Anda di halaman 1dari 17

KODING IBU EVY

Kelompok 4

NO Waktu Transkripsi Konteks Kode

1 00:31 - Mulai 2004 itu berarti 15 Pengalaman R1


00:40 tahun. mengajar
2 00:55 - Pasti ada lah, kalau dengan Pengalaman R1
01:14 murid pasti namanya anak mengajar
ndak sama, ada yang
karakternya keras, karakter
lemah, kadang ada yang
anaknya itu susah diatur
pasti ada. Kalau sama guru
kadang-kadang konflik atau
beda pendapat aja nggak
yang parah. (ndak = tidak)
3 01:33 - Kalau perubahan, saya rasa Tentang R2
02:08 ndak banyak sih. Cuma PKn
kalau yang K13 sekarang
lebih menekankan kembali
ke pancasila, karena kan
kalau dulu itu ada
pendidikan Pancasila,
sekarang setelah pendidikan
Pancasila dirubah menjadi
PKn yang dulu PKn khusus
hanya hak dan kewajiban,
kewarganegaraan dan
sekarang kembali lagi PKn
ditambah mengarah ke
Pancasila, penerapan sila-
sila Pancasila. (ndak =
tidak)
4 02:16 - Kalo kesulitan pasti ada, Pengalaman R1
02:39 karena namanya ya itu tadi mengajar
setiap tahun anak yang kita
hadapi berbeda. Jadi yang
paling sering kesulitannya
PKn itu justru
kepenerapannya karena
anak-anak model jaman
sekarang.
5 02:52 - Kalau secara keseluruhan Tentang R2
03:04 saya ndak paham, karena PKn
saya pegangnya kelas V,
yang saya tahu di kelas V
dan IV fokus kepenerapan
pengamalan Pancasila.
(ndak = tidak)
6 03:07 - Contoh pengamalan itu Tentang R2
03:09 misalkan sila ke-4 PKn
disesuaikan dengan
kegiatan sehari-hari itu apa.
Jadi arahnya kesana. Terus
lebih juga mengarah ke hak
dan kewajiban.
7 04:02 - Setahu saya, orde lama dan Tentang R2
05:19 orde baru justru ndak ada PKn
PKn jadi fokus ke Pancasila
sama Sejarah. Kalau saya
dulu itu, seingat saya itu
baru ada PKn itu SMA.
Jadi, sekitar tahun 90-an.
SMA jaman saya karena
saya ambil IPS waktu itu
ada pendidikan
kewarganegaraan sama
ketatanegaraan itu jadi satu.
Setelah saya masuk jadi
guru MI sekitar 2004 itu
sudah masuk reformasi ya.
Itu baru ada kayaknya di
SD, dulu SD itu PMP. Yang
gabung sama IPS itu PSPB.
Kalau dulu orde lama dan
orde baru ndak ada PKn.
Kalo perubahannya nggak
terlalu drastis. (ndak =
tidak)
8 05:36 - Kalau KTSP kan per mata Tentang R3
06:35 pelajarannya. Sebetulnya kurikulum
dari sisi tiap mapelnya ndak
ada perubahan banyak sih
cuman mungkin dari KD.
Dulu itu seperti waktu
KTSP, saya dulu KTSP
ndak ngajar PKn sih
makanya saya nggak ngeh
kalau PKn. Itu kalau
sekarang kan tematik jadi
kita kumpulkan jadi satu
dalam satu kemasan. Kalau
dulu kan per mapel itu aja.
Cuman dari sisi
pembelajaran anak lebih
gampang mengerti di
KTSP, kalau ditematik ini
memang dasarnya itu
penilaiannya bergantung
pada sikap. Jadi nggak
hanya pengetahuan anak
yang diukur tapi sikapnya
juga.
9 06:44 - Kalau menurut saya itu Tentang R3
07:11 setiap kurikulum ada plus kurikulum
minusnya. Kalau saya
sebagai guru itu mengajar
seneng cara tematik. Tapi
kalau dalam sisi saya
meminta hasil dalam artian
pengetahuan anak patokan
saya nilai itu lebih seneng
KTSP. (patokan = acuan)
10 07:13 - Karena KTSP materinya Tentang R3
07:38 mendalam. Jadi ulasannya kurikulum
di KTSP itu kan fokus
misalkan PKn ya kita bahas
seputar PKn saja.
Sedangkan Tematik kan
PKn nanti lari ke Bahasa
Indonesia lari ke IPA kan
seperti itu. Tapi kalau dari
sisi niali pengetahuan bagus
KTSP kalau sisi pengajaran
pembelajaran di kelas enak
tematik.
11 07:42 - Iya. Kalau KTSP rata-rata Tentang R3
08:08 monoton ngajarnya. kurikulum
Istilahnya itu ngga ada
variasinya. Ibaratnya kalau
Matematika kita fokus
Matematika, IPA fokus
IPA. Kalau tematik kan ya
IPA nanti ditengah-tengah
itu ada SDDP. Jadi kita
tengah-tengah IPA kita
nyanyi yang ada
hubungannya dengan IPA.
Jadi anak-anak itu lebih gak
bosen gitu loh.
12 08:14 - Persamaannya aku kok gak Tentang R3
09:34 nemu mbak yo. Karena kurikulum
menurut saya beda. Dari sisi
penilaian pun lebih besar
sikap, sekarang itu tematik
penilaian sikapnya 60%
pengetahuan 40%.
Sedangkan KTSP pure
pengetahuan, ndak ada
muncul penilaian sikap
disitu, minterno arek tok.
Cuman etika anak ndak
digubris gitu loh kalau ndak
dari gurunya sendiri. Kalau
tematik ini kan memang
bawaan kurikulumnya
sudah ada, kalau KTSP itu
yaopo karaktere arek iku
tergantung gurunya yang
ngajar. Kalau gurunya mau
membentuk karakter ya
nanti akan muncul karakter
disitu. Tapi kalau gurunya
santai yo wes pokoe aku
ngajar pelajaran
tersampaikan, yaudah
easygoing. Tapi kalau
tematik ini memang bawaan
dari kurikulumnya harus
muncul perilaku positif.
Jadi memang gurunya
dituntut harus ada anu opo
jenenge iku penilaian sikap
disitu. (gak nemu mbak yo =
tidak menemukan ya mbak,
pure = asli, minterno arek
tok = hanya membuat anak
pintar saja, yaopo karaktere
arek iku = bagaimana
karakter anak itu, yo wes
pokoe = ya sudah
pokoknya, easygoing =
gampang, anu opo jenenge
iku = apa itu namanya)
13 09:48 - Kalau PKn itu bagi anak- Tentang R2
10:42 anak itu pasti sulit mbak, PKn
karena kan abstrak. Sesuatu
yang abstrak kan bukan
yang konkret. Sedangkan
anak SD itu butuh yang
kongkret. Nah sekarang
kalau kita bahas PKn, apa
coba yang bisa
dikongkretkan? Pengamalan
Pancasila abstrak anak-anak
disuruh membayangkan,
nah itu pasti susah
penerapannya anak. Bagi
kita yang orang dewasa
gampang kan, olehe kita
ngobrol, terus maringunu
pemilhan ketua RT,
musyawarah. Bagi anak,
opo musyawarah iku
panganan opo iku kan
nggak ngeh karena nggak
bisa kita buktikan. Kalau
nerangkan pecahan misal
nggowo semongko dipecah-
pecah nah ini pecahan
dikongkretkan. Sedangkan
PKn ndak bisa
dikongkretkan. Sulitnya itu
ngajak anak-anak berpikir,
mengarahkan berpikirnya
itu sulit. (olehe = dapatnya,
terus maringunu =
kemudian setelah itu, opo =
apa, iku panganan opo iku
= itu makanan apa itu,
nggowo semongko = bawa
semangka)
14 10:53 - Sepertinya sampai kelas V Tentang R2
11:20 ndak ada kelembagaan PKn
fokus ke Pancasila. Kalau
dulu kan ada kelembagaan
MPR, DPR sekarang nggak
ada. Kalau KTSP memang
sulit materinya, makanya
ada perubahan dari KTSP
ke K13 itu PKn nya untuk
K13 fokus ke Pancasila.
(ndak = tidak)
15 11:22 - Dari kelas I itu sampai kelas Tentang R2
11:32 V itu Pancasila. PKn
16 11:34 - Ndak tau saya kalau kelas Tentang R2
11:36 VI. PKn
17 11:56 - Kalau seperti itu bisa, Tentang R2
12:51 cuman itu tadi membawa PKn
anak untuk membayangkan
itu yang sulit. Karena anak
usia SD kan gak gampang
melamun. Orang yang bisa
membayangkan itu orang
yang ngelamun. Istilahnya
itu yaopo ya arek iku lek
kelas anak usia SD kudu
nyata gitu loh benar-benar
nyata yang terjadi yang bisa
dia lihat setiap hari. Jadi
kalau kita mau ngajar PKn
di SD itu arahnya itu harus
yang misalkan, nyontohkan
kemacetan dari dia
berangkat sekolah. Kalau
ada orang yang berperilaku
seperti ini itu gimana. Harus
seperti itu dia bisa nyampe.
Jadi apa yang sudah dia
lihat harus kita hubungkan
dengan Pancasila itu tadi.
Hubungan Pancasila ada
hubungan peristiwa itu juga
hubungannya nanti ke butir-
butir Pancasila itu. (yaopo
ya arek iku lek = bagaimana
anak itu jika, kudu = harus,
nyampe = sampai)
19 13:08 - Iya, justru karakter atau Tentang R2
13:27 sikap yang ada penilaian PKn
masuk ke PKn sama agama
kalau di K13. Jelas harus
membentuk sikap kalau
PKn.
20 13:39 Ndak, hehehe. (Ndak = Tentang R2
tidak) PKn
21 13:42 - Nggak tau ya memang apa Tentang R2
14:12 ya, makanya saya kan tau PKn
PKn sudah SMA. Ya sudah
itu aja waktu SMP ndak
ada. Sebatas pengetahuan
dan yowis aku pelajaran
dicekoki. Karena pelajaran
PKn sebetulnya kan ndak
ada orang seneng toh?
Ngurusi negoro sing
menurut kita nggak perlu
kita pikirkan negara itu wes
onok mikir dewe. (yowis =
ya sudah, orang seneng
toh? Ngurusi negoro sing =
orang senang kan?
Mengurus negara yang, wes
onok mikir dewe = sudah
ada dan terpikirkan sendiri)
22 14:17 - PGSD di UM Latar R4
14:20 belakang
pendidikan
23 14:42 - Pokoknya lingkungan Tentang R2
15:27 sekitar siswa aja, ndak bisa PKn
jauh. Misalkan ada
kemungkinan bisa jauh tapi
berita-berita yang viral
seperti sing sekiranya anak-
anak tau gitu loh sing
mungkin misale ada di
televisi, internet baru bisa
dihubungkan. Kalau yang
tiba-tiba anak-anak
diceritani kayak misalkan
kasuse ini yang lagi viral
kan kasusnya menteri
agama nah itu yo gak ngeh
mereka kalau mau
dihubungkan kesana. Jadi
yang viral sing crito
enteng-enteng lah nggak
yang berat yang berpikir
rumit mereka ndak bisa.
(sing = yang, misale =
misalnya, diceritani =
diceritakan, yo gak ngeh =
tidak paham, sing crito
enteng-enteng = crita yang
ringan, ndak = tidak)
24 16:00 - Nggak ada sing menonjol Pengalaman R1
16:33 seh mbak yo. Kalau mengajar
sekarang ini datar-datar aja
karena kan semua mata
pelajaran diampu jadi satu.
Kalau waktu KTSP dulu
kan fokus gurunya pun
fokus, waktu kemarin saya
waktu KTSP itu kan IPA
kelas IV V IV kan per
mapel baru kelas I II III kan
semua pelajaran. Nah
sekarang kalau tematik
kelas I – VI ya sudah semua
pelajaran jadi ngga punya
pengalaman khusus sih.
(sing = yang, seh mbak yo =
sih ya)
25 16:56 - Sarannya menemukan Tentang R2
17:32 model pembelajaran yang PKn
bisa mengarahkan anak-
anak untuk berpikir abstrak
dalam artian untuk
penerapan itu tadi PKn kan
intinya penerapan ke anak-
anak bagaimana cara
berwarganegara yang baik
kan ibaratnya seperti itu. Itu
selama ini PKn belum ada
model pembelajaran yang
anak-anak bisa langsung
ngeh, masih abstrak semua
wes tergantung penjelasan
terus contoh-contoh yang
ada di masyarakat aja gitu.
(ngeh = mengerti, wes =
sudah)
26 17:45 - Karena kan kadang-kadang Tentang R2
18:09 efeknya PKn itu arahnya ke PKn
hafalan. Nah yaopo carane
iku gak hafalan tapi anak-
anak mengena. Hafalan itu
kan mungkin ngko lek dee
wes kelas IV sekarang V,
VI lupa kan gitu.
Bagaimana caranya sing
mengena nggak lupa gitu
loh, karena selama ini yo
fokuse yo hafalan karena yo
bingung keepo cobak.
(yaopo carane iku gak =
bagaimana caranya itu
tidak, ngko lek dee wes =
nantinya jika mereka sudah,
sing = yang, yo fokuse yo =
fokusnya, yo bingung
keepo cobak = coba
bagaimana lagi?)
27 18:16 - Ndak, dulu kelas II tahun Pengalaman R1
18:34 2005 – 2010 kelas II. Baru mengajar
2011 kelas VI sampai 2012.
2013 kelas IV.
28 18:36 - Ndak juga sebetulnya, Pengalaman R1
18:47 cumak yo dimana disitu mengajar
dibutuhkan guru mungkin
karakternya seperti apa
dipindah nek nggak yo
nggak. (cumak yo = tapi ya,
nek nggak yo nggak = jika
tidak ya tidak)
29 19:13 - Kalau kognitifnya ya itu Tentang R2
19:45 tadi, kalau PKn kognitifnya PKn
dia tau ibaratnya itu dia tau
apa yang dimaksud hak
kewajiban, apa yang
dimaksud dengan bagaiman
pengamalan sila-sila
Pancasila. Kalau afektifnya
ya penerapannya dia setiap
hari sesuai dengan itu tadi
pengamalan Pancasila,
misalkan kamu kalau
mengamalkan sila ke-2
harus bagaimana membantu
temannya kan seperti itu.
Kalau psikomotornya ndak
ada kayaknya. (ndak =
tidak)
30 19:47 - Psikomotor itu kan Tentang R2
19:54 keterampilannya, nah kalau PKn
PKn itu keterampilan apa
coba?
31 20:03 - Iya, mungkin kalau Tentang R2
20:19 berdiskusi bisa. Cuman PKn
memang sebetulnya setiap
pembelajaran tiga itu harus
ada pelajaran apa aja.
32 20:21 - Ada, iya. Kalau sekarang Tentang R3
20:26 tematik itu justru setiap kurikulum
pembelajaran ada diskusi,
harus ada persentasi untuk
anak.
33 20:47 - Pokonya setiap hari itu Tentang R3
21:30 harus berkelompok. Jadi kurikulum
untuk pembelajaran tematik
anak memang diwajibkan
berani bertanggung jawab,
berani berperilaku, berani
mengungkapkan, berani
menunjukkan itu harus ada
semua gitu loh. Jadi
sebetulnya kalau dari
kemasan kurikulumnya
tematik itu paket lengkap,
tapi kalau KTSP itu ndak,
yowes itu tadi kalau KTSP
tergantung gurune
menentukan model yang
anak berdiskusi monggo,
ndak yo monggo. Tapi kalau
ditematik itu kemasannya
itu lengkap sudah ada
berdiskusi, peresentasi itu
semuanya ada. (ndak,
yowes = tidak, yasudah,
gurune = gurunya, monggo,
ndak yo monggo = silahkan,
jika tidak ya silahkan)
34 21:36 - Iya, mulai kelas I sudah Tentang R3
23:04 ada. Makanya kalau tematik kurikulum
itu paket lengkap, makanya
saya bilang tadi untuk cara
mengajar enak cuman kalau
kita menunutut nilai
pengetahuan itu lemah
karena penilaian kita global
gitu loh. Kalau dulu
tuntutan KTSP hanya hasil
kalau sekarang sikap. Nah,
sikap itu kan ndak ada tolak
ukurnya sekarang sikap
menurut relatif toh sikap
itu, di keluarga saya seperti
ini normal di keluargamu
gak normal kan gitu. Di
keluarga saya lewat depan
orang tua wajib
membungkukkan badan
‘nuwun sewu’, tapi di
keluarga temannya kan
nggak yowes nyelonong aja
terserah kan gitu. Nah,
makanya untuk penilaian
sikap ini supaya tidak
seperti itu kita harus
menyatukan ibaratnya yo
ayok sing biasae kurang
ajar digae sopan, yo ayok
sing biasae gak boso nang
wong tuwane belajar boso
kan gitu. Nah seperti ini kan
global penilaiannnya justru
sulit, makanya kalau
tematik itu tidak berbasis
hasil. Ibarate arek liwat
nang ngarepe wong tuwo
iso nuwun sewu itu sudah
bagus walaupun ibarate
nilai PKn 20. Lah seperti itu
loh, jadi 60% sikap 40%
hasil. (yowes = yasudah, yo
ayok sing biasae kurang
ajar digae sopan, yo ayok
sing biasae gak boso nang
wong tuwane belajar boso
= mengajak anak yang
biasanya kurang ajar dibuat
sopan, yang biasanya tidak
berbahasa ke orang tua
belajar untuk berbahasa,
Ibarate arek liwat nang
ngarepe wong tuwo iso
nuwun sewu = ibaratnya
anak lewat di depan orang
tua bisa membungkukkan
badan, ibarate = ibaratnya)
35 23:23 - Ya, pasti berdampak, Tentang R3
23:41 makanya guru-gurunya kurikulum
galau. Kita nurut kurikulum
harus memebntuk karakter
anak yang positif atau kita
harus ngikuti pemerintah
yang memberlakukan ujian
nasional dengan minimal
nilai. Akhirnya galau.
36 23:43 - Ya tetep lah ada, kan ini Tentang R3
24:41 rencananya kalau denger kurikulum
visi misinya kan kalau
pergantian presiden mau
meniadakan UN. Nah itu
kalau guru seneng karena
apa, ya itu tadi karena
tematik itu dampaknya
perilaku positif bukan
pengetahuan yang tinggi.
Tapi kalau kita tetep
memberlakukan UN ndak
bisa, membentuk uwong iku
gak gampang kan gitu.
Mereka dari karakter orang
tua yang berbeda-beda
nggak semua mereka setiap
hari ditemani orang tuanya
dan orang tuanya pun nggak
semua yang bisa punya
karakter yang positif kan
gitu toh. Terus anak sekolah
dikongkon hasil opo iki dari
kurikulum suruh
berperilaku positif tapi
dengan hasil yang tinggi
kapan nek ndandani. (tetep
= tetap, seneng = senang,
ndak = tidak, uwong iku
gak gampang = orang itu
tidak gampang, toh = kan,
dikongkon = disuruh, opo
iki = apa ini, kapan nek
ndandani = kapan dibenahi)
37 24:46 - Nah, sekarang kan gini Tentang R3
26:23 orang membangun perilaku kurikulum
positif itu tidak mudah,
nggak seharian eh bersin
ditutup, eh nguap ditutup
nggak sekali diingatkan biar
bisa tau. Bahkan satu
semester pun jek diulang-
ulang seperti itu, nah
dengan kita membentuk
ibarate mondasi iki tapi
kene dikongkon mbangun
atapnya yang tinggi iso ta
pondasi durung ngadek atap
sudah tinggi. Kalu K13 itu
harusnya SD/MI 70% atu
60% itu sikap 40% itu
pengetahuan. Di SMP
mudun jadi misalkan
harusnya 70% di MI itu
perilaku 30% pengetahuan,
SMP mudun 60:40, SMA
50:50 baru kuliah lebih
tinggi kemampuan,
pengetahuan karena
perilaku sudah terbentuk.
Kalau perilaku sudah
dibentuk uwong ngatur
saiki arek wes gausa ditoto
kari ngiseni materi enteng
kan gitu, kan ibaratnya
kalau perilaku positif anak
sudah dipastikan masuk
kelas menghargai gurunya
dia ngga bakalan kurang
ajar kan. Jadi gurune ngekei
materi opo wae fine, nah
kalau arek perilakune
negatif kok gurune
nyampekno materi nek
mburine balang-balangan,
jejek-jejekan, junduk-
jundukan makanya kan gitu.
Dilemanya itu manut K13
opo. (jek = masih, ibarate
mondasi iki tapi kene
dikongkon mbangun =
ibaratnya memondasi ini
tapi kita disurug untuh
membangun, iso ta pondasi
durung ngadek = apa bisa
pondasi belum jadi, mudun
= turun, uwong ngatur saiki
arek wes gausa ditoto kari
ngiseni materi enteng =
sekarang orang mengatur
anak itu tidak usah tinggal
mengisi materi saja, gurune
ngekei = guru memberi,
opo wae fine = apa saja
baik, arek perilakune
negatif kok gurune
nyampekno materi nek
mburine balang-balangan,
jejek-jejekan, junduk-
jundukan = anak yang
berperilaku negative saat
guru menyampaikan materi
di belakang mereka bermain
gulat)
38 26:28 - Tetep nilai menjadi Tentang R3
27:23 tuntutan, karena nilai kurikulum
menjadi tuntutan dimana-
mana akhirnya wali murid
pun minta anak iku nilaie
dukur gak minta perilaku
positif, karena bersaingnya
diluar nilai bukan perilaku
memang perilaku
berdampak 10 tahun
kedepan bukan saat ini. Kan
nggak mungkin saiki lihat
orang sekarang yang sopan
misalkan orang yang
menghargai orang lain, bisa
bertindak sopan, tawadhu,
belajar mulai kapan apakah
sehari dua hari kah ndak,
kan mulai kecil mereka.
Nah tapi kadang orang tua
yang sing kepingin yes kan
lihat pokoe nilaie anakku
apik yo ndek kunu sekolah
apik. Nah itu dilemanya
disitu. (iku nilaie dukur gak
= itu memiliki nilai tinggi
tidak, saiki = sekarang, sing
kepingin yes = yang ingin
bagus, pokoe nilaie anakku
apik yo ndek kunu sekolah
apik = pokoknya anakku
nilainya bagus di sekolah )
39 27:32 Kelas IV. Pengalaman R1
mengajar
40 27:39 - Justru lebih kondusif kelas Pengalaman R1
28:02 IV daripada kelas V. Kelas mengajar
V iku koyok arek SMP kelas
loro SMA kelas loro nakal-
nakalnya anak. Dia merasa
kalau kelas VI kan mulai
melunak karena dia mau
ujian, lah kelas V iki kan
merasa dia kelas tinggi iso
idek-idek adike, ya wes anu
peralihan mentalnya
peralihan. (iku koyok arek =
itu seperti anak, loro = dua,
iso idek-idek adike, ya wes
anu = bisa berbuat apapun
pada adik kelas seperti itu)
41 28:18 - Makanya kan gini mas, kan Tentang R3
29:12 kalau didunia kerja belajar kurikulum
harus sudah melewati
perguruan tinggi nah di
perguruan tinggi
pengetahuannya harus
tinggi, sikap hanya diambil
40% karena mereka sudah
tertata dari kecil. Kayak kita
yang dari keluarga
istilahnya disiplin tinggi
ngomong ambek orang tua
harus boso kromo kan gitu
ya nanti kan kebawa sampai
kapanpun dia akan tetep
seperti itu. Nah pendidikan
mulai dari kecil yang
perilaku kan harus seperti
itu, kalau di perguruan
tinggi sikap itu sudah
bawaan maksudnya dia wes
mulai kecil wes dibentuk
akhirnya dia kan wes opo
yo istilahe, wes ndek ati
wes aku lek ngene gak
sopan kan wes onok rem e
dewe. Jadi, makanya nggak
perlu membentuk sikap
kalau perguruan tinggi
pengetahuan yang
digelontor, ya wes disitu
kamu nanti pinternya disitu
kan gitu. (ngomong ambek
= berbicara dengan, boso
kromo = bahasa halus, wes
= sudah, wes opo yo
istilahe, wes ndek ati wes
aku lek ngene gak sopan =
sudah apa ya, di dalam hati
sudah tau bahwa jika aku
seperti ini itu tidak sopan,
wes onok rem e dewe =
sudah ada remnya sendiri
digelontor, ya wes = diberi,
ya sudah)
42 29:17 - Iya lah. Sekarang di rumah Tentang R3
29:25 dan di sekolah maringunu kurikulum
kumpule arek punk opo yo
mungkin nuwun sewu
ngunu gak mungkin.
(maringunu kumpule arek
punk opo yo = setelah itu
berkumpul dengan anak
punk apa ya, nuwun sewu
ngunu = membungkukkan
badan gitu)
43 29:52 - Rodok ruwet lah mbak Tentang R3
30:22 wong kurikulumnya itu juga kurikulum
revisi-revisi terus, ya pasti
untuk anaknya bingung juga
yang tadinya buku per
mapel jadi bukunya jadi
satu campur. Kalau dulu
bukune campur seneni
mbek gurune saiki dipekso
kongkon campur. Pasti
ruwet lah anake yo bingung
ki yaopo se wingi guruku
nyeneni lek bukune campur
saiki dikongkon campur ya
pasti gurune koyok wong
plin-plan. Kesan pertama
begitu menggoda. (Rodok
ruwet = agak rumit, mbak
wong = nak yang, bukune
campur seneni mbek
gurune saiki dipekso
kongkon campur = bukunya
campur dimarahi guru tapi
sekarng dipaksa campur,
ruwet lah anake yo bingung
ki yaopo se wingi guruku
nyeneni lek bukune campur
saiki dikongkon campur =
rumit lah anaknya juga
bingung guruku ini
bagaimana sih dulu
dimarahi jika bukunya
campur sekarang disuruh
campur, gurune koyok
wong plin-plan = gurunya
seperti oang plin-plan)
44 30:27 - Kalau agama tetep, kalau Latar R4
30:33 pelajaran umum ndak jadi belakang
satu sudah makanya jadi pendidikan
satu kemasan. (tetep =
tetap, ndak = tidak)
45 30:43 - Ndak juga sih, cuman gini Latar R4
31:02 loh yang bingung. Kalau belakang
gurunya fak akhirnya pendidikan
walaupun tematik dia
arahnya kesatu gitu loh,
misalkan faknya bahasa
Indonesia ya masuk ke
tematik nanti arahnya
dominan bahasa Indonesia
walaupun sudah mbaur tapi
dominannya tetep Bahasa
Indonesia. (ndak = tidak)
46 31:20 - Masih ada beberapa, yo Latar R4
31:28 sing peninggalan yang belakang
lama-lama waktu KTSP pendidikan
dulu kalau yang baru-baru
sudah sesuai fak nya
masing-masing. (yo sing =
itu yang)

Anda mungkin juga menyukai