Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Langkah-Langkah Pelaksanaan Bimbingan Konseling


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: H. Mohammad Ali Yahya, S. Ag., M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelas: B3PAR
1. Iqwa Khilmatul Hidayah (2010710035)
2. Safira Nurul Fa’izah (2010710036)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalmualaikum wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Langkah-
langkah Pelaksanaan Bimbingan Konseling” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bimbingan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Langkah-langkah Pelaksanaan Bimbingan Konseling
bagi pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Mohammad Ali Yahya


S. Ag. M. Pd., selaku Dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang dapat
membangun makalah ini agar lebih baik kedepannya.

Wassalamualaikum wr. Wb.

Kudus, 19 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
...............................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................……
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Bimbingan Konseling………………………………3
B. Kriteria Keberhasilan Bimbingan Konseling..…………………………
7

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................10
Saran …………………………………………………………………………10

Daftar Pustaka………………………………………………………………11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan
konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk
membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun
memecahkan permasalahan yang dialaminya.1 Bimbingan dan Konseling juga
dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi
perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.2
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengambangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma yang berlaku.3 Sementara Konseling menurut Mortensesn adalah proses
hubungan antarpribadi (konselor dan klien) dimana konselor membantu klien
supaya memperoleh pemahaman dan kecakapan menemukan masalah yang
dihadapinya.4
Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan terhadap peserta
didik yang tidak terpisahkan dari layanan manajemen dan supervisi maupun
kurikulum dan pembelajaran serta bukan merupakan bagian dari bidang yang
lain. Golongan masyarakat yang mendapat perhatian utama dalam gerakan
bimbingan ialah generasi muda. Jika ditelaah berbagai sumber akan dijumpai
pengertian- pengertian yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung dari
jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut

1
 Sulistyarini & Mohammad Jauhar (2014). Dasar-Dasar Konseling. Prestasi Pustaka. Hlm. 2-3
2
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
3
Prayitno, Erman Amti. (2013). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta) hlm.99
4
Tohirin. (2013) Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta) hal. 22

1
disebabkan kelainan pandangan dan titik tolak, tetapi perbedaan itu hanyalah
perbedaan tekanan atau dari sudut mana melihatnya. Oleh karena itu, di dalam
makalah ini, penulis akan menyajikan sebuah kajian mengenai langkah-
langkah bimbingan konseling dan kriteria keberhasilan bimbingan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Langkah- Langkah Pelaksanaan Bimbingan Konseling?
2. Apa saja Kriteria Keberhasilan Konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Langkah- Langkah Pelaksamaam Bimbingan
Konseling.
2. Untuk mengetahui Kriteria Keberhasilan Bimbingan Konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Bimbingan Konseling


Proses konseling berjalan sistematis. Ada tahapan-tahapan yang mesti
dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Secara umum,
proses konseling dibagi atas tiga tahapan yaitu tahap awal konseling, tahap
pertengahan dan tahap akhir konseling, yang disetiap tahap tersebut terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Tahap Awal
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan
proses konseling dan menemukan definisi masalah klien. Adapun
yang dilakukan oleh konselor pada tahap awal ini adalah sebagai
berikut:

a. Membangun Hubungan

Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam


konseling, karena klien dan konselor harus saling mengenal
dan menjalin kedekatan emosional sebelum sampai pada
pemcahan masalahnya. Pada tahapan ini, seorang klien perlu
mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki konselor.
Konselor juga dapat meminta klien agar berkomitmen
menjalani konseling dengan sungguh-sungguh. Meminta
kesediaan klien melakukan komitmen perlu dilakukan untuk
mencegah klien menghindar/menolak komitmen yang telah
disepakati.5 Keberhasilan konseling diantaranya sangat
ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci keberhasilan tahap ini
diantaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan
keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan
isi hati, perasaan dan harapan sehubungan dengan masalah
5
Namora L.L, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Prenada
Media, 2011), hlm.83

3
ini akan bergantung pada kepercayaan klien terhadap
konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan
kemampuannya untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-
pura, asli, mengerti dan menghargai klien.6

b. Identifikasi dan Penilaian Masalah

Apabila hubungan konseling telah terjalin baik, maka


langkah selanjutnya adalah mulai mendiskusikan sasaran-
sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang menjadi
ukuran keberhasilan konseling. Konselor perlu memperjelas
tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal penting
dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor
dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien.
Pengungkapan masalah klien kemudian diidentifikasi dan
didiagnosis secara cermat. Sering kali klien tidak begitu jelas
mengungkapkan masalahnya, atau ia hanya secara samar
menjelaskannya. Apabila hal ini terjadi, konselor harus
membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat
agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosis.7

c. Menegosiasikan Kontrak

Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat,


tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung
jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan
pihak-pihak yang akan membantu perlu dilakukan pada
langkah ini. Ini artinya konseling adalah kegiatan yang saling
menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di samping
itu pula dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak
lain untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
kliennya.
6
Achmad J.N, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hlm.12-13
7
Namora, Op.Cit., hlm.84

4
2. Tahap Pertengahan
Berdasarkan kejelasan masalah klien yang disepakati pada tahap
awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada:
a. Memfasilitasi Perubahan Konseling
Konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan
strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah
klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi
dari alternatif dan strategi tersebut. Jangan sampai teknik
pendekatan dan strategi yang digunakan bertentangan
dengan nilai- nilai yang terdapat pada diri klien, karena
akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya dan
menolak terlibat dalam proses konseling. Ada beberapa
strategi yang dapat dipertimbangkan dalam konseling, yaitu
Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur
dan terbuka sehingga dapat menggali lebih dalam
masalahnya. Menantang klien untuk mencari rencana dan
strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal ini akan
membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya
sendiri.8
b. Perencanaan Suatu Tindakan
Setelah rencana dan strategi dipersiapkan dengan baik,
maka langkah yang diambil selanjutnya adalah memulai
tindakan. Dalam memilih tindakan ini, klien cenderung
lebih mudah menjalani rencana yang dipilihnya sendiri,
atau bila berasal dari konselor tetapi klien yang menentukan
rencana mana yang harus dijalankan terlebih dahulu. Pada
langkah ini, konselor bertugas mengamati dan melakukan
penilaian terhadap tindakan yang dilakukan klien untuk
melihat apakah tujuan konseling telah terlaksana atau tidak.
Setelah tindakan dilakukan, klien diminta merumuskan

8
Namora, Op. Cit., hlm. 85

5
kembali pengalaman-pengalamannya selama menjalankan
rencana.9 Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada
klien telah tumbuh pemahaman baru sesuai rencana
konseling atau tidak. Dari sinilah dapat diketahui sejauh
mana tingkat keberhasilan konseling.
c. Menjaga agar Hubungan Konseling Selalu Terpelihara
Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam
proses konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan
potensi dirinya dalam mengatasi masalah yang dialaminya.
Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor berupaya secara
kreatif menggunakan berbagai variasi keterampian
konseling serta memelihara keramahan, empati, kejujuran,
keikhlasan dalam memberikan bantuan konseling.
Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan
berbagai potensi yang ada pada klien dan lingkungannya
untuk membantu dan menemukan berbagai alternatif
sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian
masalah dan pengembangan diri klien.10
3. Tahap Akhir
Tahap akhir konseling disebut juga dengan istilah termination.
Pada tahap ini, layanan konseling ditandai oleh beberapa hal
berikut ini:

a. Menurunnya tingkat kecemasan klien. Hal ini diketahui


setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih
positif, sehat dan dinamis.
c. Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang
dengan program yang jelas pula.
d. Terjadinya perubahan sikap positif terhadap masalah yang
9
Ibid., hlm. 88
10
Achmad, Op.Cit., hlm.14

6
dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap
yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua,
teman dan keadaan yang tidak menguntungkan.
Penghentian masa konseling dapat dilakukan sementara di mana
klien masih dapat berhubungan dengan konselor, atau konseling
dihentikan karena tujuan konseling telah tercapai dan kebutuhan
klien telah terpenuhi.
Adapun tujuan dan fungsi dari penghentian konseling adalah:
a. Memeriksa kesiapan klien dalam menghadapi berakhirnya
konseling.
b. Mengatasi bersama faktor afeksi yang tersisa dan
membicarakan hal-hal penting dan intensif dalam hubungan
konselor-klien.
c. Meningkatkan kepercayaan diri klien untuk
mempertahankan perubahan yang telah diperoleh selama
menjalani konseling.11
B. Kriteria Keberhasilan Bimbingan Konseling
Keberhasilan program bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan dapat dilihat dari dampak atau pengaruhnya. Keberhasilan dapat
dimanifestasikan dari segi kuantitatif (yang ditandai dengan angka
lulusan,keberhasilan di perguruan tinggi) dan kualitatif yang ditandai dengan
perubahan dan perkembangan prilaku subjek yang mendapat layanan
bimbingan dan konseling.12
Salah satu jurnal psychology membahas tentang penelitian
keberhasilan konseling. Salah satunya dipengaruhi besar oleh ekspektasi klien
untuk mampu menyimpulkan bahwa konseling itu berhasil. Dan di dapat
bahwa pada jurnal ini terdapat nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan
tentang pengimplementasian konseling, yaitu nilai yang dapat dikembangkan
untuk memicu ekspektasi konseli agar berkembang yaitu:

Namora, Op. Cit


11

Nurihsan, Ahmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung; PT. Refika


12

Aditama, 2012), cet. Ke-4.

7
a. Nilai kesamaan yaitu konselor ahli mampu memberikan gambaran
terhadap beberapa pandangan yang akan mengakibatkan tinggi
rendahnya konseli untuk sukses dan melihat dampaknya.
b. Nilai adaptasi yaitu enkulturasi dan akulturasi. Nilai ini dapat
membantu konselor untuk mengeksplorasi nilai-nilai kepatuhan
suatu negara dengan budaya yang ada sehingga mampu
mengembangkan ekspektasi konseli.

Beberapa kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling


yang bisa dijadikan dasar pengambilan kebijakan adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Keberhasilan Siswa


Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatan
berhasil apabila para siswa mampu menunjukan prilaku sebagai
berikut:
a. Mengetahui dan memahami program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan sekolahnya
b. Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan
dirinya
c. Memahami jenjang pendidikan dan prospek pendidikan
yang sedang ditempuh
d. Meningkat dalam pengetahuan,keterampilan dan sikap
serta nilai kehidupannya
e. Mampu merencanakan masa depannya, baik yang
berhubungan dengan kelanjutan pendidikan maupun
dunia kerja yang sesuai dengan bakat,minat,dan
kemampuanya.
f. Memahami dan menyesuailan diri dengan lingkungan
sosial yang dihadapi
2. Kriteria Keberhasilan Guru

8
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dikatakan
berhasil apabila para guru menunjukkan perilaku sebagai
berikut:
a. Mengetahui dan memahami program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan disekolahnya.
b. Berpartisipasi dalam pelaksanaan program bimbingan
konseling dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Bersama-sama merumuskan program bimbingan
dan konseling yang akan dilaksanakan.
b) Menginformasikan dan mengkomunikasikan
program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah pada para siswa, orang
tua, dan masyarakat.
c) Menghimpun data tentang siswa dan
menyimpannya dengan baik.
d) Mengidentifikasi para siswa yang memerlukan
bantuan.
e) Mengkomunikasikan keadaan siswanya pada
konselor.
f) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau
individual.
g) Meneliti kemajuan belajar siswa baik disekolah
maupun di luar sekolah.
h) Memahami para siswa sebagai individu yang
unik.
i) Membantu memecahkan masalah yang dicapai
oleh para siswa.
j) Meningkatkan keberhasilan proses belajar
mengajar.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling adalah proses interaksi antara konselor
dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya
ataupun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Secara umum,
proses konseling dibagi atas tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Awal

a. Membangun Hubungan

b. Identifikasi dan Penilaian Masalah

c. Menegosiasikan Kontrak
2. Tahap Pertengahan
a. Memfasilitasi Perubahan Konseling
b. Perencanaan Suatu Tindakan
c. Menjaga agar Hubungan Konseling Selalu
Terpelihara
3. Tahap Akhir
a. Memeriksa kesiapan klien dalam menghadapi
berakhirnya konseling.
b. Meningkatkan kepercayaan diri klien untuk
mempertahankan perubahan yang telah diperoleh
selama konseling.
B. Saran
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini pasti terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk
dapat memberikan kritikdan sarannya, agar dapat kami benahi bersama
dan dapat kami ambil manfaatnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmad J.N, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung. 2007. Refika

Aditama.

Namora L.L, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. 2011.

Jakarta. Prenada Media.

Nurihsan, Ahmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. 2012.

Bandung. PT. Refika Aditama. cet. Ke-4.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111

Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah.

Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 2013. Jakarta.

Sulistyarini & Mohammad Jauhar. Dasar-Dasar Konseling. 2014. Prestasi

Pustaka.

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. 2013. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai