0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan15 halaman
1. Guru Evy telah mengajar sejak 2004, atau selama 15 tahun. Pengalamannya mengajar menunjukkan selalu ada tantangan dalam menghadapi murid yang memiliki karakter berbeda-beda.
2. Kurikulum pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) saat ini lebih menekankan penerapan Pancasila dibandingkan dulu yang hanya fokus pada hak dan kewajiban.
3. Kedua kurikulum, y
1. Guru Evy telah mengajar sejak 2004, atau selama 15 tahun. Pengalamannya mengajar menunjukkan selalu ada tantangan dalam menghadapi murid yang memiliki karakter berbeda-beda.
2. Kurikulum pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) saat ini lebih menekankan penerapan Pancasila dibandingkan dulu yang hanya fokus pada hak dan kewajiban.
3. Kedua kurikulum, y
1. Guru Evy telah mengajar sejak 2004, atau selama 15 tahun. Pengalamannya mengajar menunjukkan selalu ada tantangan dalam menghadapi murid yang memiliki karakter berbeda-beda.
2. Kurikulum pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) saat ini lebih menekankan penerapan Pancasila dibandingkan dulu yang hanya fokus pada hak dan kewajiban.
3. Kedua kurikulum, y
1 00:31 - Mulai 2004 itu berarti 15 Pengalaman Experience
00:40 tahun. mengajar (Ex) 2 00:55 - Pasti ada lah, kalau dengan Pengalaman (Ex1) 01:14 murid pasti namanya anak mengajar ndak sama, ada yang karakternya keras, karakter lemah, kadang ada yang anaknya itu susah diatur pasti ada. Kalau sama guru kadang-kadang konflik atau beda pendapat aja nggak yang parah. 3 01:33 - Kalau perubahan, saya rasa Tentang (AC) 02:08 ndak (tidak) banyak sih. PKn Cuma kalau yang K13 sekarang lebih menekankan kembali ke pancasila, karena kan kalau dulu itu ada pendidikan Pancasila, sekarang setelah pendidikan Pancasila dirubah menjadi PKn yang dulu PKn khusus hanya hak dan kewajiban, kewarganegaraan dan sekarang kembali lagi PKn ditambah mengarah ke Pancasila, penerapan sila- sila Pancasila. 4 02:16 - Kalo kesulitan pasti ada, Pengalaman Ex3 02:39 karena namanya ya itu tadi mengajar setiap tahun anak yang kita hadapi berbeda. Jadi yang paling sering kesulitannya PKn itu justru kepenerapannya karena anak-anak model jaman sekarang. 5 02:52 - Kalau secara keseluruhan Tentang R2 03:04 saya ndak paham, karena PKn saya pegangnya kelas V, yang saya tahu di kelas V dan IV fokus kepenerapan pengamalan Pancasila. (ndak = tidak) 6 03:07 - Contoh pengamalan itu Tentang R2 03:09 misalkan sila ke-4 PKn disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari itu apa. Jadi arahnya kesana. Terus lebih juga mengarah ke hak dan kewajiban. 7 04:02 - Setahu saya, orde lama dan Tentang R2 05:19 orde baru justru ndak ada PKn PKn jadi fokus ke Pancasila sama Sejarah. Kalau saya dulu itu, seingat saya itu baru ada PKn itu SMA. Jadi, sekitar tahun 90-an. SMA jaman saya karena saya ambil IPS waktu itu ada pendidikan kewarganegaraan sama ketatanegaraan itu jadi satu. Setelah saya masuk jadi guru MI sekitar 2004 itu sudah masuk reformasi ya. Itu baru ada kayaknya di SD, dulu SD itu PMP. Yang gabung sama IPS itu PSPB. Kalau dulu orde lama dan orde baru ndak ada PKn. Kalo perubahannya nggak terlalu drastis. (ndak = tidak) 8 05:36 - Kalau KTSP kan per mata Tentang R3 06:35 pelajarannya. Sebetulnya kurikulum dari sisi tiap mapelnya ndak ada perubahan banyak sih cuman mungkin dari KD. Dulu itu seperti waktu KTSP, saya dulu KTSP ndak ngajar PKn sih makanya saya nggak ngeh kalau PKn. Itu kalau sekarang kan tematik jadi kita kumpulkan jadi satu dalam satu kemasan. Kalau dulu kan per mapel itu aja. Cuman dari sisi pembelajaran anak lebih gampang mengerti di KTSP, kalau ditematik ini memang dasarnya itu penilaiannya bergantung pada sikap. Jadi nggak hanya pengetahuan anak yang diukur tapi sikapnya juga. 9 06:44 - Kalau menurut saya itu Tentang R3 07:11 setiap kurikulum ada plus kurikulum minusnya. Kalau saya sebagai guru itu mengajar seneng cara tematik. Tapi kalau dalam sisi saya meminta hasil dalam artian pengetahuan anak patokan saya nilai itu lebih seneng KTSP. (patokan = acuan) 10 07:13 - Karena KTSP materinya Tentang R3 07:38 mendalam. Jadi ulasannya kurikulum di KTSP itu kan fokus misalkan PKn ya kita bahas seputar PKn saja. Sedangkan Tematik kan PKn nanti lari ke Bahasa Indonesia lari ke IPA kan seperti itu. Tapi kalau dari sisi niali pengetahuan bagus KTSP kalau sisi pengajaran pembelajaran di kelas enak tematik. 11 07:42 - Iya. Kalau KTSP rata-rata Tentang R3 08:08 monoton ngajarnya. kurikulum Istilahnya itu ngga ada variasinya. Ibaratnya kalau Matematika kita fokus Matematika, IPA fokus IPA. Kalau tematik kan ya IPA nanti ditengah-tengah itu ada SDDP. Jadi kita tengah-tengah IPA kita nyanyi yang ada hubungannya dengan IPA. Jadi anak-anak itu lebih gak bosen gitu loh. 12 08:14 - Persamaannya aku kok gak Tentang R3 09:34 nemu mbak yo. Karena kurikulum menurut saya beda. Dari sisi penilaian pun lebih besar sikap, sekarang itu tematik penilaian sikapnya 60% pengetahuan 40%. Sedangkan KTSP pure pengetahuan, ndak ada muncul penilaian sikap disitu, minterno arek tok. Cuman etika anak ndak digubris gitu loh kalau ndak dari gurunya sendiri. Kalau tematik ini kan memang bawaan kurikulumnya sudah ada, kalau KTSP itu yaopo karaktere arek iku tergantung gurunya yang ngajar. Kalau gurunya mau membentuk karakter ya nanti akan muncul karakter disitu. Tapi kalau gurunya santai yo wes pokoe aku ngajar pelajaran tersampaikan, yaudah easygoing. Tapi kalau tematik ini memang bawaan dari kurikulumnya harus muncul perilaku positif. Jadi memang gurunya dituntut harus ada anu opo jenenge iku penilaian sikap disitu. (gak nemu mbak yo = tidak menemukan ya mbak, pure = asli, minterno arek tok = hanya membuat anak pintar saja, yaopo karaktere arek iku = bagaimana karakter anak itu, yo wes pokoe = ya sudah pokoknya, easygoing = gampang, anu opo jenenge iku = apa itu namanya) 13 09:48 - Kalau PKn itu bagi anak- Tentang R2 10:42 anak itu pasti sulit mbak, PKn karena kan abstrak. Sesuatu yang abstrak kan bukan yang konkret. Sedangkan anak SD itu butuh yang kongkret. Nah sekarang kalau kita bahas PKn, apa coba yang bisa dikongkretkan? Pengamalan Pancasila abstrak anak-anak disuruh membayangkan, nah itu pasti susah penerapannya anak. Bagi kita yang orang dewasa gampang kan, olehe kita ngobrol, terus maringunu pemilhan ketua RT, musyawarah. Bagi anak, opo musyawarah iku panganan opo iku kan nggak ngeh karena nggak bisa kita buktikan. Kalau nerangkan pecahan misal nggowo semongko dipecah-pecah nah ini pecahan dikongkretkan. Sedangkan PKn ndak bisa dikongkretkan. Sulitnya itu ngajak anak-anak berpikir, mengarahkan berpikirnya itu sulit. (olehe = dapatnya, terus maringunu = kemudian setelah itu, opo = apa, iku panganan opo iku = itu makanan apa itu, nggowo semongko = bawa semangka) 14 10:53 - Sepertinya sampai kelas V Tentang R2 11:20 ndak ada kelembagaan PKn fokus ke Pancasila. Kalau dulu kan ada kelembagaan MPR, DPR sekarang nggak ada. Kalau KTSP memang sulit materinya, makanya ada perubahan dari KTSP ke K13 itu PKn nya untuk K13 fokus ke Pancasila. (ndak = tidak) 15 11:22 - Dari kelas I itu sampai Tentang R2 11:32 kelas V itu Pancasila. PKn 16 11:34 - Ndak tau saya kalau kelas Tentang R2 11:36 VI. PKn 17 11:56 - Kalau seperti itu bisa, Tentang R2 12:51 cuman itu tadi membawa PKn anak untuk membayangkan itu yang sulit. Karena anak usia SD kan gak gampang melamun. Orang yang bisa membayangkan itu orang yang ngelamun. Istilahnya itu yaopo ya arek iku lek kelas anak usia SD kudu nyata gitu loh benar-benar nyata yang terjadi yang bisa dia lihat setiap hari. Jadi kalau kita mau ngajar PKn di SD itu arahnya itu harus yang misalkan, nyontohkan kemacetan dari dia berangkat sekolah. Kalau ada orang yang berperilaku seperti ini itu gimana. Harus seperti itu dia bisa nyampe. Jadi apa yang sudah dia lihat harus kita hubungkan dengan Pancasila itu tadi. Hubungan Pancasila ada hubungan peristiwa itu juga hubungannya nanti ke butir-butir Pancasila itu. (yaopo ya arek iku lek = bagaimana anak itu jika, kudu = harus, nyampe = sampai) 19 13:08 - Iya, justru karakter atau Tentang R2 13:27 sikap yang ada penilaian PKn masuk ke PKn sama agama kalau di K13. Jelas harus membentuk sikap kalau PKn. 20 13:39 Ndak, hehehe. (Ndak = Tentang R2 tidak) PKn 21 13:42 - Nggak tau ya memang apa Tentang R2 14:12 ya, makanya saya kan tau PKn PKn sudah SMA. Ya sudah itu aja waktu SMP ndak ada. Sebatas pengetahuan dan yowis aku pelajaran dicekoki. Karena pelajaran PKn sebetulnya kan ndak ada orang seneng toh? Ngurusi negoro sing menurut kita nggak perlu kita pikirkan negara itu wes onok mikir dewe. (yowis = ya sudah, 22 14:17 - PGSD di UM Latar R4 14:20 belakang pendidikan 23 14:42 - Pokoknya lingkungan Tentang R2 15:27 sekitar siswa aja, ndak bisa PKn jauh. Misalkan ada kemungkinan bisa jauh tapi berita-berita yang viral seperti sing sekiranya anak-anak tau gitu loh sing mungkin misale ada di televisi, internet baru bisa dihubungkan. Kalau yang tiba-tiba anak-anak diceritani kayak misalkan kasuse ini yang lagi viral kan kasusnya menteri agama nah itu yo gak ngeh mereka kalau mau dihubungkan kesana. Jadi yang viral sing crito enteng-enteng lah nggak yang berat yang berpikir rumit mereka ndak bisa. 24 16:00 - Nggak ada sing menonjol Pengalaman R1 16:33 seh mbak yo. Kalau mengajar sekarang ini datar-datar aja karena kan semua mata pelajaran diampu jadi satu. Kalau waktu KTSP dulu kan fokus gurunya pun fokus, waktu kemarin saya waktu KTSP itu kan IPA kelas IV V IV kan per mapel baru kelas I II III kan semua pelajaran. Nah sekarang kalau tematik kelas I – VI ya sudah semua pelajaran jadi ngga punya pengalaman khusus sih. 25 16:56 - Sarannya menemukan Tentang R2 17:32 model pembelajaran yang PKn bisa mengarahkan anak- anak untuk berpikir abstrak dalam artian untuk penerapan itu tadi PKn kan intinya penerapan ke anak- anak bagaimana cara berwarganegara yang baik kan ibaratnya seperti itu. Itu selama ini PKn belum ada model pembelajaran yang anak-anak bisa langsung ngeh, masih abstrak semua wes tergantung penjelasan terus contoh-contoh yang ada di masyarakat aja gitu. 26 17:45 - Karena kan kadang-kadang Tentang R2 18:09 efeknya PKn itu arahnya PKn ke hafalan. Nah yaopo carane iku gak hafalan tapi anak-anak mengena. Hafalan itu kan mungkin ngko lek dee wes kelas IV sekarang V, VI lupa kan gitu. Bagaimana caranya sing mengena nggak lupa gitu loh, karena selama ini yo fokuse yo hafalan karena yo bingung keepo cobak. 27 18:16 - Ndak, dulu kelas II tahun Pengalaman R1 18:34 2005 – 2010 kelas II. Baru mengajar 2011 kelas VI sampai 2012. 2013 kelas IV. 28 18:36 - Ndak juga sebetulnya, Pengalaman R1 18:47 cumak yo dimana disitu mengajar dibutuhkan guru mungkin karakternya seperti apa dipindah nek nggak yo nggak. 29 19:13 - Kalau kognitifnya ya itu Tentang R2 19:45 tadi, kalau PKn PKn kognitifnya dia tau ibaratnya itu dia tau apa yang dimaksud hak kewajiban, apa yang dimaksud dengan bagaiman pengamalan sila- sila Pancasila. Kalau afektifnya ya penerapannya dia setiap hari sesuai dengan itu tadi pengamalan Pancasila, misalkan kamu kalau mengamalkan sila ke-2 harus bagaimana membantu temannya kan seperti itu. Kalau psikomotornya ndak ada kayaknya. 30 19:47 - Psikomotor itu kan Tentang R2 19:54 keterampilannya, nah PKn kalau PKn itu keterampilan apa coba? 31 20:03 - Iya, mungkin kalau Tentang R2 20:19 berdiskusi bisa. Cuman PKn memang sebetulnya setiap pembelajaran tiga itu harus ada pelajaran apa aja. 32 20:21 - Ada, iya. Kalau sekarang Tentang R3 20:26 tematik itu justru setiap kurikulum pembelajaran ada diskusi, harus ada persentasi untuk anak. 33 20:47 - Pokonya setiap hari itu Tentang R3 21:30 harus berkelompok. Jadi kurikulum untuk pembelajaran tematik anak memang diwajibkan berani bertanggung jawab, berani berperilaku, berani mengungkapkan, berani menunjukkan itu harus ada semua gitu loh. Jadi sebetulnya kalau dari kemasan kurikulumnya tematik itu paket lengkap, tapi kalau KTSP itu ndak, yowes itu tadi kalau KTSP tergantung gurune menentukan model yang anak berdiskusi monggo, ndak yo monggo. Tapi kalau ditematik itu kemasannya itu lengkap sudah ada berdiskusi, peresentasi itu semuanya ada. 34 21:36 - Iya, mulai kelas I sudah Tentang R3 23:04 ada. Makanya kalau kurikulum tematik itu paket lengkap, makanya saya bilang tadi untuk cara mengajar enak cuman kalau kita menunutut nilai pengetahuan itu lemah karena penilaian kita global gitu loh. Kalau dulu tuntutan KTSP hanya hasil kalau sekarang sikap. Nah, sikap itu kan ndak ada tolak ukurnya sekarang sikap menurut relatif toh sikap itu, di keluarga saya seperti ini normal di keluargamu gak normal kan gitu. Di keluarga saya lewat depan orang tua wajib membungkukkan badan ‘nuwun sewu’, tapi di keluarga temannya kan nggak yowes nyelonong aja terserah kan gitu. Nah, makanya untuk penilaian sikap ini supaya tidak seperti itu kita harus menyatukan ibaratnya yo ayok sing biasae kurang ajar digae sopan, yo ayok sing biasae gak boso nang wong tuwane belajar boso kan gitu. Nah seperti ini kan global penilaiannnya justru sulit, makanya kalau tematik itu tidak berbasis hasil. Ibarate arek liwat nang ngarepe wong tuwo iso nuwun sewu itu sudah bagus walaupun ibarate nilai PKn 20. Lah seperti itu loh, jadi 60% sikap 40% hasil. 35 23:23 - Ya, pasti berdampak, Tentang R3 23:41 makanya guru-gurunya kurikulum galau. Kita nurut kurikulum harus memebntuk karakter anak yang positif atau kita harus ngikuti pemerintah yang memberlakukan ujian nasional dengan minimal nilai. Akhirnya galau. 36 23:43 - Ya tetep lah ada, kan ini Tentang R3 24:41 rencananya kalau denger kurikulum visi misinya kan kalau pergantian presiden mau meniadakan UN. Nah itu kalau guru seneng karena apa, ya itu tadi karena tematik itu dampaknya perilaku positif bukan pengetahuan yang tinggi. Tapi kalau kita tetep memberlakukan UN ndak bisa, membentuk uwong iku gak gampang kan gitu. Mereka dari karakter orang tua yang berbeda-beda nggak semua mereka setiap hari ditemani orang tuanya dan orang tuanya pun nggak semua yang bisa punya karakter yang positif kan gitu toh. Terus anak sekolah dikongkon hasil opo iki dari kurikulum suruh berperilaku positif tapi dengan hasil yang tinggi kapan nek ndandani. 37 24:46 - Nah, sekarang kan gini Tentang R3 26:23 orang membangun perilaku kurikulum positif itu tidak mudah, nggak seharian eh bersin ditutup, eh nguap ditutup nggak sekali diingatkan biar bisa tau. Bahkan satu semester pun jek diulang- ulang seperti itu, nah dengan kita membentuk ibarate mondasi iki tapi kene dikongkon mbangun atapnya yang tinggi iso ta pondasi durung ngadek atap sudah tinggi. Kalu K13 itu harusnya SD/MI 70% atu 60% itu sikap 40% itu pengetahuan. Di SMP mudun jadi misalkan harusnya 70% di MI itu perilaku 30% pengetahuan, SMP mudun 60:40, SMA 50:50 baru kuliah lebih tinggi kemampuan, pengetahuan karena perilaku sudah terbentuk. Kalau perilaku sudah dibentuk uwong ngatur saiki arek wes gausa ditoto kari ngiseni materi enteng kan gitu, kan ibaratnya kalau perilaku positif anak sudah dipastikan masuk kelas menghargai gurunya dia ngga bakalan kurang ajar kan. Jadi gurune ngekei materi opo wae fine, nah kalau arek perilakune negatif kok gurune nyampekno materi nek mburine balang- balangan, jejek-jejekan, junduk-jundukan makanya kan gitu. Dilemanya itu manut K13 opo. 38 26:28 - Tetep nilai menjadi Tentang R3 27:23 tuntutan, karena nilai kurikulum menjadi tuntutan dimana- mana akhirnya wali murid pun minta anak iku nilaie dukur gak minta perilaku positif, karena bersaingnya diluar nilai bukan perilaku memang perilaku berdampak 10 tahun kedepan bukan saat ini. Kan nggak mungkin saiki lihat orang sekarang yang sopan misalkan orang yang menghargai orang lain, bisa bertindak sopan, tawadhu, belajar mulai kapan apakah sehari dua hari kah ndak, kan mulai kecil mereka. Nah tapi kadang orang tua yang sing kepingin yes kan lihat pokoe nilaie anakku apik yo ndek kunu sekolah apik. Nah itu dilemanya disitu. 39 27:32 Kelas IV. Pengalaman R1 mengajar 40 27:39 - Justru lebih kondusif kelas Pengalaman R1 28:02 IV daripada kelas V. Kelas mengajar V iku koyok arek SMP kelas loro SMA kelas loro nakal-nakalnya anak. Dia merasa kalau kelas VI kan mulai melunak karena dia mau ujian, lah kelas V iki kan merasa dia kelas tinggi iso idek-idek adike, ya wes anu peralihan mentalnya peralihan 41 28:18 - Makanya kan gini mas, Tentang R3 29:12 kan kalau didunia kerja kurikulum belajar harus sudah melewati perguruan tinggi nah di perguruan tinggi pengetahuannya harus tinggi, sikap hanya diambil 40% karena mereka sudah tertata dari kecil. Kayak kita yang dari keluarga istilahnya disiplin tinggi ngomong ambek orang tua harus boso kromo kan gitu ya nanti kan kebawa sampai kapanpun dia akan tetep seperti itu. Nah pendidikan mulai dari kecil yang perilaku kan harus seperti itu, kalau di perguruan tinggi sikap itu sudah bawaan maksudnya dia wes mulai kecil wes dibentuk akhirnya dia kan wes opo yo istilahe, wes ndek ati wes aku lek ngene gak sopan kan wes onok rem e dewe. Jadi, makanya nggak perlu membentuk sikap kalau perguruan tinggi pengetahuan yang digelontor, ya wes disitu kamu nanti pinternya disitu kan gitu. 42 29:17 - Iya lah. Sekarang di rumah Tentang R3 29:25 dan di sekolah maringunu kurikulum kumpule arek punk opo yo mungkin nuwun sewu ngunu gak mungkin. 43 29:52 - Rodok ruwet lah mbak Tentang R3 30:22 wong kurikulumnya itu kurikulum juga revisi-revisi terus, ya pasti untuk anaknya bingung juga yang tadinya buku per mapel jadi bukunya jadi satu campur. Kalau dulu bukune campur seneni mbek gurune saiki dipekso kongkon campur. Pasti ruwet lah anake yo bingung ki yaopo se wingi guruku nyeneni lek bukune campur saiki dikongkon campur ya pasti gurune koyok wong plin-plan. Kesan pertama begitu menggoda. 44 30:27 - Kalau agama tetep, kalau Latar R4 30:33 pelajaran umum ndak jadi belakang satu sudah makanya jadi pendidikan satu kemasan. 45 30:43 - Ndak juga sih, cuman gini Latar R4 31:02 loh yang bingung. Kalau belakang gurunya fak akhirnya pendidikan walaupun tematik dia arahnya kesatu gitu loh, misalkan faknya bahasa Indonesia ya masuk ke tematik nanti arahnya dominan bahasa Indonesia walaupun sudah mbaur tapi dominannya tetep Bahasa Indonesia. 46 31:20 - Masih ada beberapa, yo Latar R4 31:28 sing peninggalan yang belakang lama-lama waktu KTSP pendidikan dulu kalau yang baru-baru sudah sesuai fak nya masing-masing.