Puruhito
DU Ww
WoW IAD ABUUUUUUUUUUUeooy
* saThe good surgeon has the abilty to apply proper standard techniques skiltully. The very good
surgeon reduces those standard techniques to their simplest terms, Improves them, and applies
them with scholarly flexibility. The great surgeon has all the qualities of the very good surgeon; in
addition, he is innovative and creative, and he passes the improved standard and new techniques
nto others. Thus, the great surgeon serves many more than one at atime, one at a time.
Dwight Emary Harken,
Clinical Professor of Surgery Emeritus
Harvard Medical School, Cambridge,
Massachushetts.Daftar Isi
Kata Pengantar (Foreword From: Prof. Dr.med. J. von der Emde)..
ail
=
=
=>
Kata Pengantar.... xi
= BAB1 TORAKS.. 1
11 PENDAHULUAN 1
111 Refleksi sejarai 1
= 1.4.2 Beberapa aspek pada pembedahan torales ... 2
= 1.2 ANATOMI BEDAH DAN FISIOLOG! PERNAFASAN 8
1.2.1 Anatomi toraks .. 8
i 1.2.2 Dinding toraks i
=) 1.2.3 Proses pernafasa uu
= 1.24 Anatomi paru dan pleura. vw
1.25. Fisiologi pernafasan ... 19
13. TRAUMA TORAKS .. 22
=) 1.3.1 Patofisiologi, mekanisme dan manajemen trauma pada toraks. 22
. 1.3.2 Mangjemen kegawat-daruratan kardiotoraksik.. . 387
13.3. Trauma jantung. 37
—= 1.34 Trauma paru .... é — 39
=~ 14. PENYAKIT INFEKSI PARU sooo : 42
14.1 Abses paru & empiema dan infeksi jamur st 42
_ 1.4.2 Bedah tuberkulosis par ....0m a a
— 15 TUMOR ORGAN TORAKS 30
=— 1.5.1 Keganasan pada paru: Karsinoma bron! ogenik.... 50
1.5.2 Patologi, patofisiologi dan patogenesarsnoma bronkogeik.. 53
‘i 1.5.8 Tumor dinding toraks... 62
= 16 KELAINAN-KELAINAN ORGAN INTRATORAKS.. 65
" 16.1 Kelainan pleura/dinding toraks. 65
16.2 Trakea dan bronkus.. 68
163 83
= 164 94
16.5 Penyakit paru kongenital. ug
18.6 Kelainan diafragma .. 127
= 17 TEKNIK DASAR TORAKOTOMI 139
17.1 Drenase kavum toraks.. 139
1.2 Torakotomi terbuka .. 150
173° Dibantu videtorakoskon VATS 158
= 174 Reseksi pa 162
18 TERAPI SEL DAN KEDOKTERAN REGENERATIF UNTUK
PENYAKIT PARU... 380
oslv Buku Ajar Primer imu Bedah Toraks, Kariak, dan Vashular
BAB2
BAB3
JANTUNG ..
21
22
23
24
25
26
27
28
29
2.10
24
VASKULAR..
31
32
33
34
35
SEJARAH SINGKAT PEMBEDAHAN JANTUNG..
2.3.1 Penyakit jantung bawaan (PJB)
2.3.2 Penyakit jantung katub....
2.3.3 Penyakit jantung koroner (PUK).
2.3.4 Kardiomiopati. :
SIRKULASI EKSTRA-KORPOREAL - PINTAS JANTUNG PARU .
TEKNIK DASAR BEDAH JANTUNG..
2.5.1 Bedah jantung terbuka....
2.5.2 Bedah jantung tertutup ...
2.5.3 Bedah jantung invasif minimal (BeJIM)
BEDAH KATUB JANTUNG.....
26.1 Mitral
2.6.2 Aorta...
26.3 Trikuspidal
2.6.4 Pulmonal..
BEDAH PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ...w.....
221
212
213
214
218
21.6
‘TRANSPLANTASI JANTUNG ~ PAR
PEMACUAN JANTUNG DAN BANTUAN MEKANIK JANTUNG .
2.10.1 Pemacuan jantung (cardiac pacing
210.2 Bantuan mekanik jantung (ventricular assist device VAD)
APLIKASI STEM-CELL (SEL PUNCA) { UNTUK BEDAH
KARDIOVASKULAR 000
ANATOMI, FISIOLOGI, RHEOLOG! DAN PATOFISOLOGI
KELAINAN PEMBULUH DARAH.
TEKNIK DASAR ANASTOMOSIS Da!
PENYAKIT ARTERIA
3.3.1 Trauma arteri
PENYAKIT AORTA
3.4.1 Aorta abdominalis
34.2 Aorta Torakal
3.4.3 Arteria renalis/hipertensi renovasku
ANGIOPATI DISBETIN BEDAH VASKULAR BIABETIR
185,
187
192
192
339
343
347
347
352
360
365
370
370
382
885
388
JDakarlsi xv
i 36 BEDAH FLEBOLOG! : 397
= 3.6.1 Bedah yarises tungkai 397
3.6.2 Insufisiehsi venosa kroni 44
3.6.3 Bedah vena port 420
3.7 BEDAH LIMFATIK - LIM! ae
3.8 BEDAH SHUNT ARTERIO-VENOS. 425
3.8.1 Akses vaskuler-.. 425
3.8.2 Shuntipirau traumatik/AV-fistul 430
3.9 HEMANGIOMA DAN KELAINAN VASKULAR BAWAA| 433
3.10, REKAYASA JARINGAN DAN TERAPI SEL PUNCA (STEM CELL)
PADA PENYAKIT VASKULAR PERIFER 439
=
=
=>
=>
=
=
=
Indeks..... 451uUuUBUUOSE
=
=
=
=
Ou UU @ |
Bab 1
TORAKS
4.1. PENDAHULUAN
1A4— Refleksi sejarah
Sejarah manusia menunjukken terlibatnya
manusia dalam peperangen, pertarungan,
dan pergumulan serta rudapaksa dengan
lingkungan, Keadean-keadaan tersebut
sering menimbulkan perlukaan pada toraks,
hal mana telah disebutkan dalam sejarah
Babylonia dan Yunani tua. Celeus misalnya
menyebutkan terdapatnya ludah yang
berbuih merah pada keadaan sesak nafas
karena trauma pada paru. Kita ingat semua
akan nasib Epampinondas yang tertusuk
jantungnya oleh sebuah tombak, sadar
akan datangnya kematiannya, tetapi baru
memerintahkan mencabut tombak tersebut
setelah mendengar berita kemenangan dari
pihak Theban. Perang Napoleon, perang
Dunia I, perang Korea, dan PD-II banyak
memberi pelajaran bagi kemajuan ilmu
bedah toraks. Ambroise Pare dengan jelas
menyebutkan hubungan antara emfisema
cutis dan gambaran klinis pneumotoraks
dalam hubungannya dengan trauma pada
toraks, Larrey, abli bedah pribadi Napoleon,
adalah yang pertama kali menganjurkan
pemberian bebat kedap udara (air tight
bandage) pada kejadian pneumotoraks.
Dia pula yang menunjukkan jalan
subxyphoidal untuk melakukan punksi
dari hemoperikardium (tamponade jantung).
Penutupan luke pneumotorake ini dengan
melakukan penjahitan segera dianjurkan
kemudian oleh Diefenbach. Masslah
‘empyema toraks, baik yang berupa “empyema
per exudationem” ataupun “empiema
necesitans” telah ditunjukkan oleh banyak
pionir bedah toraks untuk dilakukan/diambil
tindakan dengan drenase, dan tindakan
sederhana ini menunjukkkan hasil yang baik.
Untuk drenase rongga toraka ini, nama
Buelau adalah terkenal di antara deretan
pionir-pionir, Penyelidikan den penelitian.di
bidang fisiologi, patologi dari rongga toraks
menyebabkan banyak kemajuan untuk
dapat lebih banyak bertindak pada daerah
toraks, hingga pada awal fase-fase bedah
toraks, dapat dilakukan pembedahan pada
toraks semudah pembedahan rongga perut.
Contoh dari hasil percobaan binateng yang
kemudian dapat dilakukan pada manusia
adalah introduksi insuflasi udara secara
intratrakeal untuk melakukan respirasi
buatan oleh Northrup, kemudian Meltzer
di Amerika, sementara Sauerbruch dan
Brauer di Jerman mencoba penggunaan
ruang bertekanan negatif dan positif untuk
menjamin tidak terdapatnya kolaps paru
waktu rongga toraks dibuka. Graham
dan Bell menunjukkan bahwa rongga
mediastinum bukanlah daerah yang kaku
dalam rongga toraks, tetapi suatu rongga
atau “spatium” yang dapat bergerak/bergeser
bila ada pneumotoraks terbuka unilateral,
sehingga gerakan paru yang sehat menggeser
rongga ini sesuai dengan respirasi, Istilah
yang dipskai adalah “mediastinal flutter”
Keadaan mendadak pada toraks juga
terjadi pada penyakit-penyakit kronis
rongga toraks, yang sering sebelumnya tidal
diketabui, Pneumotoraks spontan karena
pecahnya bulla emfisema harus selalu
difikirkan bila menghadepi kesus mendadak
ini, Dalam hubungan ini, make penyakit‘Buku Ajar Primer nu Bedah Toraks, Karak, dan Vasher
tuberkulosis paru sering pula menjadi sebab
terjadinya keadaan mendadak pada toraks,
yang kadang-kadang memerlukan tindakan
bedah mendadak/akut, Pneumotoraks
artifisial, drenase dengan "water-seal” (kedap
ais), tindakan-tindakan torakoskopik (VATS,
Video Assisted Thoracoscopic Surgery) sampai
pada reseksi paru aku pada hemoptisis hebat
dan tindakan-tindakan torakoplastik telah
dirintis oleh sederetan nama-nama seperti
Forlanini, Murphy, Brauer dan Frederich,
Kemajuan di bidang radiologifradiodiagnostik
membewa pula kemajuan untuk diagnostik
keadaan mendadak toraks, mulai dari
pembuatan foto polos toraks pada posisi AP
fatgu PA, lateral, oblique ateupun dekubitus
dan hiperlordosis. Juge kemudian pembuatan
‘erguna bagi diagnostik kelainan yang ada,
membawa pengaruh besar pada penentuan
indikasi tindaken bedah, Prosedur-prosedur
ini, pada keadaan saat tersedia alat dan abli,
dapat dilakukan secara mendadak, Tidaklah
boleh dilupakan tentang kemajuan metode
teknik dan tindakan-tindakan bedah pada
toraks, yang membawa turunnya angke
kematian dari tindakan bedah tersebut. Hal
ini patut pula dikuasai oleh setiap dokter yang
bergerak di bidang tindakan bedah toraks.
14.2 Beberapa aspek pada pembedahan
toraks:
Pembukaan rongga toraks sebetulnya
telah dikenal sejak zaman Hippocrates,
yaitu telah disebutkannya tentang drenase
dari “empiema”, yang ditulis dalam
“Aphorismus” nya, bahwa cairan putih
ental dapat dikeluarkan dari rongga toraks
dengan memotong costa ke tiga dan membuat
lubang pada dinding toraks, Dalam cerita
pewayangan pernah disebutkan bahwa
Puntadewa, si sulung Pandawa dianggap
“suoi” karena waktu dadanya ditusuk oleh
Dursasana, yang keluar adalah cairan
berwarna putih, hingga Puntadewa berdarah
warna putih lambang kesucian. Mungkin
Puntadewa menderita empiema thoraksis?.
Pengetahuan tentang patofisiologi rongga
toraks menyebabkan banyak pengembangan
baru dalam teknik pemibedahan rongga
toraks. Kolapsnya paru dengun terbukanya
pleura parietalis, yang mula-mula oleh
Sauerbruch pada awal abad ke-20 dapat
diatasi dengan melakukan pembedahan
pada ruangan yang bertekanan negatif
dibandingkan dengan tekanan atmosfer,
dapat disederhanakan setelah ditemukannya
metode pemberian pembiusan dengan intubasi
endotrakeal. Penemuan tekanan intrabronkial
inilah yang kemudian memberi jalan, pada
penyempurnaan pembiusan dengan intubasi
endotrakeal, yang memungkinkan paru
tidak mengalami kolaps pada waktu rongga
toraks dibuka, Selain itu, dengan cara itu
pengempisan dan pengembangan paru dapat
diatur dan dengan metode ini pembedahan
rongga toraks kemudian berkembang dengan
pesat,
Bila dengan demikian persoalan teknik
pembukaan dan pembedahan ataupun
manipulasi organ-organ intratorakal dapat
diatasi, tidaklah segera bahwa berhasilnya
pembedahan toraks berjalan selancar itu.
Banyak segi kemudian dihadapi oleh para
dokter yang bergerak di bidang penyakit-
penyakit rongga toraks, baik paru maupun
jantung ataupun organ-organ mediastinum
lainnya, Aspek-aspek tersebut adalah aspek
diagnostik: prabedah; segi pembedahan:
intra-bedah; segi perawatan pascabedah,
Aspekdiagnostik, yang merupaken
pembuka jalan indikasi pembukaan rongga
toraks, tidak Tanya ditandei dengan
engetahuan fisiologi/patologi respirasi saja,
tetapi menyangkut bidang ilmu kedokteran
fA
AA fA
a
An
nanan
An
nnuj 4ovels 5,
yang luas. Aspek pembedahan, ditinjau dati
teknik pembedahannya sendir! mengalami
banyak perubahan, disesuaikan dengan
pendapatan-pendapatan-dan steknik-teknik
bedah yang baru, baik di bidang at
instrumentaria, benang-hqnang jahit, protesis!
groft untuk pengganti jaringan maupun
pengetahuan tentang prognosis penyakit-
penyakit rongga toraks.
Untuk mencapai hasil pembedahan yang
diinginkan, tidaklah kalah pentingnya dalam
keseluruhan pengololaan penderita, adalah
masa-masa perawatan pascabedah.
Refleksi aspek ini adalah masa prabedah
dan per-bedah, yaitu persiapan prabedah,
terutama yang berhubungan dengan fungsi
respirasi dan hemodinamik penderita dan
mangjemen intrabedah. Jelaslah bahwa hal
inj erat hubungannya dengan perawatan
pascabedah nantinya sebab parameter Klinik
yang dipakai adalah didasarkan pada fungsi-
fungsi tersebut sebelum pembedahan.
«Pada keadaan mendadak ataupun trauma
pada daerah toraks, maka aspek diagnostik
fungsi respirasi yang lengkap dan aspek
persiapan prabedaly, tidak dapat dilakukan
dengan sempurna. Di sini, aspek teknik
pembedahan akan membawa pengaruh yang
besar bagi perawatan pascabedah. Dengan
perkembangan bidang perawatan intensif,
yang mana untuk penderita pascabedah
toraks dibutuhkan perawatan’ intensif
pascabedah, maka hasil-hasil pembedahan
toraks menunjukkan grafik yang meningkat
baiknya, Tidaklah pula kalah penting?
masa-masa pascabedah lambat, yaitu
beberapa minggu, bulan ataupun tahun
setelah pembedahan toraks, masa rehabilitasi
dan evaluasi/kontrol. Hasil yang baik ataupun
akibat yang buruk dari manipulasi ronggs
toraks akan dapat dinilai dari masa ini.
Dapat dikatakan, bahwa salah satu
dari aspek-aspek yang tersebut tadi lebih
Bab 1 TORAKS
periting dari aspek yang Jain, atau salah
satu merdpakan aspek yang terpenting,
Kita lihat bahwa persoalan pembedahan
toraks..merupakan- dan memerlukan
pengetahuan interdigipliner, Abli bedah
tidak dapat mengatakan bahwa teknik dan
cara pembedahannya yang memungkinkan
penderita disembuhkan dari penyakitnya.
Sebaliknya, perawatan intensif saja tanpa
didasari pengetahuan ‘penyakit akan
membawa penderita ke keadaan yang baik
Yang diperlukan adalah dari setiap aspek
tersebut, dilakukan pengelolaan yang
seoptimal mungkin, untuk menghindari
morbiditas yang berlebihan dari si penderita,
Berikut ini, beberapa pokok yang perlu
diketahui dan dikelola sebaik-baiknya dalam
menghadapi suetu pembedahan toraks.
Persoslan dasar dari bidang medis tidaklah
dapat diuraikan secara luas di sini dan
diharapkan dari para dokter atau perawat
untuk tetap memperhatikan dasar-dasar
pengobatan/porawatan secara umum,
Aspek dlagnostik
Diagnosis diperlukan untuk penentuan
diagnostik diperlukan guna mengetahui
kelainan organik yang ada, kemampuan
penderita menerima pembedahan toraks,
standardisasi nilai-nilai parameter klinis
untuk perawatan pascabedah, den penentuan
prognosis
Untuk pembedahan elektif, prosedur
diagnostik harus dilengkepi sebaik-baiknya.
Di sini sudah mulai dibutuhkan koordinasi
interdisipliner, agar “arus kerja” dapat
efektif.
Penderita tidak boleh diperlakukan seperti
“pola” akibat prosedur yang satu belum
selesei, harus sudah pindah ke bagian lain
‘untuk menempuh prosedur yang lain.
indikasi_pembedahan. Pada dasarnya—buku Ajar Primer In Bedah Toca, Karak, dan Vashular
Untuk penentuan kelainan organik,
dibutuhkan pomorikeaan-po
ix
Radiografis: foto polos PA./Lat.ke dan ki,
C#Sean toraks.
Endoskopi: bronkoskopi, EBUS/EUS.
. Patologi dan sitologi: dari sputum,
bronchial washing, dari punktat, pleura
(bila ada) atau dari biopsi (FNA) dari:
jaringan mediastinum (mediastinoskopi),
jaringan kelenjar regional, dan jaringan
paru sendiri.
|. Faal paru dan jantung: spirometri/
bronkospirometri, pemeriksaan faal paru,
Blektrokardiografi (ECG).
.. Pemeriksaan Iaboratorium rutin seperti
pada persiapan bedeh urmum,
es
Khusus untuk pemeriksaan faal-paru,
maka aspek ini juga merupakan titik penting
pada penentuan indikasi pembedahan toraks
(elektif). Kelainan patologis dari faal-paru
dapat dibagi sebagai berikut,
kelainan obstruktif
». kelainan restriktif
. kelainan gabungan a) dan b) masing-
masing diklasifikasikan dalam — ringan,
— sedang, dan — berat. Berdasarkan
Gambar 1.1-1 Presentasi dari MSCT-128 yang
‘menunjukkan detail anatomi bronkus
hasil pemeriksaan faal-paru, maka
{indikasi pembedahan toraks diberikan bila
terdapat: faal paru normal, kelainan
paru obstruktif ringan sampai
sedang, dan kelainan paru restriktif
ringan (selanjutny lihat Bab 1.2.5),
Bila terdapat kelainan faal paru yang lain,
indikasi pembedahan depat diberikan dengan
mempertimbangkan kelainan orgenik yang
ada,
Pada keadaan mendadak/akut, maka
aspek diagnostik tentunya lebih dipersempit,
dengan paling sedikit selain memperhatikan
sejala klinis yang ada (shock, flail chest, sesak,
dan lain sebagainye), dapat cukup dengan
membuat gambar Réntgen toraks dari arah
AP (penderita tidur/setengah duduld). Gambar
ini cukup memberikan peluang indikasi
pembedahan. Dalam hal ini, kemampuan
pengetahuan bedah sangat diperlukan, karena
penentuan indikasi pembedahan hanya
didasarkan pada fakta yang sedikit, Contoh:
pada terdapatnya hematotoraks, maka
jumlah darah yang terdapat di dalam rongga
toraks cukup diduga dari bayangan
kesuraman sudut frenico-kostalis atau
jumlah darah yang keluar dari drenase
interkostal yang dipasang sesaat
setelah dugaan diagnosis ditegakkan.
Perkiraan perdarahan dari gejala klinis pun
sangat membantu menegakkan indikasi
untuk torakotomi, Pada Rumah Sakit/
‘Tempat Pelayanan Kesehatan dengan sarana
diagnostik yang modern, make hal-hal
mendadak ini banyak dibantu oleh kemajuan
dalam melakukan pemeriksaan CT-Sean
toraks dan USG-toraks. Pemerikeaan—
CT-Scan toraks dan/atau USG-toraks
dapat dipakai untuk menegakkan—
HingaoedeHalainan torah khususnya
pada penderita yang tidak dapat duduk/
berdiri. (lihat Gambar 1.1-2)
NAN A
&
nAAAAANA
ANNANGambar 1.1-2 Hematoloraks kanan: a) penderita
tiduran, b) CT-scan nampak kumpulan darah i
daerah posterior (penderita dengan trauma kepala)
Aspek persiapan prabedah
Dasar dari persiapan penderita untuk
prapembedahan toraks adalah faal paru yang
terganggu karena adanya kelainan jantung
atau parunya.
Kenyataan yang ada adalah: terganggunya
faal paru sebelum pembedahan dan
menurunnya faal paru tersebut setelah
pembedahan, karens terdapatnya rasa
nyeri atau berkurangnya bagian paru yang
ikut dalam respirasi, serta penderita harus
secepatnya dapat bernafas spontan, sehingga
diperlukan faal paru yang mendekati
kebutuhan si penderita
Persiapan dijalankan dengan melakukan.
fisioterapi, baik dengan tindakan inhalasi__
‘Gengan_memakai_bronkodilator ataupun
secara fisis dengan meminte_penderita.
melakukan “senam nafas” secara baik, agar
nantinya setelah masa pembiusan berakhir,
penderita masih cukup kooperatif bila diminta
melakukan “tarik-dan keluar-nafas”
Persiapan prabedah ini terlihat penting
artinya bila akan dilakukan reseksi paru, Ada
tiga hal yang dapat terjadi setelah dilakukan
pembedahan toraks.
a. Pada trauma toraks atau eksterpasi
massa ekstratorakal: tidak terdapat
perubahan faal-paru (relatif), hanya
terjadi penurunan faal paru karena toraks
zyang belum stabil (pengurangan gerakan
nafasificksibilitas dinding toraks)
Bab1 TORAKS
b. Pada pembedahan tumor ganas paru/
Febeksi*paru: paru akan kehilangan
sebagian dari jaringan yang ikut dalam
dan respirasi, mungkin hal ini
relatif tidak terdapat karena sebelumnya
sudah terdapat kelainan obstruktif, tetapi
terdapat kehilangan kompartemen paru
yang permanen
c. Pada eksterpasi tumor intra thorakal
ekstra pulmoner: terjadi seeara relatif
penambahan faal paru, yang sebelum
pembedahan terdapat gangguan
obstruktif, yang kadang-kadang sampai
lebih dari 50%. Setelah tumor hilang,
‘maka ada kemungkinan terdapat faal paru
pascabedah yang 100%, hanya sementara
pada masa pascabedah dini terjadi
gangguan seperti tersebut dalam 2).
Aspek teknik pembedahan
Beberapa hal yang penting dalam pelaksanaan
pembedahan yang dapat dibedakan dari
pembedahan jenis lain adalah sebagai
berikut.
1. Sarana kamar bedah (0.K)
&” Ruangan bedah untuk bedah toraks
menurut standar internasional
berukuran lebih besar dari ukuran
amar bedah biasa (40 m?), dianjurkan
untuk operasi-operasi jantung atau
bila khusus untuk torakotomi,
paling kecil 56 m2. Luas ruangan
ini diperlukan untuk menempatkan
alat-alat tambahan khusus, yaitu
unit alat anestesi dengan ventilator,
unit monitor, selain memerlukan
Jampu operasi yang lebih besar, juga
tambahan meja instrumenfalat bedah.
», Ruangan pembedahan sebaiknya tetap
diklasifikesikan dalam ruangan bedah
“aseptik”,
¢. Alat-alat/instrumen bedah khusus
torake, yang pada prinsipnya6 Buku Ajar Primer imu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular
s
terdiri atas alat-alat tambahan
untuk pemotong costa dan alat-alat
tambahannya; instrumen atraumatik
untuk manipulasi paru den pembuluh
darah; instrumen untuk pemotongan
bronkus dan penjahitan pembuluh
darah besar; koleksi benang jahit yang
cukup variasinya, sebaiknya digunakan
benang-benang yang atraumatik; serta
instrumen penutup rongga toraks.
. Sejumlah koleksi bahan-bahan
allograft: Dacron/Teflon Patch, pipa-
pipa drenase, antibiotike serta obat-
obatan kardiak, analeptika dan anti-
aritmia,
e. Meja operasi yang dapat digerakkan
untuk macam-macam posisi penderita,
dilongkapi lampu operasi yang terang
dan fleksibel.
; Peralatan dan setting untuk
pembedahan VATS (lihat Bab 1.7.3).
‘Teknik pembedahan
‘Teknik pembedahan sederhana,
pembuatan sayatan standar, tidak
membuat terlalu banyak membuat
“variasi”.
Prinsip dalam melaksanakan pembedahan
adalah:
a, Bertindak selalu mengingat
“terminologi fungsi", melakukan
reseksi/tindakan yang tepat,
menghindari sedapat mungkin
terjadinya perdarahan massif,
bertindak, dan bekerja dengan “kepala
dingin”.
(b. Penutupan Iuka secara lapis
demi lapis sesuai anatomi dengan
meninggalkan drenase interkostal yang
cukup besar, tetapi luka ditutup kedap
ude
Dianjurkan kepada setiap ahli bedah
yang melakukan torakotomi untuk
mengawasi sendiri dari perrmulaan: posisi
penderita yang diinginkan, mengawa.
pemindahan penderita, dan memberikan
jadwal tindakan bedah pascabedah secara
kronologis.
‘Aspek perawatan pascabedah
Masa pascabedah dini, dapat dikataken
mencakup waktu sampai 4-5 hari pascabedah,
meskipun umumaya pada keadaan yong
tidak ada komplikesi, maka masa gawat
berlangsung hanya sampai 48 jam.
Perawatan penderita pascatorakotomi
sebaiknya dilakukan di ryangan perawatan
intensif (ICU) atau ROI (Ruang Observasi
Intensif) atau suatu ruangan khusus yang
‘Gilengkapi lebih dari ruangan biasa, yaitu
sebagai berikut.
a. Paling sedikit ditambah alat-alat: pompa
hisap; oksigen, Nebulizer; tensimeter atau
monitor elektronik; dan lampu meja
. Optimal bila dilengkapi dengan: respirator,
resusitasi kardiopulmoner (CPR), serta
alat-alat/instrumen bedah minor untuk:
venaseksi, trakeotomi, punksi/drenase
toraks, bedside monitor,
. Menggunakan rekam medis (status)
yang khusus, untuk dapat mengikuti
perkembangan penderita secara gamblang_
dan jelas,
Diawasi/dirawat olel: perawat-perawat
khusus yang telah mendapatkan
pendidikan perawatan intensif, dengan
jumlah minimal untuk satu penderita:
16-2 orang perawat. Pengamatan
dan perawatan ditujukan untuk dapat
melihat perubahan-perubahan fungsi
hemodinamik dan pernafasan, terutama
bila penderita masih ada di bawah ventilasi
mekanik,
Pengawasan atas keseimbangan cairan
dan elektrolt, juga pemberian obat-obatan
eyang terdiri ates: antibiotika, analgétika/
sedativa, kardiaka/analeptika, vitamin,
Penderita diletakkan pada tempt tidur yang
dapat diubah-ubeh posisinya. Bila penderita
pada waktu datang, tidak di bawah
pernafasan mekanik, maka seyogianya
diletakkan dalam posisi setengah duduk
15°, dan pipa-pipa drenase (torake, buli-
bali, lambung) disambung dengan terminal
masing-masing. Untuk drenase interkostal/
toraks, sebaiknya digunakan hisapan
keontinu dengan sistem due-botol. Besarnya
tekanan negatif harus disesuaikan dengan
pedoman yang ada. Luka operasi harus
dijaga agar “tetap kering”.
,, Harus selalu dijaga, bahwa jalan nafas
penderita selalu bersih dan bebes dari
obstruksi; melakukan ‘oilet bronchus pada
penderita-penderita dengan respirator;
memberikan udara yang lembab/
basah: Nebulizer; menyuruh penderita
Jatihan nafas dalam dan batuk-batuk;
dapat dianjurkan pemberian obat-obat
bronkodilator.
. Melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk evaluasi tindakan bedah, yaitu:
pemeriksaan Roentgen toraks tiap 6-8 jam
pada hari pertama, seterusnya tiap 12 jam;
pemeriksaan serum elektrolit, gas darah,
Hb dan PCV. Dalam aspek ini masih tetap
terlihat adanya keterlibatan interdisipliner
‘yang sebaiknya dikoordinasi secara baik
dan tunggal. Konsultasi setiap hari dengan
bagian-bagian yang terlibat adalah sangat
diperlukan.
e
Aspek rehabilitas!
Prognosis jangka panjang dari suatu
pembedahan toraks untuk penderita adalah
tergantung pada jeris penyakit yang diderita
serta ada tidaknya komplikasi selama masa
intra-operatit_sampai pagcabedah, Pada
keadaan trauma, pengembalian fungsi
Bab 1 TORAKS
rongga toraks dan paru serta jantung
melalui pembedahan dan perawatan yang
berhasil, niémberikan fungsi kardiopulmoner
yang normal kembali buat si penderita.
Deformitas yang terjadi peda cavum toraks
jarang memberi akibat buruk bagi fungsi
nafas karena umumnya trauma yang terlalu
berat akan membawa akibat fatal pada masa
pra, intra maupun pascabedah dini, Reseksi
paru karena trauma/perdarahan massif
sampai dengan pneumektomi umumnya
dapat ditoleransi secara baik pada orang-
orang muda yang mempunyai faal paru
yang normal sebelumnya, Penderita yang
sebelumnya sudah mempunyai faal paru
yang jelek, urmumnya tidak dapat mengatasi
trauma pembedahan tersebut. Oleh karena
itu, penderita-penderita pascatrauma toraks,
berhak mendapatkan rehabilitasi yang
sempurna, untuk nantinya dapat melakukan
tugas sehari-harinya seperti sediakala.
Pada penderita-penderita dengan
tumor ganas paru, yang sebagian besar
adalah karsinoma brorikogenik, maka
penentuan indikasi pembedahan peda
masa prabedah, adalah penting, Reseksi
paru merupakan tindakan yang dapat
menolong memperpanjang umur penderita
bila dilakukan pada stadium yang dini
(Gtadium-Ia/Ib). Meskipun prognosis Ca-
bronchus umumnya jelek, bila dilihat
rendahnya daya tahan hidup 5 tahun (6.years’
survival rate) setelah lobektomi dan daya
tahan hidup 3 tahun (9 years’ survival raie)
setelah pneumektomi (sekitar 20-25%), tapi
mengingat rendahnya mortalitas pembedahan
pada reseksi paru (kurang dari 10% pada
lobektomi dan 10-15% pada pneumektomi),
maka dapatlah dikatakan bahwa tindakan
pembedahan pada tumor ganas paru masih
dapat dipertanggungjawebkan,
Pada kelainan-kelainan parufntra thoralcal
yang nonkanker, misalnya: fuberkulosis, kista-Buku Aja Primer mu Beda Toaks,Karciak, dan Vashular
kista parasit, mycosis, kiste-kista embryonal,
keradangan banal make angka-angke
kematian/mortalitas operasi dibandingkan
tanpa pembedahan jelaslah sangat menyolok,
sehingga dalam hal ini, rehabilitasi penderita
sangailah tergantung dart tndaken bedah
pembedahan.
—
Kesimpulan
Meskipun pembedahan toraks mempunyai
banyak aspek yang merupakan tantangan bagi
setiap dokter yang menekuni organ ini, tetapi
banyak dan makin sering timbul kebutuhan
untuk melakukannya, baik dari sebab trauma
toraks maupun kelainan-kelainan patologis
intrapulmoner dan jantung. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya bahwa bidang ini
mendapatkan pethatian yang lebih saksama
dari setiap komponen dalam problematik yang
interdisipliner ini. Pengelolaan yang cermat
dan efektif dari masa diagnostik sampai masa
rehabilitasi akan membawa perbaikan pada
cara pengobatan kelainan-kelainan rongga
toraks.
1.2. ANATOMI BEDAH DAN
FISIOLOGI PERNAFASAN
4,21 Anatomi toraks
Toraks terdiri atas bagian tubuh yang
meliputi kulit regio torakalis dengan otot/
muskulus yang mengelilingi rongge toraks
dengan vertebra torakal, tulang tulang-rusuk,
sternum, dan jaringan ikatnya serta semua
organ tubuh di dalamnya termasuk pembuluh
darah arteri dan vena, jantung, paru, saraf
dan pembuluh lime.
Rongga toraks (cavum thoracis) dibatasi
di daerah bawahinterior oleh diafragma yang
memisahkan toraks dari rongga abdomen dan
di daerah atas/superior dengan regio colli/
leher, sekitar batas atas insisura jugularis di
tengah dan bahu di kanan dan kiri, Rongga
torake tordiri atas dua bagian utam&-yan
@) paru-paru (kanan dan kiri) dan sistema
trakeo-bronkial dan pembuluh darah
arterl dan vena yang menyertainy:
(2) mediastinum.
Paru kanan terdiri atas tiga lobus y
superior, medius, inferior dan paru kit
terdiri atas dua lobus yaitu: superior, inferior,
Masing-masing terdiri atas sejumlah segmen
paru (Gambar 1.2-1). Sistema trakeobronkial
terdiri atas cabang-cabang bronkial sampai
26 generasi percabangan dan berakhir pada
alveoli, yang sisi dinding aktifnya tebalnya
+ 04 wm dan sisi yang melakukan difusi
tebalnya + 1-2 um. Jumlah alveoli sekitar
200-600 juta, tergantung pada tinggi dan
erat badan seseorang. Diameter tiap alveoli
adalah sekitar 0,2 mm dalam keadaan
fungsi kapasitas residual, dan berbentuk
polyhedral, bukan bulat/sferikal. 'Terjadinya
difusi pertukaran oksigen dan karbon
dioksida terjadi bila ada -ventilasi dan perfusi
dibagi dalam 3 bagian
aarenar tae, medius,
Mediastinum terletak di
antara paru kiri dan kanan dan merupakan
daerah tempat organ-organ penting toraks
selain paru-paru (yaitu; jantung, aorta, arteri
pulmonalis, vena kava, esofagus, trakea, dan
Jain-lain), Dari arah atas/superior, rongga
toraks dapat dimasuki melalui “Thoracic
inlet" (pada beberapa buku juga sering
disebut “thoracic outlet") yang merupakan
pintu masuk rongga toraks yang terdiri
atas: permukean ventral vertebra torakal I
(posterior), bagian medial dari tulang-rusuk
T kiri dan kanan (lateral), serta manubrium
sterni (anterior), Penunjang bagian depan
toraks adalah sternum, dan secara anatomis
manubrium sterni terletak kira-kira setinggi
vertebra torakal IL
nn
Annan
ANPa a |
SUREUUUDOUU UU UU 8
Gambar 1.2-1 Skema lobus(i) paru dan segmen
pare
:Batas bawah/inferior rongga toraks
(‘pintu keluar toraks”) adalah daerah yang
ttasi oleh sisi ventral rusuk VII s/d IX
‘yang tergabung pada arcus costae dan ke arah
posterior di vertebra torakal XII, lateral oleh
batas bawah tulang-rusuk XII dan anterior
oleh processus xyphoideus, Di bawahnya
langsung dibatasi oleh diafragma yang
berbentuk kubah dengan puncak kanan dan
kirinya menjorok ke arah superior sehingga
sebagian rongga abdomen sebenarnya
roe ponte ~ Arm probed
Gambar 1.2-2 Skema daerah rongga toreks dari Ivar
foes ai
Bob { TORAKS:
terlétak di dalam deerah rongga toraks (lihat
Garnbar 1.2.2).
Hal ini penting untuk menaksir terjadinya
trauma toraks yang dapat menimbulkan
kerusakan organ abdominal atau sebaliknys,
trauma organ abdominal dapat menimbulkan
gejale pada toraks. Secara bedah, anatomi
toraks dapat dibagi dari bagian depan dengan
adanya sternum, yang terdiri atas tiga
bagian: manubrium, korpus, dan processus
syphoideus, Titik paling atas sternum dikenal
sebagai insisura jugularis, yang tampak
berupa lekukan antara kedua bonggol
klavikula, Secara planar, insisura jugularis
adalah setinggi betas bawah dari vertebra
torakal ke-2, Angulus ludovici adalah
tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan
bagian korpus dan manubrium sterni yang
membentuk sudut, Sudut ini tampak nyata
pada orang yang kurus. Angulus ludovici
adalah penanda anatomi permukaan oleh
karena terletak setinggi tulang-rusuk ke-2
dan vertebra torakal IV-V. Setinggi angulus
inj terdapat organ-organ penting: arkus
Bagian terakhir sternum
8 xyphoideus yang dapat
diraba sebagai ujung bawah yang lunak
dari sternum; kire-kira setinggi vertebra
torakal IX. Ke arah lateral dari sternum
inet
reste
’
“ph haar torah”40 Buku Ajar Primer imu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular
terdapat tulang-rusuk yang menempel pada
sternum dan ruang interkostal yang dapat
dibedakan dan dihitung melalui palpasi dan
ada sebanyak 11 (sebelas) rongga interkostal.
Hampir seluruh tulang-rusuk tertutup oleh
tot tetapi dapat diraba dari luar, kecuali
tulang-rusuk I yang tidak dapat teraba oleh
karena tertutup oleh klavikula, Batas bawah
sternum di sebelah anterior dibentuk oleh
processus xyphoideus, tulang rawan (kartilago)
dari tulang-rusuk VLXI (membentuk arcus
costae), dan ujung kartilago dari tulang-rusuk
XII, (ihat Gambar 1.2-3). Dari sisi lateral
dikedua sisi toraks dapat ditemui papilla
mammae, yang pada pria yang kurus berada
di sekitar sela interkostal V kiri sedikit
lateral garis tengah-klavikula. Triangulus
aushultatorius adalah area segitiga yang
dibentuk oleh skapula di lateral, superior
oleh batas inferior muskulus trapezius
dan inferior oleh batas superior muskulus
latissimus dorsi yang terbentuk saat skapula
tertarik ke lateral-anterior pada posisi lengan
atas melipat ke depan dada dan elevasi ke
dopan. Area ini merupakan petunjuk klinis
penting karena ruang interkostal di tempat
ini hanya tertutup oleh jaringan sub-kutis
dan merupakan tempat yang baik untuk
pemeriksaan auskultasi toraks. Klavikula
dapat dengan mudah diraba atau dilihat
karena hanye ditutupi oleh subkutis dan kulit.
Skapula dapat dipalpasi dari permukaan
dengan margo vertebralis, angulus inferior,
dan spina, Ujung skapula merupakan petanda
klinis penting oleh karena terletak tepat di
pinggir bawah tulang-rusuk V yang dipakai
sebagai orientasi pada torakotomi (lihat Bab
1.3.2),
Untuk melakukan pembedahan toraks,
maka secara anatomis, garis-garis (imajiner)
yang penting di toraks anterior” adalah
garis-Lengah sternum (sternotomi medial),
di daerah toraks lateral ada garis axillaris
anterior (sesuai sisi lateral M. pectoralis
major), linea axillaris medius (sesusi
dengan puncak aksila) dan linea axillaris
Rongge
antar-iga
kiinis
proyeks!
“terjangkau"
Rongga antar-iga
ke-6 (ICS-Vn
Rongga linia “paling
antar-iga baweh”
kinis
proyeksi
dlafragma
Rongga antariga
ko-t4 (ICS-X0)
Gambar 1.2-3 Skema (uiang igatoraks terhadap proyeksiintratorakalUoUEUUUUUUUeEUuNy
posterior (sesuai dengan M. latissimus dorsi,
selain juga garis parasternal dan searah
garis tengah klavikula, Biasanya otot yang
diinsisi pada waktu melakukan ‘torakotomi,
Posterolatera} hanya otot latissimus dorsi,
ila diinginkan lebih lebar: ke posterior dapat
dipotong muskulus trapezius dan rhomboideus
mayor dan thinor; ke anterior dapat dipotong _VI-X]_merupakan tulang-rusuk palsu—
muskulus seratus anterior di origonya
(bagian depan otot) untuk menghindari
kerusakan nervus torakalis longus. Pada
tgrakotomi anterior dilakukan pemotongan
dari muskulus pektoralis (selanjutnya ba
Bab 1.8.2). Area pre-kordial (Iihat Gambar
1.2+4) adalah area proyeksi dari jantung ke
dinding dada anterior, yaitu daerah dengan:
batas superior: tulang-rusuk IT kiri; batas
inferior: pinggir bawah toraks (tulang-rusuk)
kiri; bates kanan: garis parasternal kanan;
batas kiri: garis mid-klavikula kiri.
1.2.2 Dinding toraiks
Kosta (costae) - tulang-rusuk/iga
Turangrisikliga (kosta) yang merupakan
tulang jenis osseokartilaginosa. Memiliki
penampang berbentuk konus, dengan
diameter penampang yang lebih kecil pada
tulang-rusuk bagian atas dan makin melebar
Gambar 1,2-4 Area “prekordial”
=
Bob 1 TORAKS:
pada daerah tulang-rusuk sebelah bawah - ke
distal, Penampang di bagian posterior lebih
kubikal dan makin ke anterior penampang
lebih pipih. Terdapat tulang:
6 tulang-rusuk pertama melekat
vertebra yang bersesuaian, dan di
sebelah anterior ke sternum. Tulang-rusuk
(costae spuria) yang meleket di anterior
ke rawan kartilago tulang-rusuk di atasnya,
dan_Ttulang: ir_merupakan
tulang-rusuk yang melayang kerena tidak.
Derartikul i sebelah anterior. Setiap
tulangerusuk terdiri atas kaput, kollum dan
‘orpus dengan 2 ujung: permukaan artikulasi
vertebral dan sternal. Sisi atas tulang-rusuk
terdapat krista kasar tempat melekatnya
ligamentum costotransversus anterior. Di
antara batas bawah dan permukaan internal
terdapat suleus costales, tempat berjalannya
arteri-vena-nervus interkostal. Tulang-
rusuk pertama merupakan tulang-rusuk
yang penting oleh karena menjadi tempat
melintasnya pleksus brakhialis, arteri dan
vena subklavia, Adanya kosta aberans (costa-1)
dapat menimbulkan sindroma kostoklavikular
karena penekanan pada struktur-struktur ini
(ihat Bab 1.5.1). Pada proyeksi radiografis
perlu diperhatikan bayangan kosta (e)
terhadap struktur yang sesungguhnya, karena
sering tidak sama, seperti terlihat pada
Gambar 1.2-5,
Otot-otot dinding toraks
___Muskulus skalenus anterior melekat di bagian
anterior permukean internal tulang-rusuk I
(luberculum scaleni), dan merupakan pemisah
antara pleksus brakhiolis di sebelah lateral
dan a/vin subklavia di sebelah medial dari
otot tersebut, Ruang interkostalis ada 11
(ruang interkostal 12 Taek wae) dan terial
interhostalis eksternus dan internus
bar 1.2-6a dan 1.2-6b) Setelah itu
"42. Buku Ajr Primer lm BodchToaks, Karak, dan Vshlar
terdapat fascia transversalis, dan kemudian
pleura parietalis dan rongga pleura.
Pada region toraks, otol/muskulus yang
penting dalam melakukan torakatamiadalah
‘Seba berikut (lihat Gambar 1.2-6a, 1.2-66
dan 1.2-60)
1. M. latissimus dorsi, otot terbesar di
daerah punggung; origo pada prosessus
spinosus vertebra torakal bawsh dan
vertebra Iumbal atas, sakrum, dan
krista iliaka; insersi pada humerus atas,
Berfungsi untuk adduksi, ekstensi, dan
rotasi-medial dari lengan atas,
M. serratus anterior, grigo pada
agian anterolateral tulang-rusuk I-IX
dan berinsersj pada skapula, M.serratus
anterior saling bersilangan dengan
insersi otot obliquus abdominis mayor di
dinding abdomen. Otot serratus anterior
di persarafi oleh N. ‘Torasikus longus
dan berfungsi untuk merotasi skapula ke
anterior dan mengangkat tulang-rusuk.
Mz teres mayor, yang normalnya tidak
dipotong pada insisi toraks. M. teres
mayor berjalan dari skapula menuju
humerus dan berfungsi untuk rotasi,
ckstensi, dan abduksi dari lengan atas.
4, M. trapezius sebagian menutupi m. teres
mayor dan m. latissimus dorsi di sebelah
=
8
Gambar 1.2-8 Perbandingan bayangan radiogralis terhadap struktur kostae)
posterior. Sebuah celah segi tulang-rusuk
di antara ke tulang-rusuk otot ini dikenal
sebagai triangulus auskultatorius,
sebagai tempat untuk mengakses secara
langsung dinding dada.
M. serratus anterior, yang akan terlibat
pada asungan anterior.
M. pektoralis mayor, ber-origo pada
bagian medial klavikula, manubrium,
sternum, kartilago tulang-rusuk I-VI,
dan pada aponeurosis obliquus abdominis
eksternus. Berinsersi pada tuberkulum
mayor humerus, dipersarafi oleh N.
torasikus anterior, dan berfungsi untuk
mengadduksi dan merotasi-medial dari
lengan.
M. pektoralis minor berorigo pada
costochondral junction di tulang-rusuk-
tulang-rusuk atas dan berinssrs’ pada
scapula, dipersarafi oleh N. torasikus
anterior dan berfungsi untuk merotasi
skapula ke bawah dan/atau mengangkat
(elevasi) tulang-rusuk.
M, obliquus abdominis eksternus,
merupakan batas bawah rongga toraks
diperkuat oleh otot, yang beroriga.pada
permukaan lateral dan anterior dari
tulang-rusuk V-XII dan berinsersi pada
krista iliaka, ligamentum inguinalis,
~
&
[=
AEUUUUUCUUUUeoeUUuog
dan permukaan anterior ia recti
abdominuis. M. obliquus dipe’ afi oleh
N. torasikus inferior,
M. trapezius, pada bagian posterior
dinding dada dan paraspinosus, berorigo
pada oksiput, menurun ke vertebFr
torakal dan ligamennya. Berinsersi
pada klavikula lateral, akromion, dan
spina skapula, dipersarafi oleh nervus
aksesorius, dan fungsinya untuk merotasi
skapula dan menggerakan kepala.
Bab 1 TORAKS
10. M, thomboidens mayor dan minor,
birorig’ pada vertebra torakal 1-4
fan vertebra servikal 6 & 7 secara
berurutan, dan beringersi pada margo
medial skapula, di bawah, dan di atas
spina, Keduanya dipersarafi oleh nervus
dorsalis dari skapula.
M, paraspinosus atau M. erektor
spina terletak di sebelah dalam dari
fascia torakolumba
oleh cabang dorsal dari nervus torasikus
dan lumbel.
‘Apertura torakal kanan
‘MStemocleidomastoideus
MPectoralis mayor
M.Latissimus dorsi
M. Trapezius
M, Deltoid
Gambar 1,2-66 Skema anatomi otot
+ Manubrium sterni
M, Teres mayor et
scapularis
M. Serratus anterior
sh foraks posteriorbelakang4 Buku Aja rier nu Bodh Trak, Karak, dan Vasher
M. Rhomboid
mayor
M,. Latissimus dorsi
Ze
M, Serratus
anterior
Gambar 1.2-6¢ Skema anatomi otct toraks depanimiring posisi bedah
Pembuluh darah dan vena di bagian
dorsal berjalan di tengah sela tulang-rusuk
(lokasi untuk melakukan anesteri blok),
kemudian ke anterior makin tertutup oleh
tulang-rusuk. Di cekungen tulang-rusuk ini
berjalan berurutan dari atas ke bawah vena,
arteri dan saraf (V-A-N), Mulai garis axillaris
anterior pembuluh darah dan saraf bereabang
dua dan berjalan di bawah dan di atas tulang-
rusuk. Di anterior garis ini kemungkinan
cedera pembuluh interkostalis meningkat
pada tindakan pemasangan dren intarkostal
(WSD) (lihat Gambar 1.2-7),
1.2.3. Proses pernatasan
Rongga toraks dapat dibandingkan dengan
suatu pompe-tiup-hisap yang memakai pegas,
Artinya, gerakan inspirasi atau tarik nafas
yang bekerja aktif karena kontraksi otot-
otot interkostal, menyebabkan rongga toraks
mengembang, tekanan negatif yang menaik
dalam rongga menyebabkan mengalirnya
udara melalui saluran nafas atos ke dalam
paru, Sebaliknya, mekenisme ekspirasi atau
Keeluar-nafas, bekerja pas karena elastisitet!
daya lentur jaringan paru ditambah relaksasi
otot-otot interkostal, menekan rongga
toraks hingga mengecilkan volumenya,
mengakibatkan udara keluar melalui jalan
nafas (Gambar 1.2-8)
interkostal
Gambar 1.2-7 Kemungkinan perlukaan arteri
intercostale pada garis axillaris anterior pada
‘pemasangan dren -inteckostal (WSD)‘Bab 1 TORAKS:
Gambar 1.2-8 A) Keadaan inspiasi (Aki): udara masuk, B) Fase Ekspirasi: udara keluar (Pasi)
Proses INSPIRASI merupakan proses
yang AKTIF, sedangken proses EKSPIRASI
adalah proses yang PASIF, sehingge pa
setiap adanya cedera/trauma pada toraks,
akan terjadi hambatan untuk melakukan
inspirasi (yang hersifat aktif) karena akan
terasa nyeri.
Gerakan otot nafas daerah toraks, gerakan
diafragma dan pengembang-kempisan iga-
iga dengan rongga interkostalnya akan
‘membentuk fisiologi pernafasan (Gamber 1.2-
9 dan Gamber 1.2-10),
‘Adapun fungsi dari pernafasan ini meliputi
ventilasi distribusi, difusi, dan perfusi
(Tabel 1.1-D.
ROSES AWAL Nalas —» PROSES AKTIF ~» PROSES PASIF
Gambar 1.2-9 Skema gerakan otot natas dan diafragma pada proses pernatasan16 Bulu Ajar Primer imu Bedah Toraks,Kardiak, dan Vaskular
NORMAL INSPIRAS! EKSPIRAS
Gambar 1.2-10 Skema inspirasi dan ekspirasi (udara masuk dan kelua!) yang cibantu oleh sinkronisasi olot-
tot dinding toraks dan diafragma
memagukkanymengeluarkan udare
insprasi dan ekspiras|
b)_ISTRIBUSI rmenyebarkanimengalirkan dara tersebut merata ke seluruh sistem jalan nalas sampa
pada Aveo!.
9) DIFFUSI zal asam (oksigen) dan zat asam arang (karbon dioksid) bertukar melalui membran
semipermsabel pada dinding alveol (pectukaran gas)
) PERFUSI darah arterial di kapile-kapilor meratakan pembagian muatan oksigennya dan darah
venous cukup lersedia untuk digantkan isinya dengan muatan oksigen yang cukup untuk
‘menghidup!ringan tubuh.
Secara skematis, fungsi pernafasan dijabarkan sebagai berikut (Gambar 1.2-11)
i
VENTUAS!
DIFUS)
Gambar 1.2-11 Fungsi pernalasanBUUUNnUvvuvUuevUuody
a
Setiap kegagalan atau hambatan dari
rantai mekanisme yang tersebut iéu akan
menimbulkan gangguan pada fungsi
pernafasan, berarti berakibat kurangnya
oksigenisasi jaringan tubuh, misalnya
pada keadaan terdapat suatu trauma pada
toraks. Selain itu, maka kelainan-kelainan
dari dinding toraks akan menyebabkan
terganggunya mekanisme inspirasi/
ekspirasi, kelainan-kelainan dalam
rongga toraks, terutama kelainan jaringan
paru, selain menyebabkan berkurangnya
elastisitas paru, juga dapat menimbulkan
gangguan pada salah satu/semua fungsi-
fungsi pernafasan tersebut di atas.
Hal. ini menjadi dasar pengobatan dan
manajemen utama trauma toraks, yaitu
pemberian analgetika, agar proses inspirasi
tidak terasa nyeri, Cara lain mencegah nyeri
waktu nafas adalah memasang fiksasi pada
Kosta (@) yang terkena trauma atau mungkin
patah (fraktur).
1.2.4 Anatom! paru dan pleura
Paru-paru adalah organ respirasi yang berada
pada kedua sisi toraks (dada), dipisahkan oleh
Jantung dan struktur lain dalam mediastinum.
Paru kanan mempunyai berat rata-rata 625 g,
dan paru kiri 575 g. Paru:paru terdiri dari
pleura viseral, jaringan sub areolar, dan
parenkhim paru, Pada paru kanan, tepat
di superior hilum terdapat alur lengkung
tempat berjalannya vena azygos yang berjalan
ke ates menuju apeks dan kemudian ke
lateral dan akhirnya masuk ke vena kava
inferior. Di baliknya dan dekat dengan apeks
terdapat alur untuk arteri innominata. Di
balik hilum dan tempat perlekatan tulang-
‘rusuk dan ligamentum pulmonale terdapat
Bab 1 TORAKS:
alur vertikal untuk esofagus, alur ini makin
kke kaiudal ‘iihkin tidak jelas oleh karena
esofagus berpindah k kiri, Di sebelah
anterior dan kanan dari bagian bawah
alur esofagus terdapat ceruk dalam untuk
tempat berjalannya vena cava inferior, Paru
‘kanan_terhagimenjadi 3 lobi (superior,
medial, inferior) gleh 2 fissura interlobar
(mayor dan minor) serta setiap lobus terdiri
atas sejumlah segmen paru (lihat Gambar
1.2-12), Fissura_ mayor memisahkan lobus
superior dan medius dengan lobus inferior.
Sedangkan lainnye (minor) memisahkan
lobus superior dengan lot
minor berjalan berawal dari fissura mayor di
dekat tepi posterior paru kemudian berjalan
ke anterior dan membagi tepi anterior pada
bidang dengan ujung sternal-nya setinggi
kartilago kosta keempat. Terdapat beberapa
variasi pade fissure-fissura tersebut, Kira-
kira 50% tidek mempunyai fissura minor
yang lengkap. Batas anterior paru kanan
hampir tepat vertikal dan mengarah langsung
ke sinus kostomediastinum, sedangkan batas
anterior paru kiri terdapat konus kardiak
yang bersinggungan langsung dengan
perikardium, Paru kanan lebih pendek
2,5 cm daripada paru kiri oleh karena
diafragma kanan lebih tinggi dibanding kiri
untuk mengakomodasi adanya hepar. Paru
kanan lebih lebar oleh karena jantung yang
berada lebih banyak di sisi kiri rongga toraks.
Secara keseluruhan kapasitas total dan berat
paru kanan lebih besar dari paru kiri.
Di paru kiri: tepat di atas hilum terdapat
lekukan melengkung yang disebabkan oleh
arkus aorta, dan pada lekukan ini terdapat
pula alur yang mengarah ke atas yang
disebabkan oleh adanya arteri subklavia
iri, Terdapat pula cekungan di sebelah
anterior dari alur didekat tepi paru, tempat,
berjelannya vena innominate kiri. Di
belakang hilum dan ligamentum pulmonale48 Buku Ajar Prime imu Beda Toraks, Kardiak, dan Vaskular
Gambar 1.2-12 Proyeksi paru dan lobinya dari Kanan (a), depan (b) dan kiri(c) serta cabang bronkus, kanan,
‘ada 3-lobi, Kiri ada 2-lobi
terdapat alur vertikal yang disebabkan olch
aorta desendens. Di sebelah anterior, dekat
dengan basis paru, terdapat cekukan kecil
akibat adanya esofagus. Batas anterior paru
iri tipis dan tajam dan menyilang batas
anterior dari perikardium. Paru kiti terdiri
ates dua Jobus; superior dan inferior yang
dipisahkan melalui fissura_interlobaris.
Fioura berjalan memanjang dari arah kosta
ke permukaan mediastinum di hilum. Bila
dilihat pada permukaan paru, fissur bermula
dari pertengahan hilum dan mengarah ke
tulang-rusuk III dan V di bagian posterior.
Fisura memanjang ke inferior dan anterior
dan mencapai batas inferior sedikit di
belakang permukaan anterior setinggi sendi
kostokondral VI atau VII. Lobus superior
terletak superior dan anterior terhadap
fiszura; dan lobus ini dan terdiri atas apeks,
batas anterior, dan sebagian permukaan
Kosta dan bagian terbesar dari permukasn
mediastinal paru kiri. Lobus inferior yang
merupakan lobus terbesar paru ki, terletak
inferior dan posterior terhadap fissura. Lobus
inferior terdiri dari basis, bagian terbesar
permukaan kosta, dan mayoritas batas
posterior paru kiri.
Sedikit di atas pertengahan permukaan
mediastinal di setiap paru dan dekay dengan
c
tepi posterior, terdap. hilus pulmanis. Hils
nervus pulmonalis, pembuluh limfe, kelenjar
sgetah bening; dan seluruhnya diselubungi oleh
pleura. Hilus paru kanan terletak posterior
Wa superior dan inferior deri
vena azygos. Hilus paru kiri terletak antara
arkus aorta dan aorta desendens. Nervus
frenikus, arteri perikardiofrenikus, dan
plexus pulmonal anterior berjalan di sebelah
anterior dari hilus, sedangkan nervus vagus
dan plexus pulmonal posterior berjalan di
sebelah posterior hilus, Selain itu di bawahnya
terdapat ligamentum pulmonale Komposisi
| pulmonalis berada. a ‘anterior, arteri
pulmonalis di tengah dan bronkus beserta
percabangannya ada di posterior.
Pembuluh darah paru
Arteri pulmonalis membawa darah venous
ke paru-paru; kemudian bercabang-cabang
yang masing-masing mengikuti bronkusnya
beserta percabangannya, kemudian berakhir
sebagai jaringan kapiler pada dinding
alveolus. Di dalam paru, arteri pulmonelis
senantiasa berada di sebelah superior dan
anterior terhadap bronkus, Kapiler pumonalmembentuk pleksus yang terletak tepitdi
sebelah dalam epitel yang berada pada dinding
dan septum alveolus, Vena pulmonalis berawal
dari kepiler yang kemudian saling bergabung
membentuk cabang yang lebih besar, akan
tetapi tidak mengikuti percabangan bronkus
dan arteri, Pada akhir perjalanannya vena
besar kemudian mengikuti arteri dan bronkus
ke area hilus. Vena pulmonalis kemudian
bermuara di atrium kiri
Arteri_bronkhialis memberi darah ke
bronkus; berasal dart aorta torakalis atau
berasal dari cabang-cabang arteri interkostal
di bagian superior, dan mengikuti perjalanan
bronkus. Arteri ini memberi darah juga ke
kelenjar bronkus, dan dinding bronkus, Arteri
bronkial menembus bronkus memberikan
ercabangan plexus kapiler untuk memberi
berjalan ke dalam untuk membentuk
plexus yang memperdarahi lapisan mukosa.
Plexus ini berhubungan dengan vena-vena
keeil yang kemudian” berm
pulmonalis. Sebagian berjalan
areola interlobar dan bermuara pada vena
bronkhilis. Beberapa vena menuju ke
permukaan paru, membentuk jaringan
kpiler di bawah pleura. Vena bronkialis yang
tidak menerima seluruh darah yang diantar
oleh arterinya, akhirnya bermuara di vena
azygos (kanan) atau vena interkostalis dan
‘vena hemi azygos aksesorius (kiri).
Anatomi segmental
Pleura
Setiap paru diselubungi oleh membran
serosa tipis yang membentuk kantong
terinvaginasi yang tertutup. Sebagian
membran serosa yang dinamakan pleura
viseralis menutup permukaan paru dan
memanjang ke dalam fissura di antara lobus-
Jobusnya. Sisa membran yang lain dinamakan
FUuUUuUuUvvUuUvUuUUuUd
datakTapisan muskularis, kemudian™
Bab { TORAKS
pleufs*parjetalis, menutupi.permukaan
ditaii-amntiig dada, diafragme, dan area
mediastinum, kemudian membungkus
semua struktur yang berada di hilus, Kedua
membran_tersebut hertemu pada bagian
inferior hilus. Ruang potensial di antara
kedua struktur tersebut dinamaken rongga
pleura, Jika paru kolaps atau bila terdapat
dara atau cairan di antara kedua membran
maka rongga pleura menjadi nyata. Artori
yang berada di pleura berasal dari arteri
interkostal, mamaria interna, muskulofrenik,
timus, perikardium, dan bronkhialis.
dihasilkan dan direabsorpsi
tinu, sehingga senantiasa berjumlah
nya sekitar 10 ml). Cairan pleura
berasal dari sirkulasi sistemik (karena adanya
tekanan osmotik dan onkotik), sedangkan
reabsorpsi dilakukan oleh sistem limfatik.
Laju produksi dan reabsorpsi berkisar antara
20-1000 mU/24 jam.
1.2.5 Fislologl pernafasan
‘Tekanan intrapleura (rongga) di pertahankan
oleh adanya gaya yang be an (tarik
menarik) pada kedua sisi pleura (parietalis
dan viseralis) yang membatasi rongga pleura.
Gaya tarik menarik tersebut adalah gaya
yang berasal dari dinding di
berasal paru-paru, Dipding dada.
untuk mengembang, sedangkan paru-paru
cenderung untuk kolaps, Akibatnya rongga
pleura dalam keadaan normal memi
tekanan negatif; antara -2 cm H,O (basis)
sampai -8 cm H,O (apeks) dalam kondisi
akhir ekspirasi normal pada posisi tegak,
sedangkan pada seat inspirasi maksimal
maka tekanan intrapleura mencapai -25
sampai -35 em H,0.
Besarnya tekanan ini dalem ukuran mmHg
adalah sebagai berikut (Gambar 1.2-13),
9eo
20. Buku Ajar Primer mu Beda Toraks, Kariak, dan Vashular
INSPIRASI EKSPIRASI
INSPIRASL DAW EKSPIRASI
INTRATORAKSIK 751, mmHg 756 mmbig 758 mmHg
INTRAPULMONIK 758 mmHg 760 mmbg 762 mmHg
Gambar 1.243 Skema dan nai respirasi normal waktu inspitasi dan ekspirasi
Kemampuan paru menampung udara
untuk pernefasan dijabarkan sebagai
“Kapasitas Paru Total” dan volume udara
yang mampu dihirup oleh paru setelah
inspirasi disebut “Kapasitas Vital”. Sisa
volume udara yang ada diparu setelah
ekspirasi disebut “Volume Sisa/Residual”
(ihat Gambar 1.2-14 dan Gambar 1.2415),
Arti klinis untuk kemampuan recoil paru
adalah trauma pada apeks paru dengan
pneumotoraks akan lebih sulit mengembang
‘Skema Faal Paru:
dibandingkan pada paru daerah diafragmal,
dan hal ini juga akan terlihat pada Qp/Qs
antara daerah apikal dibanding diafragmal.
Fisiologl pertukaran gas oleh paru
Setiap menit dibutuhkan kurang lebih
produksi oksigen dari difusi di alveoli
sebanyak 250 cc, volume yang sama juga
dari karbondicksida yang di produksi", Guna
mencapai jumlah ini, pada orang dewasa
dibutuhkan udara sebanyak 4,3 liter setiap
Gambar 1.2-14 Skema faal paru waktu proses pernafasan
aaanana.
nAnnnnnnan0
ie
SUV UU
% KPT
100
teeo
aa
» 1
fap
40
ay
20
reeo
40 0
Bab 1 TOAAKS = 44
KPT
vs|_,KEMAMPUAW RECON PARU
DAERAH APIKAL LEBIH KECIL
DARIPADA PARU BAGIAN
DIAFRAGMAL, ALVEOLI
DOIAPEX PARU RELATIF LEBIM
MENGEMBANG DIBANONGKAN
‘DAERAH BASAL PARU
+40,
KEMAMPUAN TEKANAN REKOIL PARU (emH20)
Keterangan KPT = Kopasitas Pa
FRC); VS = Volume Sisa(Resiual Volume, RV)
Tot! (Total Lung Capacity, TLC): KSF = Kap
Sise Fungtional (Funclinal Residual Capacity
Gambar 1.2-15 Skema dari mekanisme peru waktu inspirasi dan ekspirasi dengan kemampuan “recoil” paru
tethadap kapasitas paru (baca teks)
menit yang mengalir ke alveoli, jumlah ini
disebut alveolar-ventilation. Besarnya jumlah
ini disebabkan karena udara mengandung
hanya 21% Oksigen (Fi0,, fraksi oksigen
dalam udara), dan tekanan udara di alveoli
adalah 690 mmHg. Guna_transportasi
oksigen kejaringan oleh darah arterial, juga
dipengaruhi oleh kadar Hemoglobin, darah.
Satu gram Hemoglobin maksimal mengikat
1,34 cc oksigen, sehingga pada Hb 14 g%,
dapat diikat tiap 100 ce darah sebanyak
18,8 ce oksigen. Larutnya oksigen secara
FISIS dalam darah hanya 0,0031 ec O, tiap
100 ce darah pada tiap tekanan 1 mmHg,
sehingga besa) kadar hemoglobin sangat
mamengaruhi juga transportasi Oksigen ke
jaringan tubuh. Hal ini misalnya terlihat
pada kadar hemoglobin darah yang rendah,
misalnya hanya 8 g%, maka hanya terikat
10,2 ce Oksigen tiap 100 cc darah (pada rantai
mekanisme dan fungsi pernafasan yang
NORMAL, sudah terdapat selisih 8,6% vohame
0,, pada Hb normal 14 g%), Faal pernafasan
yang terjadi pada keadaan INSPIRASI dan’
EKSPIRASI tergantung pada kemampuan
faal paru (Gambar 1.2-16),
Evaluasi nilai-nilai feal paru ini pada
pemeriksaan prabedah toraks akan
menentukan kemampuan paru waktu
pembedahan dan dipakai untuk penentuan
indikasi pembedahan, terkait dengan jenis
pembedahan yang akan dilakukan dan
keadaan paseabedah yang akan dihadepi/
diprediksi. Dilihat dari hasil pemeriksaan
faal-paru, maka indikasi pembedahan
erikan bila terdapat faal paru
an paru obstruktif ringan
sampai sedang, ataupun kelainan paru
restriktif ringan.2g year Primer Iu Bedar
ah Toraks, Kardiak, dan Vaskular
enn reco
i
= Hay
/ I i) [al |
/ Nd eh
i= ele lpi
a
Gambar 1.246 Skema kapasitas faal paru
1.3 TRAUMA TORAKS
1.3.4 Patofisiologi, mekanisme dan
manajemen trauma pada toraks
Pada setiap trauma toraks yang sering terjadi
perdarshan, make yang dapat terpengaruh
secara langsung adalah penurunan kedar
hemoglobin darah (Hb). Pada kadar
Hemoglobin darah yang rendah, misalnya
hanya 8 g%, maka hanya terikat 10,2 ec
coksigen tiap 100 cc darah, yaitu pada rantai
mekanisme dan fungsi pernafasan yang
NORMAL, berarti sudah terdapat selisih 8,6
vvol% O, dibandingkan pada kadar normal Hb
14 g%. Perfusi jaringan pada seorang dengan
trauma pada toraks dengan terdapatnya
anemia karena perdarahan yang hebat
akan sangat mengganggu suplai oksigen
ke. jaringan, Pemberian transfusi adalah
merupakan salah satu terapi yang penting
dalam menghadapi keadaan mendadak pada
toraks.
Gangguan ventilasi dan perfusi (berarti
juga difusi) selalu timbul pada setiap keadaan
mendadak pada toraks. Pada keadaan normal,
maka ventilasi pada distribusi yang bai
selalu seimbang dengan perfusi. Baik jumlah
alveoli yang ikut dalam proses itu maupun
kemampuan kepiler darah yang mengelilingi
bola alveolus, Bila terdapat sejumlah rongga
alveoli yang hanya mendapatkan ventilasi
saja tapi tidak ikut perfusi, maka terdépatlah
hal yang disebut "VENTILASI TANPA
PERFUSI”. Hal ini terjadi bila terdapat
penambahan “DEAD SPACE” (ruang mati).
Dead space ini dapat berupa “Anatomical
dead space” (hidung, trakea, bronkus dan
sebagainya) atau “functional dead space”
(Gkut ventilasi tapi tidak mengalami perfusi
(Gambar 1.3.1)
Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada
sejumlah alveoli yang “kempis" (misalnya
pada acute respiratory distress syndrom
~ ARDS ataupun atelektasis paru), alveoli
ANAHRAAANAAAANANHANAAHUUUDUUET
=
=
=
=
=
=
tetap dialiri darah, tetapi tidak terjadi difust,
sehingga pada pembuluh datah efferent
alveoli masih tertumpuk karbondioksida,
yang kemudian bercampur dengan kapiler
lainnya yang telah berisi Oksigen, hingga
terdapat “SHUNTING” karena adanya
campuran darah dengan kadar CO, (venous)
dengan darah arteriel (Gambar 1.3.2).
Keadaan “shunting” ini harus selalu menjadi
pertimbangan apabila menghadapi penderita-
penderita yang tampak sesak, kemudian
terlihat sianotik. Bila terdapat shunting ini,
maka harus segera diatasi, yaitu dengan cara
berusaha mengembangkan lagi alveoli yang
tidak berfungsi tadi, Secara ringkas dapat
dilihat Gambar 1.3-3.
Gambar 1.3-1 Ventilasi tanpa pertusi. Terdapat
“dead space’, yang ikut ditusl yang berkurang
Gambar 1.3-2 Terdapat atelektasis (alveoli kempis),
hingga ada derah venous yang tidak mengalami
pertukaran gas, —» tejadi “shunting”. Kapiter efferent
‘masih banyak mengandung darah venous
Bab 1 TORAKS,
Gambar 1.3-3 Ringkasan patofisiologl: keadaan
shunting pada berbagai kelainan alveoii yang dapat
tera; A) normal, 8) dan C) pertusitanpa ventilai,
0) ventilasitanpa perfusi
Baik pada trauma tumpul maupun trauma
tajam terjadi keadaan-keadaan patologis
sebagai berikut.
Bila karena suatu trquma, dinding toraks
terbuka (berarti pleura parietalis juga robe),
maka tekenan intrapleural (antara pleura
parietalis dan pleura viseralis) yang negatif
akan menyedot udara masuk dan paru akan
collaps. Hal ini disebut “PNEUMOTORAKS",
dan selama luka dinding toraks ini terbuka,
22
‘Buku Aja Primer limu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular
yaitu udara bisa keluar masuk, disebut “Open-
pneumotoraks” atau juga sering disebut "sucking
wound”, (pneumotoraks terbuka) (Gambar 1.3-
4a). Bila luka pada dinding toraks ini sedemikian
rupa, sehingga udara bisa tersedotterhisap
Bila karena suatu hal, yang robek
hanya pleura viseralis (misalnya pecahnya
bulla emfisema karena batuk, atau trauma
tumpul yang menyebabkan patah tulang
iga yang fragmennya menusuk paru), maka
masuk, tetopi keluarnya dihambat Karena luka udara pernafasan akan masuk ke rongga
‘yang menjadi seperti Klep, (venti), maka pelan- intrapleural (yang semula bertekanan
pelan (agak copat, setelah beberapa pernafasan) negatif, jadi menyedot udara itu), hingga
akan timbul tekanan yang makin bertekanan
positif pada sisi yang sakit itu, menekan
mediastinum dengan hebat ke arah kontralateral
Hal ini disebut “PNEUMOTORAKS TENS!”
Tens imothorax). Keadaan ini sangat
cepat_memperjelek fungsi pernafasan.
(hater Lia Saat tindakan segera untuk
mengatasi keadaan ini harus diambil, yaitu
dengan membuat menjadi “pneumotoraks
torbuka” atau memasang drenase intratorakal
(lihat Bab 1.3.0.
timbul pula keadaan pneumotoraks. Hal ini
terutama nampak Jebih cepat bila penderita
menahan/menekan nafas (valsava). Karena
dinding toraks tertutup, maka hal ini disebut
“closed pneumothorax” - PREUMOTORAKS
TERTUTUP (Gambar 1.3-53 dan Gambar
1.3-5b). Selain itu, dalam hal ini, tindakan
segera perlu diambil untuk mengatasi
keadaan yang menimbulkan sesak dengan
cepat pada penderita.
>
Gambar 1.3-4 a) Robekan pleura paritalis, open pneumotoraks b) Ventil pada luka: pneumotoraks tensi
iN
Gambar 1.3-6 2) Robekan pleura viserais, pnemotorakstertutup;b) bla ada robekan atau terbukanya pleura
Parietalis —w-terjadi keseimbangan antara.tekanan almosterik dan tekanan intrabronkiat “pooumotoraks
AANAAAANAAAANAAANANAAANAANAARingkasan pneumotoraks
ee
Dalam keadaan pleura parietalis dan pleura
viseralis robek/terbuka (misalnya pada
Juka bacok pada toraks yang terngange),
tidak terjadi mekanisme ventil pada pleura
parietalis, tetapi ada ventil pada pleura
viseralis, hingga terjadi kolaps dari paru.
Udara yang keluar dari paru melalui lubang
di pleura viseralis akan diteruskan keluar
rongga toraks melalui robekan di pleura
parietalis, pada setiap gerakan nafas.
Penambahan tekanan di dalam rongga
toraks tidak terjadi, sedang mediastinum
pun tidak ikut tergeser banyak pada
gerakan ini. Hanya pada inspirasi yang
dalam dan ditahan, maka paru yang sehat
akan menekan mediastinum itu ke arah
hemitoraks yang sakit
TERKAIT TRAUMA
TRAKHEO: BRONKHIAL:
4144: TRAUMA DAERAH
‘TRAKHEO-BRONKHIAL,
23,548: PERLUKAAN
PLEURMPARU
7: PERLUKAAN ESOFAGUS**"
Gambar 1.3-6 Mekanisme patologis terjadinya
Bab { TORAKS
Emfisena mediastinum
Adatifa robekan dari bronkus atau cabangnya
dapat ‘menyebabkan udara dari dalam
bronkus ini keluar ke bawah daerah kulit,
yang tersering adalah sepanjang daerah
peribronkus ke mediastinum dan ke arah
leher dan kepala (Gambar 1.3-6). Keadaan
ini mengakibatkan terjadinya emfisema
mediastinum dan emfisema-kutis, Hal ini
dapat terjadi pule bila terdapat robekan dari
esofagus, yaitu udara yang ditelan, lari ke
mediastinum.
Catatan: Emfisema_kutis dapat
merupakan manifestasi akhir_ dari suatu
proses. Tertutupnya lapisan kulit setelah
terjadi robekan pleura parietalis dapat
menyebabkan udara “lari” ke bawah kulit.
Hal ini jelas tidak berasal dari suatu
emfisema mediastinum (Gambar 1.3-7).
cemfisema kulls et mediastinum
oe‘26 Buku Ajar Primer imu Beda Toraks, Karcak, dan Vaskular
Gambar 1.9-7 Robekan pada bronkus, udara akan lari ke ke bawah kulit & mediastinum dan rongga
mediastinum kemudian tertekan ke daeran leher
Flail-chest
Flail-chest yaitu bergeraknya satu segmen
rongga dada berlawanan dengan yerakan
nafas (gerakan paradoksal). Hal ini dapat
terjadi apabila karena trauma terjadi patah
tulang iga pada beberapa tempat dan bersifat
Komunitif, maka padat terbentuk suatu
segmen pada dinding toraks yang terlepas
dari fiksasi sekitarnya. Segmen ini akan
bergerak paradoks dengan gerakan nafas:
pada keadaan inspirasi akan terdorong
masuk, pada ekspirasi akan tergeser keluar
(Gambar 1.3-8a dan 1.3-80). Keadaan ini
disebut “FLAIL CHEST”, dan mediastinum
akan selalu bergerak dengan hebat
mengikuti geraken-nafas: ke kiri dan ke
kanan, menimbulkan apa yang dinamakan
"MEDIASTINAL FLUTTER". Keadaan ini
akan mengakibatkan gangguan pada venous _
return dari sistema vena cava, pengurangan_
“cardiac-output dan penderita cepat jatuh
dalam kegagalan hemodinamik
Gambar 1.3-8a Fiall chest. Segman yang “iepas” akan bergerak berlawanan dengan gerakan nalas
(paradoksa), mediastinum bergeser ke Kea arah, terdorong oleh gerakan paru yang kontralaleral
AnNnnAAANnAANANnANKAANATUUVUUVOUCVPUUVUeUo
Bab1 TORAKS 97
Gambar 1.3-8b Flail chest - A) skema 8) gerakan paradoksal
+ Hal ini disebabkan karena fraktura kostae
multipel, secara sirkumferensial/pada
beberapa tempat.
Waktu inspirasi bagian tersebut akan,
cektung ke dalam.
+ Waktu ekepirasi bagian tersebut justru
meiforjol ke luar
Hal ini disebut gerakan nafos paradoksal
Karena gerakan rongga toraks ini,
maka terjadi pula "mediastinal-
flutter” yaitu rongga mediastinum ikut
bergerak sesuai dengan gerakan segmen
tareebut. Diagnostik flail chest juga
dapat ditegakkan/dilihat berdasarkan
*
toraks karena robeknya pembuluh darah
dalam cavum thoracis (mulai dari arteria
intercostalis sampai pada aorta), maka darah
inj akan mengambil tempat dari paru. Paru
akan terdesak dan ekspansinya t ‘bat
(HEMATOTORAKS). Hai ini ih
bertambah bila terdapat pula pneumotoraks
(HEMATOPNEUMOTORAKS), dan jumlah
darah dalam satu hemitoraks dapat mencapai
2-3 liter pada orang dewasa, sehingga pada
penderita dapat terjadi anemia yang berat:
selain ventilasi dan perfusi terganggu, juga
kemampuan transportasi oksigen ke jaringan,
karena adanya anemia, terganggu pula.
pemerikeaan (CT:acan_toraks, yang Paru pada hematotoraks yang masif_ dan
menunjukkan hemitoraks yang sakit Jebih_.. baru dan tidak terjadi pneumotoraks, akan
kecil dari yang sehat. tengencet (bukan kolaps), yang menimbulkan
— Ikeadaan hipoksia, selain disebabkan pula oleh
Hematotoraks - hemotoraks anemit
Hemotoraks yaitu keadaan apabila
terdapat penumpukan darah, dalam rongga
jagnostik_hematotoraks ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan_klinis pada6
Buku Ajar Primer mu Beda Toraks, Keriah, dan Vaskulat
Gambar 1.3-9 Hematotoraks kiri
trauma toraks yang terdaput gangguan
hemodinamik (keadaan pra-syok, anemis,
tekanan darah menurun, nadi eepat-shuck
index < 1, monitoring hemodinamik lain),
tetapi secara cepat dapat dilakukan pungsi-
coba pada hemitoraks yang dicurigai, yaitu
bila hasil pungsi Keliar darah, Diagnostik
dengan X-Foto toraks (lihat Gambar 1.3-9)
menunjukkan kesuraman hemitoraks terkait,
tetapi bal ini akan dapat dilihat bila memang
ada penumpukan darah yang cukup banyak,
pada hemitoraks tersebut. Pada keadaan
tiduran (supine position), maka X-Foto toraks
pada hematotoraks sering menunjukkan
kesuraman yang sulit dinilai, Banyak tulisan
menyebutkan tentang besarnya volume
darah ditoraks dengan tingkat kesuraman
yang dihitung/djtaksir dari tampaknya
kesuraman dari rongga intercostal, yaitu 1
rongga costa yang suram dinilai kurang lebih
sekitar 200-250 ce darah. Gambaran yang
jelas dapat diperoleh melalui pembuatan CT.
Scan toraks (yang dilakukan dalam posisi
tiduran) sehingga adunya “hematororake~
Tapat lebih tepat diketahui dengan cepat,
juga dugaan besarnya volume darah yang
ada dalam hemitoraks tersebut, Secara
kebijakan, maka diagnostik trauma toraks
(khusus hematotoraks) dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan CT'Scan toraks (lihat
Gambar 1.8-10). Pemeriksaan dengan USG
toraks juga dapat dilakukan, hanya. saja
memerlukan probe khusus serta peralatan
USG untuk deteksi yang lebih tepat (setara
dengan kualitas suatu ekokat diografi) serta
memerlukan keterampilan khusus untuk
penentuan besarnya hematotoraks.
Gambar 1.3-10 A) Xoto hematoraks yang tampak kesuraman hemitoraks Kanan, ragu adanya biematoloraks,
8) Hasil CT-Scan menunjukkan adanya hematoloraks moderat
antacid
f
f
fi
f
-aA haa Aa