Kesehatan wanita adalah masalah kesehatan reproduksi, fisik dan psikis secara
keseluruhan. Kesehatan wanita dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu status wanita di masyarakat, resiko
reproduksi, pendidikan yang rendah, kurang modal, dan faktor sosial, budaya dan ekonomi.
Wanita adalah manusia yang mempunyai hak asasi terutama hak dalam bidang kesehatannya yaitu
hak untuk memelihara kesehatan reproduksinya.
Bidan berperan dalam memberikan dukungan pada wanita untuk memperoleh status yang sama
dimasyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan dirinya. Dalam memberikan asuhan
hendaknya ‘women center care’ / asuhan yang berorientasi pada wanita, dimana fokusnya mencakup seluruh
aspek kehidupan yang memandang wanita sebagai manusia yang utuh, membutuhkan pemenuhan kebutuhan
bio, psiko, sosio, spiritual, dan kultural selama hidupnya.
Model asuhannya adalah wanita harus menjadi figure sentral pada proses asuhan karena wanita
yang mengerti kebutuhannya sendiri sedangkan bidan adalah pemberi asuhan professional yang membantu
ibu untuk pengambilan keputusan dan menanggapi pilihan ibu. Salah satu faktor yang mencerminkan wanita
tetap sebagai pusat asuhan diasumsikan dengan kepuasan terhadap asuhan kebidanan yaitu faktor
‘continuity of care’ / asuhan yang berkelanjutan.
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk menurunkan angka
kematian ibu diantaranya yaitu program Gerakan sayang ibu, ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) dan Asuhan
Persalinan Normal.
A. PENGERTIAN
Women Center Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita, maksudnya bahwa asuhan yang diberikan
oleh bidan harus berorientasi pada wanita sehingga wanita tidak dipandang sebagai obyek melainkan
dipandang sebagai manusia secara utuh / holistic yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan
reproduksinya.
Tiap tujuan diwujudkan ke dalam kegiatan dan pelayanan, dengan indikator kesuksesan dalam lima
tahun;
1. Semua wanita berhak membawa sendiri catatan kesehatannya.
2. Setiap wanita harus mengetahui satu bidan yang menjamin asuhan kebidanan yang berkelanjutan. (nama
bidannya)
3. Setidaknya 30 % dari wanita mempunyai bidan sebagai tenaga professional
4. Setiap wanita harus mengetahui tenaga profesional yang mempunyai peran penting dalam perencanaan dan
perlengkapan untuk asuhannya.
5. Setidaknya 75 % wanita aharus mengetahui orang-orang yang menemaninya selama persalinan
6. Bidan harus mempunyai akses langsung terhadap beberapa tempat tidur dalam semua unit maternitas.
7. Setidaknya 30 % wanita bersalin di unit maternitas harus diterima di bawah manajemen kebidanan.
8. Jumlah kunjungan antenatal untuk wanita tanpa komplikasi kehamilan harus ditinjau lagi dari keterangan
dengan bukti yang ada dan dengan pedoman RCOG
9. Semua staf dari ambulan harus mempunyai paramedic yang mampu untuk membantu bidan yang
dibutuhkan saat merujuk wanita dalam keadaan gawatdarurat ke rumah sakit.
10. Semua wanita harus mempunyai akses terhadap informasi tentang pelayanan yang ada di daerah mereka
E. PERAN BIDAN
Bidan dalam memberikan asuhan yang berpusat pada wanita harus berlandaskan pada filosofi asuhan
kebidanan yaitu safety, satisfying, menghormati martabat manusia dan self determination, respecting culture
dan etic diversity, family centered, dan health promotion.
1. Karakteristik Model Asuhan Yang Dilakukan
a. Ada monitoring fisik, psikologis dan kesejahteraan soial selama siklus reproduksi
b. Menyiapkan wanita dengan pendidikan yang berbeda, konseling, dan asuhan prenatal
c. Bantuan penanganan yang berkesinambungan selama persalinan dan melahirkan
d. Dukungan post partum
e. Meminimalkan penggunaan intervensi teknologi
f. Identifikasi masalah obstetric, dengan perujukan kepada provider yang tepat untuk asuhan(UCSF, 1999)
2. Faktor-Faktor Yang Membuat Ibu Puas
Bidan yang menjalankan model asuhan selaras dengan kepuasan pasien.
a. Komunikasi
Cara berkomunikasi yang dipakai bidan melibatkan ibu dan keluarga. Informasi yang diberikan hanya sebatas
pengertian ibu, pengambilan keputusan sepenuhnya diberikan kepada ibu. Komunikasi akan mendekatkan
antara bidan dan ibu, adanya kesejajaran dalam proses asuhan antara ibu dan bidan, untuk mencapai tujuan
asuhan bidan harus berempati (Rooks, 1999)
b. Kontrol
Hasil dari salah satu proyek penelitian menunjukkan bahwa ibu lebih menyukai bidan yang
mendemonstrasikan lebih dulu kemampuan dari ibu, memungkinkan ibu merasakan jadi special,dan
menolong ibu untuk relaks dan tetap dalam kontrol dan dapat menjadi aspek advokasi (Frager,1999)
c. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Bidan dan praktisi lain yang praktek dalam model kebidanan diharapkan memberikan asuhan secara
personal tradisional seperti yang wanita inginkan.
d. Asuhan yang berkelanjutan
Ada 4 (empat) Pandangan terhadap Asuhan Berkelanjutan. Caroline Flint (1993) menggunakan sebuah
slogan menggambarkan konsep dari asuhan yang berkelanjutan. Hal tersebut tertuang dalam bentuk ‘hati’
yang berarti ‘berkelanjutan’ dan memilik makna ganda yaitu ‘bidan sebaiknya mengetahui wanita atau wanita
sebaiknya tahu bidan‘. Model tersebut menunjukkan makna ‘mengetahui atau mengenal’ satu sama lain pada
dua group partisipan dalam asuhan maternitas yaitu ibu dan bidan. Terdapat pandangan bidan dan
pandangan ibu. Masing-masing memiliki persepsi terhadap dua aspek ‘mengenal’ yakni ‘bidan mengenal ibu
dan ibu mngenal bidan’. Sehingga seluruhnya ada 4 persepsi, 2 dari sisi ibu dan 2 dari sisi bidan.
Sebagian besar pusat perhatian ibu-ibu adalah pada keterlibatan mereka secara individual dengan
para professional dalam system. Bidan sendiri berfokus terhadap system yang ada di tempat kerja mereka,
yang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap jalinan kerjasama dengan ibu.
Flint sendiri yakin bahwa secara umum terdapat 2 tipe bidan. Dua system asuhan tertulis dalam diagram,
yang masing-masing memuat gambaran yang sesuai dengan pandangan bidan pada kuadran 2. Gambaran
panah terletak di tengah diagram yang mana menunjukkan system asuhan masing-masing group meningkat
yang juga lebih disukai oleh para ibu.
Bidan yang ditampilkan pada kuadran 1 mempunyai focus utama pada bagaimana ibu mengetahui
bidan beserta kualitas asuhan yang mampu diberikan pada ibu. Bidan tidak terlalu perduli dengan jalinan
keakraban dengan ibu. Dia lebih suka bekerja pada sistem kuadran 1. Bidan yang ditampilkan pada
kuadran 2, berfokus pada pengetahuannya tentang ibu-hubngan akrab dengan ibu- dibandingkan pada
pandangan ibu itu sendiri terhadap hubungan mereka. Bidan tersebut akan lebih suka bekerja pada sistem
asuhan di kuadran 2.
Terdapat juga 2 tipe ibu. Tipe yang satu beranggapan bahwa bidan tahu sendiri akan dirinya. Ibu-ibu
tersebut yang ada pada kuadran 3 akan tertarik pada system yang ditampilkan pada kuadran 1.
Beberapa ibu dalam kuadran 4 ingin mengenal bidan sebagai respon dari pandangan bidan pada kuadran
1 dan merekapun akan tertarik oleh system asuhan tersebut.Walau bagaimanapun juga, sebagian ibu-ibu
pada kuadran 4 berfokus pada hubunganya dengan bidan sebagai cara untuk mengetahui bahwa mereka
akan lebih menyukai personalisasi asuhan yang ada pada kuadran 2.
Penting untuk disampaikan, bahwa tidak semua ibu dan semua bidan akan cocok dengan kategori
tersebut, tetapi Flint menyarankan agar ibu-ibu dan bidan memperlihatkan kecenderungan masing-masing
terhadap salah satu dari kuadran. Dua system tersebut bukanlah suatu kategori yang kaku tetapi mewakili
kecenderungan dalam spectrum / ruang lingkup asuhan. Gambaran objektif dari pengkategorian tersebut
adalah untuk menghasilkan suatu model yang akan turut meningkatkan pengembangan dari sistem kerja
asuhan maternitas. Sistem-sistem tersebut masih berjalan, akan tetapi tidak sesuuai dengan orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Ibu dan bidan perlu untuk menyesuaikan dengan system yang mereka anggap yang
terbaik bagi mereka.
e. Kehadiran orang yang memberi support
f. Informasi (prenatal dan kelas menjadi orangtua)
g. Asuhan dari bidan
h. Lingkungan fisik yang mendukung
WOMEN CENTER CARE DI INDONESIA
A. PROGRAM DI INDONESIA
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk menurunkan angka
kematian ibu yang merujuk pada program-program sedunia yang didukung oleh WHO yaitu:
1. ‘Safe Motherhood’ tahun 1988, di Indonesia dibentuknya Standar Pelayanan Kebidanan, yang diikuti
dengan program-program lainnya yang masih berkesinambungan.
2. ‘The Mother Friendly Movement’ pada tahun 1996 Indonesia menterjemahkannya sebagai ‘Gerakan
Sayang Ibu’
3. ‘Live Saving Skill’
4. Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIP-K)
5. Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berganti nama menjadi Asuhan Persalinan Normal
(APN)
6. ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) tahun 2000, dan
7. IBI sendiri mengeluarkan Standar Asuhan Kebidanan, dan usulan peningkatan pendidikan bidan
(dari DI, DIII, dan DIV).
Keseluruh program di atas bertujuan untuk mencapai ‘Safe Motherhood’, sesuai kriteria yang
diberikan oleh WHO tentang asuhan / pelayanan yang baik yaitu harus memenuhi kriteria:
1. ‘Available’ (pelayanan harus ada dan bisa dicapai oleh siapapun)
2. ‘Acceptable’ (diterima masyarakat), dan
3. ‘Accessable’ (mudah dijangkau).
B. WEWENANG BIDAN
Pelayanan kebidanan menurut Kepmenkes 900 tahun 2000:
1. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, maa nifas,
menyusui dan masa antara (periode interval)
2. Pelayanan keluarga berencana
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi
bawah kulit dan kondom.
b. Memberikan penyuluhan dan konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
a. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan
penyuluhan infeksi menular seksual (IMS), penyalahgunaan narkotika da psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) seta penyakit lain.
C. ASUHAN SAYANG IBU
Coalition for Improving Maternity Services (CIMS), 1996
1. Menawarkan ibu
2. Memilih untuk mendampingi untuk mensupport fisik dan emosional
3. Menginformasikan praktek, intervensi dan hasil asuhan
4. Asuhan responsif pada keyakinan nilai adat istiadat.
5. Memberikan kebebasan memilih posisi dalam bersalin
6. Kebijakan dan prosedur yang jelas dan asuhan yang berkesinambungan.
7. Menghindari tindakan rutin yang yang tidak jelas
8. Mendidik pemberi asuhan, pengurangan rasa nyeri tanpa obat
9. Mendorong semua ibu: bonding attachment dan breast feeding
10. Menghindari penyunatan bayi baru lahir yang tidak diperlukan
11. Sayang bayi: pemberian ASI dengan sukses.