Anda di halaman 1dari 9

WOMEN CENTER CARE

Kesehatan wanita adalah masalah kesehatan reproduksi, fisik dan psikis secara
keseluruhan. Kesehatan wanita dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu status wanita di masyarakat, resiko
reproduksi, pendidikan yang rendah, kurang modal, dan faktor sosial, budaya dan ekonomi.
Wanita adalah manusia yang mempunyai hak asasi terutama hak dalam bidang kesehatannya yaitu
hak untuk memelihara kesehatan reproduksinya.
Bidan berperan dalam memberikan dukungan pada wanita untuk memperoleh status yang sama
dimasyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya. Dalam memberikan asuhan
hendaknya ‘women center care’ / asuhan yang berorientasi pada wanita, dimana fokusnya mencakup seluruh
aspek kehidupan yang memandang wanita sebagai manusia yang utuh, membutuhkan pemenuhan kebutuhan
bio, psiko, sosio, spiritual, dan kultural selama hidupnya.
Model asuhannya adalah wanita harus menjadi figure sentral pada proses asuhan karena wanita
yang mengerti kebutuhannya sendiri sedangkan bidan adalah pemberi asuhan professional yang membantu
ibu untuk pengambilan keputusan dan menanggapi pilihan ibu. Salah satu faktor yang mencerminkan wanita
tetap sebagai pusat asuhan diasumsikan dengan kepuasan terhadap asuhan kebidanan yaitu faktor
‘continuity of care’ / asuhan yang berkelanjutan.
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk menurunkan angka
kematian ibu diantaranya yaitu program Gerakan sayang ibu, ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) dan Asuhan
Persalinan Normal.

A.      PENGERTIAN
Women Center  Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita, maksudnya bahwa asuhan yang diberikan
oleh bidan harus berorientasi pada wanita sehingga wanita tidak dipandang sebagai obyek melainkan
dipandang sebagai manusia secara utuh / holistic yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan
reproduksinya.

B.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN WANITA


1.  Faktor status wanita dalam masyarakat yang rendah. Status atau kedudukan seseorang dalam keluarga dan
masyarakat akan mempengaruhi seorang wanita diperlakukan bagaimana dia  dihargai dan kegiatan apa
yang boleh dilakukan. Disebagian besar masyarakat dunia wanita mempunyai kedudukan yang lebih rendah
dari pria. Status yang lebih rendah ini menimbulkan diskriminasi yaitu diperlakukan secara tidak layak atau
ditolak haknya karena mereka wanita dan hal ini selalu berakibat buruk pada kesehatan wanita, misalnya
banyak wanita yang masih bisa dijual yang mengakibatkan PMS.
2.  Faktor resiko kesehatan reproduksi dimana seorang wanita mengalami hamil, melahirkan, nifas yang
beresiko untuk mati.
3.  Faktor ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri sebagai akibat dari pendidikan yang
rendah.
4.  Faktor kurangnya modal dalam upaya pemeliharaan wanita.
5.  Faktor sosial budaya, ekonomi dalam kesehatan wanita antara lain;
a.  Pelayanan kesehatan tidak terjangkau akan tidak cocok.
b.  Pengetahuan yang rendah untuk mengenal tanda dan gejala dari  berbagai komplikasi terkait dengan
kehamilan, persalinan dan nifas.

C.      HAK-HAK WANITA DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN


1.  Hak untuk mendapatkan keterangan mengenai kesehatannya.
2.  Hak untuk mendiskusikan keprihatinan dalam lingkungan dimana ia merasa percaya.
3.  Hak untuk mengetahui prosedur yang akan dilakukan
4.  Hak untuk mendapatkan privacy
5.  Hak mengatakan pandangan pelayanan yang aman
6.  Hak mengatakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang  diterimanya.

D.     WOMEN CENTER CARE


Wanita sebagai pusat asuhan adalah dimana wanita harus menjadi figure sentral pada
proses asuhan, filosofi kebidanan menganggap bahwa wanitanyalah yang mengerti
kebutuhannya sendiri. Bidan adalah pemberi asuhan professional dengan pengetahuan
uniknya masing-masing membantu ibu untuk pengambilan keputusan dan menanggapi
pilihan ibu.
The health committee of the house of common report on maternity services tahun 1992 memberikan
rekomendasi penuh yang tampak di bawah ini, yaitu:
1.      Hubungan antara wanita dan pemberi asuhan dibutuhkan sebagai hal yang sangat mendasar
2.      Pola harus diset untuk memungkinkan wanita mengetahui satu atau dua tenaga professional selama
kehamilan yang akan menemaninya selama persalinan di rumah sakit dan tenaga yang akan memberi asuhan
pada bayinya setelah kelahiran
3.      Mayoritas asuhan maternitas harus community based / berdasarkan permintaan masayarkat dan  dekat
dengan rumah ibu dan ahli kandungan dan ahli lain harus siap menerima rujukan dari para bidan atau dokter
umum.
4.      Dokter umum harus mampu untuk memberikan asuhan kontinu selama kehamilan, persalinan dan nifas.
5.      Wanita yang membutuhkan asuhan obstetric yang intensif harus tetap dapat menikmati asuhan yang
berkelanjutan
6.      Dalam rumah sakit wanita harus dapat melakukan pemilihan terhadap personil yang bertanggungjawab
dalam asuhan mereka
7.      Wanita yang mempunyai bayi harus menhjadi fokus asuhan dan tenaga professional memberikan asuhan
harus mengidentifikasi kebutuhan mereka dan perkembengannya didasari pada kesamaan kedudukan dalam
asuhan
8.      Asuhan yang tepat pada kebutuhan bayi, dengan fakta / keterangan dan rasa hormat untuk dilakukannya
resusitasi saat kelahiran, pemeriksaan abnormalitas, dan pertimbangan untuk meneyusui segera.

Tiap tujuan diwujudkan ke dalam kegiatan dan pelayanan, dengan indikator kesuksesan dalam lima
tahun;
1.      Semua wanita berhak membawa sendiri catatan kesehatannya.
2.      Setiap wanita harus mengetahui satu bidan yang menjamin asuhan kebidanan yang berkelanjutan. (nama
bidannya)
3.      Setidaknya 30 % dari wanita mempunyai bidan sebagai tenaga professional
4.      Setiap wanita harus mengetahui tenaga profesional yang mempunyai peran penting dalam perencanaan dan
perlengkapan untuk asuhannya.
5.      Setidaknya 75 % wanita aharus mengetahui orang-orang yang menemaninya selama persalinan
6.      Bidan harus mempunyai akses langsung terhadap beberapa tempat tidur dalam semua unit maternitas.
7.       Setidaknya 30 % wanita bersalin di unit maternitas harus diterima di bawah manajemen kebidanan.
8.      Jumlah kunjungan antenatal untuk wanita tanpa komplikasi kehamilan harus ditinjau lagi dari keterangan
dengan bukti yang ada dan dengan pedoman RCOG
9.       Semua staf dari ambulan harus mempunyai paramedic yang mampu untuk membantu bidan yang
dibutuhkan saat merujuk wanita dalam keadaan gawatdarurat ke rumah sakit.
10.  Semua wanita harus mempunyai akses terhadap informasi tentang pelayanan yang ada di daerah mereka

E.      PERAN BIDAN
Bidan dalam memberikan asuhan yang berpusat pada wanita harus berlandaskan pada filosofi asuhan
kebidanan yaitu safety, satisfying, menghormati martabat manusia dan self determination, respecting culture
dan etic diversity, family centered, dan health promotion.
1.        Karakteristik Model Asuhan Yang Dilakukan
a.       Ada monitoring fisik, psikologis dan kesejahteraan soial selama siklus reproduksi
b.      Menyiapkan wanita dengan pendidikan yang berbeda, konseling, dan asuhan prenatal
c.       Bantuan penanganan yang berkesinambungan selama persalinan dan melahirkan
d.      Dukungan post partum
e.       Meminimalkan penggunaan intervensi teknologi
f.        Identifikasi masalah obstetric, dengan perujukan kepada provider yang tepat untuk asuhan(UCSF, 1999)
2.      Faktor-Faktor Yang Membuat Ibu Puas
Bidan yang menjalankan model asuhan selaras dengan kepuasan pasien.
a.       Komunikasi
Cara berkomunikasi yang dipakai bidan melibatkan ibu dan keluarga. Informasi yang diberikan hanya sebatas
pengertian ibu, pengambilan keputusan sepenuhnya diberikan kepada ibu. Komunikasi akan mendekatkan
antara bidan dan ibu, adanya kesejajaran dalam proses asuhan antara ibu dan bidan, untuk mencapai tujuan
asuhan bidan harus berempati (Rooks, 1999)
b.      Kontrol
Hasil dari salah satu proyek penelitian menunjukkan bahwa ibu lebih menyukai bidan yang
mendemonstrasikan lebih dulu kemampuan dari ibu, memungkinkan ibu merasakan jadi special,dan
menolong ibu untuk relaks dan tetap dalam kontrol dan dapat menjadi aspek advokasi (Frager,1999)
c.       Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Bidan dan praktisi lain yang praktek dalam model kebidanan diharapkan memberikan asuhan secara
personal tradisional seperti yang wanita inginkan.
d.      Asuhan yang berkelanjutan
Ada 4 (empat) Pandangan terhadap Asuhan Berkelanjutan. Caroline Flint (1993) menggunakan sebuah
slogan menggambarkan konsep dari asuhan yang berkelanjutan. Hal tersebut tertuang dalam bentuk ‘hati’
yang berarti ‘berkelanjutan’ dan memilik makna ganda yaitu ‘bidan sebaiknya mengetahui wanita atau wanita
sebaiknya tahu bidan‘. Model tersebut menunjukkan makna ‘mengetahui atau mengenal’  satu sama lain pada
dua group partisipan dalam asuhan maternitas yaitu ibu dan bidan. Terdapat pandangan bidan dan
pandangan ibu. Masing-masing memiliki persepsi terhadap dua aspek ‘mengenal’ yakni ‘bidan mengenal ibu
dan ibu mngenal bidan’. Sehingga seluruhnya ada 4  persepsi, 2 dari sisi ibu dan 2 dari sisi bidan.
            Sebagian besar pusat perhatian ibu-ibu adalah pada keterlibatan mereka secara individual dengan
para  professional dalam system. Bidan sendiri berfokus terhadap system yang ada di tempat kerja mereka,
yang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap jalinan kerjasama dengan ibu.
Flint sendiri yakin bahwa secara umum terdapat 2 tipe bidan. Dua system asuhan tertulis dalam diagram,
yang masing-masing memuat gambaran yang sesuai dengan pandangan bidan pada kuadran 2. Gambaran
panah terletak di tengah diagram yang mana menunjukkan system asuhan masing-masing group meningkat
yang juga lebih disukai oleh para ibu.
            Bidan yang ditampilkan pada kuadran 1  mempunyai focus utama pada bagaimana ibu mengetahui
bidan beserta kualitas asuhan yang mampu diberikan pada ibu. Bidan tidak terlalu perduli dengan jalinan
keakraban dengan ibu. Dia lebih suka bekerja pada sistem kuadran 1. Bidan yang ditampilkan pada
kuadran 2, berfokus  pada pengetahuannya tentang ibu-hubngan akrab dengan ibu- dibandingkan pada
pandangan ibu itu sendiri  terhadap hubungan mereka. Bidan tersebut akan lebih suka bekerja pada sistem
asuhan di kuadran 2.
            Terdapat juga 2 tipe ibu. Tipe yang satu beranggapan bahwa bidan tahu sendiri akan dirinya.  Ibu-ibu
tersebut yang ada pada kuadran 3 akan tertarik pada system yang ditampilkan pada kuadran 1.
Beberapa ibu dalam kuadran 4 ingin mengenal bidan sebagai respon dari pandangan bidan  pada kuadran
1 dan merekapun akan tertarik oleh system asuhan  tersebut.Walau bagaimanapun juga, sebagian ibu-ibu
pada kuadran 4 berfokus pada hubunganya dengan bidan sebagai cara untuk mengetahui bahwa mereka
akan lebih menyukai personalisasi asuhan yang ada pada kuadran 2.
            Penting untuk disampaikan, bahwa tidak semua ibu dan semua bidan akan cocok  dengan kategori
tersebut, tetapi Flint menyarankan agar ibu-ibu dan bidan memperlihatkan kecenderungan masing-masing
terhadap salah satu dari kuadran. Dua system tersebut bukanlah suatu kategori yang kaku tetapi mewakili
kecenderungan dalam spectrum / ruang lingkup asuhan. Gambaran objektif dari pengkategorian tersebut
adalah untuk menghasilkan suatu model yang akan turut meningkatkan pengembangan dari sistem kerja
asuhan maternitas. Sistem-sistem tersebut masih berjalan, akan tetapi tidak sesuuai dengan orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Ibu dan bidan perlu untuk menyesuaikan dengan system yang mereka anggap yang
terbaik bagi mereka.
e.       Kehadiran orang yang memberi support
f.        Informasi (prenatal dan kelas menjadi orangtua)
g.       Asuhan dari bidan
h.      Lingkungan fisik yang mendukung

3.      Praktek Sesuai Evidence Base / Bukti Ilmiah


Penting untuk memberikan asuhan yang sesuai evidence based bagi bidan professional. WHO
mengungkapkan bukti yang kuat untuk menolak intervensi dan praktek asuhan dengan 4 kategori yaitu:
a.       Asuhan yang aman dan berguna
Model asuhan yang dapat diberikan yaitu:
1)     Dukungan emosional dan psikologi selama kehamilan dan persalinan
2)     Memfasilitasi mobilitas dan pemilihan posisi untuk ibu
3)     Dukungan untuk proses menyusui
4)     Memberi kesempatan yang luas untuk ibu dalam menyusui
b.      Asuhan yang membahayakan atau tidak efektif harus dihindari.
Menghindari hal yang membahayakan dan tidak efektif seperti menghindari enema, episiotomi yang rutin,
mencukur rambut pubis. Sedangkan asuhan yang dikurangi meliputi:
1)     Pemakaian electrical fetal monitoring secara lanjut
2)     Pemakaian oxytocin untuk meningkatkan kontraksi
3)     Pemakaian analgesia epidural untuk mengurangi nyeri karena his
c.       Kurangnya penelitian untuk mengklarifikasi issue sehngga bukti kurang untuk mendukung rekomendasi
yang jelas
d.      Asuhan itu memang perlu untuk wanita tetapi tidak semua tepat untuk semua orang

WOMEN CENTER CARE DI INDONESIA

A.      PROGRAM DI INDONESIA
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk menurunkan angka
kematian ibu yang merujuk pada program-program sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:
1. ‘Safe Motherhood’ tahun 1988, di Indonesia dibentuknya Standar Pelayanan Kebidanan, yang diikuti
dengan program-program lainnya yang masih berkesinambungan.
2. ‘The Mother Friendly Movement’ pada tahun 1996 Indonesia menterjemahkannya sebagai ‘Gerakan
Sayang Ibu’
3. ‘Live Saving Skill’
4. Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIP-K)
5. Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berganti nama menjadi Asuhan Persalinan Normal
(APN)
6. ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) tahun 2000, dan
7. IBI sendiri mengeluarkan Standar Asuhan Kebidanan, dan usulan peningkatan pendidikan bidan
(dari DI, DIII, dan DIV).
Keseluruh program di atas bertujuan untuk mencapai ‘Safe Motherhood’, sesuai kriteria yang
diberikan oleh WHO tentang asuhan / pelayanan yang baik yaitu harus memenuhi kriteria:
1. ‘Available’ (pelayanan harus ada dan bisa dicapai oleh siapapun)
2. ‘Acceptable’ (diterima masyarakat), dan
3. ‘Accessable’ (mudah dijangkau).

Pada makalah ini program yang akan dibahas adalah:


1. Gerakan Sayang Ibu
a.       Pengertian
Gerakan sayang ibu merupakan gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu yang
dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan kesadaran dan kepedulian dalam upaya integral dan sinergis.
b.      Prinsip Asuhan
1)     Intervensi minimal
2)     Komprehensif
3)     Sesuai kebutuhan
4)     Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan kompetensi provider
5)     Dilakukan secara komplek oleh team kerja
6)     Asuhan sayang ibu
7)     Filosofi bahwa proses persalinan, menstruasi, menopause adalah normal
8)     Memberikan informed consent
9)     Aman, nyaman, logis dan berkualitas
c.       Program
Progamnya adalah gerakan asuhan sayang ibu yang dioperasionalkan di kecamatan dan desa / kelurahan.
Dalam pelaksanaannya GSI mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu dan
rumah sakit sayang ibu untuk mencegah tiga keterlambatan yaitu:
1)     Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk segera
mencari pertolongan.
2)     Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
3)     Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan.
d.      Kegiatan
Ruang lingkup GSI meliputi advokasi dan mobilisasi sosial.
2. Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalianan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan demikian penolong
persalinandapat memberikan asuhan yang mengacu pada upaya-upaya pencegahan yang
dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu dan bayi baru lahir selama persalinan,
pasca persalinan dan masa nifas dini.
Ada lima aspek dasar atau lima benang dasar yang penting dan salin terkait dalam
asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah:
a.       Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan
asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.
b.      Asuhan sayang ibu dan bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di
Indonesia yang masih tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk
memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian dari mereka memberi alasan bahwa
penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan
keinginan pribadi para ibu  dalam persalinan dan kelahiran bayinya. Alasan lain yang juga berpengaruh
adalah bahwa sebagian besar fasilitas kesehatan  memiliki peraturan dan prosedur kurang bersahabat dan
menakutkan bagi ibu.
Peraturan dan prosedur tersebut termasuk, tidak memperkenankan ibu untuk berjalan-jalan selama
proses persalinan, tidak mngizinkan anggota keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi
tertentu selama persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera setelah bayi dilahirkan.  
c.       Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan;
1)     Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
2)     Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti Hepatitis dan HIV / AIDS.
d.      Pencatatan (rekam medis)
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan
penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan
dan kelairan bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan
dan dapat lebih efektif dalam merumuskan  suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau perawatan
bagi ibu dan bayinya. 
e.       Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana
lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar
ibu menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15% di antaranya akan mengalami masalah selama
proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas rujukan. Sangatlah sulit untuk menduga
kapan penyulit akan terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan / atau bayinya ke fasilitas kesehatan
rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi.
3. Making Pregnancy Safer (MPS)
Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman sebagai strategi pembangunan kesehatan
masyrakat menuju Indonesia Sehat 2010
a.       Pengertian
MPS melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara  mengurangi beban kesakitan, kecacatan
dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
b.      Program
1)     Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas dan efektif
berdasar bukti.
2)     Membangun pemikiran yang efektif
3)     Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga
4)     Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin pneyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
5)     Kegiatan
6)     Menjamin adanya pertolongan pertama obstetric sesuai standar nasional, maupun pedoman klinis dan
rujukan pada semua polindes dan puskesmas tanpa tempat tidur
7)     Menjamin semua desa terpencil punya polindes dan tenaga bidan
8)     Menyediakan bahan-bahan dan obat-obatan esensial, peralatan dan transportasi untuk pelayanan efektif.
9)     Menyediakan pelayanan ANC sesuai standar nasional dan pedoman klinik.
10)Memberikan pelayanan selama persalinan sesuai standar nasional dan pedoman klinis yang dianjutkan
dengan pendokumentasian.
11)Mendeteksi dan mengelola masalah kehamilan sesuai standar nasional dan pedoman khusus.
12)Menjamin pencegahan dan penanggulangan infeksi.
13)Menetapkan peran dukun bayi untuk mnedukung kerja bidan.
14)Bekerjasama dengan GSI untuk melibatkan dukun bayi, kader dan PKK untuk menjamin bantuan pelayanan
kebidanan pada ibu.
15)Melakukan konseling pada semua ibu tentang KB sesuai standar nasional dan pedoman klinis.
c.       Pesan Kunci MPS
Kompleknya masalah kematian ibu memerlukan strategi kesehatan yang memastikan bahwa:
2)     Setiap persalinan harus diinginkan
3)     Setiap persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih
4)     Setiap komplikasi memperoleh pertolongan yang adekuat. 

B.      WEWENANG BIDAN
Pelayanan kebidanan menurut Kepmenkes 900 tahun 2000:
1. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, maa nifas,
menyusui dan masa antara (periode interval)
2. Pelayanan keluarga berencana
a.       Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi
bawah kulit dan kondom.
b.      Memberikan penyuluhan dan konseling pemakaian kontrasepsi
c.       Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
d.      Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e.       Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
a. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan
penyuluhan infeksi menular seksual (IMS), penyalahgunaan narkotika da psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) seta penyakit lain. 
C.     ASUHAN SAYANG IBU
Coalition for Improving Maternity Services (CIMS), 1996
1. Menawarkan ibu
2. Memilih untuk mendampingi untuk mensupport fisik dan emosional
3. Menginformasikan praktek, intervensi dan hasil asuhan
4. Asuhan responsif pada keyakinan nilai adat istiadat.
5. Memberikan kebebasan memilih posisi dalam bersalin
6. Kebijakan dan prosedur yang jelas dan asuhan yang berkesinambungan.
7. Menghindari tindakan rutin yang yang tidak jelas
8. Mendidik pemberi asuhan, pengurangan rasa nyeri tanpa obat
9. Mendorong semua ibu: bonding attachment dan breast feeding
10. Menghindari penyunatan bayi baru lahir yang tidak diperlukan
11. Sayang bayi: pemberian ASI dengan sukses.

Anda mungkin juga menyukai