarela yang diberikan oleh manajemen

Laporan keuangan klien yang telah diaudit biasanya disajikan dalam dokumen yang
disebut laporan tahunan.dokumen ini mencakup informasi seperti garis besar
keuangan, surat dari presiden direktur dan / atau ketua dewan komisaris, statistik
keuangan komparatif, skedul, dan penyajian data keuangan secara grafik yang
disiapkan dengan sukarela oleh manajemen. Auditor diwajibkan membaca informasi

22
ini untuk menentukan apakah data itu, atau cara penyajiannya, secara material tidak
konsisten dengan laporan keuangan dimana auditor akan memberikan pendapatnya.

 Informasi tambahan yang diberikan oleh auditor

Pada akhir suatu penugasan audit, auditor menyerahkan suatu dokumen yang berisi
laporan keuangan dasar klien dan laporan auditor mengenai hal itu kepada klien.
Auditor juga dapat menyertakan informasi tambahan yang bersangkutan dengan
laporan dasar. Informasi tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analisis dan
interpretasi atas laporan keuangan dasar. Di sini penting untuk mengetahui bahwa
informasi tambahan yang ada dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor disajikan
di luar laporan dasar, dan tidak perlu menyajikan secara wajar laporan itu. Seperti
laporan keuangan dasar, data dalam informasi tambahan merupakan representasi
manajemen karena hal itu berasal dari laporan dasar.

E. Contoh Kasus dari Laporan Audit

Wajar Tanpa Pengecualian

MAKASSAR,TRIBUN-TIMUR.COM -- Pemerintah Provinsi Sulsel menerima


laporan hasil pemeriksaan badan pemeriksa keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel Tahun 2011, Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Status diterima Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo oleh anggota Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Rizal Djalil di Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi
Sulsel di kantor DPRD Sulsel, Jl Urip Sumihardjo, Makassar, Senin (4/6/2012).
yahrul yang juga Ketua DPD Golkar Sulsel ini didampingi Ketua DPRD Sulsel
Moh Roem, Wakil Ketua DPRD Andry A Bulu, Wakil Ketua Andi Akmal Pasluddin,
dan Wakil Ketua Ashabul Kahfi.
"Terima kasih Gubernur yang jauh-jauh datang menghadap ke Jakarta. Secara
berturut Sulsel berhasil mencapai WTP kerjasama dengan DPRD. Tapi tahun ini silpa Rp
212 M, saya ingin Gubernur agar dibicarakan, agar tidak menimbulkan masalah," Kata
Rizal saat memberikan sambutan
Ini adalah kali kedua Rizal datang menyerahkan laporan status pemprov Sulsel
WTP setelah tahun 2010. Sebelumnya Pemprov Sulsel menerima laporan Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) di tahun 2009.
Pada hari alhamdulillah, kewajiban konstitusional dapat saya penuhi, untuk
mencapain Pemprov Sulsel saya secara konsisten, yang taat dan tidak korupsi," kata
Syahrul dalam sambutannya
"Ini karena ada kemauan, kami melengkapi 115 Pengharggan nasional, kita ini
clear dan Clean. Saya merasakan manfaat e audit. BPK setaip saat masuk, di bendahara
kami, saya mengatakan ini berhasil. Kalau ada pejabat kami yang disclaimer maka kami
akan langsung kita keluarkan," Syahrul menambahkan

23
Caption Foto: Suasana Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Sulsel dalam
rangka penyerahan laporan hasil pemeriksaan badan pemeriksa keuangan (BPK) atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel Tahun 2011 itu. di kantor DPRD
Sulsel, Jl Urip Sumihardjo, Makassar, Senin (4/6).

Wajar dengan Pengecualian

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI memberikan opini Wajar Dengan


Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2011.
Opini ini sama seperti yang diberikan oleh BPK atas LKPP Tahun 2010. Demikian
ditegaskan Ketua BPK Hadi Poernomo dalam penyerahan LKPP Tahun 2011 kepada
DPR, Selasa, 29 Mei 2012 di Jakarta.

Dalam penjelasannya di hadapan para Anggota DPR, Ketua BPK menyebutkan


ada dua permasalahan yang ditemukan BPK dalam pemeriksaan LKPP Tahun 2011 yang
menjadi pengecualian atas kewajaran LKPP. ”Masalah pertama, pemerintah telah
melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas aset tetap yang diperoleh sebelum
neraca awal per 31 Desember 2004 tapi masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan
dan pencatatannya,” jelas Hadi.

Permasalahan kedua, lanjutnya, pemerintah telah melakukan inventarisasi dan


penilaian kembali atas seluruh aset eks BPPN, namun masih terdapat kelemahan dalam
pelaksanaan inventarisasi, perhitungan, dan penilaian terhadap aset tersebut. Akun pada
LKPP tahun 2011 yang dikecualikan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan pada LKPP
Tahun 2010. ”Hal ini menunjukkan hasil positif atas kerja keras pemerintah untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan,” ungkap Hadi.

Tidak Wajar

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk


Kota Kotamobagu semalam (03/07) sungguh sangat jauh dari harapan Pemerintah
Kotamobagu (Pemkot), dimana Kota Kotamobagu mendapatkan opini Tidak Wajar
(TW).

Walikota Kotamobagu Drs. Djelantik Mokodompit ME melalui Juru Bicara


Pemerintahan Moch. Agung Adati ketika menanggapi LHP BPK tersebut
mengungkapkan bahwa persoalan aset dan beberapa dokumen yang masih menjadi
penghalang kotamobagu meraih opini yang positif.

"Opini TW yang diperoleh dua tahun terakhir ini tentu merupakan pembelajaran
berharga bagi Pemerintah KK. Hal ini sangat terkait juga dengan beberapa persoalan yg
masih menjadi catatan BPK, seperti soal Aset dan Dokumen, serta beberapa catatan

24
lainnya yang harus di perbaiki," ungkap Agung saat di konfirmasi via seluler Selasa
(03/07).

Namun, hasil opini TW yang diberikan BPK tersebut kata agung akan menjadi
pembelajaran dan peningkatan kinerja pemerintah kota kotamobagu.

Disclaimer

Manokwari, lenterapapuabarat.com (08/10/2012)-Belum ada kemajuan berarti


dalam penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Papua Barat
maupun kabupaten/kota se Provinsi Papua Barat. Untuk LKPD tahun 2011, dari 7
kabupaten/kota yang LHPnya (Laporan Hasil Pemeriksaan) telah diserahkan ke kepala
daerah dan DPRD, terdapat 5 kabupaten mendapat opini disclaimer atau tidak
menyatakan pendapat dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Sedangkan dua kabupaten
lainnya, yakni Kabupaten Sorong Selatan dan Teluk Bintuni mendapat opini lebih WDP
(wajar dengan pengecualian).
“Kabupaten Sorong Selatan dua tahun terakhir ini mendapat opini WDP.
Kabupaten Teluk Bintuni juga mengalami kemajuan. Kabupaten Fakfak yang tahun lalu
mendapat opini WDP untuk Laporan Keuangan tahun 2011 sedang dalam proses
pemeriksaan,” ujar Kasub Hukum dan Humas BPK-RI Perwakilan Provinsi Papua Barat.
Sedangkan 5 kabupaten dan 1 kota yang mendapat opini paling rendah atau
disclaimer yakni, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Kaimana,Raja Ampat dan
Tambrauw. BPK belum memberikan opini terhadap LKPD 4 kabupaten lainnya,
Manokwari, Fakfak, Maybrat dan Teluk Wondama karena masih dalam proses
pemeriksaan.
Selain itu, BPK Perwakilan Provinsi Papua Barat juga sedang memeriksa LKPD
Pemerintah Provinsi Papua Barat. Tahun-tahun sebelumnya LHP tak pernah beranjak
dan selalu dengan opini disclaimer. Baik atau tidaknya LHP ini tergantung dari kemauan
kepala daerah. Kendala SDM (sumber daya manusia) mestinya tak menjadi alasan karena
ada anggaran bagi pelatihan. “Opininya, pada umumnya disclaimer, sama dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Menurut Ruly Ferdian, BPK melakukan pemeriksaan LKPD ini dilakukan secara
rutin setiap tahun pada akhir tahun anggaran per 31 Desember. Hasilnya atau LHP akan
diserahkan ke DPRD dan kepala daerah dengan maksud agar ditindaklanjuti untuk
perbaikan penyajian laporan.
Dibanding dengan provinsi lain, tindaklanjut LHP  oleh Provinsi Papua Barat dan
kabupaten/kota  paling rendah. Dan diharapakan peran dari DPRD untuk melaksanakan
fungsi pengawasannya. Lagi pula, BPK selalu menyertakan rekomendasi pada LHP agar
pemerintah daerah dapat memperbaiki pengelolaan angaran.
“Yang mana kita juga harapkan fungsi pengawasan DPRD lebih dimaksimalkan
karena mereka (DPRD) dapat mengundang kepala daerah untuk membahas temuan-
temuan terhadap LHP,” ujar Ruly.
Harapan BPK RI terhadap hasil pemeriksaan LKPD agar segera ditindaklanjuti
oleh pemerintah sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang

25
Badan Pemeriksa Keuangan, yang menyatakan bahwa tindak lanjut hasil pemeriksaan
diberitahukan secara tertulis oleh kepala daerah kepada BPK RI.
Selain itu Pasal 20 ayat (2) dan (3) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, menyatakan bahwa
jawaban atau penjelasan mengenai tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK RI disampaikan kepada BPK RI selambat-lambatnya 60 hari setelah
laporan hasil pemeriksaan (LHP) diterima.
Ruly menambahkan, yang mana ada 3 hal yang diminta dalam LKPD yakni,
neraca, realisasi anggaran dan laporan analisa kas. Bila ingin memperoleh opini lebih
baik, maka laporan keuangan atau LKPD harus disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Seperti alokasi dana belanja pegawai harus sesuai peruntukkannya, bukan
untuk kegiatan lain. “Misalnya belanja pegawai dicatat di belanja barang dan jasa, itu ada
kesalahan penyajian saja. Ini persoalan akuntasi dan belum berarti ada indikasi
penyimpangan,” jelasnya.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Bagian ketiga dalam standar audit setelah standar umum, standar pekerjaan lapangan
adalah standar pelaporan.
2) Standar Pelaporan terdiri dari 4 standar yang dapat ditarik garis besarnya, yaitu :
According to GAAP, Consistence, Whole Disclosure, dan In Opinion.
3) Opini Auditor terdiri dari 5 macam, yaitu:
 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified
Opinion with Explanatory Language)
 Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
 Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
 Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Yang tentunya opini diatas memiliki syarat-syarat dan kriteria pada masing-masing
opini tersebut.

4) Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu
entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
5) Dalam laporan bentuk baku juga dapat ditambahkan bahasa penjelas lain dengan
ketentuan yang telah diatur dalam SPAP.
6) Penyimpangan dari laporan standar terjadi apabila auditor menyimpulkan bahwa:
 bahasa penjelasan harus ditambahkan pada laporan itu walaupun masih
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualiaan, atau
 jenis pendapat yang berbeda harus dinyatakan pada laporan keuangan itu
7) Beberapa pengaruh situasi yang mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar
diantaranya pembatasan ruang lingkup, inkonsistensi dalam prinsip-prinsip akuntansi,
tidak sesuai dengan standar akuntansi yang ditetapkan, terjadi penekanan pada suatu
hal, keraguan yang substansial, dan lain-lain.
Pertimbangan pelaporan lain terjadi diantaranya apabila akuntan publik tidak
independen, situasi yang berkenaan dengan laporan keuangan komparatif, dan
informasi yang menyertai laporan yang telah diaudit.

27
DAFTAR PUSTAKA

Willian C. Boynton, 2003. Modern Auditing, Jilid 2, Edisi ketujuh. Erlangga: Jakarta.

Willian C. Boynton, 2003. Modern Auditing, Jilid 1, Edisi ketujuh. Erlangga: Jakarta.

SPAP (Standar Pofesional Akuntan Publik) 400-500

http://ziajaljayo.blogspot.com/2011/12/standar-dan-laporan-auditing.html

http://ddebussy.blogspot.com/2011/04/standar-auditing.html

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2150075-laporan-audit/

http://www.scribd.com/doc/38287028/Opini-Auditor-Terdiri-Atas-5-Jenis

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/accounting-s1/pemeriksaan-akuntansi-
1/laporan-audit

http://makassar.tribunnews.com/2012/06/04/hasil-penilaian-bpk-pemprov-sulsel-wajar-tanpa-
pengecualian

http://www.bpk.go.id/web/?p=12821

http://www.cybersulutnews.com/index.php?document_srl=21102

http://www.lenterapapuabarat.com/front/index.php?
option=com_content&view=article&id=802:bpk-beri-opini-disclaimer-terhadap-lhp-
kabupaten-sorong-dan-kota-sorong-&catid=35:pemerintahan&Itemid=2

28

Anda mungkin juga menyukai