Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurlaili

Nim : 06021281924064

Kelas : Indralaya

Menulis kreatif (Membuat cerpen)

Ruang Belenggu

"Bulan yang semulanya terang kini kian redup termakan zaman. Waktu yang kian melenakan meraup
kebenaran dibalik kedustaan. Yang hitam menjadi putih yang putih menjadi hitam. Atas menindih
bawah, memeras keringat untuk menghilangkan dahaganya.. Inilah kenyataan hidup di zaman
kedustaan."

"A.a..aa..aa.. tolong...! ada maling.. pak ada maling! Brukkk!!" Tak sengaja sebuah motor menabraku dari
belakang. Hangat terasa di bagian kepalaku, ternyata darah mengalir dari keningku. Gelap. Entah
dimana aku sekarang yang kuingat hanya motor yang menabraku tadi. "Mbak sudah bangun?" Seketika
aku tersadar dari lamunanku. "Saya dimana?" Hanya itu yang ada di otakku saat ini. Semua terasa aneh
bukankah tadi aku tertabrak motor, lalu mengapa sekarang aku bisa berada di rumah orang. "Tenang
mbak saya bukan orang jahat, tadi saya menemukan Mbak pingsan di jalan. Makan dulu Mbak".

"Uhukk..uhukk... maaf mas ini apa kenapa rasanya aneh?"

"Itu namanya nasi goreng Mbak."

Namanya bagiku tak asing, nasi goreng. Namun kenapa rasanya tak seperti apa yang kuingat.
Seingatku rasa nasigoreng itu enak, tapi mengapa ini rasanya aneh dan bau busuk. Kuberanikan diri
untuk bertanya lagi.

"Bukan saya tak tau diri, hanya saja seperti ada yang mengganjal. Kalau boleh tau ini nasi goreng apa ya
mas kok rasanya aneh dan bau busuk."

Seketika mata lelaki itu memerah dan tubuhnya mengering, kali ini tubuhku bergetar hebat. Apa yang
kulihat seperti cerita nenekku dalam buku azab. Wajah rupawan dan kulit mulusnya seketika berubah
menjadi keriput dan mengering. "Plaakkk!! Plakkk!! Aaa...aaa.. ampunnn.. tolong.. aamm.ppuunn...."
jeritan demi jeritan tiba-tiba terdengar. Bersamaan hal itu lelaki tadi menghilang bak di film bioskop.
Meja makan di depanku tadi berubah menjadi sebalik tabir yang memisahkan dua ruangan. Penasaran
dengan suara jeritan tadi, kuberanikan diri melangkah dan membuka tirai itu.

Bukan main. Mataku tak mampu melirik ke arah lain. Berkarung-karung perhiasan dan uang tergeletak di
balik tirai itu. Tap. Tap.. Tap.. langkahku mendekati. "Aa.panas..' kulitku terbakar saat menyentuh
beberapa lembar uang dan perhiasan itu. Pertanyaan dalam hatiku kembali menyeruak. Dimana ini??
Kenapa semua begitu aneh? Takut.. bingung.. harus apa aku, kemana lelaki itu. Gelap.
Seperti biasanya hari-hariku kuhabiskan untuk mengajar dan berdakwah. Ya terbilang sulit berdakwah di
zaman yang serba sekuler ini. Sedikit-sedikit jadi radikal, entah dari sisi mana mereka menilai dakwah
Islam jadi radikal. Memang lucu negeri ini anak good looking pun di cap radikal, malah anjuran
mengejutkan sudah tersebar luaskan. K-Pop patut jadi inspirasi anak bangsa. Duh Gusti.. mau jadi apa
generasi bangsa ini. Baru-baru ini aku dikagetkan dengan salah satu berita duka dari sekolah. Salah satu
murid berprestasi di tempatku mengajar harus berhenti karena kebobolan. Ya.. kebobolan. Kami pun
merasa kebobolan karena tak bisa memantau pergaulan mereka satu-persatu.

"Ia dia hamil tuh.. gatau siapa bapaknya."

"Makanya kalo pacaran yang wajar ajalah, gak usah berlebihan"

" Bener.. Pakek acara hamil.. susah jadinya kita juga yang kena getahnya, peraturan lagi peraturan lagi".

Desas-desus di sekolah semakin membuat anak-anak makin berhati-hati untuk pacaran. Bukan agar
tidak terjadi kebobolan malah agar tidak diketahui oleh guru kalau mereka sedang pacaran. Tepuk jidat
dulu. Ini gambaran negeri +62 yang tiap harinya makin urak-urakan. Tak perlu jauh-jauh bila ingin
melihat para kaula remaja berpacaran. Cukup lihat sudut-sudut kelas yang lumayan sepi di situ tempat
aman untuk pacaran. Bawa saja satu buku sebagai alasan belajar.

Ambyar.. wes ambyar.. "Buk ini siapa yang punya baju? Kok bentuknya gak karuan gini. ?" Teruskan
tetanggaku yang begitu menggelegar selalu menghiasi waktu petangku selepas megajar. Entah apa lagi
yang dilakukan anak gadisnya itu. Hampir setiap hari pak Tejo berteriak- teriak. Anak gadisnya yang
begitu mencintai K-Pop behasil membuat darah tinggi ayahnya kambuh tiap saat. Baju-baju kurang
bahan yang dipakainya menjadi umpatan para tetangga. Gayanya yang aduhai seksi membuat lelaki
leluasa menikmati lekuk tubuhnya yang terbuka itu.

Kembali gelap. "Panas... Panas.. tolong..!! Panas!!" Kembali aku masuk ketempat ini. Ya Allah di mana
aku? Suara apa itu. Sungguh aku merasa seperti di negeri dongeng. Kadang semua terasa mimpi. Kadang
nyata. Sreekkk! Ada suara di balik pintu yang berada tepat di depanku. Perlahan aku membuka pintu itu.
Hitam. Apa lagi ini? Kembali aku melihat kejadian yang semakin rumit. Seorang wanita dengan lilitan
besi panas di sekujur tubuhnya. Matanya yang membelalak dan lidahnya yang terjulur membuat lututku
lemas. Tak cukup sampai di situ, tepat di sebelah wanita itu ada seorang laki-laki yang jasadnya begitu
mengenaskan. Tubuhnya hancur seperti ditumbuk. Amis.. "huekk ... Huekk". "Mbak.. tolong saya."
Astaghfirullah. Suara itu, aku kenal suara itu. Itu suara anak gadis tetanggaku. Di mana dia? Aku tak bisa
melihatnya. Gelap.

*Hayu like ded.. tet.. teyet.. wagemu wa lagemi oye-oye. Mama bagus gak adek nyanyi?" Wah anjuran
pemerintah memang sangat jitu. Anak-anak SD pun sudah fasih bernyanyi lagu Korea. Apalah dayaku
yang selama ini tak tersentuh lagu Korea. Hehe geli rasanya. Hari ini jadwalku mengisi kajian untuk para
ibu-ibu. Tiba-tiba tanpa sengaja aku bertemu pasangan ibu dan anak pencinta Korea ini. Mungkin saja
bila pemerintah menganjurkan anak-anak untuk menjadikan Rasulullah atau para sahabat menjadi
inspiratornya mungkin saja saat ini aku bertemu anak yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran.
Sudahlah. Sepertinya hanya halu. Halu ala Korea. Ups, Korea lagi. Tak butuh waktu lama kini aku sudah
sampai di tempat yang kutuju. Alhamdulillah, kajian kali ini terbilang ramai. Semoga Allah senantiasa
meneguhkan hati para perindu taman surga ini. Tanpa membuang waktu kajian kami mulai, hingga
ditengah acara ada seorang ibu bertanya. " Assalamualaikum ustadzah, saya ingin bertanya bagaimana
kita sebagai orang tua menyikapi anak kita yang terlalu cinta akan K-Pop? Jujur saya sendiri pusing
dengan tingkat anak saya yang kian hari kian menjadi-jadi. Kadang dandan, tik-tokan gak selesai-selesai
tugas sekolah terlantarkan ustadzah. Terima kasih ustadzah."

Virus Korea lagi. Ibu-ibu pun pusing karena virus Korea. Sepertinya korona kalah saing dengan virus satu
ini. Panjang lebar aku jawab pertanyaan dari sang ibu tangguh itu, akhirnya acara pengajian selesai.
Sebelum pulang aku melihat beberpa guru sedang berkumpul di depan kelas. "Sudahlah Pak, kita ikuti
saja toh kita gak rugi daripada kita dimasukan dalam jeruji lebih baik kita ambil jalan aman." Ternyata
mereka sedang membicarakan masalah peraturan pengawasan untuk aktivitas dakwah sekolah yang kini
harus dibatasi dan diawasi. Radikal. Kasian radikal jadi topik trending.

"Krakkkk!!. Plak!! Plak!!" Gelap. Sekarang aku kembali ketempat itu untuk kesekian kalinya. Kali ini aku
langsung disajikan dengan pemandangan yang lebih mengerikan lagi. Berbondong-bondong ular dan
semut menggerogotinya orang-orang yang tergantung di depanku. Kulit mereka terkoyak. Mata
membelalak. Bukan hanya amis bauk busuk begitu menyeruak disini. Terlihat jelas mereka adalah para
remaja. Walau sudah tak jelas lagi rupa mereka tapi wajah mereka belum terjamah oleh semut-semut
itu. Kini pikiranku semakin kacau. Semua ini terasa nyata. Benar-benar nyata. Tapi dimana ini? Kenapa
begitu aneh. Mataku kian memburam semuanya gelap. Gelap.

"Bu sudah sampai." Ii..iya.. terima kasih jawabku dengan linglung. Terik matahari kali ini membuat kulit
pipiku memerah, kulihat dari kejauhan suami tercintaku sudah setia menungguku di depan lorong
kompleks. Dengan segera aku menghampirinya. "Assalamualaikum Abi, udah lama Bi?" Tanyaku basa-
basi karena aku tau pasti dia telah menungguku lama. Ya maklum kadang aku takut menunggu sendiri di
depan lorong. 15 menit sebelum jalan pasti sudah ada pesan masuk untuk menjemput. Sesampainya di
rumah kuceritakan semua kejadian yang aku alami dari kemarin hingga hari ini. Tak ada yang aku
sembunyikan darinya, apapun yang kurasakan dan kualami pasti akan kubagi dengannya.

Sudah hampir satu jam aku berbincang dengan suamiku ini, hanya ada tatapan aneh yang terlihat jelas
di wajahnya. "Gimana Bi? Kira-kira apa yang umi ceritakan tadi benar-benar terjadi atau hanya efek virus
halu korea?" Tanyaku tanpa ragu. Korea. Kenal saja tidak bagaimana bisa terpapar virusnya.

"Biarkan Abi mencerna semua cerita umi. Setelah jawabannya ada akan Abi sampaikan, sekarang Umi
istirahat dan jangan terlalu banyak berfikir." Jelasnya dengan senyum manis yang selalu
menenangkanku. Kubaringkan tubuhku perlahan-lahan pandanganku menghilang. Semua kembali gelap.

"Aaaaa...aaa.a.a!!! Tolong!!!" Suara itu lagi. Tempat ini lagi. Benar-benar gila. Dimana ini. Mataku
membelalak kuliahat semua berkumpul di ruangan ini. Ruangan berantai api. Lelaki yang memberiku
nasi goreng, gadis sebelah rumah, dan 2 orang yang dilahap semut berkumpul tersiksa tanpa ampun.
Tepat di atas mereka ada satu lelaki yang tak asing bagiku tersiksa jauh lebih mengenaskan. Tangannya
dirantai, lehernya digantung , dan kulitnya disayat. Mereka merintih. Aku terdiam tak berdaya.
Mimpikah ini?

Anda mungkin juga menyukai