NIM : 1914290013
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever.
Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30
Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia
mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun
1981.dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.
Produk yang dihasilkan PT Unilever adalah Surf, Rinso, Buavita, Sunsilk, Taro,
Pepsodent, Molto, Lifebuoy, Clear, Close Up, Citra, Axe, Royco, Kecap Bango, SariWangi, Blue
Band, Wall’s, Sunlight, Pond’s, Lux, Rexona, Pure It, CIF, Vaseline, Dove, Domestos Nomos,
Viso, Wipol, Vixal, Lipton, She, Molto.
Visi Perusahaan PT. Unilever Indonesia
PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan community. Hingga kemudian
muncul visi dari PT. Unilever yaitu To become the first choice of consumer, costumer and
community (untuk menjadi pilihan pertama bagi konsumen, pemasok, dan komunitas).
Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi
konsumen.
Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan,konsumen dan komunitas .
Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
Menjadi perusahaan terpilih bagi orang - orang dengan kinerja yang tinggi.
Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan
imbalan di atas rata - rata karyawan dan pemegang saham.
Strengths ( Kekuatan )
Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan menampilkan model-
model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang, sehingga memacu
konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat
mengalami sendiri hasil yang diterima si model dalam iklan tersebut.
PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat
terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan promosi yang telah
mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever
Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut
majalah marketing (top Brand Survey, edisi khusus 2007).
Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.
Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil, dan termotivasi
di segenap jajaran.
Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti face care,
savoury, dan ice cream.
Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, konsumen dan
distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-rempat
penjualan.
PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi
produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no compromise on
quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa
mengabaikan kualitas produk.
Weaknesses ( Kelemahan )
PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa tantangan yang
mesti dihadapi perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar
departemen yang mempunyai agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua,ko
munikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda.Dan
ketiga, resolusi konflik antara inisiatif dari dukungan departemen (SDM,
keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk yang biasanya sangat
berorientasi komersial.
Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
Jumlah karyawan yang tambun.
Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan unilever
indonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu.
Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.
Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.
Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.
Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri.
Opportunities ( Peluang)
Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan
bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan papua.
Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan
konsumen.
Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara produksi kosmetik
yang baik.
Luasnya potensial market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%)
dan 122.922.553 (50,1%) perempuan.
Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods.
Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta dibawah 1.
Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk consumer goods
83%.
Threats ( Ancaman )
Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa
sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh
kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya.
Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Melemahnya daya beli konsumen.
Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.
Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan
tingginya biaya pemasaran produk.
Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.
Tidak konsistennya pasokan gas dari pertamina.
Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk tradisional-nasional
menjadi produk-produk luar negeri.
Adanya campaign against unilever oleh greenpeace akibat penggundulan hutan
yang membahayakan komunitas orang utan.
Adanya pemboikotan produk zionisme termasuk unilever.
Produk pesaing dengan harga lebih rendah.
Director Food adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan dengan produk
makanan yang dihasilkan Unilever.
Director Ice Cream adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan dengan
produk ice cream yang dihasilkan Unilever
Walaupun demikian, karena Unilever adalah learning organitation, maka sharing antar
divisi boleh dilakukan, tidak mengenal struktur organisasi. Akan tetapi permasalahan interen di
dalam divisi ini harus diselesaikan per divisi secara urutan struktur organisasi.
Unilever saat ini memang fokus melakukan pertumbuhan organik seperti peningkatan
omset penjualan, laba perusahaan dan menekan struktur biaya. Namun tidak menutup
kemungkinan melakukan pertumbuhan anorganik. Sepanjang kiprahnya di Indonesia, Unilever
telah empat kali mengakuisisi merek. Akuisisi teh celup Sari Wangi dilakukan tahun 1990,
Yoohan (dengan berbagai merek seperti Molto, Trisol, Whipol) tahun 1998, kecap Bango tahun
2000 dan Taro tahun 2003.
Dalam melakukan akuisisi, Unilever selalu menggunakan dana keuangan internal, tidak
perlu injeksi dana kantor pusat. Ia menekankan, akuisisi hanya akan dilakukan jika bisa
mendukung bisnis utama Unilever yang telah ada. Unilever tidak akan keluar dari bisnis
utamanya, memproduksi dan memasarkan barang-barang konsumer. Strategi manajemen
keuangan Unilever dilakukan melalui pendirian kantor pemasaran Unilever Indonesia ke
berbagai negara seperti Singapura, Jepang dan Australia. Sabun Lux buatan Rungkut, ice cream
Wall’s dan teh Sari Wangi buatan made in Cikarang bisa ditemukan di ketiga negara ini. Total
ekspor produk Unilever Indonesia mencapai 6% dari omset penjualan.
Strategi bisnis unit (SBU) yang diterapkan menciptakan produk baru yang unik
dengan harga terjangkau.
Contohnya : Setelah sukses menjangkau pasar dengan brand sunsilk dan clear,
PT. Unilever Indonesia Tbk kembali menghadirkan produk perawatan rambut Tresemme,
yang menyasar segmen pasar medium end atau menengah ke atas, perempuan di rentang
usia 21-29 tahun, smart shopper, dan pencari style fashion.
Adanya kesesuain antara kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk unik yang
sesuai dengan permintaan para pelanggan.
Inbound logistik
Penerimaan Bahan Baku : bahan baku diterima oleh gudang pusat. Bahan baku diberi
kode, diinput di database persediaan umtuk memudahkan kontrol jumlah persediaan yang
tersedia, persediaan yang habis, dan persediaan yang baru di tambah.
Pengendalian Kualitas : pengendalian kualitas dilakukan oleh departemen (Quality
Control Material). Departemen ini bertugas memastikan bahan baku yang masuk
digudang sudah sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Operation
Proses Produksi : dilakukan oleh tenaga produksi yang mengolah bahan baku
sedemikian rupa hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Proses produksi ini
meliputi beberapa aktivitas seperti : penakaran, pencampuran, dan pengemasan. Setelah
dikemas, jumlah produk jadi tersebut diinput.
Pengendalian Produk : pengendalian produk dilakukan oleh departemen Quality
Control Product. Departemen ini bertugas memastikan bahwa produk yang diproduksi
sudah sesuai dengan standar kualitas yang sudah di tetapkan oleh PT.Unilever Indonesia
Tbk.
Outbond Logistic
Untuk mempromosikan produk-produk dari PT. Unilever indonesia Tbk. Ini sudah banyak
cara yang dilakukan seperti :
1. Periklanan → semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa
yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.
Contohnya seperti salah satu produk yang di keluarkan oleh PT. Unilever baru-
baru ini produk terbaru dari PT. Unilever Indonesia Tbk. Berupa shampoo TRESEMME
yang di brand ambassadorkan oleh “ KARINA SALIM “
Service
Untuk pelayan itu sendiri PT. Unilever menggunakan sistem CRM yaitu suatu
pendekatan pelayanan yang sebaik-baiknya dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen
yang berfokus pda pembangunan jangka panjang dan hubungan konsumen yang berkelanjutan
yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan maupun perusahaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keuntungan diperusahaan.
1. Anggaran Penjualan
Untuk mempermudah, saya ambil contoh produk dari PT. Unilever yaitu Shampoo. Perhatikan
bahwa anggaran penjualan berfluktuasi sejalan dengan trend.