ii
KATA PENGANTAR
Mengetahui
Direktur Rumah Sakit Budi Asih
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
SURAT KEPUTUSAN............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
DEFINISI.................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
RUANG LINGKUP.................................................................................................4
BAB III...................................................................................................................6
TATA LAKSANA..................................................................................................6
A. ASESMEN AWAL...................................................................................6
1. Asesmen awal medis dan keperawatan..................................................6
2. Asesmen Awal Rawat Jalan...................................................................7
3. Asesmen Awal Gawat Darurat..............................................................9
B. ASESMEN ULANG...............................................................................10
1. Asesmen Ulang medis dan keperawatan.............................................10
2. Asesmen Ulang Rawat Jalan...............................................................11
3. Asesmen ulang Gawat Darurat............................................................12
4. Asesmen Nutrisi Pasien.......................................................................12
5. Asesmen Kebutuhan Fungsional.........................................................13
6. Asesmen Kebutuhan Risiko Jatuh.......................................................13
7. Asesmen Nyeri.....................................................................................14
C. ASESMEN TAMBAHAN UNTUK POPULASI PASIEN TERTENTU :
36
BAB IV.................................................................................................................51
DOKUMENTASI..................................................................................................51
iv
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI ASIH
KABUPATEN TRENGGALEK
NOMOR : 18/SK-PAND/RSBA/V/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN AWAL, ASESMEN ULANG
DAN ASESMEN PASIEN KEBUTUHAN KHUSUS
DI RUMAH SAKIT BUDI ASIH
KABUPATEN TRENGGALEK
v
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Ditetapkan di : Trenggalek
Pada tanggal : 20 Mei 2019
vi
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT BUDI ASIH NOMOR 18/SK-
PAND/RSBA/V/2019
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
LABORATORIUM RUMAH SAKIT
BAB I
DEFINISI
1
2) Analisa data dan informasi (huruf A), yaitu melakukan analisis terhadap
informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen.
3) Membuat rencana (huruf R), yaitu menyususn solusi untuk mengatasi /
memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b. Pelaksanaan R adalah untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi. Pada SOAP adalah P-
Plan.
Asesmen harus harus memperhatikan kondisi pasien, umur, kebutuhan
kesehatan, dan permintaan atau preferensinya. Kegiatan asesmen pasien dapat
bervariasi sesuai dengan tempat pelayanan.
Asesmen ulang harus dilakukan selama asuhan, pengobatan dan pelayanan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien. Asesmen ulang adalah penting untuk
memahami respon pasien terhadap pemberi asuhan, pengobatan dan pelayanan,
serta juga penting untuk menetapkan apakah keputusan asuhan memadai dan
efektif.
Rumah Sakit Budi Asih Trenggalek menetapkan tentang pemberlakuan
asesmen pasien, yang termasuk didalamnya antara lain :
1. Asesmen Pasien Rawat Inap
2. Asesmen Pasien Rawat Jalan
3. Asesmen Pasien Gawat Darurat
4. Asesmen Nutrisi Pasien
5. Asesmen Kebutuhan Fungsional dan Resiko jatuh
6. Asesmen Nutrisi Pasien
7. Asesmen Tambahan untuk Populasi Pasien Tertentu :
a. Neonatus
b. Anak
c. Remaja
d. Obstetri / Maternitas
e. Geriatri
f. Pasien dengan kebutuhan P3 (Perencanaan Pemulangan Pasien)
g. Sakit Terminal / menghadapi kematian
2
h. Pasien dengan rasa nyeri kronik atau nyeri (intense)
i. Pasien dengan gangguan emosional atau pasien psikiatri
j. Pasien dengan kecanduan obat terlarang atau alkohol
k. Korban kekerasan atau kesewenangan
l. Pasien dengan penyakit menular atau infeksius
m. Pasien dengan sistem imunologi terganggu
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
11. Untuk pasien terminal (menjelang akhir hayat) dilakukan asesmen awal dan
asesmen ulang berdasarkan kebutuhan pasien masing–masing dengan
melibatkan keluarga pasien.
12. Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen
khusus tambahan.
13. Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya rencana
pemulangan pasien.
14. Semua pasien diasesmen ulang dengan interval tertentu berdasarkan kondisi
dan pengobatan untuk mengetahui respon pasien terhadap pengobatan. Selain
itu juga untuk merencanakan perawatan lanjutan atau pemulangan.
15. Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen awal dan
asesmen ulang
16. Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab
terhadap perawatan pasien bekerja sama untuk menganalisis dan
mengintegrasikan asesmen pasien
17. Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting
diidentifikasi.
5
BAB III
TATA LAKSANA
A. ASESMEN AWAL :
RS Budi Asih Trenggalek menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen
awal pada disiplin medis dan keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik,
riwayat kesehatan, pengkajian pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial,
ekonomi, kultural dan spiritual pasien. Jenis asesmen awal meliputi asesmen
awal pasien rawat inap, asesmen awal pasien rawat jalan, dan asesmen awal
gawat darurat.
Proses asesmen awal bertujuan memberikan informasi perihal :
pemahaman asuhan yang diinginkan oleh pasien, pemilihan asuhan yang
paling baik untuk pasien, diagnosis awal dan pemahaman respons pasien
terhadap asuhan sebelumnya.
6
1) Mengumpulkan data dan informasi (huruf i) berdasarkan isi minimal
asesmen awal
2) Analisa data dan informasi (huruf A), yaitu melakukan analisis
terhadap informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan
kondisi, untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah
A-Asesmen.
3) Membuat rencana (huruf R), yaitu menyususn solusi untuk
mengatasi / memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b.
Pelaksanaan R adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah
teridentifikasi. Pada SOAP adalah P-Plan.
c. Waktu penyelesaian asesmen awal medis dan keperawatan rawat inap
adalah selesai dalam 24 jam atau lebih cepat dengan bukti tanggal dan
jam pelaksanaan asesmen
d. Asesmen awal rawat inap untuk pasien kategori akut bisa dikerjakan
DPJP di IGD berdasarkan dari konsulan dokter jaga IGD.
e. Dalam asesmen awal pasien rawat inap termasuk didalamnya mencakup :
Skrining status nutrisi, skrining nyeri, kebutuhan fungsional, resiko jatuh
dan kebutuhan khusus lainnya.
f. Apabila diidentifikasi ada rasa nyeri pada sesmen awal,
dilakukanasesmen lebih mendalam, sesuai dengan umur pasien, dan
pengukuran intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter, frekeunsi,
lokasi dan lamanya.
g. Discharge planning ditentukan sejak awal pasien masuk rawat inap oleh
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utama, berupa :
1) Perkiraan lama perawatan
2) Perawatan lanjutan yang diberikan di rumah / setelah pasien pulang.
7
2) Riwayat kesehatan
3) Pengkajian pasien dari aspek biologis, psikososial, ekonomi,
kutural dan spiritual
b. Isi minimal pengkajian spesialistik dilakukan sesuai format sebagai
berikut :
1) Pengkajian pasien penyakit dalam dan bedah tidak memiliki
standart khusus, dilakukam sesuai keluhan pasien dan standart
profesi.
2) Pengkajian pasien ginecologi, anak, dan Psikiatri memiliki format
tersendiri dengan tidak menghilangkan format standart pengkajian
pasien rawat jalan.
3) Pengkajian pasien saraf sedikitnya meliputi : kesadaran, saraf
kranial, motorik, sensorik, otonom dan keseimbangan.
4) Pengkajian pasien paru dan penyakit dalam harus meliputi
sedikitnya inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi dari jantung,
paru dan organ lainnya
c. Metode yang digunakan untuk asesmen pasien adalah IAR ;
1) Mengumpulkan data dan informasi (huruf i) berdasarkan isi
minimal asesmen awal
2) Analisa data dan informasi (huruf A), yaitu melakukan analisis
terhadap informasi yang menghasilkan diagnosis, masalah, dan
kondisi, untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien. Pada SOAP
adalah A-Asesmen.
3) Membuat rencana (huruf R), yaitu menyususn solusi untuk
mengatasi / memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b.
Pelaksanaan R adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
telah teridentifikasi. Pada SOAP adalah P-Plan.
d. Berdasarkan asesmen awal rawat jalan selanjutnya dihasilkan
diagnosis awal, masalah kesehatan dan rencana asuhan.
8
e. Dalam asesmen awal pasien rawat jalan termasuk didalamnya
mencakup : Skrining status nutrisi, skrining nyeri, kebutuhan
fungsional, resiko jatuh dan kebutuhan khusus lainnya.
f. Apabila diidentifikasi ada rasa nyeri pada sesmen awal,
dilakukanasesmen lebih mendalam, sesuai dengan umur pasien, dan
pengukuran intensitas dan kualitas nyeri sepertikarakter, frekeunsi,
lokasi dan lamanya.
g. Waktu penyelesaian asesmen pasien rawat jalan dilaksanakan
maksimal 6 jam ditetapkan setelah pasien mendapatkan pelayanan di
poli rawat jalan.
h. Asesmen awal rawat jalan dengan penyakit akut / non kronis
diperbarui setelah 1 bulan, dan asesmen awal pasien rawat jalan
dengan penyakit kronis diperbarui setelah 3 bulan.
9
intensitas dan kualitas nyeri seperti karakter, frekeunsi, lokasi dan
lamanya.
e. Berdasarkan asesmen awal gawat darurat selanjutnya dihasilkan
diagnosis awal, masalah kesehatan dan rencana asuhan.
h. Waktu penyelesaian asesmen awal pasien gawat darurat dilaksanakan
maksimal 3 jam ditetapkan setelah pasien mendapatkan pelayanan
triase dengan bukti tanggal dan jam pelaksanaan asesmen
B. ASESMEN ULANG
RS Budi Asih Trenggalek menetapkan regulasi untuk melakukan
asesmen ulang bagi semua pasien dengan interval waktu berdasarkan
kondisi, tindakan, untuk melihat respon pasien, dan kemudian dibuat
rencana kelanjutan asuhan dan atau rencana pulang. Hasil asesmen ulang
dicatat di rekam medis dan didokumentasikan dengan baik dan dapat
dengan cepat dan mudah ditemukan kembali dalam rekam medis.
10
2) Pasien yang baru selesai dilakukan tindakan operasi, kuretase
dan dirawat inap.
3) Pasien yang mengalami perubahan signifikan, dengan masalah
baru dalam masa perawatannya.
4) Pengkajian ulang ditulis pada formulir catatan terintegrasi
5) Semua pasien rawat inap mendapat asuhan medis dan
keperawatan sesuai dengan kompetensi profesinya mengikuti
format Subjective-Objective-Assessment-Planning ( yang
meliputi perkembangan pasien, respon pengobatan, rencana
pengobatan dan rencana pulang) yang di dokumentasikan di
catatan terintegrasi di dalam rekam medis
Yang berhak mengisi catatan terintegrasi antara lain:
1) Dokter
2) Perawat
3) Ahli gizi
4) Apoteker
5) Fisioterapis
Catatan terintegrasi bukan merupakan pengganti asuhan
keperawatan.
Perawat mengisi catatan terintegrasi pada saat:
1) Menerima pasien baru
2) Operan jaga/shift
3) Terjadi perubahan kondisi pasien diluar rencana kerja
4) Pasien dilakukan perpindahan ruangan
11
b. Semua pasien dilakukan asesmen ulang secara terus menerus untuk
menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
pengobatan atauuntuk pemulangan pasien
c. Asesmen ulang pasien akut maupun pasien kronis dilaksanakan
pada kunjungan kedua atau bila memerlukan pemeriksaan poli lain.
12
e. Jika didapatkan score ≥ 2 maka dilakukan asesmen lanjutan nutrisi
oleh ahli gizi
13
menurun, berat badan menurun selama 3 bulan yang lalu, mobilitas dan
lain sebagainya.
Jumlah angka (skor) akan menunjukkan risiko nutrisional pasien yang
membutuhkan asesmen nutrisional lebih lanjut secara mendalam. Pada setiap
kasus, kriteria pemeriksaan digunakan oleh staf yang kompeten dan diberi
kewenangan yang mampu melakukan asesmen lebih lanjut, jika perlu,
memberikan pelayanan yang diperlukan. Misalnya, kriteria pemeriksaan
risiko nutrisional dibuat oleh perawat yang menggunakan kriteria, die sen
yang memberi saran intervensi diet, dan nutrisionis yang akan
mengintegrasikan kebutuhan nutrisi dengan kebutuhan lain pasien.
Informasi yang dikumpulkan dalam asesmen awal medis dan
keperawatan termasuk asesmen lain yang dibutuhkan antara lain untuk: gigi,
pendengaran, penglihatan, dan sebagainya. Setelah pemulangan di rumah
sakit dilanjutkan asuhan di komunitas.
14
Tidak dapat a. Kejang Reaksi individu terhadap obatobatan
diperkirakan b. Aritmia jantung
c. Stroke atau TIA
d. Pingsan
e. ‘Serangan jatuh’ (Drop
Attack)
f. Penyakit kronis
15
orang, atau alat bantu berjalan, dan langkah-langkahnya pendek;
berikan skor 20.
2 Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien
membungkuk; tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan
keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan untuk berjalan;
dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10.
3 Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0
f. Status mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai
kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over-
estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika
asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan
skor 0.
16
Asesmen risiko jatuh merupakan suatu alat yang dapat mengidentifikasi secara
cepat mengenai faktor risiko jatuh yang dimiliki pasien sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan, proteksi, dan pemantauan pasien selama
dirawat. Asesmen risiko jatuh ini termasuk dalam komponen program
pencegahan jatuh yang komprehensif.
Terdapat 4 hal yang diperkirakan berperan serta terhadap risiko jatuh pada
pediatrik, yaitu:
1. Lingkungan serta penggunaan peralatan di rumah sakit yang baru (tidak
familiar) terhadap pasien pediatric
2. Pasien pediatri yang dirawat biasanya berkaitan dengan gangguan
kemampuan motorik dan kognitif pasien
3. Tahapan perkembangan kemampuan motorik dan kognitif pasien
mempengaruhi risiko jatuh. Anak-anak yang berisiko tinggi jatuh adalah:
a. Anak pre-sekolah
b. Usia < 10 tahun memiliki risiko jatuh 2 kali lipat lebih tinggi dalam
populasi total
c. Anak dengan disabilitas dan keterbatasan gerak (mobilitas)
d. Anak yang menggunakan kursi roda, tanpa melihat kemampuan
kognitifnya.
17
seperti di bawah ini. Tempelkan pada pasien, tempat tidur, dan kartu
perawatan pasien.
Berikut ini akan disajikan tabel mengenai asesmen risiko jatuh Humpty Dumpty
18
Respon thd Dalam 24 jam 3
pembedahan, Dalam 48 jam 2
sedasi,anestesi 48 jam atau tidak menjalani pembedahan, sedasi, 1
anestesi
Penggunaan obat- Penggunaan multiple: 3
obatan sedatif/barbiturat/fenotiazin/anti pencahar, diuretik 2
Penggunaan salah satu dari obat diatas 1
Obat-obat lainnya / tanpa obat
KESIMPULAN : 7-11 : Risiko Rendah >12 : Risiko Tinggi (Skor minimal 7, maksimal
23)
>12 Risiko a. Identifikasi pasien dengan label / stiker ‘Humpty Dumpty’ seperti di
Tinggi bawah ini. Tempelkan pada pasien, tempat tidur, dan kartu perawatan
pasien.
b. Periksa / lakukan pengecekan pada pasien minimal setiap
jam
c. Temani pasien yang sedang melakukan mobilisasi
d. Tempatkan ruangan pasien dekat dengan pos perawat
e. Nilai kebutuhan pasien dan lakukan pengawasan 1 : 1
19
Evaluasi waktu pemberian medikamentosa
g. a. Jangan menempatkan peralatan yang tidak diperlukan di dalam
ruangan
b. Gunakan proteksi pada tempat-tempat yang berpotensi meningkatkan
risiko jatuh pasien, misalnya: celah di samping tempat tidur.
c. Pastikan pintu selalu terbuka setiap waktu kecuali diperlukan
tindakan isolasi
d. Pastikan tempat tidur berada dalam posisi terendah, kec pasien
diawasi langsung oleh orang lain
e. Berikan edukasi kepada pasien / keluarga mengenai pencegahan jatuh
f. Catatlah di dalam rekam medis pasien
20
Apakah pasien mengalami agitasi?
Ya/ tidak
(ketakutan, gelisah, dan cemas)
3 Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak
Salah satu
Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan
Ya/ tidak jawaban ya =
buram?
1
Apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak,
Ya/ tidak
atau degenerasi makula?
4 Kebiasaan Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih?
berkemih (frekuensi, urgensi, Ya/ tidak Ya = 2
inkontinensia, nokturia)
5 Transfer (dari Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) Jumlahkan nilai
0
tempat tidur transfer dan
ke kursi dan Memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam 1 mobilitas. Jika
kembali ke pengawasan nilai total 0-3,
tempat tidur) Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 2 maka skor
Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu 3 = 0. jika nilai
bantuan total total 4-6, maka
6 Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0 skor = 7
21
1. orientasi kamar tidur dan lingkungan rawat inap, beserta staf rumah sakit
0-5 2. posisikan tempat tidur pasien rendah. Pastikan rem tempat tidur
Risiko Rendah berfungsi dengan baik
3. alarm, tombol pemanggil, dan meja samping dapat dijangkau tangan
pasien, intruksikan pasien untuk memanggil bantuan jika memerlukan
sesuatu
4. pastikan penggunaan alas kaki yang aman saat mobilisasi
5. sediakan brosur pemakaian alas kaki yang aman kepada pasien dan
keluarga
6. pakaian pasien berukuran pas (tidak terlalu besar / kecil)
7. amankan area dari perabot yang tidak stabil, ruangan yang berantakan
8. sediakan brosur pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarga
9. pastikan pasien memperoleh nutrisi dan hidrasi yang adekuat
10. peninjauan obat-obatan
11. obat-obatan untuk proteksi tulang: pertimbangkan suplementasi vitamin
D dan kalsium
12. pastikan pasien memakai kacamata dan alat bantu dengar (jika
diperlukan)
22
b. kejadian jatuh / datang ke rumah sakit karena jatuh
c. tempat tinggal / dirawat di unit dimana populasinya kebanyakan
pasien dengan risiko tinggi jatuh (misalnya: unit rehabilitasi stroke)
3. Asesmen ini diulang pada kondisi-kondisi berikut ini:
a. Setiap terjadi perubahan lingkungan di sekitar pasien (misalnya,
pasien ditransfer ke unit lain untuk alih rawat)
b. Setiap tedapat perubahan status fungsional / kesehatan pasien
c. Setelah kejadian jatuh
d. Saat pasien hendak dipulangkan
4. Alat asesmen yang dijadikan acuan di berbagai rumah sakit adalah ‘Fall
Risk for Hospitalised Older People (FRHOP)’. Berikut ini disajikan tabel
mengenai FHROP.
23
2.Apakah pasien ❑ Sedatif ❑ Antihipertensi Tidak 0
mengkonsumsi ❑ Diuretic 1-2 obat 3 1
obat-obatan di ❑ Antidepresan ❑ Analgesik ❑ obat 2
bawah ini? Psikotropik ≥ 4 obat 3
❑ vasodilator ❑ Antiparkinson ❑
Antikonvulsan
❑ Supresan vestibular
3.Apakah pasien ❑ Artritis ❑ Parkinson ❑ Tidak ada
Mempunyai Diabetes 1-2 penyakit 3-
penyakit medis ❑ Stroke / TIA ❑ Neuropati perifer ❑ 4 penyakit
kronis yang Demensia ≥ 5 penyakit
mempengaruhi ❑ Panyakit jantung ❑ Penyakit paru
keseimbangan ❑ Penyakit neurologi lainnya ❑ Amputasi
dan mobilitas? tungkai bawah
❑ Gangg vestibular (pusing, hipotensi postural,
Meniere)
24
Tanyakan pasien 1. Usia ❑ Jawaban:
mengenai halhal 2. Waktu saat ini 9-10 ( 0)
berikut ini. Beri ❑ 7-8 (1)
nilai 1 poin untuk3. Alamat rumah 5-6 (2)
setiap jawaban ❑ <5 (3)
yang benar. 4. Tahun
❑
5. Nama rumah sakit tempat pasien dirawat ❑
6. Pengenalan terhadap 2 orang
❑
7. Tanggal lahir
❑
8. Nama presiden yang menjabat saat ini
❑
9. Tahun kemerdekaan Indonesia
❑
10. Menghitung mundur dari angka 20 ke
❑
STAF PERAWAT
KONTINENSIA SKOR
Apakah pasien mengalami inkontinensia? ❑ Tidak (0) ❑ Ya (1)
TERAPIS OKUPASIONAL
PERILAKU FUNGSIONAL (0-3)
25
Mobilitas dan 1. Pasien sadar akan kemampuan fungsionalnya saat
aktivitas hidup ini/mencari bantuan jika perlu (0)
sehari-hari pasien 2. Pasien cukup sadar akan kemampuan fungsionalnya,
mengindikasikan: kadang berperilaku berisiko jatuh (1)
3. Pasien terlalu takut beraktivitas karena risiko jatuh (2)
4. Pasien beraktivitas melebihi kemampuan fungsionalnya,
sering berperilaku yang berisiko jatuh (3)
SKOR TOTAL
26
* Timed Up and Go Test
1. Pasien duduk di kursi dengan punggung menempel pada sandaran kursi dan
tangan pasien diletakkan pada lengan kursi.
2. Kemudian pasien diminta untuk berdiri dan berjalan sejauh 3 m (tandai area
tersebut) dengan kecepatan normal.
3. Setelah berjalan sejauh 3 m, pasien berjalan kembali ke tempat duduk, dan
duduk di kursi seperti posisi semula.
4. Catat waktu yang diperlukan pasien dari duduk-berjalan-duduk kembali
27
Tes 1. pasien berdiri dengan kedua kaki sedikit tebuka < 18 detik:
Jangkauan 2. pasien diminta untuk mengepalkan tangan dominan normal ≥ 18
Fungsional dan luruskan tangan ke depan hingga sejajar bahu detik: risiko
3. Pasien diminta untuk menjangkau sejauh mungkin ke tinggi jatuh
depan, dan tidak diperbolehkan untuk
melangkahkan kakinya.
4. Ukurlah jarak antara titik awal kepalan tangan
(gunakan titik referensi kepala os metakarpal jari
ketiga) dengan titik akhir yang dapat dicapai oleh
pasien CATATAN:
Pengukuran dapat menggunakan tali pengukur / penggaris
Usia laki-laki wanita
7. Asesmen Nyeri
Manajemen nyeri yang efektif dimulai dengan skrining awal nyeri.Tahap ini
sangat penting terhadap kualita spelayanan dan kualitas penyembuhan pasien.
Kebijakan RS Budi Asih menetapkan bahwa semua pasien yangdatang
diInstalasi Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Gawat Darurat, dilakukan skrining
nyeri. Selain itu, skrining nyeri dilakukan kapan saja jika terdapat kecurigaan
adanya rasa nyeri pada pasien selama masa perawatan. Jika terdapat nyeri,
maka dilakukan asesmen nyeri dengan menggunakan teknik pengukuran yang
sesuai dengan indikasi. Teknik pengukuran nyeri dibahas diBAB III Pedoman
Manajemen Nyeri ini.
Skrining nyeri dilakukan dengan cara:
1. Bertanya dengan jawaban ya atau tidak
Pada umumnya, pada pasien yang sadar baik, skrining nyeri dilakukan
dengan menanyakan, apakah terdapat nyeri/ rasa sakit. Hal ini
dikarenakan nyeri adalah perasaan yang sangat subyektif.
2. Bertanya dengan jawaban anggukan atau gelengan
28
Pasien yang dapat diajak berkomunikasi namun tidak dapat berbicara
diarahkan untuk menjawab pertanyaan skrining dengan mengangguk
(untuk ya, ada nyeri) atau menggeleng (untuk ‘tidak ada nyeri).
3. Skrining nyeri kronis
Pada asesmen awal dan selama asesmen ulang prosedur skrining digunakan
untuk mengidentifikasi pasien yang merasakan nyeri dan dapat juga pada
pasien dengan kecurigaan nyeri kronis.
Contoh pertanyaan yang dapat dipakai pada skrining sebagai berikut:
a. Apakah ada nyeri/ rasa sakit saat ini?
b. Apakah nyeri tersebut menghalangi Anda untuk
beraktivitas?
c. Apakah nyeri tersebut membuat Anda tidak bisa tidur
dimalam hari?
d. Apakah Anda merasakan nyeri
setiap hari?
Jawaban positif dari pertanyaan pertanyaan ini menandakan ada
kebutuhan dilakukan asesmen mendalam terhadap nyeri pasien.
Cakupan tindakan berdasar asuhan dan pelayanan yang tersedia
Untuk pasien rawat inap, jika diketahui ada nyeri segera dilakukan
asesmen lebih dalam. Asesmen ini disesuaikan dengan umur pasien
dan mengukur intensitas dan kualitas rasa nyeri, seperti karakteristik
rasa nyeri, frekuensi, lokasi dan lamanya. Informasi tambahan dapat
diberikan seperti riwayat rasa nyeri, apa yang menyebabkan rasa
nyeri berkurang atau bertambah, apa keinginan pasien untuk
menghilangkan rasa nyeri, dan lain sebagainya (misalnya PQRST).
Asesmen dicatat demikian rupa untuk memudahkan asesmen ulang
rutin dan tindak lanjut sesuai kriteria yang ditetapkan rumah sakit dan
kebutuhan pasien. Form skrining nyeri kronis ada di lampiran.
Hasil skrining dilaporkan kepada DPJP.
29
A. Teknik Asesmen Nyeri
Asesmen nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan:
Numeric Rating Scale
Wong Baker Faces Pain Scael
Comfort Scale
Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
FLACC Score
Behavioural Pain Scale (BPS) dan Critical Care Pain-Observation
Tool(CPOT)
CRIES
PAINAD
30
Skor Interpretasi Data obyektif
0 Tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
C. Wong Baker FACES Pain Scale dan Faces Pain Scale -Revised (Dewasa
dan
Anak >3 tahun)
Petunjuk Pengisian:
31
a. Indikasi : Pada pasien (dewasa dan anak >3tahun) yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan
asesmen
b. Instruksi : pasien diminta untuk menunjuk/ memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan
durasi nyeri
WONGBAKERFACESPAINSCALE
FACESPAINSCALE–REVISED(FPS-R)
Skor Interpretasi
0 Tidak nyeri
1 Sedikit rasa sakit
2 Nyeri ringan
32
3 Nyeri sedang
4 Nyeri berat
5 Nyeri yang sangat
D. Teknik Asesmen Nyeri
Asesmen nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan:
Numeric Rating Scale
Wong Baker Faces Pain Scael
Comfort Scale
Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
FLACC Score
Behavioural Pain Scale (BPS) dan Critical Care Pain-Observation
Tool(CPOT)
CRIES
PAINAD
33
Skor Interpretasi Data obyektif
0 Tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
F. Wong Baker FACES Pain Scale dan Faces Pain Scale -Revised (Dewasa
dan
Anak >3 tahun)
Petunjuk Pengisian:
34
a. Indikasi : Pada pasien (dewasa dan anak >3tahun) yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan
asesmen
b. Instruksi : pasien diminta untuk menunjuk/ memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan
durasi nyeri
WONGBAKERFACESPAINSCALE
FACESPAINSCALE–REVISED(FPS-R)
Skor Interpretasi
0 Tidak nyeri
1 Sedikit rasa sakit
2 Nyeri ringan
35
3 Nyeri sedang
4 Nyeri berat
5 Nyeri yang sangat
2. Asesmen Anak
Pengkajian Keperawatan Anak di isi oleh perawat ruang anak meliputi :
1) Identitas pasien
2) Pola Fungsional :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolik
c. Pola eleminasi
d. Pola istirahat tidur
e. Pola toleransi koping stres
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola seksual dan reproduksi
4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
5) Analisa masalah keperawatan / kebidanan
6) Rencana keperawatan
36
2. Asesmen Obstetri
a. Dilakukan asesmen meliputi:
1) Riwayat kehamilan sebelumnya, meliputi :
a) Kehamilan pertama dan seterusnya sampai kehamilan
sekarang ; ditulis Gravida 1, 2, 3 dst
b) Siapa yang menolong persalinan pertama dan seterusnya;
misal dokter spesialis, dokter umum, bidan, dukun
beranak dll
c) Jenis persalinan ; apakah persalinan normal / pervaginam
atau melalui operasi sectio caesaria
d) Penyulit kehamilan / persalinan ; dituliskan bila ada
kelainan selama hamil atau pada saat persalinan
e) Kondisi anak ; diberikan keterangan kondisi anak waktu
lahir, hidup, cacat atau meninggal
2) Riwayat kontrasepsi : apa selama sebelum hamil memakai
kontrasepsi, ditulis pula jenis kontrasepsi dan dipakai sejak
berapa lama
3) Riwayat haid: kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
Siklus berapa lama. Lamanya saat haid, banyaknya darah
haid diukur dari berapa kali mengganti pembalut per hari, ada
tidaknya nyeri waktu haid
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum :
Dilihat kondisi keseluruhan baik, tampak sakit sedang atau
sakit berat
2) Kesadaran :
Compos mentis atau menurun, bila menurun deskripsikan
dalam GCS
3) Tekanan darah :
Dituliskan Systole dan Diastolic nya dalam mmHg
4) Berat badan :
37
Ditulis dalam kg BB
5) Nadi :
Dihitung berdasarkan denyut nadi arteri radialis berapa kali
per menit
6) Pernafasan :
Dihitung pernafasan berapa kali per menit
7) Suhu :
Dilakukan pencatatan suhu axilla atau pun di telinga dalam
derajat Celsius
8) Mata:
Periksa apa konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau
tidak
9) Leher:
Apakah normal, ada pembesaran kelenjar getah bening atau
tidak
10) Paru:
Suara pernafasan vesikuler atau ada kelainan, ronchi ada /
tidak, wheezing ada / tidak
11) Jantung:
Pada auskultasi bagaimana bunyi jantung I dan II, ada irama
gallop atau tidak
12) Abdomen :
Bagaimana turgor kulit, adakah nyeri tekan atau tidak,
peristaltic usus normal, menurun atau meningkat
13) Ekstremitas :
Apa ada edema tungkai atau tidak
14) Varices:
Apakah ada varices atau tidak
c. Tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan obstetri tergantung
umur kehamilannya. Pemeriksaan luar meliputi :
1) Inspeksi :
38
apakah perut tampak membuncit
2) Palpasi :
sesuai Leopold I – IV
3) Kontraksi :
apakah ada atau tidak
4) Auskultasi :
periksa denyut jantung janin dengan Laenec atau CTG
5) Pemeriksaan dalam :
tidak semua dilakukan pemeriksaan ini
6) Vaginal Toucher:
bagaimana keadaan portio, apakah sudah ada pembukaan
atau belum, bila sudah ada berapa pembukaannya, apakah
ketuban teraba atau tidak
3. Geriatri
a. Pasien geriatri memiliki beberapa ciri khas yaitu :
1) Multipatologi
2) tampilan gejala dan tanda penyakit tidak khas
3) daya cadangan faali menurun biasanya disertai gangguan
status fungsional terkadang disertai dengan gangguan nutrisi
b. Pengkajian pasien geriatri dilakukan pada usia 60 tahun
c. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum dan tanda vital :
a) Tingkat kesadaran
b) Kontak mata
2) Kepala :
a) Tanda-tanda trauma
b) Tonus dan kekuatan otot wajah : paralisis atau kelemahan
3) Mata :
39
Ketajaman penglihatan : menggunakan snellen chart dan
funduscopi, periksa ada/tidaknya kelainan refraksi, katarak,
glaucoma dan kelainan mata lainnya
4) Telinga :
Periksa ketajaman pendengaran (apakah pasien dapat
mendengar suara dengan baik saat berkomunikasi)
Pemeriksaan otoskop diperlukan untuk melihat ada/tidaknya
kelainan pada liang telinga (serumen prop, membrane timpani
perforasi)
5) Gigi, mulut dan tenggorokan : (gigi palsu dilepaskan saat
pemeriksaan)
Gigi geligi : ada tidaknya karang gigi, gigi berlubang atau sisa
akar gigi
Mukosa gusi : mudah berdarah/tidak. Adakah tanda-tanda lesi
pre cancer (leukoplakia)
Dinding faring, tonsil : hiperemis, hipertrofi
6) Leher :
Pembesaran tiroid
7) Dada :
Inspeksi : stridor, retraksi sela iga
Palpasi : simetris kiri dan kanan
Perkusi : sonor/redup/hipersonor
Auskultasi :
Paru : suara nafas meningkat/menurun, ronki, wheezing
8) Jantung : regular, kecepatan, irama jantung, murmur, gallop
9) Abdomen :
Inspeksi : cembung, datar, cekung
Palpasi : turgor kulit, perabaan hepar dan lien, nyeri
Perkusi : timpani, redup
Auskultasi : bising usus meningkat/normal/menurun
10) Ekstremitas / anggota gerak :
40
Nadi brachialis
Tanda trauma
Tonus otot dan pergerakan : ada tidaknya kelemahan atau
kelumpuhan
Suhu, warna kulit dan capillary refill
Nyeri
11) Pemeriksaan neurologis :
Pemeriksaan neurologis umum : kaku kuduk, reflex, kekuatan
motoris sensoris.
41
Kehilangan kontrol
Kehilangan produktifitas
Hambatan dalam berkomunikasi
iii. Asesmen sosial
Menarik diri
Isolasi sosial
iv. Asesmen spiritual
Asesmen biasanya dilakukan oleh pemuka agama sesuai dengan
agama yang dianut pasien. Pada prinsipnya asesmen ini bertujuan
memberikan kenyamanan secara spiritual kepada pasien,
memberikan harapan kesembuhan pada pasien
2. Numerik
42
a. Indikasi: Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia
> 9 tahun yang dapat menggunakan angka untuk
melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
b. Instruksi: Pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri
yang dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 –
10.
c. Skor Nyeri :
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
4-6 Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasinyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik
7-9 Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masihrespon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
i. Indikasi :
43
- Pada pasien (dewasa dan anak >9 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka
- Pada anak- anak < 9 tahun
j. Instruksi :
- Pasien diminta untuk menunjuk/ memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi
dan durasi nyeri
- Keterangan:
0-1 sangat bahagia karena tidak merasa nyeri samasekali
2-3 sedikit nyeri
4-5 cukup nyeri
6-7 lumayan nyeri
8-9 sangat nyeri
10 amat sangat nyeri (tak tertahankan)
44
bagian yang sakit, mencari ngan
perhatian melalui gerakan ( Protec
Gelisah dan melepas alat tion )
yang terpasang, tidak bisa
mengikuti perintah, menyerang
petugas, mencoba keluar dari Gelisah
tempat tidur
mengerang ventilato
r
Berteriak-teriak, mengisak
isak
45
Bicara
nada
normal /
tidak
bersuara
Mendesa
h,
mengera
ng
Berteria
k- teriak,
mengisa
k-isak
Total Range 0-8
46
Definisi :
Korban kekerasan meliputi kejadian cedera fisik yang terjadi karena
kesengajaan (intentional physical injury) dan juga trauma
psikologis sebagai akibat kekerasan antar pribadi, perkosaan,
penganiayaan, serangan pada kriminalitas dan kejadian yang terkait
lainnya
Penelantaran anak (child neglect) adalah setiap penelantaraan oleh
orang dewasa sebagai orang tua atau wali
Pemeriksaan dan tatalaksana :
a. Anamnesa / riwayat yang umum didapatkan pada kasus
penganiayaan
Keterlambatan dalam mencari pertolongan
Adanya perilaku anak yang merangsang terjadinya kemarahan
pengasuh
Sikap pengasuh / orang tua / wali yang tidak wajar
Adanya pola bertambah berat dan lebih sering terjadi cidera apabila
tidak dilakukan intervensi
Stress atau krisis dalam keluarga / pengasuh
b. Asesmen medis dugaan kekerasan fisik :
Adanya abrasi, botak, gigitan, memar, luka bakar, trauma gigi,
fraktus, laserasi, bekas ikatan dan lain-lain
Cedera dapat dalam berbagai fase penyembuhan
Pemeriksaan radiologis untuk trauma survey atas indikasi
Skrining gangguan perkembangan mengikuti alur Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Skrining gangguan perilaku yang dilakukan oleh psikiater atau
psikolog
c. Asesmen medik korban seksual :
Pemeriksaan fisik menurut standar pemeriksaan kasus pemerkosaan
Pengobatan trauma fisik dan psikologik
47
Pengobatan dan atau pencegahan penyakit hubungan seksual dan
kelamin
Asesmen umum :
Meliputi pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis dari kepala
sampai ekstremitas sesuai standar pemeriksaan yang ada
Asesmen khusus :
Ditujukan lebih kearah diagnostik, terapi dan perlindungan terhadap
penularan infeksi baik terhadap diri pasien maupun ke orang lain.
48
Penempatan pasien pada kamar isolasi diperlukan bagi pasien dengan
infeksi menular.
Urutan asesmen :
a. Anamnesa
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu dan pengobatan sebelumnya, riwayat
penyakit yang dialami pasien sebelumnya sepertid diabetes, Human
Immunodeficiency Virus (HIV), kanker dan lain-lain
c. Riwayat pemakaian obat – obatan immunocompremise
d. Riwayat sosioekonomi : Human Immunodeficiency Virus (HIV)
(riwayat seksual, penggunaan obat terlarang)
Pada prinsipnya asesmen pada pasien immunocompremise
mengkhususkan pada kelainan–kelainan yang umumnya didapatkan
pada pasien :
49
a. Tanda – tanda penyakit kronis : clubbing finger, acites, oedema,
pembesaran organ limpa / spleen, pembesaran kelenjar getah bening
(limphadenopathy), tanda penggunaan obat steroid yang lama (moon
face diikuti kenaikan berat badan)
b. Pada pasien dengan penurunan kesadaran, perlu diingat adakah
tanda– tanda operasi : luka bekas operasi transplantasi hati, ginjal
atau bekas luka operasi jantung
c. Status nutrisi ; adakah tanda – tanda penurunan berat badan yang
signifikan, adakah gangguan penyakit gastrointestinal yang berat
d. Evaluasi lebih lanjut pencetus / yang memberatkan terjadinya
infeksi pada pasien : kateter urin, NGT dan lain-lain.
e. Infeksi – infeksi nosokomial yang umumnya terjadi : candidiasis
oral, infeksi paru dengan perburukan yang cepat (pneumonia dan
tuberculosis) dan sepsis.
50
BAB IV
DOKUMENTASI
(Ada pada lampiran)
51