Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERADILAN

Administrasi Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak di Pengadilan Agama


Sampang

Untuk Memenuhi Laporan Akhir Praktikum Peradilan di Pengadilan Agama ( PA)


Sampang

Disusun oleh:

Suhailah (18382012111)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
Administrasi Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak di Pengadilan Agama
Sampang

Suhailah

18382012111

Hukum Keluarga Islam

Fakultas Syari’ah

Abstrak

Sebuah keluarga yang menjalani kehidupan berumah tangga tidak


selamanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, tetapi ada
hal-hal lainnya yang secara sengaja ataupun tidak disengaja menjadi penghambat
dan akhirnya menjadi masalah ditengah jalannya keharmonisan dan kedamaian
keluarga tersebut. Permasalahan kecil yang terakumulasi dikarenakan tidak
adanya penyelesaian yang baik akhirnya dapat menjadi masalah dan hambatan
besar. Apabila segala upaya telah di tempuh untuk menyingkirkan hambatan dana
menyelesaikan segala permasalahan tersebut tetapi tidak berhasil, maka jalan
terbaik yang ditempuh adalah perceraian.

Jenis penelitian pada penulisan laporan praktik ini adalah penelitian


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Cakupan penulisan tentang pembahasan perceraian ini sebenarnya sangat
luas, namun penulis hanya memfokuskan pada Administrasi Perkara Cerai Gugat
dan Cerai Talak khususnya di Pengadilan Agama Sampang. Dalam penelitian
kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Tetapi yang digunakan adalah
setting atau tempat penelitian. Tempat praktik yang dilakukan adalah Pengadilan
Agama Sampang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 08 November s/d
12 November 2021.
Kata Kunci: Administrasi, Cerai Gugat, Cerai Talak, Pengadilan Agama
Sampang.
A. PENDAHULUAN
Sebuah keluarga yang menjalani kehidupan berumah tangga
tidak selamanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan,
tetapi ada hal-hal lainnya yang secara sengaja atau pun tidak disengaja
menjadi penghambat dan akhirnya menjadi masalah ditengah jalannya
keharmonisan dan kedamaian keluarga tersebut. Permasalahan kecil yang
terakumulasi dikarenakan tidak adanya penyelesaian yang baik akhirnya
dapat menjadi masalah dan hambatan besar. Apabila segala upaya telah
ditempuh untuk menyingkirkan hambatan dana menyelesaikan segala
permasalahan tersebut tetapi tidak berhasil, maka jalan terbaik yang
ditempuh adalah perceraian.
Banyak orang yang menganggap sebuah perceraian sebagai jalan
keluar untuk menyelesaikan segala hambatan dan permasalahan yang
terjadi dalam rumah tangga, perceraian bukan hanya dianggap hal tidak
lazim untuk dijalani. Perceraian merupakan hal yang lumrah dan biasa dan
memasyarakat. Allah Swt. Berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 230.1
Seorang pria dan seorang wanita yang mengikat lahir dan
batinnya dalam suatu perkawinan sebagai suami istri memiliki hak untuk
memutuskan perkawinan tersebut dengan cara perceraian berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Namun suami dan istri yang akan melakukan
perceraian harus memiliki alasan-alasan hukum tertentu dan perceraian
tersebut harus didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak
sebagaimana diatur dalam Pasal 39 UU NO.1 Tahun 1974.
1. Pengertian Perceraian
Perceraian menurut hukum agama Islam yang telah
dipositifkan dalam Pasal 38 dan Pasal 39 UU No.1 Tahun 1974 dan
telah dijabarkan dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 serta Pasal
20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

1
QS. Al-Baqarah (2) ayat 230.
tentang Perkawinan (selanjutnya disingkat PP No. 9 tahun 1975),
mencakup: Pertama, “cerai talak” yaitu perceraian yang diajukan
permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada
Pengadilan Agama yang dianggap terjadi dan berlaku beserta
segala akibat hukumnya sejak saat perceraian itu dinyatakan
(diikrarkan) didepan sidang Pengadilan Agama; Kedua, “cerai
gugat” yaitu perceraian yangdiajukan gugatan cerainya oleh dan
atas inisiatif istri kepada Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi
dan berlaku beserta segala akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan
Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap.2
Menurut Amir Syarifuddin, putusnya perkawinan adalah
istilah hukum yang digunakan dalam Undang-undang Perkawinan
untuk menjelaskan mengenai Perceraian. Putusnya perkawinan ada
dalam beberapa bentuk tergantung dari segi siapa sebenarnya yang
menginginkan untuk putusnya perkawinan itu. Dalam hal ini ada
empat kemungkinan.3
a. Putusnya perkawinan atas kehendak Allah sendiri melalui
matinya salah seorang suami istri.
b. Putusnya perkawinan atas kehendak si suami oleh alasan
tertentu dan dinyatakan kehenadaknya itu dengan ucapan
tertentu. Perceraian dalam bentuk ini disebut dengan talak.
c. Putusnya perkawinan atas kehendak si istri karena istri
melihat sesuatu yang menghendaki putusnya perkawinan
yang disampaikan istri dengan cara tertentu yang diterima
oleh suami dan dilanjutkan dengan ucapannya untuk
memutuskan perkawinan itu. Putus perkawinan dengan cara
ini disebut khulu’ .

2
Muhammad Syaifuddin, dkk. Hukum Perceraian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 7.
3
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009),
hlm. 197.
d. Putusnya perkawinan atas kehendak hakim sebagai pihak
ketiga setelah melihat adanya suatu pada suami atau pada
istri yang menandakan tidak dapatnya hubungan
perkawinan itu dilanjutkan.

Adapun sebab-sebab putusnya pernikahannya itu terdapat dalam KHI


dalam Buku I Pasal 116:4

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah ataupun karena hal lain
diluar kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
e. Salah satu pihak menadapat cacat badan atau penyakit dengan akibat dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri;
f. Antara suami atau istri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengakaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga;
g. Suami melanggar taklik-talak;
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.
2. Dampak Perceraian
Perceraian meskipun dianggap sebagai salah satu cara mengatasi
pernikahan tidak bahagia, pasti membawa akibat-akibat yang tidak
menyenangkan. Perceraian  pasti membawa duka cita. Tentu saja
tidaklah adil untuk mempersalahkan  saja mereka yang mengalami
4
Undang-undang tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara,
2013), hlm. 357.
perceraian. Bagi mereka yang sungguh-sungguh saling mencintai,
perceraian pasti menjadi mimpi buruk, traumatik, dan bahkan bisa
menyebabkan kehidupan yang kacau, terlebih apabila proses
perceraian tidaklah berjalan dengan lancar.
Perceraian pasti menyakitkan, menimbulkan luka besar dan
sulit disembuhkan untuk jangka waktu yang lama, terutama bagi
pihak yang tidak menginginkan perceraian itu terjadi. Rasa
bersalah dan merasa gagal dapat menjadi tikaman yang hebat bagi
mereka yang bercerai. Perceraian dapat merusak sistem
kemasyarakatan secara luas. Masyarakat yang dibangun diatas
pondasi keluarga-keluarga yang rapuh akan mengakibatkan
masyarakat yang rapuh juga. Pada kenyataannya, mereka yang
bercerai pada akhirnya dapat membangun kembali keluarga baru
yang bahagia dan mereka bisa mendidik anak-anak mereka dengan
baik dan menjadi anak yang bahagia dan berhasil. Tetapi
perceraian dapat menimbulkan banyak persoalan dalam
masyarakat, contohnya yaitu banyak pasangan suami istri dan
anak-anak korban perceraian menjadi tidak produktif.5
Perceraian berdampak buruk bagi anak-anak, bahkan
mungkin mereka menjadi korban yang paling buruk. Dalam
keluarga yang utuh, anak mendapatkan kasih sayang yang utuh
pula, tetapi adanya perceraian dapat menghilangkan situasi yang
dirasakan anak dalam menerima kasih sayang yang utuh tersebut.
Tidak adanya pengertian yang benar tentang alasan orang tua
bercerai, dapat mengakibatkan dampak buruk bagi anak. Bahkan
pada kasus tertentu, dampak perceraian sangat dirasakan oleh anak
setelah mereka sendiri dewasa dan menjadi orang tua. Perceraian
orang tuanya bisa menjadi trauma bahkan menjadi penderitaan
yang panjang. Dampak yang terjadi terhadap pendidikan dalam
keluarga dan penanaman nilai- nilai yang mendidik anak menjadi

5
Robert P. Borong, Etika Seksual Kontemporer, (Bandung: Ink Media, 2006), hlm. 71
tidak efektif seiring pertumbuhan mereka menjadi lebih dewasa.
Secara umum ada beberapa dampak psikologis yang dialami,
yaitu:6
a. Kebutuhan akan adanya kasih sayang
b. Kebutuhan akan keikut sertaan dan diterima dalam
kelompok
c. Kebutuhan untuk berdiri sendiri
d. Kebutuhan untuk berprestasi
e. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
f. Kebutuhan untuk dihargai
g. Kebutuhan untuk memperoleh falsafah hidup yang baru.

6
Muhammad Ali dan Muhammad Astori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 161.
B. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penulisan laporan praktik ini adalah


penelitian kualitatif. Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7

2. Batasan Penulisan

Cukupan penulisan tentang pembahasan perceraian ini


sebenarnya sangat luas, namun penulis hanya memfokuskan pada
Administrasi Perkara Cerai Gugat dan Cerai Talak khususnya di
Pengadilan Agama Sampang.

3. Tempat dan Waktu Praktik


Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan
sampel. Tetapi yang digunakan adalah setting atau tempat
penelitian.8 Tempat praktik yang dilakukan adalah Pengadilan
Agama Sampang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 08
November s/d 12 November 2021.
4. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penulisan ilmiah
adalah subyek dari mana data itu diperoleh.9 Adapun yang
dijadikan sumber data dalam penulisan ini adalah:
a. Penjelasan secara langsung oleh Pegawai Pengadilan
Agama Sampang.
b. Website resmi Pengadilan Agama Sampang.
c. Buku, jurnal ataupun data yang berkaitan dengan materi ini.

7
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2002), hlm. 9.
8
Arikunto dan Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), hlm. 13.
9
Arikunto dan Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), hlm. 172.
C. PEMBAHASAN

1. Gugatan Cerai

Dalam suatu perkawinan, apabila antara suami dan istri sudah


tidak ada kecocokan lagi untuk membentuk rumah tangga atau
keluarga yang bahagia baik lahir maupun batin dapat dijadikan sebagai
alasan yang sah untuk mengajukan gugatan perceraian kepersidangan
pengadilan.10 Cerai gugat diajukan oleh istri yang petitumnya
memohon agar pengadilan agama memutuskan perkawinan penggugat
dengan tergugat.

Upaya cerai gugat jika dihubungkan dengan tata tertib


beracara yang diatur dalam hukum acara cerai gugat benar-benar murni
bersifat contentiosa. Ada sengketa, yakni sengketa perkawinan yang
menyangkut perkara perceraian. Ada pihak yang sama-sama berdiri
sebagai subjek perdata. Oleh karena gugatan bersifat contentiosa, serta
para pihak terdiri dari dua subjek yang saling berhadapan dalam
kedudukan hukum yang sama dan sederajat, proses pemeriksaan cerai
gugat benar-benar murni bersifat contradictoir. Namun dalam cerai
gugat yang bersifat khulu’, penyelesaian hukumnya akan di akhiri
dengan tata cara cerai talak. Prosesnya mula-mula mengikuti tata cara
cerai gugat, tapi penyelesaian perkaranya diakhiri dengan tata cara
cerai talak.11

2. Cerai Talak

Pengadilan hanya mengenal dua jenis perkara mengenai


perceraian, yaitu perkara permohonan cerai talak dan perkara cerai
gugat oleh istri. Cerai talak diajukan oleh pihak suami yang

10
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek, (Jakarta: Sinar Grafka, 2012), hlm. 94
11
Yahya Harahap, Kedudukan Kewarganegaraan dan Acara Pengailan Agama, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), hlm. 240.
petitumnya memohon untuk diizinkan menjatuhkan talak terhadap
istrinya. Sedangkan cerai gugat diajukan oleh istri yang petitumnya
memohon agar Pengadilan Agama memutuskan perkawinan penggugat
dengan tergugat.12

Cera italak dapat dilihat pengaturannya dalam Pasal 114


Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi: “ Putusnya perkawinan
yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau
berdasarkan gugatan perceraian”. Yang dimaksud tentang talak itu
sendiri menurut Pasal 117 KHI, yaitu ikrar suami dihadapan
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkawinan. Hal ini diatur dalam Pasal 129 KHI yang berbunyi: “
Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya
mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada Pengadila
Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri disertai dengan alasan
serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.

Dalam hukum Islam seorang istri meskipun tidak memiliki


hak talak untuk menceraikan suaminya, tetapi ia bisa menebus dirinya
kepada suaminya dengan nilai tebusan yang disepakati sehingga suami
bersedia mengucapkan talak kepadanya yang dalam hal ini disebut
dengan khulu’ (talak tebus).13

3. Posedur Berperkara

 Pendaftaran gugatan/permohonan
a) Penggugat/pemohon atau kuasa hukumnya
memasukkan dokumen berupa surat
gugatan/permohonan kepada petugas dipendaftaran.
Jumlah salinan surat gugatan/permohonan sebanyak

12
Mahkamah Agung RI, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama, (Buku 2 Edisi
2007), hlm. 150.
13
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.
141.
jumlah pihak ditambah dengan 4 (empat) salinan untuk
majelis hakim dan arsip. Jika penggugat/pemohon
menguasakan kepada kuasa hukum, Surat Kuasa
Khusus kepada kuasa hukum dan foto copy kartu
advokat kuasa hukum juga harus dilampirkan. Salinan
dokumen yang dibuat diluar negeri harus disahkan oleh
Kedutaan/ Perwakilan Indonesia di negara tersebut.
Salinan dokumen yang dibuat dalam bahasa asing harus
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh
penerjemah yang disumpah.
b) Dokumen kemudian diperiksa kelengkapannya oleh
petugas dipendaftaran. Sekiranya dokumen dinyatakan
belum lengkap maka dokumen akan dikembalikan
untuk dilengkapi.
c) Jika dokumen dinyatakan lengkap maka petugas
dipendaftaran akan menghitung besaran panjar biaya
perkara yang harus disetorkan oleh penggugat/pemohon
atau kuasa hukumnya ke rekening biaya perkara pada
bank yang ditunjuk.
d) Setelah menyetorkan panjar biaya perkara pada bank
yang ditunjuk, penggugat/pemohon atau kuasa
hukumnya menyerahkan bukti penyetoran panjar biaya
perkara kepada petugas dipembayaran. Petugas
kemudian membukukan panjar biaya perkara kedalam
buku keuangan perkara dan mendaftarkan perkara pada
register induk perkara.
e) Penggugat/pemohon atau kuasa hukumnya beberapa
hari kemudian akan menerima surat panggilan untuk
menghadiri sidang pada hari dan tanggal yang telah
ditetapkan. Bagi pihak tergugat, surat panggilan disertai
dengan salinan surat gugatan.
 Pendaftaran Upaya Hukum Banding
a) Para pihak berperkara yang keberatan dan tidak
menerima Putusan Pengadilan Agama berhak
menempuh upaya hukum banding dengan mendaftarkan
permohonan banding selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kalender terhitung keesokan harinya setelah
Putusan Pengadilan Agama d ucapkan atau
pemberitahuan Putusan Pengadilan Agama bagi pihak
yang tidak hadir saat pembacaan putusan. Jika hari ke
14 jatuh pada hari libur, maka penentuan hari ke 14
jatuh pada hari kerja berikutnya. Permohonan banding
yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut
diatas tetap dapat diterima dan dicatat dengan membuat
surat keterangan panitera bahwa permohonan banding
telah lampau.
b) Atas permohonan banding tersebut, petugas
dipendaftaran akan menghitung besaran panjar biaya
perkara yang harus disetorkan oleh pemohon banding
atau kuasa hukumnya ke rekening biaya perkara pada
bank yang ditunjuk.
c) Setelah menyetorkan panjar biaya pada bank yang
ditunjuk, pemohon banding atau kuasa hukumnya
menyerahkan bukti penyetoran kepada petugas
dipembayaran. Petugas kemudian membukukan panjar
biaya kedalam buku keuangan perkara dan
mendaftarkan permohonan banding pada register induk
perkara dan register perkara banding.
d) Pemohon banding atau kuasa hukumnya kemudian akan
menerima Jurusita/jurusita pengganti akan memberi
tahukan pernyataan banding kepada termohon banding
atau kuasa hukumnya dalam waktu paling lama 7 hari
kalender setelah tanggal pernyataan banding.
e) Jika dianggap perlu oleh pemohon banding atau kuasa
hukumnya, alasan-alasan banding (memori banding)
dapat disertakan. Jika pemohon banding atau kuasa
hukumnya memasukkan memori banding, salinan
memori banding akan diberi tahukan kepada termohon
banding atau kuasa hukumnya yang dituangkan dalam
relaas.
f) Atas memori banding tersebut, termohon banding atau
kuasa hukumnya dapat mengajukan jawaban atas
memori banding (kontra memori banding). Jika
termohon banding atau kuasa hukumnya memasukkan
kontra memori banding, salinan kontra memori banding
akan diserahkan kepada pemohon banding atau
kuasanya dan dituangkan dalam relaas.
g) Setelah berkas perkara telah diminutasi, para pihak akan
diberi tahukan oleh jurusita/jurusita pengganti untuk
mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage) yang di
tuangkan dalam relaas. Kesempatan
mempelajari/memeriksa berkas perkara adalah selama
14 (empat belas) hari sejak pemberitahuan inzage.
h) Dalam waktu 30 hari sejak permohonan banding
diajukan, berkas perkara harus sudah dikirim ke
Pengadilan Tinggi Agama.
i) Pencabutan permohonan banding diajukan kepada
Ketua Pengadilan Agama yang ditanda tangani oleh
pembanding (harus diketahui oleh prinsipal apabila
permohonan banding diajukan oleh kuasa hukumnya)
dengan menyertakan akta panitera. Pencabutan
permohonan banding harus segera dikirim oleh Panitera
ke Pengadilan Tinggi Agama disertai akta pencabutan
yang ditanda tangani oleh Panitera.
j) Jika berkas perkara telah diterima kembali di
Pengadilan Agama, Jurusita/jurusita pengganti akan
memberi tahukan Putusan Pengadilan Tinggi Agama
kepada para pihak yang dituangkan dalam relaas.
 Pendaftaran Upaya Hukum Kasasi
a) Para pihak berperkara yang keberatan dan tidak
menerima Putusan Pengadilan Tinggi Agama berhak
menempuh upaya hukum kasasi dengan mendaftarkan
permohonan kasasi selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kalender terhitung keesokan harinya setelah
pemberi tahuan Putusan Pengadilan Tinggi Agama
diterima oleh para pihak. Jika hari ke 14 jatuh pada hari
libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja
berikutnya. Permohonan kasasi yang melampaui
tenggang waktu tersebut diatas tidak dapat diterima dan
berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah
Agung dengan Penetapan Ketua Pengadilan Agama.
b) Atas permohonan kasasi tersebut, petugas dipendaftaran
akan menghitung besaran panjar biaya perkara yang
harus disetorkan oleh pemohon kasasi atau kuasa
hukumnya ke rekening biaya perkara pada bank yang
ditunjuk.
c) Setelah menyetorkan panjar biaya pada bank yang
ditunjuk, pemohon kasasi atau kuasa hukumnya
menyerahkan bukti penyetoran kepada petugas
dipembayaran. Petugas kemudian membukukan panjar
biaya kedalam buku keuangan perkara dan
mendaftarkan permohonan kasasi pada register induk
perkara dan register perkara kasasi.
d) Pemohon kasasi atau kuasa hukumnya kemudian akan
menerima akta pernyataan kasasi untuk ditanda tangani.
e) Jurusita/jurusita pengganti akan memberi tahukan
pernyataan kasasi kepada termohon kasasi atau kuasa
hukumnya dalam waktu paling lama 7 hari kalender
setelah tanggal pernyataan kasasi.
f) Pemohon kasasi atau kuasa hukumnya wajib
memasukkan alasan-alasan kasasi (memori kasasi)
selambat-lambatnya 14 hari kalender terhitung sejak
keesokan hari setelah pernyataan kasasi. Apabila hari ke
14 jatuh pada hari libur, maka penentuan hari ke 14
jatuh pada hari kerja berikutnya. Salinan memori kasasi
akan disampaikan kepada termohon kasasi atau kuasa
hukumnya dan dituangkan dalam relaas.
g) Atas memori kasasi tersebut, termohon kasasi atau
kuasa hukumnya dapat mengajukan jawaban atas
memori kasasi (kontra memori kasasi). Kontra memori
kasasi selambat-lambatnya diterima dikepaniteraan 14
hari kalender sesudah disampaikannya memori kasasi.
Salinan kontra memori kasasi akan disampaikan kepada
pemohon kasasi atau kuasa hukumnya dan dituangkan
dalam relaas.
h) Sebelum berkas perkara dikirim ke Mahkamah Agung,
para pihak diberikan kesempatan untuk
mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage).
i) Dalam waktu 65 hari sejak permohonan kasasi
diajukan, berkas perkara harus sudah dikirim ke
Mahkamah Agung.
j) Pencabutan permohonan kasasi diajukan kepada Ketua
Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Agama
yang ditanda tangani oleh pemohon kasasi. Apabila
pencabutan permohonan kasasi diajukan oleh kuasanya
maka harus diketahui oleh prinsipal. Pencabutan
permohonan kasasi harus segera dikirim oleh Panitera
ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan
permohonan kasasi yang ditanda tangani oleh Panitera.
k) Jika berkas perkara telah diterima kembali di
Pengadilan Negeri, Jurusita/jurusita pengganti akan
memberi tahukan Putusan Mahkamah Agung kepada
para pihak yang dituangkan dalam relaas.
 Pendaftaran Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK)
a) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan dalam
waktu 180 hari kalender, dalam hal:
 Apabila putusan didasarkan pada suatu
kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana dinyatakan palsu adalah sejak
diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau
sejak putusan Hakim pidana memperoleh
kekuatan hukum tetap, dan tetap diberi tahukan
kepada pada pihak yang berperkara.
 Apabila setelah perkara diputus ditemukan
surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan, adalah sejak ditemukan surat-surat
bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya
harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan
oleh pejabat yang berwenang.
 Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut,
apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan
belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
sebabnya dan apabila antara pihak-pihak yang
sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau
sama tingkatnya telah diberikan putusan yang
bertentangan satu dengan yang lain adalah sejak
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberi tahukan kepada para pihak yang
berperkara.
 Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu
kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata adalah sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah diberi tahukan kepada pihak
yang berperkara.
b) Permohonan peninjauan kembali yang diajukan
melampaui tenggang waktu, tidak dapat diterima dan
berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke Mahkamah
Agung dengan Penetapan Ketua Pengadilan Agama.
c) Atas permohonan PK tersebut, petugas dipendaftaran
akan menghitung besaran panjar biaya perkara yang
harus disetorkan oleh pemohon PK atau kuasa
hukumnya ke rekening biaya perkara pada bank yang
ditunjuk.
d) Setelah menyetorkan panjar biaya pada bank yang
ditunjuk, pemohon PK atau kuasa hukumnya
menyerahkan bukti penyetoran kepada petugas
diPembayaran. Petugas kemudian membukukan panjar
biaya kedalam buku keuangan perkara dan
mendaftarkan permohonan PK pada register induk
perkara dan register perkara PK.
e) Pemohon PK atau kuasa hukumnya kemudian akan
menerima akta pernyataan PK untuk ditanda tangani.
f) Jurusita/jurusita pengganti akan memberi tahukan
permohonan PK disertai salinan alasan-alasan PK
kepada termohon PK atau kuasa hukumnya dalam
waktu paling lama 14 hari setelah tanggal pernyataan
kasasi yang dituangkan dalam relaas.
g) Atas alasan-alasan PK tersebut, termohon PK atau
kuasa hukumnya dapat mengajukan jawaban/tanggapan
atas alasan-alasan PK yang selambat-lambatnya
diterima dikepaniteraan 30 hari sesudah salinan alasan-
alasan PK diterima. Jawaban/tanggapan atas alasan PK
yang diterima dikepaniteraan harus dibubuhi hari dan
tanggal penerimaan yang dinyatakan diatas surat
jawaban tersebut.
h) Dalam waktu 30 hari setelah menerima jawaban
tersebut berkas peninjauan kembali harus dikirim ke
Mahkamah Agung.
i) Pencabutan permohonan PK diajukan kepada Ketua
Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Agama
yang ditanda tangani oleh pemohon peninjauan
kembali. Apabila diajukan oleh kuasanya harus
diketahui oleh prinsipal. Pencabutan permohonan
peninjauan kembali harus segera dikirim oleh Panitera
ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan yang
ditanda tangani oleh Panitera.
j) Jika berkas perkara telah diterima kembali di
Pengadilan Agama, Jurusita/jurusita pengganti akan
memberi tahukan Putusan Mahkamah Agung kepada
para pihak yang dituangkan dalam relaas.14

14
Website Pengadilan Aagama Sampang, https://www.pa-sampang.go.id/, diakses pada tanggal
18 November 2021.
D. PENUTUP

1. Cerai gugat diajukan oleh istri yang petitumnya memohon agar


pengadilan agama memutuskan perkawinan penggugat dengan
tergugat.

2. Sedangkan cerai gugat diajukan oleh istri yang petitumnya


memohon agar Pengadilan Agama memutuskan perkawinan penggugat
dengan tergugat.

3. Pendaftaran gugatan/per mohonan

Penggugat / pemohon atau kuasa hukumnya memasukkan


dokumen berupa surat gugatan/permohonan kepada petugas
dipendaftaran. Jumlah salinan surat gugatan/permohonan
sebanyak jumlah pihak ditambah dengan 4 (empat) salinan
untuk majelis hakim dan arsip. Jika penggugat/pemohon
menguasakan kepada kuasa hukum, Surat Kuasa Khusus
kepada kuasa hukum dan foto copy kartu advokat kuasa hukum
juga harus dilampirkan. Salinan dokumen yang dibuat diluar
negeri harus disahkan oleh Kedutaan/ Perwakilan Indonesia di
negara tersebut. Salinan dokumen yang dibuat dalam bahasa
asing harus diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh
penerjemah yang disumpah.
Dokumen kemudian diperiksa kelengkapannya oleh petugas
dipendaftaran. Sekiranya dokumen dinyatakan belum lengkap
maka dokumen akan dikembalikan untuk dilengkapi.
Jika dokumen dinyatakan lengkap maka petugas dipendaftaran
akan menghitung besaran panjar biaya perkara yang harus
disetorkan oleh penggugat / pemohon atau kuasa hukumnya ke
rekening biaya perkara pada bank yang ditunjuk.
Setelah menyetorkan panjar biaya perkara pada bank yang
ditunjuk, penggugat / pemohon atau kuasa hukumnya
menyerahkan bukti.
Penyetoran panjar biaya perkara kepada petugas
dipembayaran. Petugas kemudian membukukan panjar biaya
perkara kedalam buku keuangan perkara dan mendaftarkan
perkara pada register induk perkara.
Penggugat / pemohon atau kuasa hukumnya beberapa hari
kemudian akan menerima surat panggilan untuk menghadiri
sidang pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan. Bagi pihak
tergugat, surat panggilan disertai dengan salinan surat gugatan.
E. DAFTAR ISI
Ali Muhammad dan Muhammad Astori. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Arikunto dan Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Arikunto dan Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.

Bintania, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2012.

Borrong, Robert P. Etika Seksual Kontemporer. Bandung: Ink Media,


2006.

Harahap,Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Pengadilan Agama.


Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Mahkamah Agung RI, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis


Peradilan Agama. Buku 2 Edisi 2007.

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2002.

QS. Surah Al-Baqarah (2) ayat 230.

Sarwono. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek. Jakarta: Sinar


Grafika, 2012.
Syaifuddin, Muhammad, dkk. Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika,
2014.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta:


Prenada Media Group, 2009.

Undang-Undang tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.


Bandung: Citra Umbara, 2013.

Website Pengadilan Agama Sampang, https: // www.pa-sampang.go.id/, di


akses pada tanggal 18 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai