Di Suun Oleh:
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang Ilustrasi Pembentukan Karakter Keilmuan Berdasarkan
Pancasila ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen, orang tua, teman-teman, serta
seluruh pihak yang terlibat dalam membantu terselesaikannya makalah ini.
Makalah Pancasila dan Pembangunan Karakter Bangsa ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pancasila 2. Selain itu juga dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pembangunan karakter
bangsa. penulis berharap makalah ini dapat memberi gambaran ataupun menjadi
referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Pancasila dan Pembangunan
Karakter Bangsa.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II : ISI ......................................................................................................... 3
1.1 Pengertian Karakter ............................................................................... 3
1.2 Hubungan Pancasila Dengan Karakter Bangsa ..................................... 4
1.3 Terhapusnya Mata kuliah Pendidikan Pancasila ................................... 7
1.4 Jatidiri Bangsa Indonesia .................................................................... 10
1.5 Munculnya Pendidikan Karakter.......................................................... 12
BAB III : PENUTUP........................................................................................... 23
Simpulan...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakter?
2. Bagaimana hubungan antar Pancasila dan Karakter Bangsa?
3. Bagimana terhapusnya mata kuliah Pendidikan Pancasila?
4. Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian karakter
2. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dan Karakter Bangsa
3. Untuk mengetahui terhapusnya mata kuliah Pendidikan Pancasila
4. Untuk mengetahui kondisi jatidiri bangsa Indonesia
BAB II
ISI
1.1 Pengertian Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang
mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat
dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada
lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain,
keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Karakter menurut para ahli yaitu :
1. W.B. Saunders, (1977: 126) karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada
individu.
2. Gulo W, (1982: 29) karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
3. Kamisa, (1997: 281) "karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian".
4. Alwisol menjelaskan “pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah
laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun,
mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu”.
5. Wyne memaparkan definisi karakter dari sisi literalnya. Beliau
menjelaskan bahwa istilah karakter bersumber dari bahasa Yunani
3
“karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku
tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya
dengan personality (kepribadian) seseorang.
setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan
komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi
Manusia, yaitu sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara
Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan akal sehat dan nurani
luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil keputusan yang secara
moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-
nilai kebenaran dan keadilan.
Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan, yaitu bangsa
yang memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap adil;
menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-hak orang
lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain;
tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka bekerja keras; menghargai karya
orang lain.
Jadi, antara karakter bangsa dengan pancasila tidak dapat terpisahkan.
Karena sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila dan
setiap kegiatan harus memuat nilai-nilai yang ada dalam pancasila dari itulah
diharuskan pula tumbuh nilai-nilai pancasila dalam pribadi setiap masyarakat dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah harga
mati bagi setiap warga negara Indonesia, yang harus dipatuhi dan tidak boleh
bertentangan dengan pancasila.
1.3 Terhapusnya Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang
berkelanjutan. Untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi
globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual,
ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis,
berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.
Wacana penghapusan pendidikan Pancasila memang bersifat responsif
sehingga perlu dihargai. Responsif, antara lain, karena masalah toleransi
beragama, kekerasan, dan terorisme kini mengemuka. Juga responsif karena
pendidikan Pancasila menggugat ingatan kita pada Orde Baru, sebuah orde yang
menggunakan Pancasila sebagai penguatan dan pelanggengan hegemoni para
penguasa waktu itu. Penataran P4 sebagai kepanjangan tangan pendidikan
Pancasila, dengan alasan sama, juga menghidupkan kembali trauma masa
lalu. Dalam jangka panjang (beberapa generasi mendatang), penghapusan tersebut
dapat menyebabkan Indonesia menjadi sebuah negara tanpa orientasi kebangsaan.
Hal itu disebabkan para anggota masyarakatnya tidak lagi memahami jati dirinya
sebagai sebuah bangsa yang setiap anggotanya memanggul tanggung jawab untuk
membangun komunitas peradaban dalam skala kebangsaan. Mengacu tengara
John Gardner sebagaimana dikemukakan, keroposnya pijakan moral kebangsaan
dalam setiap individu warganya akan menyebabkan Indonesia menjadi bangsa
yang gagal atau bahkan secara fisik akan mengalami disintegrasi.
Kementerian Pendidikan Nasional tidak akan memasukkan Pendidikan
Pancasila menjadi kurikulum baru. Menurut Kepala Pusat Kurikulum dan Buku
Kementerian Pendidikan Nasional, Diah Harianti, Pendidikan Pancasila sudah ada
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kata dia, dalam Pendidikan
Kewarganegaraan itu disisipkan persoalan tentang kesatuan dan persatuan bangsa,
norma hukum, hak asasi manusia, dan Pancasila. Ia juga menambahkan, jika
7
Simpulan
Karakter bangsa Indonesia harus tercerminkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Di era arus globalisasi yang semakin maju akan
menjadi tantangan tersendiri untuk membentuk karakter bangsa ini, harus dengan
bertahap dan di dukung oleh semua elemen agar pembentukan karakter dapat
berjalan dengan baik. Salah satunya dapat dilakukan dengan pendidikan.
Saat ini banyak pihak yang menuntut untuk meningkatkan pelaksanaan dan
intensitas pendidikan karakter. Karena kenyataanya banyak anak muda sekarang
ini mulai melupakan karakter yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, mereka
terseret oleh kebudayaan asing yang semakin merajalela. Jika perkembangan
budaya asing yang terus memasuki Indonesia tanpa didampingi perkembangan
karakter budaya Indonesia, maka secara perlahan budaya Indonesia itu sendiri
akan tergeserakan dan dilupakan.
Pemerintah kini juga sudah mulai mengembangkan kurikulum 2013,
kurikulum yang menekankan pada perkembangan karakter bangsa. Peserta didik
dituntut aktif serta dapat memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal; Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. 2011.
Bandung: Yrama Widya.
Galih Manunggal Putra. Pancasila sebagai karakter dan jati diri bangsa
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 44/DIKTI/Kep/2006 TENTANG RAMBU-RAMBU
PELAKSANAAN KELOMPOK MATAKULIAH BERKEHIDUPAN
BERMASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI
Kesuma, Dharma; Cepi, Triatna; Johar, Permana. 2011. Pendidikan Karakte
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.
Samani, Muchlas; Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soegito AT dkk. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang:Pusat
Pengembangan MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN
2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
undang-undang-no-20-tentang-sisdiknas
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.2012. http://sida.lanri.info/sida/attachment/Pilar%20Kehidupan
%20Berbangsa%20dan%20Bernegara.pdf
Finaldi, Zulkarnain. 2013. “Mahasiswa Unigal Demo
Lagi”. http://www.kabar-priangan.com/news/detail/7838 (Diunduh 7 Mei 2015)
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42607-Makalah-Cara
%20Mengembalikan%20Jati%20Diri%20Bangsa%20Indonesia.html
http://definisimu.blogspot.com/2012/09/definisi-karakter.html
http://lidawati.com/penerapan-kurikulum-2013-menuju-pembentukan-
karakter/ (26 April 2015, 13:45)