Agustin B Kunmop Tugas Manajemen
Agustin B Kunmop Tugas Manajemen
NPM : 202062201092
Kelas/Jurusan : C / Akuntansi
A. Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen secara umum, yaitu sebuah sistem yang termasuk ilmu dan
pengorganisasian seperti menyusun perencanaan, membangun organisasi, pergerakan, serta
pengendalian atau pengawasan. Manajemen juga bisa didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
sistematis yang dapat memahami mengapa dan bagaimana manusia saling bekerjasama demi
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak.
3. Kreitner
Manajemen adalah sebuah proses dalam pemecahan masalah demi mencapai tujuan organisasi secara
efektif melalui penggunaan sumber daya secara efisien dalam lingkungan.
4. FW Taylor
Manajemen diartikan sebagai seni untuk mengetahui apa yang harus dilakukan, dan kapan harus
dilakukan serta melihat bahwa itu dilakukan dengan cara yang terbaik.
5. Harold Koontz
Manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang-orang dalam kelompok yang
diorganisasikan secara formal.
6. Hilman
Manajemen adalah cara atau langkah untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan tangan orang lain.
7. Dr. Ahuja
Manajemen merupakan pihak yang menyediakan jasa untuk bidang yang berhubungan langsung dengan
manajemen.
8. Renville Siagian
Manajemen adalah suatu usaha yang dikelola oleh para tenaga ahli yang terlatih juga berpengalaman
yang bergerak di bidang jasa pelayanan.
1. Perencanaan (Planning)
Fungsi ini dilakukan guna menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan tersebut. Tanpa adanya proses perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tidak dapat
berjalan.
2. Penempatan (Staffing)
Bertujuan untuk membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Fungsi ini
dapat memudahkan manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan
untuk mengerjakan tugas yang sudah dibagi tersebut.
3. Pengarahan (Directing)
Sebuah tindakan untuk membuat seluruh anggota organisasi atau kelompok untuk berusaha mencapai
target/sasaran sesuai dengan fungsi perencanaan.
4. Pengawasan (Controlling)
Berperan untuk melakukan pengawasan dan melihat apakah semua tugas dan kegiatan yang dikerjakan
sesuai dengan rencana atau tidak. Selain itu, fungsi ini ditujukkan untuk mengendalikan organisasi
seperti melakukan pencegahan atau meminimalisir hal-hal yang dapat merugikan perusahaan.
Peran Penting Manajemen Bagi Organisasi Atau Perusahaan
Berikut ini adalah peranan penting manajemen bagi suatu organisasi atau perusahaan :
C. Unsur-Unsur Manajemen
1. Manusia (Human)
Manusia merupakan unsur terpenting karena manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan.
2. Uang (Money)
Uang juga menjadi unsur yang penting, sebab segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.
Misalnya berapa uang yang harus disediakan untuk menggaji tenaga kerja atau alat-alat yang harus
dibeli, serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi atau perusahaan.
3. Materials (Bahan)
Selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan atau materi sebagai
salah satu sarana. Karena manusia tanpa adanya materi hasil yang dikehendaki tidak akan pernah
tercapai.
4. Mesin (Machines)
Sebuah kegiatan perusahaan tentunya memerlukan mesin, karena penggunaan mesin dapat
mempermudah perusahaan dalam melakukan pekerjaannya, serta dengan adanya mesin pastinya dapat
menghasilkan keuntungan yang besar.
5. Metode (Methods)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan tata cara kerja yang baik guna memperlancar jalannya pekerjaan.
Sebuah metode-metode kerja dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan
memberikan berbagai pertimbangan dari sasaran, fasilitas yang tersedia, serta uang dan kegiatan usaha.
6. Pasar (Market)
Memasarkan produk sangat penting karena akan menjadi pertimbangan, apakah produk tersebut akan
terus di produksi atau dihentikan produksinya. Supaya dapat menguasai pasar, kualitas dan harga
barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli konsumen.
Perbedaan Akuntansi keuangan Dan Akuntansi Manejemen
Jadi dapat di simpulkan perbedaan akuntansi keuangan dan akunsi manejemen adalah
Akuntansi keuangan hanya mengukur mengenai keuangan saja dan berpedoman pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Sedangkan Akuntansi
Manajemen mengukur keuangan dan operasional serta pengukuran fisik proses, supplier, teknologi,
kompetitor, dan juga pelanggan.
Perilaku Etis Bagi Akuntan Manajemen
A. Pengertian
Akuntan manajemen bertugas untuk membantu tugas manajer dalam usaha mereka untuk
meningkatkan kinerja ekonomik perusahaan. Namun tujuan tersebut harus dicapai melalui cara-cara
yang sah dan etis. Sistem akuntansi manajemen dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk mendukung
perilaku tidak etis yang mungkin dilakukannya. Oleh karenanya akuntan manajemen harus berpegang
pada suatu kode etik yang akan berperan sebagai kendali dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Nilai-nilai dasar yang dijadikan dasar dalam penyusunan standar etika bagi akuntan, antara lain:
kejujuran, integritas, komitmen terhadap janji, kesetiaan, keadilan, kepedulian terhadap sesama,
penghargaan terhadap orang lain, kewarganegaraan yang bertanggung jawab, pencapaian
kesempurnaan, dan akuntabilitas/tanggung jawab.
Institute of Management Accountants (IMA) telah memberikan panduan terkait dengan standar etis dan
penyelesaian konflik etis. Standar etika perilaku bagi akuntan manajemen dijelaskan dalam empat
kriteria berikut ini:
1. Kompetensi
2. Kerahasiaan
Menahan diri untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh, kecuali diharuskan
secara hukum
Memberitahukan kepada bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut
Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia secara tidak etis dan melawan hukum, baik
secara pribadi maupun melalui pihak ketiga
3. Integritas
Menghindarkan diri dari konflik kepentingan dan mengingatkans emua pihak tentang potensi
konflik
Menahan diri dari pelaksanaan kegiatan yang akan menimbulkan keraguan akan
kemampuannya untuk melakukan tugasnya secara etis
Menolak setiap pemberian, penghargaan dan tanda mata yang dapat mempengaruhi
tindakan
Menahan diri untuk tidak melakukan campur tangan terhadap legitimasi organisasi, baik
secara aktif maupun pasif
Mengakui dan mengkomunikasikan keterbatasan pribadi dan profesional
Mengkomunikasikan informasi yang baik maupun buruk dan penilaian atau opini profesional
Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang dapat merugikan profesi
4. Objektifitas
IMA juga memberikan panduan tentang penyelesaian konflik yang berkaitan dengan masalah etis, yaitu
sebagai berikut:
1. Mengikuti kebijakan yang telah ditentukan
2. Untuk konflik etis yang tidak terselesaikan:
Mendiskusikan konflik dengan atasan langsung atau manajer tertinggi lainnya yang tidak terlibat
konflik
Mengacu pada Sarbanes Oxley Act (SOA)2002 untuk memberikan perlindungan hukum
terhadap tuduhan kesalahan manajemen perusahaan
Jika atasan langsungnya adalah CEO (direkur utama), pertimbangkan untuk melibatkan dewan
direktur atau komite audit
Tetap memelihara kerahasiaan, kecuali dminta secara hukum
Membahas masalah dalam diskusi yang sifatnya rahasia dengan penasihat yang objektif
Berkonsultasi dengan pengacara/penasihat hukum tentang masalah-masalah yang
berhubungan dengan hukum
Pilihan terakhir adalah mengundurkan diri dari pekerjaan
Masalah etis bukanlah suatu perkara yang bisa kita sepelekan. Standar etis dalam bisnis merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk menjaga kelancaran fungsi ekonomi. Tanpa adanya standar etis
dalam bisnis, perekonomian dan semua pihak yang berkepentingan padanya (untuk penyediaan barang,
jasa, dan pekerjaan) akan mengalami kerugian. Mengabaikan etika bisnis akan mengakibatkan semakin
rendahnya kualitas hidup yang ditandai dengan semakin mahalnya harga dan sedikitnya jumlah barang
dan jasa yang tersedia.
Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada
objek biaya seperti produk, pelanggan, pemasok, bahan baku, dan jalur pemasaran. Ketika biaya
dibebankan pada objek biaya, biaya per unit adalah total biaya yang berkaitan dengan unit yang
diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Total biaya/biaya produksi yaitu jumlah dari
bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per
unit suatu produk atau jasa dapat ditentukan. Pengukuran biaya meliputi penentuan jumlah dolar dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang digunakan pada produksi. Sedangkan
pembebaban biaya merupakan proses menghubungkan biaya, setelah diukur, dengan unit yang
diproduksi.
Untuk mendapatkan informasi biaya per unit, diperlukan definisi biaya produk, pengukuran
biaya dan pembebanan biaya. Ada dua sistem pengukuran biaya, adalah: 1. Perhitungan biaya aktual:
membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead ke produk. 2.
Perhitungan biaya normal: membebankan biaya aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung;
akan tetapi biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif perkiraan. Tarif perkiraan
adalah suatu tarif yang didasarkan pada perkiraan data dan dihitung dengan menggunakan rumus: Tarif
perkiraan overhead = biaya yang diperkirakan/penggunaan aktivitas yang diperkirakan
Perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Sedangkan untuk
membebankan biaya overhead ke produk, menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit, adalah faktor
yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.
Selain itu ada empat tingkat kapasitas yang dapat dipilih, yaitu: Kapasitas aktivitas yang diharapkan
adalah output aktivitas yang diharapkan perusahaan dapat tercapai pada tahun yang akan datang.
Kapasitas aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang perusahaan alami dalam jangka
panjang (volume normal dihitung lebih dari satu periode).
Kapasitas aktivitas teoritis adalah output aktivitas maksimum secara absolut yang dapat
direalisasikan dengan berasumsi bahwa semua beroperasi secara sempurna. Kapasitas aktivitas praktis
adalah output maksimum yang dapat diwujudkan jika semuanya berjalan dengan efisien.
Tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen telah digunakan selama beberapa dekade dan
dilanjutkan terus oleh banyak organisasi. Akan tetapi dalam beberapa situasi, tarif-tarif tersebut
tidak berfungsi dengan baik dan dapat menimbulkan distorsi biaya (ketidakakuratan pembebanan
biaya) produk. Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif keseluruhan
biaya atau departemen berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead secara tepat.
Pertama adalah proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit terhadap jumlah biaya
overhead berjumlah besar. Dan kedua adalah tingkat keanekaragaman produknya sangat besar.
Biaya overhead yang tidak besar.
Biaya overhead yang tidak berkaitan dengan jumlah unit Dengan hanya menggunakan
penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya ovehead yang tidak
berkaitan dengan unit, akan menciptakan distorsi banyak produk. Tingkat keparahannya
tergantung pada berapa proporsi keseluruhan biaya overhead yang ditunjukkan oleh biaya
tingkat non unit ini. Penggerak aktivitas tingkat nonunit adalah factor-faktor yang mengukur
pemakaian aktivitas nonunit produk dan objek biaya lainnya. Jadi penggerak aktivitas produk
dan objek biaya lainnya. Dengan menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit
untuk membebankan biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit , distorsi biaya akan
tercipta.
Perhitungan biaya produk berdasarkan aktivitas Pembebanan overhead tradisional melibatkan
dua tahap : pertama, baya overhead dibebankan ke unit organisasi (pabrik atau departemen)
dan kedua, biaya overhead kemudian dibebankan ke produk. Seperti dalam sistem biaya
berdasarkan aktivitas, pertama-tama menelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk. Akan
tetapi, dalam sistem biaya ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak
(menekankan hubungan sebab-akibat), sedangkan sisem biaya tradisional cenderung intensif
lokasi (sangat mengabaikan hubungan sebab-akibat).
Pengidentifikasian Aktivitas dan Atributnya Kamus aktivitas mendaftar aktivitas-aktivitas dalam
sebuah organisasi bersamaan dengan atribut aktivitas yang penting. Atribut aktivitas adalah
informasi keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.
Aktivitas primer adalah aktivitas yang dikonsumsi produk atau pelanggan
Aktivitas sekunder adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh aktivitas primer.
Pembebanan Biaya ke Aktivitas Begitu aktivitas diidentifikasikan dan dijelaskkan, tugas
berikunya adalah menentukan berap banyak biaya untuk melakukan tiap aktivitas. Hal ini
membutuhkan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap aktivitas.
Pembebanan Biaya Aktivitas pada Aktivitas Lain Pembebanan biaya pada aktivitas menlengkapi
tahap awal perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Pada tahap berikutnya, aktivitas
diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder. Jika terdapat aktivitas sekunder, maka tahap
berikutnya muncul. Pada tahap berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-
aktivitas yang memakai outputnya.
Pembebanan Biaya Pada Produk Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya
tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suau proporsi sesuai dengn aktivitas
penggunaannya, seperti dengan diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan
dengan penghitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan menglikan tarif
ini dengan penggunaan aktual aktivitas.
Pembebanan biaya pada aktivitas lain (tahap lanjutan atau pembebanan biaya pada produk dan
pelanggan (tahap akhir) membutuhkan penggunaan tarif aktivitas. Pada prinsipnya terdapat tarif
aktivitas yang dihitung untuk tiap aktivitas.
Proses Mengurangi Jumlah Tarif Pengelompokan overhead didasarkan pada : mereka secara
logis berhubungan dan mereka meiliki rasio konsumsi yang sama terhadap semua produk.
Kumpulan dari biaya overhead yang berhubungan dengan masing-masing kelompok aktivitas
disebut kesatuan biaya sejenis.
Klasifikasi Secara Rinci Aktivitas Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan,
aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari 4 kategori umum aktivitas berikut :
1. Tingkat unit, adalah aktivitas yang dilakukan setiap ali suatu unit diproduksi.
2. Tingkat batch, adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk
diproduksi.
3. Tingkat produk, adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung
berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.
4. Tingkat fasilitas, adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu
pabrik.
Perbandingan dengan Perhitungan Biaya Berdasarkan Fungsi
Sistem berdasarkan aktivitas memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional
dengan perubahan selain volume produksi. Perhitungan Biaya Pelanggan Dan Pemasok
Berdasarkan Aktivitas Sistem ABC juga dapat digunakan untuk menentukan keakuratan biaya
pelanggan dan pemasok. Pengetahuan akan biaya pelanggan dan pemasok dapat menjadi
informasi vital untuk memperbaiki tingkat laba suatu perusahaan.
A. Pengertian
Untuk bisa menentukan jumlah produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas, maka kita bisa
berfokus pada laba operasi, yaitu laba yang berasal dari operasi normal perusahaan. Yang harus kita
lakukan adalah: (1) menentukan pengertian unit dan (2) memisahkan biaya antara komponen biaya
tetap dan biaya variabelnya.
Dengan menetapkan nilai nol pada laba operasional, memasukkan biaya variabel dan biaya total tetap,
serta menyelesaikan persamaan di atas, maka kita akan dapat menemukan jumlah unit yang harus
terjual pada BEP.
Contoh:
Penjualan (1.000 x Rp 3.000)
Rp3.000.000
Biaya variabel (1.000 x Rp1800) (1.800.000)
Marjin kontribusi 1.200.000
Biaya tetap 720.000
Laba operasi Rp480.000
Jika X adalah unit yang dijual pada titik impas, maka persamaan laba operasinya adalah:
0 = 3.000X – 1.800 X – 660.000
1.200X = 720.000
X = 600
Jadi titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 600 unit produk. Hal ini juga dapat dibuktikan dari
perhitungan berikut ini:
Penjualan (600 x Rp 3.000) Rp1.800.000
Biaya variabel (600 x Rp1.800) (1.080.000)
Marjin kontribusi 720.000
Biaya tetap 720.000
Laba operasi Rp 0
Mengingat bahwa persamaan CVP diturunkan dari laporan rugi laba berbasis variabel costing,
maka kita dapat menghitung jumlah unit dalam BEP secara lebih cepat dengan berfokus pada marjin
kontribusi (contribution margin). Marjin kontribusi diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi biaya
variabel total. Marjin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap
dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai
persentase. Pada kondisi BEP, marjin kontribusi sama dengan biaya tetap.
Analisis CVP juga dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak unit yang harus dijual untuk
memperoleh target laba tertentu. Target laba dapat ditentukan dalam nominal tertentu atau sebagai
persentase dari penjualan. Pendekatan laba maupun pendekatan marjin kontribusi bisa digunakan untuk
menghitung target laba tersebut. Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, dampak perubahan
jumlah unit terjual terhadap laba dapat dihitung dengan mengalikan marjin kontribusi per unit dengan
perubahan jumlah unit terjual.
Jika semisal target laba yang ditentukan Rp 750.000, maka dengan menggunakan persamaan dasar titik
impas kita hanya perlu menambahkan target laba sebesar Rp 750.000 pada biaya tetap sehingga
didapatkan:
Jumlah unit = (Rp720.000 + Rp750.000)/Rp1.200 = 1.230 unit
Untuk menghitung BEP dalam nominal, biaya variabel dianggap sebagai persentase penjualan.
Namun, penjualan pada BEP juga dapat dihitung secara singkat
dengan rumus:
Penjualan pada BEP = biaya tetap x (harga/marjin kontribusi)
Penjualan pada BEP = biaya tetap/rasio marjin kontribusi
Dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio marjin kontribusi dapat digunakan untuk
menentukan dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba, yaitu dengan mengalikan rasio
marjin kontribusi dengan perubahan penjualan. Rasio marjin kontribusi merupakan bagian penjualan
yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan bagian laba. Contoh di atas menunjukkan
rasio marjin kontribusi 40%, artinya dalam setiap Rp1 penjualan tersedia Rp0,40 yang dapat digunakan
untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Titik impas akan dicapai pada penjualan
Rp1.800.000,00.
Dalam menggambarkan pengaruh biaya tetap terhadap laba, ada tiga kemungkinan yang muncul:
1. Biaya tetap = marjin kontribusi, artinya laba nol (perusahaan pada titik impas).
2. Biaya tetap > marjin kontribusi, artinya perusahaan memperoleh laba.
3. Biaya tetap < marjin kontribusi artinya perusahaan mengalami kerugian.
Hubungan CVP dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu horisontal menunjukkan unit
yang terjual dan sumbu vertikal menunjukkan pendapatan penjualan. Garis total pendapatan
dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit. Garis
total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap dan
meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit. Jika total pendapatan berada
di bawah garis total biaya, maka akan muncul daerah rugi. Sebaliknya, daerah laba akan muncul jika
garis total pendapatan berada di atas garis total biaya. Titik impas berada titik perpotongan antara garis
penjualan total dan garis biaya total. Titik impas pada gambar di bawah ini terletak pada penjualan 600
unit produk dan tingkat
pendapatan penjualan Rp1.800.000,00.
Analisis CVP mudah digunakan dan murah biayanya, namun mengandung kelemahan karena
menggunakan beberapa asumsi berikut:
Analisis mengasumsikan bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.
Analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasikan secara akurat dan tetap kostan sepanjang rentang yang relevan.
Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
Untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui.
Diasumsikan bahwa harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.
Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran penjualan (sales mix), yaitu
kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran
penjualan tertentu, analisis multi produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk
analisis CVP kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk tunggal, yaitu
menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu paket terdiri dari 3 produk A dan
2 produk B.
Konsep Dasar Manajemen Biaya
Perusahaan yang sukses menemukan bahwa mereka harus menerapkan manajemen biayayang efektif
dan memahami konsep dan istilah utama dari manajemen biaya. Kompleksitasdari dimensi-dimensi
jumlah dan keragaman produknya, proses dan lokasi produksi, jaringandistribusi, dan jenis-jenis
pelanggan akan berimplikasi terhadap biaya, dan akuntanmanajemen telah mengembangkan kosakata
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi danmenguraikan berbagai pengaruhnya.
Langkah pertama yang sangat penting untuk memperoleh keunggulan kompetitif adalahmengidentifikasi
biaya dan penggerak biaya utama dalam perusahaan atau organisasi.Perusahaan mengeluarkan biaya
(cost) jika menggunakan sumber daya untuk tujuan tertentu.Sering kali biaya dikumpulkan ke dalam
kelompok-kelompok tertentu, disebut dengan tempat penampungan biaya (cost pool). Ada banyak cara
yang berbeda untuk
mengelompokkan biaya, antara lain berdasarkan jenis biaya (biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku,b
erdasarkan sumber asalnya atau berdasarkan pertanggungjawaban).
Penggerak biaya (cost driver) merupakan faktor yang memberi implikasi pada perubahantingkat
total biaya. Objek biaya (cost object)adalah berbagai produk, jasa, pelanggan,aktivitas, atau unit
organisasi di mana biaya dibebankan. Konsep objek biaya merupakankonsep yang luas. Konsep tersebut
meliputi produk, kelompok produk (yang disebut alirannilai — value stream), jasa, proyek, dan
departemen; dapat juga meliputi pelanggan atau penjual, di antara banyak kemungkinan lainnya.
Informasi yang akurat mengenai biaya produk dan jasa penting pada setiap fungsimanajemen:
manajemen strategis, perencanaan dan pengambilan keputusan, pengendalianmanajemen dan
operasional, serta penyusunan laporan keuangan. Sistem akuntansi biaya berbeda-beda secara
signifikan antara perusahaan yang menghasilkan produk dengan perusahaan dagang yang menjual
kembali produknya.
1. Biaya Produk dan Periodik
Selama persediaan memiliki nilai pasar, persediaan dianggap sebagai aset hingga
terjual;kemudian biaya dari persediaan dipindahkan ke laporan laba rugi sebagai harga
pokok penjualan(cost of goods sold).Biaya produk (product cost) bagi perusahaan
manufakturhanya meliputi biaya-biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan produk
pada langkah proses produksi dalam rantai nilai :
1. Bahan baku langsung
2. Tenaga kerja langsung
3. Overhead pabrik
2. Perhitungan Biaya untuk Perusahaan Manufaktur, Dagang, dan Jasa
Perusahaan manufaktur menggunakan tiga akun persediaan : (1) Persediaan Bahan Baku
(materials inventory); (2) Persediaan Barang dalam Proses (work-in-process inventory)
(3) Persediaan Barang Jadi (finished goods inventory). Rumus persediaan
yangmenghubungkan akun-akun persediaan adalah sebagai berikut: Persediaan Awal +
Biayayang ditambahkan = Biaya yang dipindahkan keluar + Persediaan Akhir. Istilah
biaya yang ditambahkan (cost added) dan biaya yang dipindahkan keluar (cost
transferred out) memiliki arti yang berbeda, tergantung pada akun persediaan mana
yang sedang dihitung :
3. Atribut-atribut dari Informasi Biaya
1. Keakuratan
Cara utama untuk memastikan data yang akurat untuk pengambilan keputusan
adalahmendesain dan memantau sistem yang efektif bagi pengendalian akuntansi
internal.Sistem pengendalian akuntansi internal (internal accounting controls)
merupakan seperangkat kebijakan dan prosedur yang membatasi dan menjadi
pedoman bagiaktivitas-aktivitas dalam pemrosesan data keuangan dengan tujuan
untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan.
2. Ketepatan Waktu
Informasi manajemen biaya harus tersedia bagi pengambil keputusan pada waktu
yangtepat untuk membantu mengambil keputusan yang efektif. Biaya penundaan
dapat sajasignifikan dalam banyak keputusan seperti memenuhi pesanan mendesak
yang dapathilang apabila informasi yang diperlukan tidak tepat waktu.
3. Informasi Biaya dan Informasi Nilai
Informasi manajemen biaya memiliki biaya tertentu dan penekanan pada nilai,
sedangkan akuntan manajemen merupakan spesialis informasi, sama halnya dengan
profesional keuangan lainnya seperti penasihat pajak, perencana keuangan, dan
konsultan. Ada beberapa konsep penting untuk akuntan manajemen, dibagi ke
dalam dua kelompok: (1)objek biaya, penggerak biaya, tempat penampungan biaya,
dan pembebanan biaya serta(2) perhitungan biaya produk atau jasa untuk
penyusutan laporan keuangan.
BALANCED SCORECARD
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "
Strategic Based Responsibility Accounting System ” yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi
ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari
dua kata yaitu balanced dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang, sedangkan
Balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur kinerja seseorang atau organisasi
diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern.
Balanced Scorecard merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan strategi
suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan
untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu : Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses
Usaha Internal dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000) adalah sebagai berikut
:
1. Balanced Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang.
2. Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan
dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3. Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan
dimasa mendatang.
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain:
1. Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing-masing perspektif (outcomes)
dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut (performance driver).
2. Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan sebab akibat (cause and
effect relationship).
3. Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan kualitas, pemenuhan
kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak pada peningkatan
pendapatan perusahaan.
Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini
mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. Kempat
proses tersebut menurut Kaplan dan Norton antara lain :
1. Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan. Untuk menentukan ukuran kinerja, visi
organisasi dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan
diwujudkan oleh perusahaan di masa datang. Tujuan juga menjadi salah satu landasan bagi
perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini
kemudian dijabarkan dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard.
Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan
perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen.
Hal ini bertujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang baik.
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis.
Memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan
mereka. Balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur
mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan kearah tujuan jangka
panjang perusahaan secara menyeluruh.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis. Proses keempat ini akan memberikan
strategis learning kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem
perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan
perusahaan dalam jangka pendek.
Balanced Scorecard adalah konsep yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat perspektif yaitu
perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Konsep Balanced Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur dan
dimonitor secara berkelanjutan.
Menurut Kaplan dan Norton , Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, antara lain:
Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI (Return on
Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam organisasi yang mencari
keuntungan / profit. Tolok ukur keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis perusahaan.
Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan pemegang
saham, sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan
dengan dana.
Tolok ukur keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk
keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup untuk
mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur non keuangan juga tidak memadai
untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan
dari tolok ukur kinerja yang multiple, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.
2) Perspektif Pelanggan ( Customer Perspective )
Perspektif pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar berhasil.
Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan
insentif kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot
mengatakan "Take care of your employee and they take care of your customer”. Perhatikan karyawan
anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan umumya menggunakan tolok ukur
kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :
a) Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
b) Retensi pelanggan (customer retention)
c) Pangsa Pasar (market share)
d) Pelanggan yang profitable
Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif
usaha internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru
yang terbaik untuk proses usaha yang lebih baik. Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan,
khususnya dalam usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung pemasok
mengirimkan barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu yang
tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema dengan pemasok. Pelanggan
menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dan tepat pada waktunya. Pemasok dapat
memuaskan pelanggan apabila mereka memegang jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan
pelanggan bahwa barang-barang yang diminati tersedia ditangan.
Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan
mengalami keusangan persediaan. Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang
mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total waktu
dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima produk.
Memperpendek throughput time dapat berguna apabila pelanggan menginginkan barang dari jasa
segera mungkin.
Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan manusia.
Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk
menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan.
Kepuasaan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki
produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur
kepuasan karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan pada
saat bekerja.
F. Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran kinerja
yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua bidang kinerja yang
penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja.
Balanced Scorecard sekarang banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat
eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard menerjemahkan visi
dan misi serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator),
sehingga strategi dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi untuk
semua kegiatan.
Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan strategi (Kaplan & Norton).
Balanced Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan
jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif Balanced Scorecard. Pembahasan
mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan Balanced Scorecard lebih sering dilakukan dalam
konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking
organisations).
Jarang sekali ada pembahasan mengenai penerapan Balanced Scorecard pada organisasi nirlaba (not-
for-profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama, serta di mana mutual
benefit anggota menjadi prioritasnya yang utama (Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi
semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas
daripada sekedar perolehan keuntungan.
Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas yang menciptakan
nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti :
1) Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai
2) Database dan teknologi informasi
3) Proses operasi yang efisien dan responsif
4) Inovasi dalam produk dan jasa
5) Hubungan dan kesetiaan pelanggan
6) Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan, dan dari masyarakat (Kaplan dan Norton,
2000)
Dengan Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis
mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan
masa yang akan datang. Balanced Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah
diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan
kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalam
intangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.
G. Kesimpulan
Pengembangan BSC ke dalam setiap bentuk organisasi baik profit dan nonprofit memang
memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif prioritas yang
diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan. BSC
adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya sekedar mengukur
aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi
dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin.
Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumber daya alam lingkungan perlu
dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi
tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut. Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam
pengelolaan sumber daya alam akan tergantung pada :
1. Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat dan jalinan kuat antar misi tersebut
berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable development dan cita-cita bersama)
2. Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif
3. Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan optimalisasi misi
masing-masing dapat tercapai dengan cara insentif dari pihak regulator atau dorongan faktor
eksternal untuk mewujudkan visi tersebut.