PENDAHULUAN
menunjukkan tanda gejala sebelum menyerang organ lain seperti serangan jantung
atau stroke. Hal ini juga yang menyebabkan banyak pendapat bahwa hipertensi adalah
merupakan faktor resiko 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng dan
Tuminah, 2009).
hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta
orang pada tahun 2025 . Di bagian lain di Asia , tercatat 38,4 juta penderita hipertensi
pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di
Indonesia, mencapai 17-21 % dari popinsi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi.
Sementara itu, Guru besar teknologi pangan IPB, I Made Astaman (2002)
menjelaskan bahwa hasil survai kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukan rata-
rata penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. yaitu 83
1
perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingan dengan pria. Hal tersebut
terikat erat dengan pola makan, terutama komsumsi garam, yang umumnya lebih
sebanyak 69,3 juta jiwa dan diperkirakan sebanyak 107,3 juta jiwa pada tahun 2025.
Di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta jiwa menderita hipertensi dan
diperkirakan tahun 2025 meningkat menjadi 151 juta jiwa. Sedangkan di bagian Asia
tercatat tahun 2000 penderita hipertensi sebanyak 38,4 juta jiwa dan diperkirakan
tahun 2025 meningkat menjadi 67,3 juta. Data ini menunjukkan bahwa hipertensi
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh darah tinggi. Pada
tahun 1980, jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan
mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Hasil riset WHO pada tahun 2007, menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai
faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasusu
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 31,7% dari total
penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa terdapat 1 orang yang menderita
2
Menurut Kemenkes RI (2014), sampai saat ini, hipertensi masih merupakan
pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum kuat meskipun obat obatan yang
tahun 2016 yaitu Hipertensi 53,4%, DM 20,4% Asma Bronkiale Gestasional 7,3%,
Osteoporosis 6,4%, Penyakit Jantung Koroner 3,6%, Obesitas 2,6%, Ppdk 2,3%,
Stroke 2,0%, Ginjal Kronis 1,4% dan Neoplasma 0,5%. Hery (2017).
adalah Thypoid Fiver, Dyspepsia, Gastritis, Nyeri punggung bawah, DM, Gagal
Jantung, Hipertensi, Stroke, Cidera YDL, dan Apendik. penyakit hipertensi berada
pada urutan ketujuh dalam sepuluh penyakit terbesar dari penderita yang dirawat inap
Latar belakang diatas penyakit hipertensi haruslah segera diobati agar tidak
Pasien sebagai fokus keperawatan mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosial dan
3
lainnya dalam memberikan Asuhan Keperawatan sehingga dapat mencapai tujuan
perhatian dan penanganan yang baik. Mengingat prevalensi yang tinggi dan
memahami dan mengetahui tindakan keperawatan yang akan diberikan pada pasien
tersebut.
Disini perawat dan tim kesehatan lain dapat memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien baik scara bio, psiko, social dan spiritual. Demikian juga kita
berkurang.
penyakit diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai
mampu dalam mengelolah kasus secara mandiri maupun professional tentang asuhan
komprehensif pada pasien Hipertensi. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola
kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis
ilmiah.
agar dapat meningkatkan mutu pelayanan latihan praktek dengan penerapan intervensi
kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi bagi perawat ruangan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal Yang diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Arif
7
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor resiko yang diduga
7) Lingkungan
1) Genetik
2) Kelamin
Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti : penggunaan ekstrogen,
8
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
genetik dan faktor lingkungan dapat memicu terjadinya hipertensi (Muchtadi, 2013).
sedangkan faktor lingkungan meliputi asupan garam yang berlebihan dan peningkatan
masih belum dapat dipastikan bahwa stress memunculkan gejala hipertensi (Purnomo,
2007).
berikut :
a. Pola Konsumsi
Konsumsi tinggi natrium (Na) terutama yang berasal dari garam (NaCl)
diketahui menjadi salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, natrium juga
terdapat dalam penyedap makanan (MSG, monosodium glutamate) dan soda kue
erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi. Hipertensi tidak terjadi jika asupan
b. Kelainan Ginjal
pengaturan tekanan darah melalui produksi renin oleh sel juxtaglomerular ginjal.
9
Renin merupkan enzim yang berperan dalam lintasan metabolisme sistem RAA
(Muchtadi, 2013).
c. Penuaan
setiap orang mengalami peningkatan tekanan darah pada usia lanjut. Hal ini terkait
dengan salah satu perubahan yang terjadi karena proses penuaan yaitu
d. Obesitas
dan gaya hidup memiliki peran utama dalam menyebabkan hipertensi. Tiap
kenaikan berat badan ½ kg dari berat badan normal yang direkomendasikan dapat
Hipertensi primer dengan kenaikan berat badan berlebih dan obesitas bisa terjadi
karena peningkatan curah jantung akibat aliran darah tambahan yang diperlukan
untuk jaringan adiposa ekstra dan meningkatnya laju metabolik seiring dengan
10
e. Stress
Hipertensi dapat juga disebabkan oleh karena stress (fisik atau mental),
dimana pada kondisi ini kelenjar adrenal akan merilis hormon epinefrin atau
2.1.3 Klasifikasi
primer (hipertensi essensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95% kasus
penyebab yang tidak diketahui (Guyton & Hall, 2014). Belum ada teori yang jelas
disebabkan oleh penyakit lain. Hanya sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Banyak penyebab hipertensi sekunder baik endogen maupun eksogen.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
Disamping itu, terdapat klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (The Eighth
Joint National Committe) yang didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan
darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis untuk pasien dewasa (umur ≥
18 tahun). Klasifikasi tekanan darah tersebut mencakup empat kategori dengan nilai
normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik
(TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada
kalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini
biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran
tensi atau melalui pemeriksaaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh (Kirana,
Penderita hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempunyai risiko
12
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler seperti stroke, serangan
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain sakit kepala
(rasa berat di tengkuk), nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot,
nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging),
2.1.5 Patofisiologi
13
2.1.6 Tanda dan Gejala
Biasanya tanda gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering
disebut “ silent killer. “ Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara
lain : sakit kepala (rasa berat di tekuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas,
keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur. (Wajan Juni Udjianti, 2012)
2.1.7 Komplikasi
sementara
a. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat berikut
(Ardiansyah. M, 2012) :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dengan dosis tunggal pada pagi hari
14
2) Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
b. Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni
5) Berhenti merokok.
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak
15
2.1.9 Mind Maping Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Etiologi :
1. Hipertensi Essensial : tidak
Obesitas Stress Genetik Usia diketahui penyebabnya
Manifestasi Klinis :
2. Hipertensi Primer : disebabkan
• Sakit kepala/pusing
oleh pemyakit lainnya
• Lemas/kelelahan
• Sesak nafas Hipertensi Perubahan status kesehatan
• Gelisah
• Mual, muntah Kerusakan vaskuler pembuluh darah
*Noc : Cemas *Nic :
• Epistaksis Perubahan Struktur Kontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan yg menenangkan
• Kesadaran menurun Setelah dilakukan tindakan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pasien
Penyumbatan pembuluh darah keperawatan selama 3x24 jam 3. Jelaskan semua prosedur
kecemasan teratasi dengan 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
Vasokonstriksi kriteria hasil : dan mengurangi takut
1. Klien mampu 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
Gangguan sirkulasi mengidentifikasi dan tindakan prognosis
mengungkapkan gejala cemas 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
2. Vital sign dalam batas normal 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
Otak Pembuluh darah 3. Postur tubuh,ekspresi wajah, teknik relaksasi
bahasa tubuh dan tingkat 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
Resistensi pembuluh darah otak meningkat Sistemik aktivitas menunjukkan 9. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya cemas 10. Kelola pemeberian obat anti cemas
Vasokonstriksi
Nyeri Kepala
Afterload Meningkat Fatique Intoleransi aktivitas Paparan informasi kurang
*Noc : *Nic :
Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi non verbal *Noc : *Nic :
keperawatan pasien tidak 3. Bantu klien menemukan Setelah dilakukan 1. Observasi adanya
Resiko tinggi penurunan curah jantung Kurang pengetahuan
mengalami nyeri dengan dukungan asuhan keperawatan pembatasan klien dalam
kriteria hasil : 4. Kontrol lingkungan yg *Noc : *Nic : klien bertoleransi melakukan aktivitas *Noc : *Nic :
1. Mampu mengontrol dapat mempengaruhi nyeri Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya nyeri dada terhadap aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang Setealah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
nyeri 5. Kurangi faktor prespitasi asuhan keperawatan 2. Catat adanya disritmia dengan kriteria hasil menyebabkan kelelahan asuhan keperawatan 2. Jelaskan patosfisiologi penyakit
2. Melaporkan bahwa nyeri nyeri penurunan kardiak jantung : 3. Monitor nutrisi dan sumber klien menunjukkan 3. Gambarkan tanda dan gejala yg
berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri output kilen teratasi 3. Catat adanya gejala 1. Berpartisipasi dalam energi yg adekuat pengetahuan tentang biasa muncul
3. Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan teknik dengan kriteria hasil : penurunan cardiac output aktivitas fisik 4. Monitor pasien akan proses penyakit dengan 4. Gambarkan proses penyakit
4. Menyatakan rasa nyaman nonfarmakologi 1. Tanda vital dalam 4. Monitor status kardiovaskuler disertai peningkatan adanya kelelahan fisik dan kriteria hasil : 5. Identifikasi kemungkinan
5. Ttv dalam rentang 8. Berikan analgetik rentang normal 5. Monitor balance cairan tekanan darah, nadi emosi secara berlebihan 1. Klien dan keluarga penyebab dgn cara tepat
normal 9. Tingkatkan istirahat 2. Dapat mentoleransi 6. Monitor respon pasien dan RR 5. Monitor respon menyatakan pemahaman 6. Sediakan informasi pada klien
6. Tidak mengalami 10. Berikan informasi ttg nyeri aktivitas, tidak ada terhadap pengobatan 2. Mampu melakukan kardiovaskuler terhadap tentang penyakit tentang kondisi dgn cara tepat
11. Monitor tanda-tanda vital kelelahan 7. Monitor adanya dispneu, aktivitas sehari-hari aktivitas 2. Klien dan keluarga 7. Hindari harapan kosong
gangguan tidur
3. Tidak ada edema paru fatique, takipneu (ADLs) secara 6. Monitor pola tidur mampu melaksanakan 8. Sediakan bagi keluarga
4. Tidak ada penurunan 8. Monitor tanda-tanda vital mandiri prosedur yg dijelaskan informasi ttg kemajuan klien
kesadaran 9. Minimalkan stres lingkungan secara benar 9. Diskusikan terapi/penanganan
16
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang
hipokoagulabilitas, anemia.
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
l) EKG 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m) Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
2.2.1 Pengkajian
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai
1. Aktivitas/Istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnostik)
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, defresi, euphoria, atau marah kronik
18
Tanda : Letupan suasan hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) , gula-gula yang
berwarna hitam kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu),
kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas atau
kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksisi.
Tanda : Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, proses pikir atau
memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan atau refleks
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
19
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada
8. Pernapasan
tambahan sianosis.
9. Keamanan
Hipotensi postural.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
orang Afrika- Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain :
penggunaan obat/alkohol.
20
6. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung.
9. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke volume.
21
- Laporan secara verbal atau non tehnik • Observasi reaksi
verbal nonfarmakologi nonverbal dari
- Fakta dari observasi untuk mengurangi ketidaknyamanan
22
23
dan minum pencahayaan dan
26
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
• Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
• Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
• Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
• Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
• Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
• Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
27
Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah jantung b/d
peningkatan afterload, • Aktivita • Cardiac Care
vasokonstriksi, s pompa • Evaluasi adanya
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, jantung nyeri dada (
iskemia miokard
• Status intensitas,lokasi,
relaksi durasi)
• Status • Catat adanya
tanda disritmia jantung
tanda • Catat adanya tanda
vital dan gejala
sign penurunan cardiac
putput
• Monitor status
kardiovaskuler
• Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
• Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
• Monitor
balance cairan
• Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
• Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
• Atur periode
28
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
• Monitor toleransi
aktivitas pasien
• Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
• Anjurkan utk
menurunkan stress
29
4 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan kurangnya • Pengetahuan : proses • Teaching : disease
informasi tentang proses penyakit Process
penyakit • Pengetahuan : • Berikan penilaian
prilaku kesehatan tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan
pasien tentang
• Pasien dan keluarga
menyatakan proses penyakit
mampu berhubungan
benar tepat.
30
pada pasien
tentang kondisi,
dengan cara yang
tepat
• Hindari harapan
yang kosong
• Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
• Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
• Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
• Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
31
tepat atau
diindikasikan
• Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
• Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
• Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
32
yang meningkatkan pasien mengani
berat badan kondisi medis yang
• Mengidentfifikasi dapat
tingkah laku mempengaruhi BB
dibawah kontrol • Diskusikan
klien bersama pasien
• Memodifikasi diet mengenai
dalam waktu yang kebiasaan, gaya
lama untuk hidup dan factor
mengontrol berat herediter yang dapat
badan mempengaruhi BB
• Penurunan berat • Diskusikan
badan 1-2 bersama pasien
pounds/mgg mengenai risiko
• Menggunakan yang berhubungan
energy untuk dengan BB berlebih
aktivitas sehari hari dan penurunan BB
• Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
• Perkirakan BB
badan ideal pasien
Nutrition
Management
• Kaji adanya
alergi
makanan
• Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
33
dibutuhkan pasien.
• Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
• Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
• Berikan
substansi gula
• Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
• Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
• Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
• Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
• Berikan informasi
tentang kebutuhan
34
35
nutrisi
• Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
36
kemampuan :
hindari
kelelahan
37
dengan penuh
perhatian
• Identifikasi
tingkat
kecemasan
• Dorong klien
untuk
mengungkapk
an perasaan
ketakutan,
persepsi
• Kelola
pemberian
obat anti
cemas.
38
• Menunjukkan • Berikan
jalan nafas
pelembab
yang paten.
udara kassa
• Tanda tanda
vital dalam basah
rentang yang
• Auskultasi
normal.
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
• Monitor pada
nafas.
39
9 Penurunan curah jantung NIC NOC
berhubungan dengan gangguan • Cardiac pump
• Evaluasi
irama jantung, stroke dan efectiveness
adanya nyeri
volume, kontraksi jantung • Sirculation
dada.
status
• Catat adanya
• Vital sign
disritmia
status
jantung
• Tissue
• Catat adanya
perfusion ;
tanda dan
perifer
gejala
Kreteria Hasil ;
penurunan
• Tanda vital cardiac putput
dalam rentang
• Monitor status
normal
pernafasan
• Dapat yang
menoleransi
40
aktivitas, tidak menandakan
ada kelelahan. gagal jantung
• Tidak ada • Monitor
edema paru, balence cairan
perifer. Dan • Monitor
tidak ada asites. respon klien
• Tidak ada • Atur periode
penurunan latihan dan
kesadaran istirahat untuk
• Agd dalam menghindari
batas normal kelelahan
• Tidak ada • Monitor
distensi leher toleransi
aktivitas klien.
• Anjurkan
untuk
menurunkan
stress.
41
10 Defisit perawatan diri NOC NIC
• Self Care ; Self Care Assistane :
berhubungan dengan penurunan • Monitor klien
activity of daily
atau kurangnya motivasi, living (adls) untuk
melakukan
hambatan lingkungan, Kriteria Hasil :
perawatan diri
kerusakan. • Klien terbebas
yang mandiri
dari bau badan
• Monitor
• Menyatakan
kenutuhan
kenyamanan
klien untukn
terhadap
alat-alat bantu
kemampuan
untuk
untuk
kebersihan
melakukan
diri,
Adls
42
• Dapat berpakain,
melakukan berhias, dan
Adls dengan makan
bantuan • Sediakan
bantuan
sampai klien
mampu
secarah utuh
untuk
melqakukan
self care
• Dorong klien
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
yang normal
sesuaikemamp
uan yang
dimiliki
• Berikan
aktivitas rutin
sehari-hari
sesuai
kemampuan
• Pertimbangkan
usia klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas
sehari-hari.
43
11 Gangguan pola tidur NOC NIC
sesudah an aktivitas
• Mampu • Ciptakan
mengidentifika limgkungan
dapat • Kolaborasi
meningkatkan pemberian
tidur obat tidur.
membranes menggunakan
pakaian yang
• Wound healing
longgar
: primary and
• Jaga kulit agar
secondary
tetap kering
intention
44
Kriteria Hasil : dan bersih
• Mobilisasi
• Perfusi jaringan
klien
normal
• Monitor kulit
• Tidak ada
akan adanya
tanda-tanda
kemerahan
infeksi
• Oleskan lution
• Ketebalan dan
atau oiln pada
tekstur jaringan
daerah yang
normal
tertekan.
• Menunjukkan
• Monitor
pemahaman
aktivitas dan
dalam proses
mobilisasi
perbaikan kulit
klien
dan mencegah
• Monitor status
terjadinya
nutri klien
cidera berulang
• Memandikan
klien dengan
sabun dan air
hangat
• Cegah
kontaminasi
feses dan urine
• Lakukan
teknik
perawatan
luka dengan
steril
•
• Mendemonstras an
ikan keseimbangan
peningkatan • Monitor
okdigenasi status O2
• Memelihara pergerakan
pernafasan tambahan,retra
ksi otot
• Agd dalam
batas normal • Monitor pola
• Status nafas
neorologis • Auskultasi
normal. • Observasi
sianosis
khususnya
membran
mukosa.
• Auskultasi
bunyi jantung,
irama dan
denyut
jantung.
46
14 Ansietas berhubungan dengan NOC NIC
47
2.2.4 Penerapan EBN ( Evidence Based Nurshing)
Dalam jurnal keperawatan “ Efektifitas kompres hangat dileher dalam mengurangi nyeri
kepala pada pasien hipertensi, disimpulkan bahwa tindakan kompres air hangat merupakan
tindakan yang cukup efektif dalam mengurangi nyeri pada penderita hipertensi. Oleh karena
itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan nyeri
kepala. Salah satu tanda dan gejala dari penderita hipertensi adalah pasien mengalami keluhan
nyeri (Hidayat, 2009). Nyeri merupakan suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
spesifik bersifat subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruh oleh
faktor psikososial seseoarang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter dan Perry,
2005). Menurut Andarmoyo (2013), mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual,
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Nyeri kepala
terjadi karena adanya ateroseklorosis yang menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri)
dan penurunan O2 (oksigen) di otak. Nyeri tersebut dapat ditangani dengan penatalaksanaan
nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompres hangat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap
penurunan intensitas nyeri kepala pada pesian hipertensi di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau.
Seperti penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang, jenis penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini adalah quasi experiment design dengan rancangan non equivalent
control group design, menggunakan tehnik sampling purposive sampling, dengan jumlah
data dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan intervensi kompres hangat pada
leher. Hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon sign test didapat nilai p value
0,000(p<0,05) dan uji mann whitney dengan p value 0,000 (p<0,05), sehingga dapat
48
disimpulkan ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan
intensita nyeri kepala pada pasien hipertensi, dimana kelompok yang diberikan kompres hangat
pada leher lebih efektif dibandungkan dengan kelompok yang btidak diberikan kompres hangat
pada leher. Diharapkan perawat dapat meminimalkan pemakaian analgesik untuk mengurangi
menggunakan obat-obatan seperti obat amplodipin yang berguna untuk menurunkan tekanan
darah tinggi dan non farmakologis untuk mengurangi nyeri dikepala adalah kompres dileher,
baik kompres air hangat maupun kompres air dingin dapat meringankan rasa nyeri dan radang
ketika terjadi nyeri. Efek pemberian terapi kompres hangat terhadap tubuh antara lain dapat
meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami cidera, meningkatkan pengiriman
leukosit dan antibiotik kedaerah luka. Meningkatkan relaksasin otot dan mengurangi nyeri
akibat spasme atau kekakuan dan meningkatkan aliran darah (Potter dan perry, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan Wurangin, dkk (2013), dari 40 responden yang
dibagi dalam dua kelompok intervesi, kelompokn yang pertama dilakukan pemberian intervensi
menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah
1,60 dan rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti
kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada pebderita hipertensi.
darah sehingga akan meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau
kekakuan, dan juga memberikan rasa nyaman. Hal ini berarti kompres air hangat lebih efektif
49
2.2.5 Discharge Planning
aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontiniu dan terkoordinasi
ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan. (Potter dan Perry, 2014).
Untuk melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A diruang lantai 2
aturan pengobatan sesuai dengan anjuran, pengetahuan tentang hipertensi, penyebab hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi. Selain itu penulis juga menerapkan kesiapan akhir pasien
menghadapi pemulangan setelah dilakukan discharge planing dan diharapkan klien mampu
50
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada Bab ini penulis menguraikan kasus yang dimulai dari pengkajian pada tanggal 15
Oktober sampai dengan 17 Oktober 2021, dengan kasus Hipertensi di ruang lantai 2 RS Efarina
3. 1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Klien bernama Ny.A, berumur 66 tahun, jenis kelamin perempuan, status kawin, agama
Kristen, suku Batak Toba. Pendidikan terakhir klien SMA, bahasa yang digunakan klien setiap
hari bahasa Indonesia dan Batak. Pekerjaan IRT. Alamat Jl. Sepakat Pangkalan Kerinci.
Klien masuk IGD RS.Efarina Pangkalan Kerinci tanggal 15 Oktober 2021, pukul 10.46
WIB. Pada tanggal 15 Oktober 2021, pukul 12.30 WIB klien pindah diruang lantai 2 RS.Efarina
3. 2 Keluhan Utama
Klien mengatakan kepalanya pusing, lemas, tersa oyong jika berjalan, kaki gemetaran,
3. 3 Riwayat Keperawatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Oktober 2021 pukul 14.30 WIB, klien
mengeluh sakit kepala. Upaya untuk mengatasinya dibawa ke RS. Efarina Pangkalan Kerinci.
Klien mempunyai penyakit Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, minum obat secara teratur dan
7 bulan belakangan ini pasien mempunyai sakit asam urat dan minum obat.
51
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keluarga pasien, dalam keluarga pasien yaitu Ayah pasien mempunyai penyakit yang
sama hipertensi.
d. Genogram
52
3. 4 Pemeriksaan Fisik
skala nyeri 4.
GCS : E =4 M = 6 V = 5
BB/TB : 65 Kg/150 cm
11. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak terdapat oedema, rambut beruban, lurus,
distribusi merata.
12. Mata
Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil ishokor, reaksi cahaya +/+.
13. Telinga
Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga, tidak ada lesi, terdapat
14. Hidung
Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut agak kotor.
16. Leher
Leher simetris, tidak terdapat jejas di leher, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat
Inspeksi : Thorak simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan tidak terdapat
Palpasi : Gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi sama, tidak terdapat massa, tidak
Auskultasi : tidak terdapat suara nafas tambahan, bunyi nafas vesikuler. Perkusi : resonan
18. Jantung
Palpasi : HR 84x/menit.
Auskultasi : TD 180/100 mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 dengan irama reguler, tidak
19. Abdomen
Tidak terdapat lesi atau massa, tidak tampak bekas operasi, tidak ada nyeri tekan, tidak
21. Ekstremitas
54
3.5 Pengkajian Pola Sistem
Keluarga klien mengatakan saat dirumah klien biasa makan 3x/hari dengan nasi, lauk
pauk dan sayuran. Pada pagi hari klien makan roti atau kue dengan minum kopi. Klien
minum 5-6 gelas/hari. Saat di rumah sakit, klien diberi diet M2 rendah garam.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, klien mengatakan biasa BAB 1x/hari dan BAK 4-5x/hari. Saat dikaji,
4. Pola aktivitas
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien beraktivitas normal,
setelah sakit klien tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena sakit kepala.
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa tidur pukul 21.30 - 05.00.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga .
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki masalah pada organ
Klien mengatakan klien merasa cemas dengan keadaan penyakitnya saat ini, namun klien
55
9. Pola nilai kepercayaan
Klien mengatakan segala sesuatunya klien serahkan kepada Tuhan Yesus, dan klien
3. 6 Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 15 Oktober 2021
56
3. 7 Penatalaksanaan Medis
Terapi Obat
keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi
asam lambung
Tab
Tab muntah
Tab
57
3. 8 Analisa Data
1 DS : Sarah
Klien mengatakan
simpatis Nyeri akut
nyeri kepala
DO :
- K/u lemah Ach
- Klien tampak
menahan nyeri Saraf pusat
- Skala nyeri 6. ganglion
- TTV
Kontriksi
TD : 180/100
mmHg
HR : 84x/menit Peningkatan
tekanan
RR : 22x/menit vaskuler
S : 36,50C serebral
Nyeri
58
DO : Sulit
- Klien tampak melakukan
gelisah,bedrst. aktivitas
- Ekspresi wajah ↓
tampak tegang Intoleransi
- TTV aktivitas
TD : 180/100
mmHg
HR : 84x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
3 DS :
- Klien mengatakan Kurang Kurang
informasi
kurang paham pengetahuan
mengenaikon
tentang diit disi
hipertensi
Kurang
tepapae
DO : informasi
- Klien bertanya
Kurang
59
tentang diit pengetahuan
hipertensi
- Klien bertanya
tentang cara
menurunkan
hipertensi
- TTV
TD : 180/100
mmHg
HR : 84x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
60
3.9 Diagnosa Keperawatan
kebutuhan oksigen.
penyakit.
61
Kriteria Hasil : nonverbal dari
a. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab c. Gunakan teknik
nyeri, mampu komunikasi
menggunakan tehnik terapeutik untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri
mencari bantuan) pasien
b. Melaporkan bahwa d. Kaji kultur yang
nyeri berkurang mempengaruhi
dengan menggunakan respon nyeri
manajemen nyeri e. Evaluasi pengalaman
c. Mampu mengenali nyeri masa lampau
nyeri (skala, f. Evaluasi bersama
intensitas, frekuensi pasien dan tim
dan tanda nyeri) kesehatan lain
d. Menyatakan rasa tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan
berkurang kontrol nyeri masa
e. Tanda vital dalam lampau
rentang normal g. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
h. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
62
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
l. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
63
nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi
64
efektivitasanalgesik,
tanda dan
65
66
gejala (efek samping)
2 Intoleransi Setelah dilakukan Anxiety
aktivitas tindakan Reduction
keperawatan selama a. aktivitas Observasi
1 x 24 jam, klien adanya pembatasan
akan : NOC : klien dalam
• Koservasi Energi melakukan
• Toleransi
aktifitas b. Bantu klien untuk
• Prawatan diri
mengidentifikasi
Kriteria Hasil : aktivitas yang mampu
a. Berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa c. Bantu untuk memilih
disertai peningkatan aktivitas konsisten
tekanan darah, nadi yangsesuai dengan
dan RR kemampuan fisik,
b. Mampu melakukan psikologi dan social
aktivitas sehari hari d. Bantu untuk
(ADLs) secara mengidentifikasi dan
mandiri mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
f. Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
g. Bantu klien untuk
membuat jadwal
67
latihan diwaktu luang
68
h. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
i. kekurangan
dalam beraktivitas
k. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
l. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
m. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
69
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar e. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang f. Identifikasi
dijelaskan kemungkinan
perawat/tim penyebab, dengna cara
kesehatan lainnya. yang tepat
g. § Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
h. Hindari harapan yang
kosong
i. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
j. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
k. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
l. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
m. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
n. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
o. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
70
kesehatan, dengan cara
yang tepat
71
Vital Sign terapeutik untuk A: Masalah belum
TD :180/90
mengetahui teratasi :
mmHg,
pengalaman nyeri - Gangguan
RR : 24 x/i,
pasien perfusi jaringan
HR : 92 x/i,
serebral
T : 370C - Gangguan
mobilisasi
- Nyeri kepala
P:Intervensi
dilanjutkan :
-Head up 30-450.
-Observasi TTV.
-Berikan
pelatihan ROM.
-Bantu ADl
klien.
-Mobilisasi
berkala tiap 2
jam.
2 Intoleransi aktivitas Tanggal : 16/10/21 S: pasien
berhubungan Waktu : 13:00WIB mengatakan
dengan kelemahan ➢ Melakukan badanya lemah
fisik ditandai pengkajian nyeri dan tidak
dengan pasien secara mampu
mengatakan komprehensif melakukan
badanya lemah dan termasuk lokasi, aktivitas
tidak mampu karakteristik, O: pasien terlihat
melakukan aktivitas durasi, frekuensi, bedrest,pucat,
pasien terlihat kualitas dan faktor lemah, pasien
bedrest,pucat, presipitasi tidak dapat
Tanggal : 16/10/21 melakukan
Waktu : 14:00WIB aktivitas secara
72
lemah,pasien tidak ➢ Melakukan Bantu mandiri, aktivitas
dapat melakukan klien untuk dibantu perawat
aktivitas secara mengidentifikasi dan keluarga.
mandiri, aktivitas aktivitas yang Terpasang infuse
dibantu perawat dan mampu dilakukan di lengan sebelah
keluarga,terpasan g Tanggal : 16/10/21 kanan Vital Sign
Infuse di lengan Waktu : 15:00WIB TD:180/90mm
sebelah kanan Vital ➢ Melakukan Bantu HgRR : 24 x/i
Sign :TD : untuk memilih HR : 92 x/i
180/90mmHg aktivitas konsisten T: 370C
RR : 24 x/i yangsesuai dengan A: Masalah belum
HR : 92 x/i, kemampuan fisik, teratasi :
T: 370C psikologi dan social -Gangguan
keseimbangan
suplay O2
ketubuh.
-Kelemahan fisik.
P: Intervensi
dilanjutkan :
-Bantu Klien dalam
melakukan
aktifitas.
-Berikan
lingkungan
tenang.
-Anjurkan Klien
untuk melakukan
aktifitas sesuai
kemampuan.
73
3.12 CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien: Ny.A No. Register : 016250
Ruang : Lantai 2 Dx Medis : Hipertensi
74
- Kaji skala
nyeri.
- Observa si
TTV.
- Pastikan klien
mendapatkan
perawatan
analgesik.
- Berikan
pengobatan
Nonfarma-
kologi
75
Sign : Melakukan Bantu untu A: Masalah belum
mengidentifikasi
TD: 160/90mmHg teratasi :
aktivitas yang
RR :24 x/i disukai - Aktifitas masih
HR : 92x/i,
terbatas.
T:370C
- Gangguan
mobilisasi
fisik.
- Tidak mampu
melakukan
aktifitas
sendiri
P: Intervensi
dilanjutkan: Berikan
latihan ROM.
- Berikan
lingkun gan
tenang.
- Mobilis asi
berkala tiap 2
jam.
- Libatkan
keluarga dalam
melaku kan
aktifitas
76
lemah,pasien tidak diinginkan -
77
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang terjadi
selama melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Ny.A dengan kasus Hipertensi di
Ruang lantai 2 RS Efarina Pangkalan Kerinci. Dalam bab ini penulis membandingkan antara
teori yang ada pada literatur dengan kasus yang ditemukan oleh penulis. Selain itu penulis
juga membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat yang penulis temukan
pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A, serta alternatif pemecahan masalah
yang penulis berikan selama melakukan asuhan keperawatan pada tiap tahap keperawatan.
4. 1 Pengkajian Keperawatan
pengumpulan informasi dan data dasar berupa data subyektif dan data obyektif yang sesuai
dengan pengkajian. Sedangkan data obyektif dan data penunjang diperoleh melalui interaksi
dengan klien.
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu
penyakit pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut Kemenkes RI (2014),
Udjianti (2013), Elizabeth dalam Ardiansyah. M (2012) dan Arif Mutaqin dalam Ardiansyah.
M (2012) adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas
140/90 mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan.
(hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95% kasus hipertensi
78
merupakan hipertensi primer. Sebagian besar hipertensi terjadi tanpa disertai tanda dan gejala
yang pasti. Kadang-kadang nyeri kepala, pusing, rasa lelah dianggap sebagai gejala non
spesifik dari hipertensi. Namun demikian, gejala-gejala tersebut tidak jarang juga terjadi
Dalam kasus Ny. A, diperoleh data subyektif, klien mengatakan nyeri kepala, cemas
dengan keadaan penyakitnya, dan tidak bisa memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri,
sedangkan data obyektif yang ditemukan adalah keadaan umum klien lemah, klien tampak
meringis menahan nyeri, skala nyeri 4, klien tampak cemas, gelisah, TTV : TD : 180/100
kerjasama yang baik diantara klien dan keluarga didalam memberikan informasi yang
dibutuhkan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat karena klien dan keluarga sangat
kooperatif saat melakukan pengkajian dan terbina hubungan saling percaya antara perawat
ruangan dan tenaga kesehatan lainnya sehingga penulis dapat memperoleh data-data yang
dibutuhkan.
4. 2 Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen; Nyeri akut
krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien ; Kurang pengetahuan
79
Dalam kasus Ny. A, diagnosa yang muncul yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen; Resiko tinggi terhadap penurunan curah
karena diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan teori Hipertensi, serta dengan adanya faktor
pendukung, yaitu adanya kerjasama yang baik antara keluarga klien dan perawat sehingga
4. 3 Perencanaan Keperawatan
Keperawatan sesuai dengan teori Hipertensi, yaitu memprioritaskan masalah yang muncul pada
klien, kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan waktu yang lebih spesifik untuk
masing- masing diagnosa, menyesuaikan yang mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu
Pada tahap perencanaan, untuk diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, yang direncanakan adalah kaji
tingkat nyeri dan vital sign, jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri, kompres leher dengan
air hangat ,pertahankan tirah baring bila diindikasikan, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas
dalam dan bantu klien melakukan posisi yang nyaman, beri obat analgetik sesuai advis dokter.
80
Untuk diagnosa keperawatan kedua, yaitu cemas berhubungan dengan krisis
situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien, intervensi yang dibuat yaitu bina
hubungan saling percaya, berikan informasi tentang penyakitnya dan tehnik pengobatannya,
anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien, dorong klien untuk
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, intervensi yang dibuat adalah kaji
kemampuan aktivitas klien, anjurkan klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan, libatkan keluarga dalam membantu klien beraktivitas, motivasi klien untuk
melakukan aktivitas.
4. 4 Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kepada status kesehatan yng baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
dalam melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan
kebutuhan klien, karena tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Penulis bekerjasama
dengan perawat ruangan dalam melakukan Asuhan Keperawatan dan pendokumentasian semua
81
Untuk secara keseluruhan semua diagnosa sudah dilaksanakan sesuai perencanaan yang
dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini, karena keluarga dan perawat ruangan sangat
4. 5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan. Pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, selama 3 x 24 jam, hasil yang
dicapai yakni : Klien mengatakan masih pusing dan merasa nyeri pada tangan dan kaki sebelah
kiri, skala nyeri 3, keadaan umum compos mentis, klien terlihat lemah, terbaring di tempat
dan intervensi dilanjutkan, yakni kaji tingkat nyeri dan vital sign, jelaskan pada klien tentang
penyebab nyeri, pertahankan tirah baring bila diindikasikan, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas
dalam dan membantu klien melakukan posisi yang nyaman, beri obat analgetik sesuai advis
dokter.
Pada diagnosa kedua, selama 1x 24 jam, klien mengatakan sudah tenang karena
mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga, klien juga mengatakan selalu berdoa agar cepat
sembuh dan kembali kerumah, klien tampak tenang, masalah cemas teratasi sepenuhnya dan
intervensi dihentikan.
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, selama 3 x 24 jam, hasil yang diperoleh yaitu
klien mengatakan masih lemah, tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas, klien tampak lemah
dan sering mengantuk, masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan
yakni, kaji kemampuan aktivitas klien. anjurkan klien untuk melakukan aktivitas secara
82
bertahap sesuai kemampuan, libatkan keluarga dalam membantu klien beraktivitas, motivasi
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A, di ruang Lantai 2 RS Efarina
Pangkalan Kerinci, penulis mengadopsi kompres leher air hangat mengatasi nyeri pada klien
hipertensi, berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat Pada
Leher Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi Di RSUD. Tugurejo
Semarang.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang pengaruh komopres air hangat intensitas
nyeri pada klien hipertensi di RSUD. Tugurejo Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut : Terdapat pengaruh yang bermakna dari kompres air hangat terhadap perubahan
4. 7 Discharge Planning
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A diruang Lantai 2 RS Efarina Pangkalan
Kerinci. Penulis menerapkan discharge planning kesiapan pasien sebelum pemulangan tentang
pengetahuan anjuran pengobatan, keinginan untuk mengikuti aturan pengobatan sesuai dengan
anjuran, pengetahuan tentang hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi.
Selain itu penulis juga menerapkan kesiapan akhir pasien menghadapi pemulangan setelah
dilakukan discharge planing dan diharapkan klien mampu mengetahui pengobatan, penyakit
83
BAB V
kardiovaskuler “Hipertensi” di Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan Tahun 2018. Penulis dapat
5. 1 Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang didapat pada Ny.A Adalah klien mengeluh nyeri kepala, dengan
2. Hasil perumasan diagnosa keperawatan yang didapat pada Ny. A dengan hipertensi
adalah nyeri kepala, intoleransi aktifitas dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
3. Intervensi Nurshing Intervenous Classification (NIC) yang telah dirancang sesuai untuk
nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral. Intervensi dan
muncul salah satunya adalah nyeri kepala, yaitu mengukur skala nyeri dan mengurai rasa
nyeri seperti pemberian obat farmakologi atau nonfarmakologi yaitu kompres dengan air
84
5. Hasil evaluasi keperawatan pada Ny.A dengan Hipertensi adalah menunjukkan
berkurangnya rasa nyeri kepala yang signifikan dan peningkatan kesehatan pasien. Hasil
6. Hasil penerapan EBN yang dilakukan pada Ny. A dengan hipertensi adalah sesuai dengan
modifikasi nonfarmakologi dengan kompres air hangat dileher sesuai dengan kondisi
pasien untuk mengatasi masalah hipertensi adalah pengetahuan tentang pemakaian obat
5. 2 Saran
keperawatan agar menjadi perawat professional yang dapat memberikan asuhan keperawatan
komprehensif.
mahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasi study yang telah di dapatkan, serta untuk
85
melengkapi sumber-sumber buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan refrensi yang
penting dalam pembuatan manajemen kasus keperawatan bagi mahasiswa tingkat akhir.
Sebaiknya lahan praktek melakukan discharge planning secara terencana kepada setiap
86
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul. (2009), Konsep Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Depkes RI, Pusat Data dan Informasi Kementeian Kesehatan. (2014). Hipertensi. Kementerian
Doengoes, M.E, et al. (2001). Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting
patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC.
Guyton, A. C, Hall, J. E. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. Phi
: Elsevier Health Sciences.
JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committeeon Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Washington Department of Health and
Human Service.
Kirana, Rahardja dan Tan Hoay Tjay. (2010). Obat-obat Renting : Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Purnomo, S. (2007). Dasar Molekul Penyakit Aterosklerosis : Kapita Selekta Ilmu Kedokteran
Molekuler. Jakarta : Sagung Seto, Cetakan II.
Udjianti, Wajan Juni. (2013). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
87
Lampiran 1
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULAR
“ ANGINA PECTORIS ’’
3.1 Pengkajian
3.1.5 Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 61 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan : IRT
88
3.1.1 Alasan ke Rumah Sakit/Keluhan Utama
Klien dibawa ke Rumah Sakit Efarina Pangkalan Kerinci dengan keluhan nyeri di dada
disertai sesak nafas.
Klien pernah mengalami penyakit Darah tinggi dan pernah dirawat di Rumah Sakit
Grand Medistra.
2. Minum
Sebelum masuk kerumah sakit pola minum klien dapat menghabiskan 1400-1600
cc air perhari, dengan jenis minuman air putih dan minuman kesukaan kopi.
89
Setelah masuk kerumah sakit pola minum klien tetap sama yaitu 1400-1600 cc air perhari
dengan jenis minuman air putih.
3. Istirahat Tidur
Sebelum masuk kerumah sakit pola istirahat tidur tidak terganggu dan tidak
mengalami kesulitan waktu tidur. Waktu tidur siang ± 5-6 jam / hari sesudah masuk rumah
sakit klien mengalami kesulitan waktu tidur, khususnya pada malam hari karena merasa
sesak dan cara mengatasinya klien tampak dipasang oksigen. Sedangkan tidur siang klien
hanya ± 1 jam perhari, tidur malam ± 3-4 jam / hari.
4. Eliminasi
Sebelum masuk kerumah sakit klien BAK ± 4-5 x / hari, banyaknya 1200–1500 cc
dengan warna urin kekuning-kuningan dengan bau khas. Pasien BAB ± 1 x / hari dengan
konsistensi padat, warna kuning dengan bau khas. Sesudah masuk ke rumah sakit klien
BAK 6-7 x/ hari, banyaknya 1200 – 1500 cc /hari berwarna kuning dan memiiki bau khas
– BAB pasien 1 x sehari, berwarna kuning dengan konsistensi lembek dan bau yang khas.
5. Aktivitas
Klien melakukan aktivitas sendirian sepenuhnya,terkadang ada juga sebagian
aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat seperti makan, minum, dan BAB. Sebelum
masuk kerumah sakit klien mandi 3x /hari, gosok gigi 3 x / hari, cuci rambut 3x/ minggu
dan potong kuku 1x / minggu.sesudah masuk rumah sakit klien mandi 1x / hari, gosok
gigi 1 x / hari.
6. Rekreasi
Sebelum masuk kerumah sakit klien menonton TV2x / hari, mendengarkan musik
tiap hari, olahraga 1x / minggu.setelah masuk kerumah sakit klien hanya berbaring saja,
jarang melakukan aktivitas seperti nonton TV maupun mendengarkan musik.
2. Psikologis
Persepsi klien terhadap penyakitnya,klien berharap agar penyakitnya cepat
sembuh, konsep diri klien stabil,walaupun pasien sering cemas dan sering bertanya
tentang penyakitnya.Emosi baik, bisa beradaptasi dengan yang lain, mekanisme
pertahanan diri klien baik,klien banyak berdoa dengan menyerahkan diri kepada Allah
tentang penyakitnya.
90
3. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan orang lain cukup baik perhatian dengan
lawan bicara dapat merespon dengan baik. Kegemaran / hobby klien adalah bola Volly,
bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.
4. Spritual
Klien beragama islam, selama dirawat di rumah sakit klien tampak beribadah
dengan berdoa dan klien yakin akan kesembuhan penyakitnya.
Suhu : 37,5 0C
Nadi : 90 x/i
Pernafasan : 30 x/i
Penampilan : Rapi
2. Rambut
Bentuk rambut lurus, warna beruban, rambut bersih
3. Mata / penglihatan
91
Visus / ketajaman mata baik, pupil normal/isocor, posisi mata simetris tidak ada
pemakaian alat bantu
4. Hidung / penciuman
Bentuk simetris, posisi normal, tidak terdapat kelainan/peradangan,penciuman baik,dapat
membedakan bau jeruk dengan bau minyak kayu putih.
5. Telinga / pendengaran
Posisi simetris, klien dapat mendengar dengan jelas.Tidak didapati kelainan atau
peradangan .Dan tidak memakai alat bantu.
6. Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat sputum dan juga tidak terlihat sisa makanan.
7. Leher
Tidak didapati kelainan bentuk dan pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran
vena jugularis.
9. Jantung
Terdapat nyeri dada, skala nyeri 6 (sedang) frekuensi 90 x/i, bunyi jantung lup duk, tidak
ada bunyi tambahan.
10. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, suara abdomen timpani, tidak ada benjolan tidak ada
pembesaran hepar
12. Extermitas
Tidak dijumpai odema atau pembengkakan.
92
3.1.6 Data Penunjang
A. Diagnosa Medis : Angina Pectoris
B. Pemeriksaan laboratorium
93
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan Angina Pectoris Nyeri
nyeri pada daerah
dada terutama Inotropic (iskemia miocard )
setelah melakukan
aktifitas. Curah jantung menurun
DO : Klien tampak gelisah
dan meringis Nyeri
kesakitan setelah
melakukan aktifitas,
memegangi dada
sebelah kiri, skala
nyeri 6 (sedang)
2 DS : Klien mengatakan Penyempitan pada arteri Penurunan
detak jantung sering koroner curah jantung
terasa berdebar-debar
dan tidak teratur Sumbatan arteri koronaria
DO: Klien tampak gelisah,
lemah, kulit dingin Gangguan frekuensi dan
Pols : 90 x/i irama jantung
RR : 30 x/i
TD : 140/80 mmHg Curah jantung menurun
Temp : 37,5 0C
94
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu
dan status nutrisi yang buruk selama sakit kritis.
2. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup.
96
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
Kurang pengetahuan beraktivitas
b/d keterbatasan NOC : 10. Bantu pasien untuk
pengetahuan 1. Kowlwdge : disease mengembangkan motivasi
penyakitnya, tindakan process diri dan penguatanMonitor
yang dilakukan, obat 2. Kowledge : health respon fisik, emoi, social
obatan yang Behavior dan spiritual
diberikan, komplikasi Kriteria Hasil :
yang mungkin muncul 3. Pasien dan keluarga
dan perubahan gaya menyatakan pemahaman
hidup tentang penyakit, NIC :
kondisi, prognosis dan Teaching : disease Process
program pengobatan 1. Berikan penilaian tentang
4. Pasien dan keluarga tingkat pengetahuan pasien
mampu melaksanakan tentang proses penyakit yang
prosedur yang dijelaskan spesifik
secara benar 2. Jelaskan patofisiologi dari
5. Pasien dan keluarga penyakit dan bagaimana hal ini
mampu menjelaskan berhubungan dengan anatomi
kembali apa yang dan fisiologi, dengan cara yang
dijelaskan perawat/tim tepat.
kesehatan lain 3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
4 Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
97
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10.Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14.Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
98
Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/ No.
Implementasi Evaluasi
Waktu Diagnosa
Oktober 1 1. Mengobservasi adanya pembatasan S : Klien
19/10/21 klien dalam melakukan aktivitas mengatakan
09.00.WIB 2. Mendorong anal untuk nyeri pada dada
mengungkapkan perasaan terhadap sebelah kiri
keterbatasan O : Klien gelisah
3. Mengkaji adanya factor yang dan meringis
menyebabkan kelelahan kesakitan
4. Memonitor nutrisi dan sumber A : Masalah belum
energi tanga dekuat teratasi
5. Memonitor pasien akan adanya P : Rencana
kelelahan fisik dan emosi secara tindakan
berlebihan dilanjutkan
6. Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7. Memonitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
99
4 Menggambarkan proses penyakit, P : Rencana
dengan cara yang tepat tidakan
5. Mengidentifikasi kemungkinan dilanjutkan
penyebab, dengna cara yang tepat - Auskultasi bunyi
6. Menyediakan informasi pada pasien jantung dengarkan
tentang kondisi, dengan cara yang murmur.
tepat - Berikan oksigen
sesuai indikasi.
100
Lampiran 2
101
IV. Pelaksanaan Kegiatan
102
IV. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
2. Kesiapan pasien mengikuti.
3. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
b. Evaluasi peroses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
2. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
3. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Tanya jawab bejalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1. 80% pertanyaan dapat di jawab
2. Ny. A memahami tentang penyakitnya
103
SATUAN ACARA PENYULUHAN ANGINA PEKTORIS ( 2 )
104
IV. Pelaksanaan Kegiatan
105
V. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
2. Kesiapan pasien mengikuti.
3. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
b. Evaluasi peroses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
2. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
3. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Tanya jawab bejalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1. 80% pertanyaan dapat di jawab
2. Tn. A memahami tentang penyakitnya
106
SATUAN ACARA PENYULUHAN MIOKARDITIS ( 3 )
107
IV. Pelaksanaan Kegiatan
108
V. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
2. Kesiapan pasien mengikuti.
3. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
b. Evaluasi peroses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
2. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
3. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Tanya jawab bejalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1. 80% pertanyaan dapat di jawab
2. Tn. S memahami tentang penyakitnya
109
SATUAN ACARA PENYULUHAN CHF ( 4 )
110
IV. Pelaksanaan Kegiatan
111
V. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
2. Kesiapan pasien mengikuti.
3. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
b. Evaluasi peroses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
2. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
3. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Tanya jawab bejalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1. 80% pertanyaan dapat di jawab
2. Tn. L memahami tentang penyakitnya
112
Lampiran 3 Materi Penyuluhan
PROTOKOL PENYULUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Pengertian :
Hipertensi adalah Suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tkanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,gagal
jantung,serangan jantung,dan kerusakan ginjal yang merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis.
B. Tujuan:
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi
maksimal setelah pulang
2. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke
rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat disetujui.
3. Menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan kominitas.
C. Manfaat:
1. Pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realita setelah
meninggalkan rumah sakit
2. Pasien siap untuk menghadapi pemulangan
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya rehospitalisasi
a. Prosedur discharge planning dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi
pada semua pasien
b. Pasien harus dipulangkan ke suatu lingkungan yang aman dan nyaman
D. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Tindakan yang dilakukan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien dan jangan sampai
melelahkan
2. Lakukan evaluasi setiap kali selesai mengadakan sesi pertemuan dengan pasien untuk
mengetahui sejauh mana pasien mengikuti pertemuan
E. Alat:
- Leaflet untuk pendidikan kesehatan tentang kolelitiasis
- Lembar balik
114
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 30-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk
mengalami hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet tingi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan
Obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangya hipertensi.
e. Gaya hidup
merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup
menetap.
2) Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasusu hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Menurut Wajan Juni udjianti,
2010, faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain :
- Penggunaan kontrasepsi oral
- Coarctation aorta
- Neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris)
- Kehamilan
- Peningkatan volume intravaskuler
- Luka bakar
- Stress.
3. Tanda dan Gejala
Biasanya tanda gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering
disebut “ silent killer. “ Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain
: sakit kepala (rasa berat di tekuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus
(telinga berdenging), serta kesulitan tidur. (Wajan Juni Udjianti, 2012)
115
4. Evaluasi
a. Evaluasi jangka pendek : Melakukan evaluasi diakhir penyuluhan
b. Evaluasi jangka panjang : Melakukan evaluasi kesiapan pasien untuk
b. menghadapi pemulangan
c. Pada hari pemulangan memotivasi pasien untuk melakukan dan menerapkan setiap
d. pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.
116
LEAFLET
115
chf
116
Lampiran 4
PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA LEHER
TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI KEPALA PADA
PASIAN HIPERTENSI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG
ABSTRAK
Salah satu tanda gejala dari hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala terjadi karena
adanya aterosklerosis yang menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri) dan penurunan
O2 (oksigen) di otak. Nyeri tersebut dapat ditangani dengan penatalaksanaan
nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompres hangat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap
penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi experiment design dengan
rancangan non equivalent control group design, menggunakan teknik sampling purposive
sampling, dengan jumlah sampel adalah 36 responden, 18 responden perlakuan dan 18
responden kontrol. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan
intervensi kompres hangat pada leher. Hasil penelitan dengan menggunakan uji Wilcoxon sign
test didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan uji mann Whitney dengan p value 0,000
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher
terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi, dimana kelompok yang
diberikan kompres hangat pada leher lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan kompres hangat pada leher. Diharapkan perawat dapat meminimalkan pemakaian
analgesik untuk mengurangi nyeri kepala dan menggunakan kompres hangat untuk
penatalaksanaan nonfarmakologis.
Kata Kunci : kompres hangat pada leher, nyeri kepala, dan hipertensi
117
ABSTRACT
118
Lampiran 5
Photo
Nama : ARDI
3x4
Tempat/Tanggal Lahir : PARBUTARAN, 20 OKTOBER 1981
Agama : ISLAM
Riwayat Pendidikan :
119