Anda di halaman 1dari 1

Development 1

Literasi Digital dan Sikap Kritis Mahasiswa

Indonesia adalah pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 2019
nilai ekonomi digital Indonesia sebesar US$ 40 miliar, dan diperkirakan akan naik mencapai
US$ 133 miliar pada 2030 (eConomy SEA 2019). Namun pada sisi yang lain, Indonesia berada
pada di papan bawah daya saing digital. Indonesia, berdasarkan World Digital
Competitiveness Ranking, berada pada urutan 56 dari 62 negara di dunia. Daya saing digital
yang rendah, yang disebabkan di antaranya rendahnya literasi digital, juga membuat
Indonesia menghadapi sejumlah ancaman. Mulai dari penyebaran konten negatif, konten
berbau hoaks, ujaran kebencian atau hate speech, bullying, ragam praktik penipuan hingga
radikalisme.

Menghadapi masalah ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan


Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) SiBerkreasi. Gerakan in bertujuan mendorong
masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih
produktif di dunia digital. Upaya penanggulangan dilakukan dengan cara menyosialisasikan
literasi digital ke berbagai sektor terutama pendidikan. Di antaranya, dengan mendorong
dimasukkannya materi literasi digital ke dalam kurikulum formal. Gerakan ini juga
mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui
internet dan lebih produktif di dunia digital.

Sebagai mahasiswa perlu berpikir kritis dalam literasi digital seperti keterbiasaan
mencari tahu apakah informasi yang ditemukan di situs web adalah benar atau salah, terbiasa untuk
membandingkan berbagai sumber informasi untuk memutuskan kebenaran informasi, memerika
kenyataan identitas lawan bicara yang ditemui online, serta terbiasa mencari tahu penulis informasi
untuk mengetahui rekam jejak/kredibilitasnya.

Anda mungkin juga menyukai