Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENGARUH CAR, BOPO, DAN NPF TERHADAP ROA

PADA BANK UMUM SYARIAH


(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2021)
Dosen : Dr. Ima Amaliah, S.E., M.Si.
Mata Kuliah : Ekonomi Moneter

Disusun oleh :

 Tara Tiani Cahyanty (10090220019)


 Fatimah Hasna Afifah (10090220022)
 Annisa Nazwa Syarif (10090220028)
 Denisa Syarifa Renaldi (10090220030)
 Salshabila Yasika Rahmadania (10090220048)
Kelas A

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penelitian ini yang berjudul “Analisis
Pengaruh CAR, BOPO, dan NPF Terhadap ROA pada Bank Umum Syariah tahun 2010-
2021” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW.
Dalam pembuatan tugas penelitian ini, kami menyadari masih terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan
teknik pengetikan. Semoga dalam tugas ini para pembaca juga dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan


dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promis. Menurut undang-undang perbankan, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya kepada masyarakat. Industri perbankan telah
mengalami transformasi dalam beberapa tahun terakhir mulai dari layanan yang
ditawarkan, lokasi tempat beroperasi, dan tarif yang dibayar untuk simpanan deposit.
Globalisasi menuntut bank untuk bisa menerima tantangan global di mana persaingan
perbankan semakin ketat. Peningkatan efektivitas pun harus dilakukan untuk mencapai
Good Corporate Governance pada perbankan di Indonesia.
Bank sangat mengandalkan kepercayaan masyarakat dalam kegiatan usahanya,
oleh karena itu bank harus bisa menjaga menjaga kepercayaan masyarakat dengan
manajemen yang baik. Salah satu upaya mewujudkannya adalah dengan transparansi
laporan keuangan. Dengan adanya transparansi diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan publik terhadap kinerja perbankan, selain itu transparansi dapat mengurangi
kesalahan informasi. Laporan keuangan yang disajikan dapat terdiri dari beberapa rasio
keuangan yang mana dari rasio tersebut dapat terlihat kondisi kesehatan bank. Dengan
menganalisis rasio keuangan bank akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait
dan menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 disebutkan bahwa faktor-
faktor yang menjadi indikator kesehatan bank adalah risk profile, good corporate
governance, earnings, dan capitals.
Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis yang sering digunakan
karena teknik tersebut cenderung lebih cepat untuk mengetahui kinerja keuangan suatu
bank. Rasio keuangan yang dipublikasi bank umum syariah meliputi aspek permodalan,
aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas, dan kepatuhan. Untuk permodalan rasio yang
digunakan ialah CAR atau Capital Adequacy Ratio. CAR yang merupakan rasio
kecukupan modal berguna untuk menampun rasio kerugian yang mungkin dihadapi bank,
CAR juga menunjukkan sejauh mana bank untuk mengandung resiko seperti kredit, surat
berharga, dan tagihan yang biayai oleh dana yang dihimpun dari masyarakat. Semakin
tinggi CAR maka kemampuan bank dalam menanggung resiko dari setiap kredit atau
aktiva produktif semakin besar yang bisa memberi manfaat seperti bank dapat membiayai
kegiatan operasional, memberikan kontribusi bagi profitabilitas, dan meningkatkan
kepercayaan nasabah atau masyarakat kepada bank. Selanjutnya pada aspek aktiva
produktif rasio yang digunakan ialah NPF atau Non Performing Financing. NPF
dikhususkan pada pembiayaan bermasalah. Dimana rasio NPF adalah rasio antara
pembiayaan bermasalah yang termasuk ke dalam kriteria pembiayaan kurang lancar,
diragukan, dan macet dengan total pembiayaan yang disalurkan (Mutamimah, 2012).
Rasio NPF yang semakin tinggi (di atas 5%) menandakan bank tersebut tidak sehat dan
dapat menyebabkan menurunya laba yang diterima oleh bank (Popita, 2013).
Pada aspek rentabilitas rasio yang digunakan ialah ROA atau Return on
Assets dan BOPO atau Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional. ROA digunakan
untuk mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan profit atau laba caranya
dengan membandingkan laba bersih dengan total asset yang dimiliki. Semakin besar ROA
maka semakin baik kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Sedangkan BOPO
menggambarkan efiesiensi bank dalam melakukan kegiatan, belanja operasional
merupakan biaya bunga yang diberikan kepada nasabah sedangkan pendapatan
operasional sebaliknya yaitu bunga yang didapatkan dari nasabah. Semakin besar rasio
BOPO maka kegiatan operasional bank semakin tidak efisien.
Rasio keuangan antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan
mempengaruhi. Dinamika rasionya pun selalu terjadi, angka yang fluktuatif dan tidak
menentu perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena dalam penelitian ini akan menganalisis
mengenai pengaruh CAR, BOPO, dan NPF terhadap ROA dengan CAR, BOPO, dan NPF
sebagai variabel bebas dan ROA sebagai variabel terikat.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh CAR terhadap ROA?


2) Bagaimana pengaruh BOPO terhadap ROA?
3) Bagaimana pengaruh NPF terhadap ROA?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui pengaruh CAR teradap ROA.


2) Untuk mengetahui pengaruh BOPO teradap ROA.
3) Untuk mengetahui pengaruh NPF teradap ROA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 NPF

Salah satu risiko usaha bank menurut Peraturan Bank Indonesia adalah risiko
kredit yang didefinisikan risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan yang
memenuhi kewajiban. Menurut Susilo, risiko kredit merupakan risiko yang
dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada
masyarakat. Karena berbagai hal, debitur bisa jadi tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain.
Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita
kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah
diperkirakan. NPF bertujuan untuk mengukur tingkat permasalahan Pembiayaan
yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas
Pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Non Performing Financing (NPF) mencerminkan risiko kredit, semakin kecil
Non Performing Financing (NPF), maka semakin kecil pula resiko kredit yang
ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis
terhadap pembiayaankemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan
kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. Bank
melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk
memperkecil resiko pembiayaan.
NPF = Pembiayaan Bermasalah / Total Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan


itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah,
transaksi sewa dalam bentuk Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik
dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bit Tamlik, transaksi jual beli dalam bentuk
piutang Murabahah, Salam, dan Istishna, transaksi pinjam meminjam dalam
bentuk piutang Qardh, dan transaksi multijasa dengan menggunakan akad
Ijarahatau Kafalah. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan, tanpa imbalan atau bagi hasil.

2.1.2 ROA

Return On asset (ROA) merupakan kemampuan pimpinan bank


mengoperasikan harta bank yang dipercayakan kepada mereka untuk mencari
keuntungan. Rasio profitabilitas ini menggambarkan efisiensi kerja bank. Return
On Asset (ROA) merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-
rata total asset dalam masa tertentu dengan jumlah harta yang dimiliki. Menurut
Iswi hariyani, Rasio ROA (Return On Asset) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak)
yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar
ROA, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah
laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset
adalah rata-rata volume usaha aktiva.
ROA = Laba Sebelum Pajak / Rata-rata Total Aset

Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan


perbankan karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total asset. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja
keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar.

2.1.2 CAR

CAR merupakan perbandingan antara modal dan aset tertimbang menurut


risiko. CAR bertujuan mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian
dan pemenuhan ketentuan yang berlaku. Bank syariah harus memenuhi kecukupan
modal sehingga mencapai kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank
wajib menyediakan modal minimum dari aktiva tertimbang risiko (CAR). Risiko
Penyaluran Dana yaitu risiko kerugian yang diderita bank akibat tidak dapat
memperoleh kembali tagihannya atas pinjaman yang diberikan atau investasi yang
dilakukan Bank. Risiko Pasar adalah risiko kerugian pada posisi neraca dan
rekening administratif akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar.
CAR = Total Modal / ATMR Penyaluran Dana

Modal terdiri dari modal inti, modal pelengkap, dan modal pelengkap
tambahan. Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal
(disclosed reserve). Modal Pelengkap terdiri dari selisih penilaian kembali aktiva
tetap, cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva produktif setinggi-
tingginya 1,25% (seratus dua puluh lima per sepuluh ribu) dari aktiva tertimbang
menurut risiko, modal pinjaman yang memenuhi criteria Bank Indonesia yaitu
pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat, Investasi Subordinasi
setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal inti,
peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-
tingginya sebesar 45% (empat puluh lima perseratus). Sedangkan Modal
Pelengkap Tambahan dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan Risiko Pasar.

2.1.3 BOPO
BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya. BOPO
diukur secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi. Biaya Operasional
pada Pendapatan Operasional (BOPO) yaitu biaya yang dikeluarkan oleh bank
dalam rangka menjalankan aktivitas usaha.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari
2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah yang selanjutnya dijelaskan melalui Surat Edaran Bank Indonesia
No.9/24/DPbS disebutkan, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total
biaya operasi dengan total pendapatanmencerminkan operasi atau yang sering
disebut BOPO. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin
meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya
operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat
menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh CAR terhadap ROA


Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal, merupakan
jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul
dari penanaman aktiva yang mengandung risiko dan membiayai seluruh benda
tetap serta investaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia wajib menyediakan
modal minimal 8%. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka
keuntungan bank akan semakin besar. Semakin kecil risiko suatu bank maka
semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.
Menurut Pandu Mahardian ,permodalan dapat menimbulkan kerugian yang
dialami sehingga kegiatan akan efisien lalju laba akan meningkat. Dengan
meningkatnya laba, kinerja bank akan meningkat. Oleh karena itu, semakin besar
Capital Adequacy Ratio (CAR), maka Return on Asset (ROA) juga akan semakin
besar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Ponco dan Pandu Mahardian
menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Asset (ROA).

2.2.2 Pengaruh NPF terhadap ROA

Non Performing Financing (NPF) merupakan besarnya risiko kredit yang


dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Financing (NPF), maka semakin
kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank saat memberikan kredit
harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
memenuhi kewajiban. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit. Dengan begitu apabila suatu
bank mempunyai Non Performing Financing (NPF) yang tinggi, maka akan
memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank.
2.2.3 Pengaruh BOPO terhadap ROA
Rasio BOPO bertujuan mengukur efesiensi kegiatan operasional bank
syariah. Bank Indonesia menetapkan angka untuk rasio BOPO di bawah 83%,
karena jika rasio BOPO melebihi 83% dan lebih besar dari angka 89% maka bank
tersebut dapat tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasionya maka
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.
Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total
biaya operasi dengan total pendapatan operasi atau yang sering disebut BOPO.

2.2.4 Pengaruh FDR terhadap ROA


Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Menurut Bank Indonesia, kemampuan likuiditas bank dapat dilihat pada Financing
to Deposit ratio (FDR) yaitu perbandingan antara kredit dengan Dana Pihak Ketiga
(DPK). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Jika
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari 100%, maka total
pembiyaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Semakin
optimal tingkat likuiditas maka DPK yang disalurkan dalam bentuk kredit
(pembiayaan) semakin besar.
Dari uraian di atas dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka yang
menjadi variabel- variabel didalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF), BOPO dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) sebagai Variabel independent (bebas) dan Return On Asset (ROA) sebagai
variabel dependent(variabel terikat). Sehingga kerangka pikir tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar

CAR

NPF ROA

BOPO
2.3 Perumusan Hipotesis
Dari uraian di atas, dapat diperoleh suatu hipotesis sebagai berikut :
1) Hipotesis 1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return
On Asset (ROA).
2) Hipotesis 2 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Return
On Asset (ROA).
3) Hipotesis 3 : BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA).
4) Hipotesis 4 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap Return
On asset (ROA).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan
untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel,
memberikan deskripsi statistic, menaksir hasilnya serta statistika dan ekonometrika
sebagai alat pengukuran dalam ekonomi untuk menganalisis data-data ekonomi, bisnis,
maupun yang lainnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi karena peneliti ingin
mengetahui hubungan antara dua data yaitu statistika dan ekonometrika. Objek dan
Subjek Penelitian Menurut Sugiyono (2012), objek penelitian adalah suatu atribut dari
orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditari kesimpulannya. Objek penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi. Subjek penelitian adalah tempat di mana data untuk variabel
penelitian di peroleh (Arikunto, 2010). Subjek dalam penelitian ini adalah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)

3.2 Variabel Dan Instrumental Data


Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian. Pertama, ada variabel penelitian
statistika yang merupakan kumpulan nilai yang diberikan kategori klasifikasi. Variabel
penelitian statistika memiliki dua macam variabel, yaitu variabel independen dan
dependen.
3.2.1 Variabel Independen (Y)
Variabel Independen ini berupa Return on Asset (ROA) yang digunakan
sebagai cerminan dari kinerja Bank Umum syariah yang ada di Indonesia.
Return on Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total asset bank tersebut.
3.2.2 Variabel Dependen (X)
a) NPF
Non Performing Financing (NPF) bertujuan mengukur tingkat
permasalahan Pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio
ini, menunjukkan kualitas Pembiayaan bank syariah semakin buruk.
b) CAR
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva bank yang mengandung resiko (pembiayaan, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
c) BOPO
BOPO bertujuan mengukur efisiensi kegiatan operasional bank syariah.
Kedua, ada variabel penelitian Ekonometrika, berupa pengukuran data yang
dapat dikategorikan dalam beberapa tingkat pengukuran. Tingkat pengukuran data
menunjukkan perhitungan yang dilakukan untuk meringkas dan menyajikan data.
Ketersediaan data akan mempermudah menyelesaikan pekerjaan Ekonometrika.
Jika data tidak tersedia maka tidak bisa mengestimasi Model ekonometrika yang
dibuat.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian yang dijalankan memiliki tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan analisis. Pada tahap persiapan, peneliti akan menentukan topik
pembahasan, subjek penelitian, alat ukur penelitian data seperti Eview atau SPSS, dan
pengumpulan data. Data yang peneliti kumpulkan berupa data NPF, BOPO, CAR, dan
ROE. Data yang diproleh merupakan data pada kurun waktu 2010-2021 serta OJK yang
menjadi acuan data. Pada tahap pelaksanaan, peneliti akan membuat rangkaian hasil dari
topik pembahasan dan menyatukan data yang telah didapatkan. Pada tahap penelitian,
peneliti biasanya mulai menganalisis data yang telah diproleh dari sumber tertentu.
Peneliti dapat menganalisis sumber data menggunakan Eview atau SPSS agar analisis
mudah untuk di kerjakan.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank umum Syariah di Indonesia
dalam kurun waktu tahun 2010-2021. Sampel yang digunakan sebagai berikut;
Bank Umum Syariah pada kurun waktu periode tahun 2010-2021
a) NPF pada kurun waktu periode tahun 2010-2021
b) BOPO pada kurun waktu periode tahun 2010-2021
c) CAR pada kurun waktu periode tahun 2010-2021
d) FDR pada kurun waktu periode tahun 2010-2021
e) ROA pada kurun waktu periode tahun 2010-2021

3.5 Teknik Analisis Data dan Hipotesis


Teknik dalam menganalisi data dapat digunakan untuk memudahkan data agar
mudah untuk diinterpresentasikan. Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis regresi berganda dimana analisis regresi ini dikenal sebagai analisis Ordinary
Least Square (OLS) untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh dan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi dipilih pada peneilitian ini
karena teknik regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh
masing-masing variabel bebas Pengaruh NPF (X1), BOPO (X2), CAR (X3), FDR (X4)
terhadap ROA (Y) untuk tahun 2010-2021.

Anda mungkin juga menyukai