Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILUSTRASI TENTANG PEMBENTUKAN KARAKTER KEILMUAN


BERDASARKAN PANCASILA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Dosen pengampu : Desi Wijayanti Eko Dewi ,SST,M.kes.

Di Suun Oleh:

EFA FITRI NURLAILYAH (201FI09002)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA KENDAL

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang Ilustrasi Pembentukan Karakter Keilmuan Berdasarkan
Pancasila ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen, orang tua, teman-teman, serta
seluruh pihak yang terlibat dalam membantu terselesaikannya makalah ini.
Makalah Pancasila dan Pembangunan Karakter Bangsa ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pancasila 2. Selain itu juga dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pembangunan karakter
bangsa. penulis berharap makalah ini dapat memberi gambaran ataupun menjadi
referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Pancasila dan Pembangunan
Karakter Bangsa.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
para pembaca pada umumnya.

Kendal, 14 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1  Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3  Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II : ISI ......................................................................................................... 3
1.1  Pengertian Karakter ............................................................................... 3
1.2  Hubungan Pancasila Dengan Karakter Bangsa ..................................... 4
1.3  Terhapusnya Mata kuliah Pendidikan Pancasila ................................... 7
1.4  Jatidiri Bangsa Indonesia  .................................................................... 10
1.5  Munculnya Pendidikan Karakter.......................................................... 12
BAB III : PENUTUP........................................................................................... 23
Simpulan...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sacral yang setiap arga negaranya
harus mematuhi segala isi dalam Pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga
Negara Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi
Negara semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan.
Dapat dilihat sekarang ini banyaknya perilaku yang menyimpang dari nilai-
nilai yang diajarkan Pancasila. Maka dari itu pentingnya memahami Pancasila
tidak hanya mengerti namun juga mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi
kebiasaan dan akan menjadi karakter bangsa yang terpupuk secara perlahan.
Harus kita sadari bahwa pembangunan karakter bangsa bukan merupakan
tindakan sederhana dan mudah dilaksanakan. Keterbukaan informasi tidak hanya
membawa nilai positif bagi kehidupan bangsa, tetapi juga negative. Simak saja
perilaku seksual yang dilakukan oleh sejumlah anak di bawah umur, dikatakan
karena dipengaruhi oleh meniru perilaku seksual artis tertentu yang beredar luas
dan mudah diakses telepon seluler. Perilaku penyimpangan tidak akan terjadi
apabila seseorang memiliki kepribadian dan karakter kuat yang mampu menjadi
penyaring (filter) terhadap stimulant nilai-nilai negative yang tidak atau kurang
sesui dengan nilai luhur yang didukung oleh masyarakat Indonesia.
Dari permasalahan tersebut banyak pihak yang mulai sadar tentang
pentingnya penddikan karakter, agar mendidik anak bangsa menjadi pribadi yang
berkarakter baik. Dari pemerintah pun mulai menata kembali kehidupan bangsa
ini dengan dikeluarkannya kurikulum 2013. Kuriulum 2013 ini menitikberatkan
kepada pengembangan karakter peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran
karakter yang bertahap mulai dari bangku sekolah menjadikan peserta didik
mempunyai karakter yang baik, karakter yang dapat membangun negeri ini
menjadi lebih baik, dan tidak dapat secara mudah terpengaruh oleh kebudayaan
asing yang bukan merupakan jati diri bangsa Indonesia.

1
2

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian karakter?
2.      Bagaimana hubungan antar Pancasila dan Karakter Bangsa?
3.      Bagimana terhapusnya mata kuliah Pendidikan Pancasila?
4.      Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian karakter
2.      Untuk mengetahui hubungan Pancasila dan Karakter Bangsa
3.      Untuk mengetahui terhapusnya mata kuliah Pendidikan Pancasila
4.      Untuk mengetahui kondisi jatidiri bangsa Indonesia
BAB II
ISI
1.1  Pengertian Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang
mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat
dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada
lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain,
keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Karakter menurut para ahli yaitu :
1. W.B. Saunders, (1977: 126) karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada
individu.
2. Gulo W, (1982: 29) karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak
etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
3. Kamisa, (1997: 281) "karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian".
4. Alwisol menjelaskan “pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah
laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun,
mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu”.
5. Wyne memaparkan definisi karakter dari sisi literalnya. Beliau
menjelaskan bahwa istilah karakter bersumber dari bahasa Yunani

3
“karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku
tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya
dengan personality (kepribadian) seseorang.

1.2  Hubungan Pancasila Dengan Karakter Bangsa


Jatidiri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh
kembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang
dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter dan selanjutnya karakter
akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, tugas kita
adalah menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi
karakter yang baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.
Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan
perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur
bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni
Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia
Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat
dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik
Indonesia, diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan
berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya
5

setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan
komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi
Manusia, yaitu sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara
Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan akal sehat dan nurani
luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil keputusan yang secara
moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan, yaitu bangsa
yang memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap adil;
menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-hak orang
lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain;
tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka bekerja keras; menghargai karya
orang lain.
Jadi, antara karakter bangsa dengan pancasila tidak dapat terpisahkan.
Karena sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila dan
setiap kegiatan harus memuat nilai-nilai yang ada dalam pancasila dari itulah
diharuskan pula tumbuh nilai-nilai pancasila dalam pribadi setiap masyarakat dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah harga
mati bagi setiap warga negara Indonesia, yang harus dipatuhi dan tidak boleh
bertentangan dengan pancasila.
1.3  Terhapusnya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang
berkelanjutan. Untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi
globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual,
ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis,
berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.
Wacana penghapusan pendidikan Pancasila memang bersifat responsif
sehingga perlu dihargai. Responsif, antara lain, karena masalah toleransi
beragama, kekerasan, dan terorisme kini mengemuka. Juga responsif karena
pendidikan Pancasila menggugat ingatan kita pada Orde Baru, sebuah orde yang
menggunakan Pancasila sebagai penguatan dan pelanggengan hegemoni para
penguasa waktu itu. Penataran P4 sebagai kepanjangan tangan pendidikan
Pancasila, dengan alasan sama, juga menghidupkan kembali trauma masa
lalu. Dalam jangka panjang (beberapa generasi mendatang), penghapusan tersebut
dapat menyebabkan Indonesia menjadi sebuah negara tanpa orientasi kebangsaan.
Hal itu disebabkan para anggota masyarakatnya tidak lagi memahami jati dirinya
sebagai sebuah bangsa yang setiap anggotanya memanggul tanggung jawab untuk
membangun komunitas peradaban dalam skala kebangsaan. Mengacu tengara
John Gardner sebagaimana dikemukakan, keroposnya pijakan moral kebangsaan
dalam setiap individu warganya akan menyebabkan Indonesia menjadi bangsa
yang gagal atau bahkan secara fisik akan mengalami disintegrasi.
Kementerian Pendidikan Nasional tidak akan memasukkan Pendidikan
Pancasila menjadi kurikulum baru. Menurut Kepala Pusat Kurikulum dan Buku
Kementerian Pendidikan Nasional, Diah Harianti, Pendidikan Pancasila sudah ada
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kata dia, dalam Pendidikan
Kewarganegaraan itu disisipkan persoalan tentang kesatuan dan persatuan bangsa,
norma hukum, hak asasi manusia, dan Pancasila. Ia juga menambahkan, jika
7

pendidikan pancasila dijadikan kurikulum baru justru malah menyulitkan siswa.


(KBR68H, Jakarta. Tuesday, 10 May 2011 08:02)
Penghapusan pendidikan Pancasila bermula sejak Sidang Umum MPR
tahun 1999 pencabutan Tap 4/1978 tentang Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila(P4). Kemudian, keputusan ini lebih diformalkan dalam
UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Didalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 2 menyebutkan bahwa
Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a.  pendidikan agama;
b.  pendidikan kewarganegaraan; dan
c.  bahasa.
Yang berarti bahwa Pendidikan Pancasiala di Perguruan Tinggi sudah tidak
ada, melainkan digabung dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu,
dalam surat Edaran Dikti No 43 Tahun 2006 dan Edaran Dikti No. 44 Tahun 2006
disebutkan bahwa mata kuliah Pancasila dimasukan pada mata kuliah
Kewarganegaraan sebanyak 3 SKS.
Namun, dengan adanya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012,
Pendidikan Pancasila muncul lagi dalam mata kuliah di perguruan tinggi. Sesuai
dengan pasal 35 UU No. 12 Tahun 2012 yang berbunyi :
1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan Pendidikan Tinggi.
2) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang
mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan
keterampilan.
3) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat mata kuliah:
a. agama; 
b. Pancasila; 
c. kewarganegaraan; dan 
d. bahasa Indonesia.
4) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
5) Mata kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan untuk
program sarjana dan program diploma.
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi itu sangatlah penting meskipun
sejak masih dibangku sekolah dasar hingga SMA selalu ada mata pelajaran
Pendidikan  Pancasila dan Kewarganegaraan. Pancasila adalah sebagai sumber
nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia. Sesuai dengan penjelasan pasal 35 ayat 3 huruf c UU No. 12 Tahun 
2012, bahwa mata kuliah Pancasila adalah Pendidikan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan kepada Mahasiswa mengenai ideologi bangsa
Indonesia. Sedangkan Yang dimaksud dengan “mata kuliah kewarganegaraan”
adalah pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk Mahasiswa menjadi warga negara yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sebab itu seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau
norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perubahan dan
tingkah laku sebagai bangsa Indonesia.

1.4  Jatidiri Bangsa Indonesia


Dulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun dan bermoral,
namun saat ini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kehilangan jati diri karena
pengaruh globalisasi dan modernisasi. Walaupun demikian, hendaknya warga
9

Indonesia tetap melestarikan kebudayaan ketimuran yang beretika sopan santun


(Sukarto, Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah  tahun 1999).
kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita identifikasi
dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia pada umumnya
yang tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia sehari-hari. Perilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini yaitu:
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan
butir-butir pancasila. Contohnya tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda
bangsa indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet
yang dapat diakses dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda Indonesia
yang melihat dan bahkan menirukan aksi dari video porno tersebut. Selain itu,
model-model pakaian para generasi muda saat ini kebanyakan telah meniru
bangsa barat yang dikenal modis dan trend masa kini. Mereka lebih bangga
mengenakan pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli budaya Indonesia.
Keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan sila
kedua sebagai  jati diri bangsa indonesia. Sekarang ini banyak diantara pemuda
indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain sebagai mana mestinya.
Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia berhakekat sebagai manusia
yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihargai seperti dirinya. Segai
contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus perkelahian antar pelajar yang
disertai dengan penyiksaan salah satu pihak yang kalah.
Fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati diri
pada generasi muda sesuai sila ke-3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan dan
kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia saat ini. Hal
tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa,
bentrok antar seporter sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari
kasus diatas dapat kita ketahui bahwa rasa persatuan kita sebagai warga negara
indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibit-
bibit terjadinya konflik yang lebih besar seperti konflik antar agama, ras, maupun
suku. Selain itu fenomena-fenomena yang terjadi yang mencerminkan tidak
tertanamkannya rasa persatuan indonesia yaitu terjadinya perpecahan disetiap
kelompok sosial.
Selanjutnya yaitu mengenai kepemimpinan yang demokratis. Maksudnya
pemimpin di negara kita ini harus bersifat demokratis baik dalam hal
pemilihannya maupun ketika telah membuat keputusan/kebijakan umum yang
terkait dengan masyarakat karena kekuasaan tertinggi di negara kita ini
sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya sebagai
wakil/pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara
demi tercapainya kemakmuran bersama. Sekarang ini fenomena-fenomena
pemimpin yang tidak demokratis sudah banyak terjadi pada generasi muda saat
ini, dan apabila hal itu dibiarka saja berlanjut maka kelak ketika mereka menjadi
pemimpin bangsa ini, mereka akan bertindak seperti apa yang mereka biasakan
sejak dini. Contoh nyata yaitu ketua dalam kelas PKn misalnya. Dia dalam
mengambil kebijakan untuk urusan kelas seperti hendak mengadakan acara pentas
seni dan lain sebagainya, dia hanya mendiskusikan/memilih pengurus dalam acara
tersebut secara sepihak.
Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidakadilan
yang di lakukan oleh generasi muda bangsa Inonesia saat ini. Tidak perlu jauh-
jauh, saat ini dapat kita lihat pada kelompok belajar kita saja sebagai faktanya.
Dalam kelompok belajar PPKN misalnya, tugas PPKN membuat makalah secara
kelompok ketidak adilan selalu kita rasakan. Hal tersebut karena sebenarnya yang
mengerjakan tugas kelompok dari 8 anggota kelompok, hanya 3 orang saja dan
yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan mendapatkan nilai
yang sama. Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para
pelajar sehari-hari.
Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa JatiDiri
Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis. Hal itu dapat dilihat dari
Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang merupakan
landasan dalam bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia, sudah
tidak dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Indonesia sebagai
kepribadiannya.
11

1.5  Munculnya Pendidikan Karakter


Dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat
Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke
waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang
berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya, dan alam. Kondisi yang dialami
menunjukkan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan
industri terjadi terus-menerus, dan pergantian pemerintah terus berlangsung dari
waktu ke waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum
mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Berbagai pengalaman ini menunjukkan bahwa bangsa ini merupakan bangsa
yang unik. Unik merujuk pada kondisi yang dialami bangsa sampai saat ini.
Banyak orang dan pihak yang bertanya “Apa yang salah dengan bangsa ini?”
Sejenak kita melihat beberapa indikasi tentang “Apa yang salah dengan
bangsa ini?”
1. Kondisi moral/akhlak generasi muda yang hancur. Hal ini ditandai dengan
maraknya seks bebas di kalangan remaja, peredaran narkoba di kalangan
remaja, tawuran pelajar, peredaran foto dan video porno pada kalangan
pelajar, dan sebagainya.
2. Pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan (Lulusan SMA, SMK, dan
perguruan tinggi)
3. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan,
tindakan kriminalitas pada semua sektor pembangunan, dll)
Fenomena nyata yang dialami dan terjadi pada bangsa ini sebagaimana
tergambar dalam paparan diatas menunjukkan bahwa “sungguh unik bangsa ini.”
Pandangan tentang keunikan ini harus mengarahkan pandangan dan pikiran untuk
menelaah lebih jauh mengenai apa penyebabnya bagaimana memecahkannya, dan
bagaimana bangsa ini dibangun untuk masa depan yang lebih baik, serta sukses di
dunia dan bahagia di akherat.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karater pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang. Oleh karena itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
diharapkan dapat meningkat peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta
didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Salah satu bapak pendiri bangsa, presiden pertama Republik Indonesia,
Bung Karno, bahkan menegaskan: “Bangsa ini harus dibangun dengan
mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character
building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju,
serta bermatabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa kuli.
Sejalan dengan kerinduan terhadap pancasila, dunia pendidikan hari ini pun
sedang merindukan dan mengelu-elukan pendidikan karakter. Pemerintah melalui
kementerian pendidikan nasional, sedang mencanangkan program pendidikan
karakter secara besar-besaran. Pendidikan karakter dianggap sebagai solusi terbaik
terhadap berbagai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni; hilangnya nilai-
nilai Ketuhanan YME, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang adil dan
beradab, lunturnya persatuan dan lemahnya prinsip musyawarah untuk mufakat,
serta semakin terpinggirkannya nilai-nilai keadilan.
Dalam kebijakan nasional ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan
karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan
bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk
menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak
dipisahkan dari pembangunan nasional.
Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3
menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Karakter bangsa Indonesia harus tercerminkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Di era arus globalisasi yang semakin maju akan
menjadi tantangan tersendiri untuk membentuk karakter bangsa ini, harus dengan
bertahap dan di dukung oleh semua elemen agar pembentukan karakter dapat
berjalan dengan baik. Salah satunya dapat dilakukan dengan pendidikan.
Saat ini banyak pihak yang menuntut untuk meningkatkan pelaksanaan dan
intensitas pendidikan karakter. Karena kenyataanya banyak anak muda sekarang
ini mulai melupakan karakter yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, mereka
terseret oleh kebudayaan asing yang semakin merajalela. Jika perkembangan
budaya asing yang terus memasuki Indonesia tanpa didampingi perkembangan
karakter budaya Indonesia, maka secara perlahan budaya Indonesia itu sendiri
akan tergeserakan dan dilupakan.
Pemerintah kini juga sudah mulai mengembangkan kurikulum 2013,
kurikulum yang menekankan pada perkembangan karakter bangsa. Peserta didik
dituntut aktif serta dapat memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

13
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal; Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. 2011.
Bandung: Yrama Widya.
Galih Manunggal Putra. Pancasila sebagai karakter dan jati diri bangsa
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 44/DIKTI/Kep/2006  TENTANG  RAMBU-RAMBU
PELAKSANAAN KELOMPOK MATAKULIAH BERKEHIDUPAN
BERMASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI
Kesuma, Dharma; Cepi, Triatna; Johar, Permana. 2011. Pendidikan Karakte
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.
Samani, Muchlas; Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soegito AT dkk. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang:Pusat
Pengembangan MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
 undang-undang-no-20-tentang-sisdiknas
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.2012. http://sida.lanri.info/sida/attachment/Pilar%20Kehidupan
%20Berbangsa%20dan%20Bernegara.pdf
Finaldi, Zulkarnain. 2013. “Mahasiswa Unigal Demo
Lagi”. http://www.kabar-priangan.com/news/detail/7838 (Diunduh 7 Mei 2015)
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42607-Makalah-Cara
%20Mengembalikan%20Jati%20Diri%20Bangsa%20Indonesia.html
http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-karakter.html
http://lidawati.com/penerapan-kurikulum-2013-menuju-pembentukan-
karakter/ (26 April 2015, 13:45)

Anda mungkin juga menyukai