Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penerapan cooperative learning dengan


model jigsaw guna meningkatkan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli Nogosari Boyolali
tahun pelajaran 2009/2010

Oleh :

Sri Hartati
NIM : X.8906524

PROGRAM PJJ S1 –PGSD


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Desember, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang dmeokratis serta bertanggung
jawab.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut maka pembelajaran


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Negeri 2 Guli mempunyai tujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan untuk : 1) Mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) Memiliki kemampuan
dasar unutk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
ditingkat lokal, nasional, dan global, hal ini tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SDN 2 Guli, (2008 : 95).

Dalam mewujudkan tujuan pembelajarn IPS tersebut peneliti menghadapi


satu masalah pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli, Nogosari.
Kajian materi yang cukup luas meliputi aspek-aspek manusia, tempat, lingkungan,
waktu, keberlanjutan, perubahan, sistem sosial, budaya, perilaku ekonomi dan
kesejahteraan sering membuat siswa mengalami kesulitan, hal ini tercermin dari
penguasaan yang diperoleh atau hasil belajar siswa kurang memuaskan. Nilai
rata-rata-rata ulangan harian khususnya Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal Jenis-
jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha
dalam kegiatan ekonomi di Indonesia belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu ditetapkan 60, nilai yang dicapai rata-rata 53 padahal
peneliti sudah merasa membelajarkan siswa dengan baik. Setelah peneliti cermati
ternyata siswa masih cenderung pasif, duduk, dengar, dan catat. Siswa hanya
menjadi objek pembelajran, teacher centered, pelajaran IPS bersifat hafalan
semata, dan kurang bergairah dalam mempelajarinya, pola interaksi searah dalam
mempelajarinya, dari guru ke siswa, serta tujuan dan peran kritis / misi IPS untuk
mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat sulit dicapai
karena metode pembelajaran yang digunakan dominan ceramah.

Sehubungan dengan permasalahan di atas guru seharusnya dapat


menumbuhkan semangat belajar siswa agar terjadinya komunikasi yang intensif
antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media dan sumber
belajar sehingga akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta perpaduan input sekolah yang berupa guru, siswa kurikulum, sarana, dan
prasarana dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (Enjoyabel Learning), benar-benar
memberdayakan peserta didik dan mampu memotivasi siswa untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.

Upaya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran pendidikan IPS


merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Untuk mendesain
kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar optimal dalam setiap
materi pelajaran memerlukan pemilihan, model pembelajaran yang tepat dan
pengorganisasian materi yang tepat pula. Pembelajaran yang peneliti pilih adalah
model cooperatif learning model Jigsaw yang didalamnya ada variasi metode
pembelajaran antra lain : Tanya jawab, diskusi, penugasan, ceramah, dan
pengamatan.
Cooperative Learning berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan
masyarakat yaitu “geeting better together” atau raihlah yang lebih baik secara
besama-sama. Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama-
sama dalam mencapai tujuan bersama. hal ini dinyatakan oleh Etin Solihatin dan
Raharjo. (2007 : 5).

Pembelajaran kooperatif bukan merupakan hal baru dalam pendidikan.


Banyak pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh para pakar.
Sebagai contoh adalah Problem Based Introduction : PBI, Jigsaw (Model Tim
Ahli), GI (Group Investigation), Student Teams-Achievement Divissions (STAD),
Tim Siswa – Kelompok Prestasi dan lain-lain.

Pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran


berdasarkan prinsip saling ketergantungan adalah model Jigsaw. Model Jigsaw
dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat kelas sebagai suatu
komunitas belajar yang saling menghargai kemampuan masing-masing siswa.

Sejalan dengan itu model Jigsaw di sekolah dasar kiranya merupakan


alternatif untuk mengetahui kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS. Selain itu berdasarkan pengamatan dan
pengalaman peneliti sendiri selama ini proses pembelajaran IPS di sekolah dasar
belum menggunakan model Jigsaw. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah
pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses belajar
dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam
mengikuti pembelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran hasil belajar meliputi kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor. Menurut Gagne (2002 : 45-46) dalam buku Nana
Sudjana menyebutkan hasil belajar terdiri dari : 1) Informasi verbal; 2)
Keterampilan intelektual; 3) Strategi Kognitif; 4) Keterampilan motorik; 5) Sikap.
Pencapaian kompetensi belajar mata pelajran IPS yang masih rendah salah
satu penyebabnya adalah Model yang dipilih oleh guru dalam proses
pembelajaran belum tepat. Dalam proses pembelajaran belum diupayakan untuk
melakukan kegiatan belajar yang bermakna melalui diskusi, bekerja kelompok,
dan memecahkan masalah serta menyimpulkannya.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti termotivasi untuk


mengangkat problematika di atas sebagai penelitian dengan judul “ Penerapan
Cooperative Learning dengan Model Jigsaw Guna Meningkatkan Hasil Belajar
IPS pada Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli, Nogosari, Boyolali.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “Apakah dengan Penerapan Cooperative Learning dengan
Model Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V di
Sekolah Dasar Negeri 2 Guli Tahun Pelajaran 2009/2010 ?

2. Pemecahan Masalah

Menyiapkan sumber belajar, media belajar, menyusun Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melaksanakan, mengevaluasi, merefleksi
pembelajaran Cooperative Learning Model Jigsaw.

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan Cooperative Learning dengan

model Jigsaw pada siswa kelas V SD Negeri 2 Guli tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah dan memperluas cakrawala pengetahuan.

b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam mendesain

model pembelajaran IPS di sekolah dasar

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa dapat mendorong untuk aktif mengembangkan kemampuan

dan keterampilan sehingga terjadi interaksi siswa-siswa, siswa – guru,

siswa – media , dan sumber belajar guna meningkatkan hasil belajar.

b. Bagi guru sebagai bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran dan kondisi siswa serta menambah kreatifitas

dalam menentukan Model pembelajaran.

c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan dalam

pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, sebagai acuan dalam

peningkatan dan perbaikan pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori.
1. Pembelajaran
Menurut Sadiman 1988 dalam Depdiknas (2003 : 8) menjelaskan bahwa :

Pembelajaran merupakan padanan kata dari istilah instruction, yang artinya lebih

luas dari pengajaran atau proses penyampaian materi pelajaran kepada siswa di

sekolah. Sejalan dengan itu Asra Dewi Cepi (2007 : 55) dalam bukunya yang

berjudul Computer dan Media Pembelajaran di SD menyatakan bahwa

pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat

seseorang melakukan suatu kegiatan bekerja.

Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek


didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai signa-signa
pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya Dimyati (1999 : 297),
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan guru dan siswa yang telah direncanakan atau di desain agar dilaksanakan
dan di evaluasi agar guru siswa dapat mencapai tujuan dengan maksimal.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 4-5) dalam bukunya yang berjudul
Cooperative Learning mengutip dua pendapat ahli tentang Cooperative Learning
yaitu : Menurut Slavin (1984) Cooperatif Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaraboratif yang anggotannya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen dan Stahl (1994) bahwa model
Cooperative Learning menampilkan siswa dalam mencapai suatu hasil yang
optimal dalam belajar.

Sependapat dengan itu menurut Slavin dalam bukunya Dimyati (1990 :


234) dikatakan bahwa Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik yaitu :
1) Siswa bekerja dalam tim-tim kecil; 2) Siswa didorong untuk saling membantu
dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas
kelompok, dan 3) Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi.

Berkaitan dengan pendapat di atas Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 5)


dalam bukunya Cooperative Learning mengatakan bahwa model Cooperative
Learning merupakan miniature masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan di
kelas yang akan melatih siswa untuk mengembangkan dan melatih mereka
menjadi masyarakat yang baik.

Sejalan dengan itu pendapat Johnson (1994) dalam bukunya An Overview


of Cooperative Learning (http://www.coperation.org/pages/
overviewpaper.html.(28 Juni 2009) menyatakan baha pembelajaran kooperatif
adalah bentuk kerja kelompok yang menuntut kerja tiap anggota kelompok untuk
keberhasilan bersama.

Kemudian Depdinas (2005) dalam bukunya menciptakan masyarakat Peduli


Pendidikan Anak Program Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk kerja kelompok dimana semua
anggota kelompok bekerja untuk mencapai tujuan bersama, tiap anggota
bertanggung jawab atas bagian dari tugas kelompok, tugas kelompok menuntut
keberhasilan masing-masing anggota, baik kelompok maupun individu
bertanggung jawab atas penyelesaian tugas kelompok.

Dari pandangan ahli-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembeajaran


kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

3. Model Pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan (replika) dari benda yang
sesungguhnya, model ditarsirkan sebagai suatu contoh konseptual atau prosedural
dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman
dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan, sebagai
contoh model persiapan mengajar atau model pembelajaran, Depdiknas (2003 :
10-11) dalam model pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berkaitan dengan itu Soli Abimanyu (2008: 2-4) dalam bukunya yang
berjudul Strategi Pembelajaran menyatakan bahwa model adalah rancangan
kerangka konseptual dan pengoperasionalan dari suatu pendekatan, strategi, dan
metode pembelajaran.

Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


adalah kerangka konseptual atau prosedural dari suatu proses, dalam proses
tersebut di dalamnya terdapat komponen pengoperasionalan pendekatan, strategi,
dan metode antara lain kegiatan guru dapat membuat siswa aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar agar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien.

4. Metode dan Model Jigsaw


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode mengandung arti
cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Sejalan dengan pengertian tersebut, maka Jani (1992) mengartikan metode


sebagai cara kerja yang bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan
tertentu atau cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan.

Kemudian Udin S.W (1976 : 4.12) dalam bukunya Strategi Belajar


Mengajar menyatakan bahwa metode mengajar adalah merupakan cara yang
digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses
pembelajaran.

Dari pendapat para ahli-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode


pembelajaran adalah suatu cara yang disusun secara sistimatis yang dapat
digunakan atau dipilih oleh guru/dosen untuk menyajikan materi pelajaran dan
mengatur keefektifan siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Ketepatan metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan
penting dan utama dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa.

Dalam pembelajaran tidak satu metode yang paling baik, hendaknya variasi
maka pada penelitian ini peneliti memilih model Jigsaw yang ada didalamnya
antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan
pengamatan.

Model Jigsaw pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa


saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugas-
tugas tersebut. Siswa mempunyai persepsi yang sama bahwa mereka memiliki
tujuan yang sama, mempunyai tanggung jawab dalam materi yang dihadapi,
saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok,
belajar kepemimpinan sementara, mereka mempertanggungjawabkan secara
individu materi yang dibahas dalam kelompok. Model Jigsaw merupakan salah
satu bentuk pembelajaran kooperatif dengan kelompok kecil antara 4-5 orang.
Jigsaw berarti tergolong. Jadi pembelajaran untuk kelompok secara sebagian
namun pada akhirnya merupakan satu kesatuan.
Model Jigsaw ini digunakan pertama kali oleh Aronson pada tahun 1971
Aronson (2000 : 443) (Histori of the Jigsaw.www.jigsaw.org.(28 Juli 2009).
Model ini digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang terdapat di
sekolah Austin, Texas. Keadaan yang digambarkan Aronson sebagai akibat
kekacauan karena kecurigaan dan persaingan antara siswa yang berbeda ras.
Keadaan tersebut didukung oleh sistem pembelajaran saat itu yang lebih
menekankan sikap kompetitif antar siswa, Aronson mengembangkan Jigsaw
untuk mengatasi masalah tersebut.

5. Hakikat IPS
IPS merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu kurikulum IPS tahun 1994
dan Hamid Hasan (1990).

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek ”Pendidikan” daripada


”transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta
melatih sikap, moral, nilai, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran pendidikan IPS harus
diformulasikan pada aspek kependidikannya, hal ini dinyatakan oleh Mortorella
(1987) dalam bukunya Etin Solihatin (2007:14).

Salah satu tugas sekolah adalah memberi pembelajaran kepada siswa. Siswa
hendaknya memperoleh kecakapan pengetahuan dari sekolah dan dapat
mengembangkan potensi diri. Proses pembelajaran di sekolah di rancang dalam
model pembelajaran dengan menggunakan cara-cara atau, metode tertentu, B.
Suryo Subroto (1997 : 148).

Materi pelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai fungsi untuk


mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia Puslitbang Depdiknas (2003 : 2).
Fungsi utama pembelajaran IPS untuk mewujudkan pengalaman sosial kepada
para siswa, pengalaman dari rumah maupun dari lingkungannya Etin Solihatn
(2009 : 46) maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam
upaya mewujudkannya.

Tujuan pembelajaran IPS agar peserta didik memiliki kemampuan untuk :


1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahun, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan
global (Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan SD (2006 : 95). Tujuan pendidikan
adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik
dalam kehidupannya di masyarakat, mengembangkan kemampuan peserta didik
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang
dihadapi Gross (1978) Etin Solihatin (2007: 14).

6. Ranah dan Hasil Belajar IPS


Hasil belajar / kompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan
yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan
pengalaman yang dipelajari.

Penentuan indikator dalam pembelajaran IPS mengacu pada hasil belajar


yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar peran guru dituntut
untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional
hasil belajar tersebut adalah : 1) Informasi verbal; 2) Keterampilan intelektual; 3)
Strategi kognitif; 4) Keterampilan motorik; 5) Sikap. Gagne dalam bukunya Nana
Sudjana (2002 : 45-46).
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan
kurikulum maupun tujuan instruksional merupakan klasifikasi hasil belajar siswa,
Benyamin Islam (Nana Sudjana 2002 : 22) tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ranah kognitif adalah hasil belajar intelektual yakni pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi. Ranah afektif hubungannya dengan
sikap yakni penerimaan jawaban/reaksi penilaian, organisasi, dan ranah
psikomotor hubungan dengan hasil belajar latihan dan kemampuan bertindak
yakni : 1) gerakan reflek; 2) keterampilan gerakan dasar; 3) kemampuan
perseptual; 4) keharmonisan/keteepatan; 5) gerakan keterampilan; 6) gerakan
ekspresif dan interpretatif.

Penilaian IPS dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes lisan, tes
tertulis, tes perbuatan, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Hasil penilaian dapat
diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun bentuk
komentar deskriptif kualitatif (Depdiknas 2004 : 7).

Dalam penelitian ini Kompetensi Dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan
kegiatan ekonomi di indonesia. Indikator yang hendak dicapai : 1) Siswa dapat
menyebutkan 4 jenis usaha ekonomi di Indonesia; 2) Siswa dapat menjelaskan
pengertian jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi di Indonesia; 3) Siswa
dapat memberi contoh hasil jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi; 4) Siswa
dapat menjelaskan tujuan melakukan usaha kegiatan ekonomi; 5) Siswa dapat
menjelaskan keuntungan melakukan usaha kegiatan ekonomi; 6) Siswa dapat
menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan usaha kegiatan ekonomi;
7) Siswa dapat memilih jenis usaha dalam bentuk cita-cita untuk usaha kegiatan
ekonomi di masa datang.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh pengertian bahwa hasil


belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa selama proses dan akhir
pembelajaran, wujudnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, derajat
kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar
IPS.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan.


Penelitian Dra. Etin Solihatin, M.Pd, dkk (2001) yang dilakukan pada
mahasiswa Penyetaraan D-3 Tahap II untuk mata kuliah IPS di Universitas
Negeri Jakarta, menemukan bahwa penggunaan cooperative learning sangat
mendorong peningkatan prestasi mahasiswa 20%, dan dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian kajian pustaka kerangka berpikir penelitian ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Guru : Siswa :

KONDISI Belum menerapkan Hasil belajar IPS


Cooperative rendah
AWAL Learning dengan
model Jigsaw

Siklus I

Coopertive Learning
dengan Model
Jigsaw dilengkapi
MENERAPKAN
dengan alat
COOPERATIVE
LEARNING DENGAN
MODEL JIGSAW
TINDAKAN

Siklus II

Coopertive Learning
dengan Model
Jigsaw dilengkapi
dengan alat peraga
yang lebih menarik
dan pelaksanaan
bervariasi

HASIL BELAJAR IPS

KONDISI MENINGKAT
AKHIR

Selama ini pembelajaran IPS dianggap mudah namun sebagian besar hasil
belajar siswa cenderung rendah, maka untuk meningkatkan hasil belajar tersebut
khususnya konsep usaha ekonomi di Indonesia KD 1.5 Mengenal jenis-jenis
usaha dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha dalam
kegiatan ekonomi, peneliti menerapkan pembelajaran Cooperative Learning
Model Jigsaw seabgai tindakan mengatasinya.

D. Hipotesis Tindakan
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Model
Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V di Sekolah
Dasar Negeri 2 Guli Nogosari tahun pelajaran 2009/2010.
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Guli, Kecamatan
Nogosari, Kabupaten Boyolali.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, tahun pelajaran
2009/2010 atau selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli – Desember 2009.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Guli Nogosari


Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 25 anak yang terdiri
14 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.

C. Prosedur Penelitian

1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan perangkat pembelajaran
yaitu :

1) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


2) Merancang skenario pembelajaran yakni dengan langkah-langkah : (1)
Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap
siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa
dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari
tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman
satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8)
Penutup.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan
4) Menyusun instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.
b. Tahap Pelaksanaan
Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran untuk Kompetensi Dasar 1.5
Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia sesuai
dengan skenario pembelajaran dalam RPP, kegiatan yang dilaksanakan :
(1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4 orang, (2) Tiap
siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam
tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5)
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-
sungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru
memberi evaluasi, (8) Penutup. Kolaborator melaksanakan observasi
terhadap pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir.

c. Tahap Observasi
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas siswa dan
guru), sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan para siswa mengenai hal-hal yang perlu
ditanyakan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

d. Tahap Analisis dan Refleksi,


Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil
observasi, serta hasil wawancara. Kemudian menarik simpulan bagian fase
mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian fase mana
yang telah memenuhi target.

2. Rancangan Siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama

a. Tahap Perencanaan dikaitkan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus
I sebagai perbaikan atau penyempurnaan tindakan dengan :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Merancang skenario pembelajaran yakni dengan langkah-langkah : (1)
Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap
siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa
dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari
tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka, (5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman
satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru memberi evaluasi, (8) Guru
melakukan validasi/kebenaran kerja kelompok, (9) Guru bersama
murid menarik simpulan, (10) Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mendapat nilai bagus, (11) Penutup.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dengan
lebih lengkap.
4) Menyusun instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.
b. Tahap Pelaksanaan
Dilakukan dengan mengadakan pembelajaran untuk Kompetensi Dasar 1.5
Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia sesuai
dengan skenario pembelajaran dalam RPP, kegiatan yang dilaksanakan :
(1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 4-5 orang, (2) Tiap
siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) Tiap siswa dalam
tim membaca bagian materi yang ditugaskan, (4) Anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5)
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-
sungguh, (6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) Guru
memberi evaluasi, (8) Penutup, (8) Guru melakukan validasi/kebenaran
kerja kelompok, (9) Guru bersama murid menarik simpulan, (10) Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai bagus,
(11) Penutup. Kegiatan nomer 8 – 10 adalah variasi dari peneliti dengan
tujuan agar hasil belajar meningkat. Kolaborator melaksanakan observasi
terhadap pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah
pembelajaran berakhir.

c. Tahap obervasi
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas siswa dan
guru), sesuai dengan pedoman yang telah disiapkan. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan para siswa mengenai hal-hal yang perlu
ditanyakan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap analisis dan refleksi
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil
observasi, serta hasil wawancara. Apabila hasil belajar memenuhi
indikator pencapaian keberhasilan, dan semua siswa telah memenuhi
Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan maka
pembelajaran siklus II dihentikan.
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

D. Indikator

a. 75% siswa dapat menunjukkan keaktifan berpikir dengan sungguh-sungguh


dalam proses pembelajaran IPS.
b. 75% siswa dapat menemukan pemecahan masalah suatu konsep
pembelajaran dan dapat memcahkan masalah yang siswa hadapi.
c. 75% siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Miniman (KKM) yang telah
ditentukan yaitu 60.
d. Nilai rata-rata kelas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditentukan yaitu 60.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal.
Sebelum penelitian dilakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama
masih konvensional belum melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Metode yang
digunakan masih dominant ceramah belum menggunkan metode yang dapat
mengaktifkan siswa dan dapat bekerjasama dengan teman serta model pembelajaran
juga masih sangat kurang efektif. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher
centered) pola interaksi searah dari guru kepada siswa, siswa cenderung pasif, hanya
duduk, dengar dan mencatat.

Pembelajaran IPS masih bersifat hafalan semata dan siswa kurang bergairah
khususnya untuk Kompetensi Dasar 1.5. Mengenal jeni-jenis usaha dan kegiatan
ekonomi di Indonesia, materi pokok jenis-jenis usaha dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia belum mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ditetapkan 60.
Nilai rata-rata yang dicapai dari 25 siswa adalah 53,00 ada 1 siswa yang mendapat
nilai 70, 7 siswa mendapatkan nilai 60, 16 siswa mendapat nilai 50, 1 siswa
mendapat nilai 40.

2. Deskripsi Hasil Siklus 1.


a. Perencanaan Tindakan.
Tahap Perencanaan (Planning) adalah menyusun Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan alat peraga, menyiapkan
lembar observasi dan wawancara.

(Silabus dan RPP Siklus I terlampir pada lampiran 1.1. dan 1.2.).
b. Pelaksanaan Tindakan.
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin 24 Agustus 2009 yaitu
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V semester 1 dengan
jumlah siswa 25 laki-laki 14 anak dan siswa perempuan 11 anak selama dua
jam pelajaran (2 x 35 menit, satu kali pertemuan) mulai pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 08.10 WIB sesuai dengan tahap perencanaan yang telah
disusun (Bukti daftar hadir mahasiswa dan absensi siswa di kelas terlampir :
lampiran 5.1 dan lampiran 5.2).
Standar Kompetensi (SK) pada mata pelajaran tersebut adalah SK.1
Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh-tokoh sejarah yang berskala
nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan
suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar 1.5
Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Indikator 1.5.1
Menyebutkan 5 jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.2 Menjelaskan
pengertian jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.3 Memberikan contoh-
contoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.4 Menjelaskan tujuan
masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.5 Menjelaskan keuntungan
masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.6 Menjelaskan kerugian jika
masyarakat tidak melakukan usaha ekonomi, 1.5.7 Memilikih jenis usaha
ekonomi di masa yang akan datang/ cita-cita dan memberikan alasannya.
Tujuan Pembelajaran adalah (1) Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis
usaha ekonomi di Indonesia, (2) Siswa dapat menjelaskan pengertian jenis-
jenis usaha ekonomi di Indonesia, (3) Siswa dapat memberikan contoh-contoh
hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (4) Siswa dapat menjelaskan
tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi di Indonesia, (5) Siswa dapat
menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, (6) Siswa
dapat menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan kegiatan
ekonomi, (7) Siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang dan
memberikan alasannya.
Dampak pengiringnya adalah Setelah pembelajaran ini selesai
diharapkan siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang sebagai
cita-cita sehingga memberi semangat dalam belajar di sekolah maupun di
rumah.
Materi Pokoknya jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia. Strategi,
model, dan metode pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative Leraning
Model Jigsaw, ceramah, tanya jawab, penugasan, pengamatan dan diskusi
kelompok.
Sumber Pembelajaran yang digunakan Buku Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial untuk SD Kelas 5, Asy’ari (2004)
dkk, PT Erlangga, hal : 54-63, Buku Cakrawala Pengetahuan Sosial untuk
Kelas 5, SD dan MI, Saidihardjo, (2006) hal : 61-63, Ekonomi Produksi,
http://www/geogle.com/ 28 Juni 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI
Kelas V, Reni Yuliati dan Ade Munajat, Depdiknas (2008) hal : 76-92, dan
Lingkungan.
Media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut : Benda nyata :
Jagung, buah, sayur mayur, baju, buku, siswa guru dan lain-lain, Gambar/foto:
petani di ladang, pedagang, tukang cukur, pabrik, Lembar Kerja Siswa (LKS)
terlampir, Media elektronika : Radio, TV, dan Lingkungan.
Skenario pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw
yang dilaksanakan adalah kegiatan yang telah dirancang pada proposal dan
telah diuraikan pada tutor online 2 kegiatan pembelajaran tersebut meliputi tiga
tahap, pertama tahap kegiatan awal, atau apersepsi, kedua tahap kegiatan inti
atau pokok dan ketiga tahap kegiatan akhir.
Tahap kegiatan awal atau apersepsi alokasi waktu kurang lebih 10
menit, guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan
melakukan :
1). Tanya jawab tentang bermacam-macam kebutuhan siswa.
2). Mengajak siswa untuk menyanyikan lagu ”Menanam Jagung” secara
bersama-sama.
3). Mengadakan pembahasan bersama tentang isi lagu hubungannya dengan
materi pembelajaran.
4). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan
selama kurang lebih 50 menit, kegiatan bersebut adalah :

1). Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 5 anak, kelompok 1, 2,


3, 4 dan 5 (data kelompok terlampir : lampiran 5.3)
2). Tiap siswa dalam tim/kelompok diberi bagian materi yang berbeda yaitu
sub bab jenis usaha agraris, industri, perdagangan, jasa, dan ekstratif.
3). Tiap siswa dalam tim/kelompok membaca bagian materi yang diterima
dan melengkapi tugas yang diberikan.
4). Anggota dari tim/kelompok yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka, kelompok tersebut :
A. Kelompok ahli agraris B. Kelompok Ahli Industri

C. Kelompok Ahli Perdagangan D. Kelompok Ahli Jasa dan

E. Kelompok Ahli Ekstratif (Data kelompok terlampir : lampiran 5. 3)

5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar/menyampaikan hasil diskusi kepada teman
satu tim/kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6). Tiap tim/kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
7). Guru memberikan klarifikasi dan evaluasi.
8). Penutup
Tahap kegiatan akhir dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 10 menit.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penilaian, refleksi, dan tindak lanjut.
Pada kegiatan penilaian ini prosedur digunakan tes proses dan tes akhir,
instrumen penilaiannya dengan lembar kerja siswa (LKS) lembar pengamatan,
soal evaluasi individu dan lembar penilaian.
Kegiatan refleksi pelaksanaan diskusi dilakukan dengan tanya jawab demi
kesempurnaan pelaksanaan diskusi selanjutnya dengan bersama-sama mencari
kekurangan-kekurangan dalam diskusi serta mengungkapkan pengalaman-
pengalaman baru yang menyenangkan yang diperoleh oleh siswa (Foto sebagai
bukti proses pembelajaran di kelas terlampir : Lampiran 5.4)

c. Hasil Pengamatan.
Data Hasil Observasi.
Observasi atau pengamatan dilaksanakan selama pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif antara guru atau peneliti dengan
supervisor dan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring
yang telah direncanakan secara kolaboratif pula agar mendapatkan data yang
lebih lengkap.

Hal-hal yang diobservasi oleh Kepala Sekolah atau Supervisor adalah


tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran Cooperative
Learning dengan Model Jigsaw pada saat pra pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi
kegiatan guru dalam pembelajaran. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus
I diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Rekap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I

Nilai

No. Aspek Dinilai Kondisi Siklus I Siklus II


Awal

1. Kegiatan pra 1,9 3,4


pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan
inti dan kegiatan
penutup
Keterangan Kriteria Penilaian :

3–4 : Sangat baik

2 – 2,9 : Baik

1 – 1,9 : Cukup baik

(Bukti hasil penilaian dari Kepala sekolah terlampir : lampiran 5.5)

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di observasi oleh teman


sejawat, hal-hal yang di observasi adalah kegiatan keterlibatan siswa dalam
tahap pra pembelajaran, kegiatan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti
pembelajaran, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan siswa atau
aktivitas siswa dalam pembelajaran di peroleh dari lembar observasi aktivitas
belajar siswa. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I diperoleh data
sebagai berikut :

Tabel 2. Rekap Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Siklus S
Siklus I
No. ASPEK YANG DIAMATI II siswa
f % f % 25

I Pra Pembelajaran

1. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing 16 64

2. Kesiapan menerima pembelajaran 16 64

II Kegiatan membuka pelajaran


1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apresiasi 15 60

2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan 15 60

kompetensi yang hendak dicapai

III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penjelasan materi pelajaran

1. Memperhatikan dengan serius ketika 15 60


dijelaskan materi pembelajaran
2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi 15 60

3. Adanya interaksi positif antar siswa 15 60

4. Adanya interaksi positif antara siswa – guru, 15 60


siswa – siswa – materi pembelajaran
B. Pendekatan / Strategi belajar

1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 15 60

2. Siswa memberikan pendapatnya ketika 15 60


diberikan kesempatan
3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang 20 80
diberikan
4. Siswa termotifasi dalam mengikuti proses 15 60
pembelajaran
5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran 15 60
dengan tenang dan tidak terasa tertekan
6. Siswa merasa senang menerima pelajaran 20 80

C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber


belajar

1. Adanya interaksi positif antar siswa dan media 15 60


pembelajaran yang digunakan guru
2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan 15 60
dengan media pembelajaran
3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber 15 60
relajar yang ditetntukan guru
D. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Siswa merasa terbimbing 50 80

2. Siswa mampu menjawab dengan benar 15 60


pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
E. Penggunaan bahasa

1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya 16 64


dengan lancar
2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan lugas 15 60

IV Penutup

1. Siswa secara aktif memberi rangkuman 15 60

2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan 20 80


senang
Rata-rata & 64,50

Kriteria Penilaian :

Rata-rata prosentase : 76 – 100% = sangat baik


51 – 75 % = baik
26 – 50 % = cukup baik
<26 % = kurang baik
(Bukti hasil penilaian teman sejawat terlampir : lampiran 5.6)

Dalam pelaksanaan kegiatan inti peneliti melakukan observasi atau


melaksanakan penilaian proses tentang performance siswa dan hasil diskusi
kelompok. Data diperoleh dari lembar penilaian proses penilaian hasil diskusi
kelompok dan kuisioner yang dinilai adalah tentang keaktifan, kerjasama, kreatifitas,
sikap, dan mengemukakan pendapat dan hasil diskusi kelompok sehingga diperoleh
data sebagai berikut :

Tabel 3a. Rekap Performance Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus I

No. Aspek yang Dinilai Siklus I Siklus II S Anak


f % F % 25

1 Keaktifan 15 60

2 Kerjasama 15 60

3 Kreatifitas 14 56

4 Sikap 16 64

5 Keberanian mengemukakan 15 60
pendapat

Rata-rata % 60,00%

Tabel 3b. Rekap Hasil Penilaian Kerja Kelompok (Diskusi) Siklus I

Nama Kelompok Hasil Ketuntasan

1 77 tuntas

2 85 tuntas

3 83 tuntas

4 81 tuntas

5 87 tuntas

Jumlah Rata-rata 76,6

Tabel 4. Rekap Hasil Kuisioner dari Siswa Siklus I

Siklus I Siklus II S Anak


No. Aspek yang Dinilai
f % f % 25
1 Saling membantu 16 64

2 Mendapat giliran berbicara 16 64

3 Saling mendengarkan 18 72

4 Saling menghargai 18 72

5 Saling memuji teman 20 80

Rata-rata % 74%

(Bukti hasil pengamatan oleh peneliti tentang keaktifan siswa dan hasil diskusi siswa
pada proses diskusi kelompok terlampir : Lampiran 5.7)

Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian proses dengan pengamatan
dan dari penilaian akhir dengan tes individu. Haisl belajar tes akhir ini diperoleh dari
lembar tes individu siswa. Setelah dilaksanakan penelitian siklus I diperoleh dari
berikut ini :

Tabel 5. Rekap Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus I

Nilai dari Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket


Aspek
No S Anak
Pencapaian F % f % f %
Hasil Belajar 25

1 10-19 - - - -

2 20-29 - - - -

3 30-39 - - - -
4 40-49 1 4 1 4

5 50-59 16 64 9 36

6 60-69 7 28 2 8

7 70-79 1 4 1 4

8 80-89 - - 4 16

9 90-99 - - 6 24

10 100 - - 2 8

KKM 60 - 60 -

Nilai terendah 40 - 40 -

Nilai Tertinggi 70 - 100 -

Prosentase tuntas - 32,00% - 60,00%

Prosentase blm tuntas - 68,00% - 40,00%

Nilai rata-rata kelas 53,00 - 70,05

(Bukti hasil belajar siswa terlampir : lampiran 5.8)

Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang


pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran Coopertive Learning
Model Jigsaw, siswa tertarik dan semangat, cukup tertarik , cukup bergairah, kurang
menarik atau kurang bergairah. Berikut ini data setelah dilaksanakan Siklus I :

Tabel 6. Rekap Pendapat siswa tentang proses pembelajaran Coopertive


Learning Model Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Siklus I

No Aspek yang
Kondisi Siklus I Siklus II Ket
dinilai Awal
pendapat siswa
tentang proses f % F % f % S Anak 25
pembelajaran

1 Tertarik atau 7 28,00 15 60,00


bersemangat

2 Cukup tertatrik 6 24,00 5 20,00


atau cukup
bergairan

3 Kurang tertarik 12 48,00 5 20,00


atau kurang
bergairah

(Bukti pendapat siswa tentang pembelajaran IPS terlampir : Lampiran 5. 9)

d. Refleksi
Kesimpulan umum sebagai hasil refleksi yang dilakukan secara kolaboratif
antara supervisor, teman sejawat, dan peneliti pada siklus pertama ini siswa yang
tertarik dengan pembelajaran Coopertive Learning dengan Model Jigsaw pada
pelajaran IPS ada peningkatan yaitu dari kondisi awal 7 siswa sebanyak 28,00%
menjadi 15 siswa sebanyak 60,00%. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
mencapai 64,50% indikator keberhasilan penelitian ini keaktifan siswa diharapkan
mencapai 75,00%, jadi masih perlu peningkatan untuk hasil kerja kelompok
(diskusi) mencapai nilai rata-rata 76,6 pada siklus I 16,6 point di atas KKM.
Kemampuan guru dalam pembelajaran sudah meningkat dari kondisi awal
mendapat nilai rata-rata 1,9 dalam kriteria cukup baik menjadi 3,4 dalam kriteria
sangat baik. Namun, hasil belajar IPS secara klasikal belum memuaskan,
indikator keberhasilan penelitian ini hasil belajar diharapkan mencapai KKM
yaitu 60,00 dan jumlah siswa tuntas belajar mencapai 75,00%, hasil yang dicapai
rata-rata kelas baik telah mencapai 70,05% namun jumlah siswa tuntas belajar
baru mencapai 60,00%. Dengan demikian penelitian ini perlu dilanjutkan dengan
siklus ke II.

Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisis hasil belajar


siswa, ditemukan kendala dan masalah antara lain :

1) Pada siswa belum semua tertarik dengan pembelajaran, belum semua aktif
dalam proses pembelajaran, dalam pembentukan kelompok belajar masih
terjadi kegaduhan, kurang bekerjasama dengan anggota kelompok belajar,
ketika mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas suara anak
kurang jelas sehingga teman yang lain kurang memperhatikan, prosentase
belajar tunts secara klasikal masih rendah.
2) Pada guru suara kurang keras, penyediaan alat peraga kurang besar sehingga
siswa yang duduk di belakang kurang jelas, pembagian waktu untuk kegiatan
akhir masih kurang, sehingga kerja kelompok yang disyaratkan model Jigsaw
kurang maksimal.
Berdasarkan masalah di atas disusun rancangan penyelesaian sebagai
berikut :
1) Menyediakan alat perata yang lebih menarik, ukuran foto tentang jenis-jenis
usaha ekonomi lebih besar, dan ditambah teks lagu lain berjudul ”Guru”.
2) Menyediakan teks lagu ”Menanam Jagung” untuk kegiatan awal berwarna
warni dan ukuran lebih besar.
3) Menyediakan soal dan memberikan soal kepada anak dari yang mudah ke
soal yang lebih sulit agar memacu aktifitas siswa.
4) Menyediakan hadiah bagi yang berprestsi dan aktif.
5) Membentuk kelompok (daftar kelompok belajar) sebelum proses
pembelajaran.
6) Mempersiapkan diri untuk memberi contoh cara mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas dengan suara yang jelas.
7) Menarik simpulan bersama-sama dengan siswa pada waktu kegiatan penutup
agar anak lebih paham tentang materi pembelajaran.
8) Menyiapkan diri untuk memandu kerja kelompok dengan suara yang lebih
keras.
9) Menganalisis pembagian waktu untuk kegiatan awal, inti dan penutup, untuk
kegiatan akhir atau evaluasi waktunya masih perlu penambahan.
Tindak lanjut/ implementasi penyelesaian masalah siklus I
1) Menggunakan alat peraga yang lebih menarik, ukuran foto tentang kegiatan
ekonomi lebih besar.
2) Teks lagu ”Menanam Jagung” diberi warna, menambah satu teks lagu
berjudul ”Guru”
3) Memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa dari yang mudah ke yang
sukar agar dapat memacu untuk aktif.
4) Memberikan hadiah kepada siswa/kelompok belajar yang berprestasi dan
aktif.
5) Menyiapkan daftar kelompok belajar sebelum proses pembelajaran dimulai.
6) Memberi contoh mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
dengan jelas.
7) Menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa pada kegiatan penutup.
8) Selalu memandu kerja kelompok dengan suara yang jelas.
9) Memberikan penambahan alokasi waktu untuk kegiatan akhir atau evaluasi,
diambilkan dari kegiatan awal 5 menit sehingga menjadi 15 menit.

3. Deskripsi Hasil Siklus II.


a. Perencanaan Tindakan.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
perubahan-perubahan dan penambahan pada pembagian alokasi waktu untuk
kegiatan akhir ditambah 5 menit diambilkan dari waktu kegiatan awal sehingga
kegiatan akhir dari 10 menit menjadi 15 menit, kegiatan awal dari 10 menit
menjadi 5 menit, sedangkan pada kegiatan inti tetap yaitu kurang lebih 50
menit. Alat peraga yang berupa foto-foto contoh kegiatan masyarakat yang
sedang melakukan usaha ekonomi di perbesar dan ditambah alat peraga teks
lagu “Guru”. Pada kegiatan awal ditambah satu kegiatan yaitu guru
membacakan daftar kelompok belajar yang telah dipersiapkan. Untuk kegiatan
inti kegiatannya ditambah yaitu kegiatan (8) Guru melakukan
validasi/kebenaran kerja kelompok, (9) Guru bersama murid menarik
kesimpulan, (10) Guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada kelompok
yang berprestasi dan aktif. ( RPP Siklus II terlampir pada lampiran 1.3.).
Menyiapkan alat peraga dan menyiapkan lembar observasi serta wawancara

b. Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan siklus II ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan
tindakan yang telah disusun yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah diperbaiki dan disempurnakan sehingga kekurangan dalam siklus I
dapat diperbaiki. Tahap pelaksanaan ini dilakukan pada hari Senin, 5 Oktober
2009 yaitu pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V
semester I dengan jumlah siswa 25 laki-laki 14 anak dan siswa perempuan 11
anak selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit, satu kali pertemuan) mulai
pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.10 WIB sesuai dengan tahap
perencanaan yang telah disusun (Bukti daftar hadir mahasiswa dan absensi
siswa di kelas terlampir : lampiran 5.1 dan lampiran 5.2).

Standar Kompetensi (SK) pada mata pelajaran tersebut adalah SK.1


Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh-tokoh sejarah yang berskala
nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam
dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar
1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Indikator
1.5.1 Menyebutkan 5 jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.2 Menjelaskan
pengertian jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.3 Memberikan contoh-
contoh hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, 1.5.4 Menjelaskan
tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.5 Menjelaskan keuntungan
masyarakat melakukan usaha ekonomi, 1.5.6 Menjelaskan kerugian jika
masyarakat tidak melakukan usaha ekonomi, 1.5.7 Memilikih jenis usaha
ekonomi di masa yang akan datang/ cita-cita dan memberikan alasannya.
Tujuan Pembelajaran adalah (1) Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis
usaha ekonomi di Indonesia, (2) Siswa dapat menjelaskan pengertian jenis-
jenis usaha ekonomi di Indonesia, (3) Siswa dapat memberikan contoh-contoh
hasil jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia, (4) Siswa dapat menjelaskan
tujuan masyarakat melakukan usaha ekonomi di Indonesia, (5) Siswa dapat
menjelaskan keuntungan masyarakat melakukan usaha ekonomi, (6) Siswa
dapat menjelaskan kerugian jika masyarakat tidak melakukan kegiatan
ekonomi, (7) Siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang dan
memberikan alasannya.

Dampak pengiringnya adalah Setelah pembelajaran ini selesai


diharapkan siswa dapat memilih jenis usaha ekonomi di masa datang sebagai
cita-cita sehingga memberi semangat dalam belajar di sekolah maupun di
rumah.

Materi Pokoknya jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia. Strategi,


model, dan metode pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative
Leraning Model Jigsaw, ceramah, tanya jawab, penugasan, pengamatan dan
diskusi kelompok.

Sumber Pembelajaran yang digunakan Buku Pendidikan


Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial untuk SD Kelas 5, Asy’ari (2004)
dkk, PT Erlangga, hal : 54-63, Buku Cakrawala Pengetahuan Sosial untuk
Kelas 5, SD dan MI, Saidihardjo, (2006) hal : 61-63, Ekonomi Produksi,
http://www/geogle.com/ 28 Juni 2009, Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI
Kelas V, Reni Yuliati dan Ade Munajat, Depdiknas (2008) hal : 76-92, dan
Lingkungan.

Media pembelajaran yang digunakan sebagai berikut : Benda nyata :


Jagung, buah, sayur mayur, baju, buku, siswa guru dan lain-lain,
Gambar/foto: petani di ladang, pedagang, tukang cukur, pabrik, Lembar Kerja
Siswa (LKS) terlampir, Media elektronika : Radio, TV, dan Lingkungan.
Skenario pembelajaran Cooperative Learning dengan Model Jigsaw
yang dilaksanakan meliputi tiga tahap, pertama tahap kegiatan awal atau
apersepsi, kedua tahap kegiatan inti atau pokok dan ketiga tahap kegiatan
akhir.

Tahap kegiatan awal atau apersepsi alokasiwaktu kurang lebih 10 menit,


guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan :

1) Tanya jawab tentang bermacam-macam kebutuhan siswa.


2) Mengajak siswa untuk menyanyikan lagu ”Menanam Jagung” secara
bersama-sama.
3) Mengadakan pembahasan bersama tentang isi lagu hubungannya dengan
materi pembelajaran.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Guru membacakan daftar kelompok belajar yang telah dipersiapkan.
Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan
selama kurang lebih 50 menit, kegiatan bersebut adalah :

1) Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya 5 anak, kelompok 1, 2,


3, 4 dan 5 (data kelompok terlampir : lampiran 5.3)
2) Tiap siswa dalam tim/kelompok diberi bagian materi yang berbeda yaitu
sub bab jenis usaha agraris, industri, perdagangan, jasa, dan ekstratif.
3) Tiap siswa dalam tim/kelompok membaca bagian materi yang diterima
dan melengkapi tugas yang diberikan.
4) Anggota dari tim/kelompok yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka, kelompok tersebut :
A. Kelompok ahli agraris B. Kelompok Ahli Industri

C. Kelompok Ahli Perdagangan D. Kelompok Ahli Jasa dan

E. Kelompok Ahli Ekstratif (Data kelompok terlampir : lampiran 5.3)


5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar/menyampaikan hasil diskusi kepada teman
satu tim/kelompok mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6) Tiap tim/kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
7) Guru memberikan klarifikasi dan evaluasi.
8) Guru melakukan validasi/kebenaran kerja kelompok.
9) Guru bersama murid menarik simpulan.
10)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai
bagus.
11)Penutup
Tahap kegiatan akhir dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 10
menit. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi evaluasi individu, refleksi, dan
tindak lanjut. Pada kegiatan penilaian ini prosedur digunakan tes proses dan
tes akhir, instrumen penilaiannya dengan lembar kerja siswa (LKS) lembar
pengamatan, soal evaluasi individu dan lembar penilaian. Kegiatan refleksi
pelaksanaan diskusi dilakukan dengan tanya jawab demi kesempurnaan
pelaksanaan diskusi selanjutnya dengan bersama-sama mencari kekurangan-
kekurangan dalam diskusi serta mengungkapkan pengalaman-pengalaman
baru yang menyenangkan yang diperoleh oleh siswa (Foto sebagai bukti
proses pembelajaran di kelas terlampir : Lampiran 5.4)

A. Hasil Pengamatan.
Observasi atau pengamatan dilaksanakan selama pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif antara guru atau peneliti dengan
supervisor dan teman sejawat dengan menggunakan instrumen monitoring yang
telah direncanakan secara kolaboratif pula agar mendapatkan data yang lebih
lengkap.

Hal-hal yang diobservasi oleh Kepala Sekolah atau Supervisor adalah


tentang kegiatan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran Cooperative
Learning dengan Model Jigsaw pada saat pra pembelajaran, membuka
pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari lembar observasi kegiatan
guru dalam pembelajaran. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh
data sebagai berikut :

Tabel 7. Rekap Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus II

Nilai
No. Aspek Dinilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1. Kegiatan prapembelajaran, 1,9 3,4 3,9


membuka pembelajaran,
kegiatan inti dan kegiatan
penutup

Keterangan Kriteria Penilaian :

3–4 : Sangat baik

2 – 2,9 : Baik

1 – 1,9 : Cukup baik

(Bukti hasil penilaian dari Kepala sekolah terlampir : lampiran 5.5)

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di observasi oleh teman


sejawat, hal-hal yang di observasi adalah kegiatan keterlibatan siswa dalam
tahap pra pembelajaran, kegiatan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti
pembelajaran, dan kegiatan penutup. Data tentang keberhasilan siswa atau
aktivitas siswa dalam pembelajaran di peroleh dari lembar observasi aktivitas
belajar siswa. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 8. Rekap Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Siklus I Siklus II S
No. ASPEK YANG DIAMATI siswa
f % f %
25

I Pra Pembelajaran

1. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing 16 64 25 100

2. Kesiapan menerima pembelajaran 16 64 24 96

II Kegiatan membuka pelajaran

1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apresiasi 15 60 22 88

2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan 15 60 25 100

kompetensi yang hendak dicapai

III Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penjelasan materi pelajaran

1. Memperhatikan dengan serius ketika 15 60 20 80


dijelaskan materi pembelajaran
2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi 15 60 20 80

3. Adanya interaksi positif antar siswa 15 60 24 96

4. Adanya interaksi positif antara siswa – guru, 15 60 24 96


siswa – siswa – materi pembelajaran
B. Pendekatan / Strategi belajar

1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 15 60 22 80

2. Siswa memberikan pendapatnya ketika 15 60 20 80


diberikan kesempatan
3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang 20 80 22 80
diberikan
4. Siswa termotifasi dalam mengikuti proses 15 60 25 100
pembelajaran
5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran 15 60 23 92
dengan tenang dan tidak terasa tertekan
6. Siswa merasa senang menerima pelajaran 20 80 24 96

C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber


belajar

1. Adanya interaksi positif antar siswa dan media 15 60 24 96


pembelajaran yang digunakan guru
2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan 15 60 23 92
dengan media pembelajaran
3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber 15 60 23 92
relajar yang ditetntukan guru
D. Penilaian proses dan hasil belajar

1. Siswa merasa terbimbing 20 80 25 100

2. Siswa mampu menjawab dengan benar 15 60 22 88


pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
E. Penggunaan bahasa

1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya 16 64 21 84


dengan lancar
2. Siswa mengajukan pertanyaan dengan lugas 15 60 22 88

IV Penutup

1. Siswa secara aktif memberi rangkuman 15 60 19 76


2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan 20 80 25 100
senang
Rata-rata % 64,50 91,30

Kriteria Penilaian :

Rata-rata prosentase : 76 – 100% = sangat baik

51 – 75 % = baik

26 – 50 % = cukup baik

<26 % = kurang baik

(Bukti hasil penilaian teman sejawat terlampir : lampiran 5.6)

Dalam pelaksanaan kegiatan inti peneliti melakukan observasi atau


melaksanakan penilaian proses tentang performance siswa dan hasil diskusi
kelompok. Data diperoleh dari lembar penilaian proses penilaian hasil diskusi
kelompok dan kuisioner yang dinilai adalah tentang keaktifan, kerjasama, kreatifitas,
sikap, dan mengemukakan pendapat dan hasil diskusi kelompok sehingga setelah
dilaksanakan pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 9a. Rekap Performance Siswa dalam Diskusi Kelompok Siklus II

Siklus I Siklus II S Anak


No. Aspek yang Dinilai
f % F % 25
1 Keaktifan 15 60 22 88

2 Kerjasama 15 60 23 92

3 Kreatifitas 14 56 20 80

4 Sikap 16 64 24 96

5 Keberanian mengemukakan 15 60 24 96
pendapat

Rata-rata % 60,00% 90,40%

Tabel 9b. Rekap Hasil Penilaian Kerja Kelompok (Diskusi) Siklus II

Nama Kelompok Hasil Ketuntasan

1 94 tuntas

2 97 tuntas

3 88 tuntas

4 84 tuntas

5 91 tuntas

Jumlah Rata-rata 90,8 tuntas

Tabel 10. Rekap Hasil Kuisioner dari Siswa Siklus II

No. Aspek yang Dinilai Siklus I Siklus II S Anak


f % F % 25

1 Saling membantu 16 64 23 92

2 Mendapat giliran berbicara 16 64 20 80

3 Saling mendengarkan 18 72 23 92

4 Saling menghargai 18 72 23 92

5 Saling memuji teman 20 80 24 96

Rata-rata % 74% 90,40%

(Bukti hasil pengamatan oleh peneliti tentang keaktifan siswa pada proses diskusi
kelompok terlampir : Lampiran 5.7)

Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian proses dengan pengamatan
dan dari penilaian akhir dengan tes individu. Hasil belajar tes akhir ini diperoleh dari
lembar tes individu siswa. Setelah dilaksanakan penelitian siklus II diperoleh data
berikut ini :

Tabel 11. Rekap Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nilai dari Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket


Aspek
Pencapaian
f % f % f % S Anak 25
Hasil
Belajar

1 10-19 - - - - - - - Indikator
keberhasilan
2 20-29 - - - - - -
penelitian
3 30-39 - - - - - - ini
sedikitnya
4 40-49 1 4 1 4 - -
75% jumlah
5 50-59 16 64 9 36 2 8 siswa telah
dapat
6 60-69 7 28 2 8 - -
mencapai
7 70-79 1 4 1 4 2 8 KKM

8 80-89 - - 4 16 8 32 - Rata-rata
minimal
9 90-99 - - 6 24 5 20
mencapai
10 100 - - 2 8 8 32 KKM

KKM 60 - 60 - 60 -

Nilai terendah 40 - 40 - 51 -

Nilai Tertinggi 70 - 100 - 100 -

Prosentase tuntas - 32,00% - 60,00% 92,00%

Prosentase blm tuntas - 68,00% - 40,00% 8,00%

Nilai rata-rata kelas 53,00 - 70,05 82,60


Atau ketuntasan belajar klasikal dapat dilihat dalam diagram berikut ini :
Pencapaian nilai rata-rata kelas dapat dilihat dalam diagram berikut ini :

Nilai rata-rata

(Bukti hasil belajar siswa terlampir : lampiran 5.8)

Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang


pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran Coopertive Learning
Model Jigsaw, ternyata ada siswa yang tertarik dan semangat, cukup tertarik , cukup
bergairah, kurang menarik atau kurang bergairah. Berikut ini data setelah
dilaksanakan Siklus II :
Tabel 12. Rekap Pendapat siswa tentang proses pembelajaran Coopertive Learning
Model Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Siklus II

Aspek yang Kondisi


Siklus I Siklus II Ket
dinilai Awal
No pendapat siswa
tentang proses f % F % f % S Anak 25
pembelajaran

1 Tertarik atau 7 28,00 15 60,00 22 88,00


bersemangat

2 Cukup tertatrik 6 24,00 5 20,00 1 4,00


atau cukup
bergairan

3 Kurang tertarik 12 48,00 5 20,00 2 8,00


atau kurang
bergairah

(Bukti pendapat siswa tentang pembelajaran IPS terlampir : Lampiran 5.9)

B. Refleksi
Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan secara kolaboratif antara supervisor,
teman sejawat, dan peneliti menunjukkan bahwa ketertarikan siswa kelas V (lima)
dalam belajar IPS dengan penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw
mengalami peningkatan, pada kondisi awal 28,00% menjadi 60,00% pada siklus I
berarti naik 32% dan menjadi 88,00% pada siklus II berarti naik 28,00%. Pada
indikator partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I
64,50% menjadi 91,30% pada siklus II terjadi kenaikan 26,80%, dari pengamatan
performance siswa dalam diskusi kelompok pada siklus I 60,00% menjadi 90,40%
pada siklus II mengalami kenaikan 30,40% dan hasil diskusi kelompok terjadi
peningkatan dari siklus I nilai rata-rata 76,6 menjadi 90,8 pada siklus II meningkat
14,2 point berarti telah berhasil serta dari hasil kuesioner siswa 74,00% pada siklus
I menjadi 90,40% pada siklus II meningkat 16,40%. Indikator keberhasilan tentang
keaktifan dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada penelitian ini
75% jumlah siswa berarti telah berhasil. Hal ini diamati pada proses diskusi
kelompok menunjukkan antusias dari setiap kelompok yang menghidupkan suasana
pembelajaran sehingga siswa pun mampu memecahkan masalah. Kemampuan guru
dalam menerapkan Cooperative Learning dengan model Jigsaw pada sat pra
pembelajara, membuka pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup
mengalami peningkatan dari kondisi awal mencapai poin 1,9 dalam kriteria cukup
baik menjadi 3,4 dalam kriteria sangat baik pada siklus I naik 1,5 poin dan
mencapai 3,9 dalam kriteria sangat baik pada siklus II naik 0,5 poin. Hasil belajar
siswa pada tes akhir atau pada ulangan harian mengalami peningkatan prosentase
siswa tuntas belajar pada kondisi awal 32,00% menjadi 60,00% pada siklus I berarti
naik 28,00% dan menjadi 92, 00% pada siklus II naik 32,00%. Indikator
keberhasilan tentang hasil belajar siswa pada penelitian ini ditetapkan minimal 75%
jumlah siswa telah mencapai KKM berarti telah berhasil . Nilai rata-rata kelas juga
mengalami peningkatan dari kondisi awal 53,00 menjadi 70,05 pada siklus I naik
17,05 poin dan menjadi 82,60 pada siklus II naik 12,55 poin. Indikator keberhasilan
tentang nilai rata-rata kelas pada penelitian ini ditetapkan telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60,00 berarti sudah
berhasil.

Dengan demikian suasana pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif dapat
memecahkan masalah dan kemampuan guru meningkat serta hasil belajar siswa
meningkat, maka penelitian siklus II dihentikan.

Setelah mengamati proses pembelajaran dan menganalisis hasil belajar siswa


pada siklus II tidak ditemukan kendala hal ini terbukti semua guru dan Kepala
sekolah SDN 2 Guli mensuport dan mendukung serta sangat antusias membantu
dan mengamati pelaksanaan siklus II agar menambah pengalaman namun timbul
masalah yaitu :

1. Dari 25 siswa masih 3 anak yang kurang tertarik dengan penerapan


Cooperative Learning dengan model Jigsaw pada mata pelajaran IPS hal ini
mengakibatkan anak tersebut juga kurang aktif, walaupun indikator
keberhasilan tentang prosentase keaktifan siswa dalam kelas telah melebihi
batas minimal yaitu 91,30%.
2. Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu 23 anak telah tuntas atau 92,00%, namun
masih ada 2 anak atau 8,00% belum tuntas.
Rancangan strategi penyelesaian masalah
1. Menyediakan alat peraga yang lebih menarik, ukuran foto contoh masyarakat
yang melakukan usaha ekonomi dan teks lagu berjudul ”Guru” diperbesar
direncanakan anak diajak mengamati kegiatan masyarakat di sekitar sekolah.
2. Menyiapkan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam diskusi
kelompok dan menyusun soal-soal untuk kuesioner setelah diskusi kelompok
selesai.
3. Merencanakan memberikan perhatian khusus kepada 2 siswa yang belum
tuntas.
4. Merencanakan menyusun daftar kelompok belajar berbeda dengan kelompok
belajar sebelumnya (kelompok belajar pada Siklus I) agar anak mendapat sub
bab materi yang berbeda pula.
5. Disiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dari pertanyaan yang mudah
ke pertanyaan yang sukar.

Tindak lanjut/ implementasi strategi penyelesaian masalah


1. Menggunakan alat peraga yang lebih menarik dan menyarankan siswa untuk
mengamati kegiatan masyarakat yang sedang melakukan usaha ekonomi di
sekitar sekolah.
2. Sebelum diskusi kelompok dimulai disampaikan hal-hal yang harus dilakukan
oleh setiap anggota kelompok dan setelah diskusi kelompok selesai diberikan
kuesioner.
3. Memberikan perhatian khusus kepada 2 anak yang belum tuntas belajar dalam
proses pembelajaran.
4. Menyusun daftar kelompok belajar berbeda dengan kelompok belajar
sebelumnya.
5. Memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dari pertanyaan-pertanyaan
yang mudah ke pertanyaan yang sukar.

B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Observasi Tindakan Siklus I
Berdasarkan tabel tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi
awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 53,00, dari 25 siswa 1
siswa mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 60, 16 siswa mendapat nilai
50 dan 1 siswa mendapat nilai 40. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60,00,
siswa tuntas belajar 8 siswa prosentase tuntas belajar 32,00%, siswa belum
tuntas belajar 17 siswa prosentase belum tuntas belajar 68,00% nilai terendah
40 dan nilai tertinggi 70. Setelah dilaksanakan pembelajaran Cooperative
Learning dengan Model Jigsaw pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan
harian menjadi 70,05, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 40, 9 siswa
mendapat nilai 51, 1 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa nilai mendapat nilai 71,
4 siswa mendapat nilai 85, 6 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat
nilai 100. Dengan prosentase tuntas belajar klasikal 60,00% dan prosentase
belum tuntas belajar klasikal 40,00%, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 100.
Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 53,00 meningkat menjadi 70,05 pada
siklus I, prosentase belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 32,00%
menjadi 60,00% setelah siklus I. Namun belum mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu ditetapkan 75,00% siswa telah tuntas belajar
walaupun nilai rata-rata sudah mendapai KKM.

Dari hasil wawancara ketiga kegiatan refleksi pembelajaran tentang


ketertarikan siswa pada pelajaran IPS dengan pembelajaran Cooperative
learning, dengan model Jigsaw menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari
25 siswa yang tertarik 7 siswa sebanyak 28,00%, 6 siswa cukup tertarik
sebanyak 24,00%, siswa yang kurang tertarik 12 siswa sebanyak 48,00%.
Setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan dari 25 siswa 15 siswa
tertarik sebanyak 60,00%, 5 siswa cukup tertarik sebanyak 20,00%, 5 siswa
kurang tertarik sebanyak 20,00%, ketertarikan siswa ini akan memacu
keaktifan belajar siswa berikutnya :

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Coopertive Learning dengan


model Jigsaw pada pelajaran IPS mencapai rata-rata 64,50%, belum mencapai
criteria keberhasilan penelitian ini yaitu 75% siswa dapat menunjukkan
keaktifan berpikir dengan sungguh-sungguh dalam pross pembelajaran IPS
siswa yang sudah bekerja kelompok dengan baik mencapai 74,00%, hasil
diskusi kelompok pada siklus I mencapai rata-rata 76,6.

Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Coopertive


Learning dengan Model Jigsaw pada mata pelajaran IPS telah terjadi
peningkatan hal ini terlihat dari data hasil observasi dari kepala sekolah, dari
kondisi awal mencapai nilai 1,0 kriteria cukup baik menjadi 3,3 kriteria sangat
baik, namun perlu peningkatan lagi agar pembelajaran lebih baik dan berhasil.

2. Pembahasan Hasil Observasi Tindakan Siklus II


Berdasarkan tabel tingkat pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi
awal menunjukkan rata-rata kelas nilai ulangan harian 53,00, dari 25 siswa 1
siswa mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 60, 16 siswa mendapat nilai
50 dan 1 siswa mendapat nilai 40. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60,00,
siswa tuntas belajar 8 siswa prosentase tuntas belajar 32,00%, siswa belum
tuntas belajar 17 siswa prosentase belum tuntas belajar 68,00% nilai terendah
40 dan nilai tertinggi 70. Setelah dilaksanakan pembelajaran Cooperative
Learning dengan Model Jigsaw pada siklus I nilai rata-rata kelas ulangan
harian menjadi 70,05, dari 25 siswa 1 siswa mendapat nilai 40, 9 siswa
mendapat nilai 51, 1 siswa mendapat nilai 60, 1 siswa nilai mendapat nilai 71,
4 siswa mendapat nilai 85, 6 siswa mendapat nilai 90, dan 2 siswa mendapat
nilai 100. Hasil tindakan pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan pada
tingkat pencapaian hasil belajr siswa yaitu nilai rata-rata kelas Ulangan harian
menjadi 82,60 dari 25 siswa 2 siswa mendapat nilai 51, 2 siswa mendapat
nilai 71, 8 siswa mendapat nilai 80, 2 siswa mendapat 90, 3 siswa mendapat
nilai 94 dan 8 siswa mendapat nilai 100. Dengan prosentase tuntas belajar
klasikal 92,00% dan prosentase belum tuntas belajar klasikal 8,00%, nilai
terendah 51 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal
53,00 meningkat menjadi 70,05 pada siklus I 10,05 point diatas KKM, dari
siklus I ke siklus II meningkat mendai 82, 60. 22,40 point di atas KKM.
Prosentase tuntas belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 32,00%
menjadi 60,00% setelah siklus I, dan menjadi 92,00% setelah siklus II sudah
mencapai indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ditetapkan 75,00% siswa
telah tuntas belajar.

Dari hasil wawancara ketika kegiatan refleksi pembelajaran tentang


ketertarikan siswa pada pelajaran IPS dengan pembelajaran Cooperative
learning, dengan model Jigsaw menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari
25 siswa yang tertarik 7 siswa sebanyak 28,00%, 6 siswa cukup tertarik
sebanyak 24,00%, siswa yang kurang tertarik 12 siswa sebanyak 48,00%.
Setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan dari 25 siswa 15 siswa
tertarik sebanyak 60,00%, 5 siswa cukup tertarik sebanyak 20,00%, 5 siswa
kurang tertarik sebanyak 20,00% dan setelah dilaksanakan siklus II terjadi
peningkatan dari 25 siswa 22 anak tertarik sebanyak 88,00%, siswa yang
cukup tertarik 1 anak sebanyak 4,00%, siswa yang kurang tertarik 2 anak
sebanyak 8,00%, ketertarikan siswa ini memacu keaktifan belajar siswa
terbukti hasil belajar meningkat.

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Coopertive Learning dengan


model Jigsaw pada pelajaran IPS mencapai rata-rata 64,50%, pada siklus I dan
meningkat menjadi 91,30% pada siklus II sudah mencapai kriteria
keberhasilan penelitian ini yaitu 75% siswa dapat menunjukkan keaktifan
berpikir dengan sungguh-sungguh dalam pross pembelajaran IPS siswa yang
sudah bekerja kelompok dengan baik mencapai 74,00% pada siklus I dan
90,40% pada siklus II serta nilai rata-rata hasil diskusi kelompok telah terjadi
peningkatan dari siklus I 76,6 menjadi 90,8 pada siklus II naik 14,2 point
berarti siswa sudah dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara
bersama-sama.

Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Coopertive


Learning dengan Model Jigsaw pada mata pelajaran IPS telah terjadi
peningkatan hal ini terlihat dari data hasil observasi dari kepala sekolah, dari
kondisi awal mencapai nilai 1,9 kriteria cukup baik menjadi 3,3 kriteria sangat
baik pada siklus I dan meningkat menjadi 3,9 kriteria sangat baik pada siklus
II.

Dengan demikian suasana pembelajaran lebih menarik, siswa lebih aktif


dapat memecahkan masalah dan kemampuan guru meningkat serta hasil
belajar siswa meningkat, maka penelitian siklus II dihentikan

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dan
indikator-indikator yang te;lah ditetapkan, maka dapat dikemukakan simpulan sebagai
berikut :

1. Bahwa dengan penerapan cooperative learning dengan model jigsaw dapat


meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS khususnya konsep
ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali

2. Bahwa dengan penerapan cooperative learning dengan model jigsaw dapat


membantu siswa dalam pemecahan masalah dalam proses pembelajaran IPS pada
siswa klelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali.
3. Bahwa dengan penerapan cooperative learning dengan model jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar IPS khususnya konsep usaha ekonomi di Indonesia pada
kelas V SDN 2 Guli Nogosari Boyolali terlihat dari hasil evaluasi yang diberikan
oleh guru setiap akhir siklus.

B. SARAN

Berdasarkan hasil paparan dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan ada beberapa hal yang peneliti sarankan :

1. Agar guru kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran yang inovatif pada mata
pelajaran IPS yaitu menggunakan metode yang bervariasi dan pendekatan serta
model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran,
kondisi siswa, serta sarana dan prasarana yang ada agar pembelajaran berpusat
pada siswa (Student Centered) siswa aktif, dapat bekerjasama dengan teman
(cooperative) terjadi pola interaktif yang intensif siswa-guru, guru-siswa, siswa-
siswa, siswa-media, dan siswa-sumber belajar agar siswa senang, tertarik, dan
bersemangat dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang
diharapkan.

2. Agar guru selalu meningkatkan profesionalismenya guna meningkatkan kualitas


pendidikan. Untuk itu guru harus selalu mengadakan perubahan-perubahan di
dalam melaksanakan pembelajaran. Guru perlu melakukan kegiatan penelitian
tindakan kelas untuk merekam semua kegiatan pembelajarannya sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aronson, (2000). Histori of The Jigsow.www.jigsaw.org. Diakses pada tanggal 28


Juni 2009.

Asra, Dewi, dan Cepi, (2007). Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Jakarta :
Dirjen Dikti

Depdiknas, (2003). Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta :


Dirjen Dikdasmen.

Dimyati dan Mudjiono, (1999). Belajar dan Pembelajaran. Yakarta : Rineka Cipta

Etin Solihatin dan Raharjo, (10027). Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara
Johnson and Johnson, (1994). An Overview of Cooperative Learning http://www.co-
operation.org/pages/overviewpaper.html. Diakses tanggal 28 Juni 2009.

Soli Abimanyu, (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti

Udin S. Winataputra, (1997). Strategi Relajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai