00:30 Laily (LY) wabarakatuh.. Kami dari kelompok empat akan mewawancarai bu Evy tentang PKn di SD. Pertama, setelah mengajar di SD selama berapa tahun? Bu Evy mengajar mengajar di MI ini sudah berapa tahun? 00:31 - Evy Mulai 2004 itu berarti 15 tahun. 00:40 00:41 - LY Sudah lama ya bu. Selama mengajar itu 00:54 Apakah ada tantangan dalam mengajar? Tantangan seperti dimuridnya atau sesama guru. 00:55 - Pasti ada lah, kalau dengan murid pasti 01:14 namanya anak ndak sama, ada yang karakternya keras, karakter lemah, kadang ada yang anaknya itu susah diatur pasti ada. Kalau sama guru kadang-kadang konflik atau beda pendapat aja nggak yang parah. 01:24 - LY Perubahan apa yang ibu rasakan dalam mata 01:32 pelajaran PKn di MI dari dulu sampai sekarang? 01:33 - Kalau perubahan, saya rasa ndak banyak sih. 02:08 Cuma kalau yang K13 sekarang lebih menekankan kembali ke pancasila, karena kan kalau dulu itu ada pendidikan Pancasila, sekarang setelah pendidikan Pancasila dirubah menjadi PKn yang dulu PKn khusus hanya hak dan kewajiban, kewarganegaraan dan sekarang kembali lagi PKn ditambah mengarah ke Pancasila, penerapan sila-sila Pancasila. 02:09 - Khoirun Kesulitan ngga ada buk? Karena udah sering 02:15 Nisa (NS) ngajar. 02:16 - Kalo kesulitan pasti ada, karena namanya ya 02:39 itu tadi setiap tahun anak yang kita hadapi berbeda. Jadi yang paling sering kesulitannya PKn itu justru kepenerapannya karena anak- anak model jaman sekarang. 02:44 - NS Materi apa saja yang diajarkan pelajarn PKn di 02:50 SD ? 02:52 - Kalau secara keseluruhan saya ndak paham, 03:04 karena saya pegangnya kelas V, yang saya tahu di kelas V dan IV fokus kepenerapan pengamalan Pancasila 03:07 – Sholihatul Contoh pengamalannya gimana bu? 03:09 Ummah (SH) 03:10 - Contoh pengamalan itu misalkan sila ke-4 03:25 disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari itu apa. Jadi arahnya kesana. Terus lebih juga mengarah ke hak dan kewajiban. 03:30 - LY PKn itu mengalami perkembangan, sejak 03:58 zaman kemerdekaan. PKn dimulai sejak sebelum masa Orde lama dan orde baru itu PKn sudah ada. Apakah disitu ada tujuan atau tuntutan yang mengalami perbedaan yang signifikan? 04:02 - Setahu saya, orde lama dan orde baru justru 05:19 ndak ada PKn jadi fokus ke Pancasila sama Sejarah. Kalau saya dulu itu, seingat saya itu baru ada PKn itu SMA. Jadi, sekitar tahun 90- an. SMA jaman saya karena saya ambil IPS waktu itu ada pendidikan kewarganegaraan sama ketatanegaraan itu jadi satu. Setelah saya masuk jadi guru MI sekitar 2004 itu sudah masuk reformasi ya. Itu baru ada kayaknya di SD, dulu SD itu PMP. Yang gabung sama IPS itu PSPB. Kalau dulu orde lama dan orde baru ndak ada PKn. Kalo perubahannya nggak terlalu drastis. 05:23 – NS Awalnya dulu itu kan KTSP sekarang berubah 05:35 jadi K13 itu perbedaannya apa menurut ibu? 05:36 - Kalau KTSP kan per mata pelajarannya. 06:35 Sebetulnya dari sisi tiap mapelnya ndak ada perubahan banyak sih cuman mungkin dari KD. Dulu itu seperti waktu KTSP, saya dulu KTSP ndak ngajar PKn sih makanya saya nggak ngeh kalau PKn. Itu kalau sekarang kan tematik jadi kita kumpulkan jadi satu dalam satu kemasan. Kalau dulu kan per mapel itu aja. Cuman dari sisi pembelajaran anak lebih gampang mengerti di KTSP, kalau ditematik ini memang dasarnya itu penilaiannya bergantung pada sikap. Jadi nggak hanya pengetahuan anak yang diukur tapi sikapnya juga. 06:36 - LY Kalau menurut bu Evy itu lebih bagus yang 06:43 KTSP apa K13, kalau buat anak-anaknya penerapannya juga. 06:44 – Kalau menurut saya itu setiap kurikulum ada 07:11 plus minusnya. Kalau saya sebagai guru itu mengajar seneng cara tematik. Tapi kalau dalam sisi saya meminta hasil dalam artian pengetahuan anak patokan saya nilai itu lebih seneng KTSP. 07:12 NS Kenapa buk? 07:13 - Karena KTSP materinya mendalam. Jadi 07:38 ulasannya di KTSP itu kan fokus misalkan PKn ya kita bahas seputar PKn saja. Sedangkan Tematik kan PKn nanti lari ke Bahasa Indonesia lari ke IPA kan seperti itu. Tapi kalau dari sisi niali pengetahuan bagus KTSP kalau sisi pengajaran pembelajaran di kelas enak tematik. 07:39 - SH Emang pembelajarannya berbeda, caranya? 07:41 07:42 - Iya. Kalau KTSP rata-rata monoton ngajarnya. 08:08 Istilahnya itu ngga ada variasinya. Ibaratnya kalau Matematika kita fokus Matematika, IPA fokus IPA. Kalau tematik kan ya IPA nanti ditengah-tengah itu ada SDDP. Jadi kita tengah-tengah IPA kita nyanyi yang ada hubungannya dengan IPA. Jadi anak-anak itu lebih gak bosen gitu loh. 08:10 - NS Persamaannya itu apa buk? 08:13 08:14 - Persamaannya aku kok gak nemu mbak yo. 09:34 Karena menurut saya beda. Dari sisi penilaian pun lebih besar sikap, sekarang itu tematik penilaian sikapnya 60% pengetahuan 40%. Sedangkan KTSP pure pengetahuan, ndak ada muncul penilaian sikap disitu, minterno arek tok. Cuman etika anak ndak digubris gitu loh kalau ndak dari gurunya sendiri. Kalau tematik ini kan memang bawaan kurikulumnya sudah ada, kalau KTSP itu yaopo karaktere arek iku tergantung gurunya yang ngajar. Kalau gurunya mau membentuk karakter ya nanti akan muncul karakter disitu. Tapi kalau gurunya santai yo wes pokoe aku ngajar pelajaran tersampaikan, yaudah easygoing. Tapi kalau tematik ini memang bawaan dari kurikulumnya harus muncul perilaku positif. Jadi memang gurunya dituntut harus ada anu opo jenenge iku penilaian sikap disitu. 09:35 - SH Waktu ngajar tematik kayak bab tentang PKn 09:47 ini materi yang termudah itu apa buk, ada nggak? Materi yang levelnya mudah saat diajarkan pada anak-anak. 09:48 - HM Kalau PKn itu bagi anak-anak itu pasti sulit 10:42 mbak, karena kan abstrak. Sesuatu yang abstrak kan bukan yang konkret. Sedangkan anak SD itu butuh yang kongkret. Nah sekarang kalau kita bahas PKn, apa coba yang bisa dikongkretkan? Pengamalan Pancasila abstrak anak-anak disuruh membayangkan, nah itu pasti susah penerapannya anak. Bagi kita yang orang dewasa gampang kan, olehe kita ngobrol, terus maringunu pemilhan ketua RT, musyawarah. Bagi anak, opo musyawarah iku panganan opo iku kan nggak ngeh karena nggak bisa kita buktikan. Kalau nerangkan pecahan misal nggowo semongko dipecah- pecah nah ini pecahan dikongkretkan. Sedangkan PKn ndak bisa dikongkretkan. Sulitnya itu ngajak anak-anak berpikir, mengarahkan berpikirnya itu sulit. 10:44 - LY Kalau materinya yang sulit apa buk? Mungkin 10:51 seperti kelembagaan. 10:53 - Sepertinya sampai kelas V ndak ada 11:20 kelembagaan fokus ke Pancasila. Kalau dulu kan ada kelembagaan MPR, DPR sekarang nggak ada. Kalau KTSP memang sulit materinya, makanya ada perubahan dari KTSP ke K13 itu PKn nya untuk K13 fokus ke Pancasila. 11:21 NS Dari kelas berapa buk? 11:22 - Dari kelas I itu sampai kelas V itu Pancasila. 11:32 11:33 NS Kalau kelas VI nya buk? 11:34 - Ndak tau saya kalau kelas VI. 11:36 11:38 - LY Menurut bu Evy itu pembelajaran PKn yang 11:54 berbasis Learning Experience, jadi bu Evy itu biasanya menceritakan dari pengalamannya bu Evy terus diterapkan di pelajaran PKn itu gimana, bisa apa ndak diterapkan? 11:56 - Kalau seperti itu bisa, cuman itu tadi membawa 12:51 anak untuk membayangkan itu yang sulit. Karena anak usia SD kan gak gampang melamun. Orang yang bisa membayangkan itu orang yang ngelamun. Istilahnya itu yaopo ya arek iku lek kelas anak usia SD kudu nyata gitu loh benar-benar nyata yang terjadi yang bisa dia lihat setiap hari. Jadi kalau kita mau ngajar PKn di SD itu arahnya itu harus yang misalkan, nyontohkan kemacetan dari dia berangkat sekolah. Kalau ada orang yang berperilaku seperti ini itu gimana. Harus seperti itu dia bisa nyampe. Jadi apa yang sudah dia lihat harus kita hubungkan dengan Pancasila itu tadi. Hubungan Pancasila ada hubungan peristiwa itu juga hubungannya nanti ke butir-butir Pancasila itu. 13:00 – Afwatun Kalau menurut ibu PKn itu ada tugas 13:07 Rohmah mempunyai tugas untuk mengemban (FW) pendidikan nilai nggak? 13:08 - Iya, justru karakter atau sikap yang ada 13:27 penilaian masuk ke PKn sama agama kalau di K13. Jelas harus membentuk sikap kalau PKn. 13:37 LY Bu Evy tau sejarahnya PKn di Indonesia? 13:39 Ndak, hehehe. 13:41 NS Kenapa buk? 13:42 – Nggak tau ya memang apa ya, makanya saya 14:12 kan tau PKn sudah SMA. Ya sudah itu aja waktu SMP ndak ada. Sebatas pengetahuan dan yowis aku pelajaran dicekoki. Karena pelajaran PKn sebetulnya kan ndak ada orang seneng toh? Ngurusi negoro sing menurut kita nggak perlu kita pikirkan negara itu wes onok mikir dewe. 14:13 - NS Ibu waktu kuliah ambil jurusan apa? Di Univ? 14:16 14:17 – PGSD di UM 14:20 14:30 - SH Kalau pengamalan Pancasila kan itu tadi diberi 14:41 contoh, ngasih contohnya itu hanya di lingkup keluarga, atau masyarakat juga atau gimana bu? 14:42 – Pokoknya lingkungan sekitar siswa aja, ndak 15:27 bisa jauh. Misalkan ada kemungkinan bisa jauh tapi berita-berita yang viral seperti sing sekiranya anak-anak tau gitu loh sing mungkin misale ada di televisi, internet baru bisa dihubungkan. Kalau yang tiba-tiba anak-anak diceritani kayak misalkan kasuse ini yang lagi viral kan kasusnya menteri agama nah itu yo gak ngeh mereka kalau mau dihubungkan kesana. Jadi yang viral sing crito enteng- enteng lah nggak yang berat yang berpikir rumit mereka ndak bisa. 15:47 - NS Selama ibu ngajar mata pelajaran PKn itu 15:56 pengalamannya apa bu? 16:00 - Nggak ada sing menonjol seh mbak yo. Kalau 16:33 sekarang ini datar-datar aja karena kan semua mata pelajaran diampu jadi satu. Kalau waktu KTSP dulu kan fokus gurunya pun fokus, waktu kemarin saya waktu KTSP itu kan IPA kelas IV V IV kan per mapel baru kelas I II III kan semua pelajaran. Nah sekarang kalau tematik kelas I – VI ya sudah semua pelajaran jadi ngga punya pengalaman khusus sih. 16:36 - NS Kalau menurut ibu saran untuk calon pengajar 16:54 khususnya calon guru mata pelajaran PKn itu apa bu? 16:56 - Sarannya menemukan model pembelajaran 17:32 yang bisa mengarahkan anak-anak untuk berpikir abstrak dalam artian untuk penerapan itu tadi PKn kan intinya penerapan ke anak- anak bagaimana cara berwarganegara yang baik kan ibaratnya seperti itu. Itu selama ini PKn belum ada model pembelajaran yang anak-anak bisa langsung ngeh, masih abstrak semua wes tergantung penjelasan terus contoh- contoh yang ada di masyarakat aja gitu. 17:33 - NS Jadi kita sebagai calon itu harus yang lebih 17:44 kreatif lagi gitu agar anak tersebut bisa berpikir eh membayangkan apa yang kita maksud. 17:45 - Karena kan kadang-kadang efeknya PKn itu 18:09 arahnya ke hafalan. Nah yaopo carane iku gak hafalan tapi anak-anak mengena. Hafalan itu kan mungkin ngko lek dee wes kelas IV sekarang V, VI lupa kan gitu. Bagaimana caranya sing mengena nggak lupa gitu loh, karena selama ini yo fokuse yo hafalan karena yo bingung keepo cobak. 18:11 - SH Dari awal ibu megang kelas atas? 18:15 18:16 - Ndak, dulu kelas II tahun 2005 – 2010 kelas II. 18:34 Baru 2011 kelas VI sampai 2012. 2013 kelas IV. 18:35 NS Setiap tahun berubah ya bu? 18:36 - Ndak juga sebetulnya, cumak yo dimana disitu 18:47 dibutuhkan guru mungkin karakternya seperti apa dipindah nek nggak yo nggak. 18:48 - LY Berarti tau tiga kompetensi, civic competence 19:09 tentang pengetahuan. Menurut bu Evy gimana kalau berhubungan dengan PKn? 19:13 - Kalau kognitifnya ya itu tadi, kalau PKn 19:45 kognitifnya dia tau ibaratnya itu dia tau apa yang dimaksud hak kewajiban, apa yang dimaksud dengan bagaiman pengamalan sila- sila Pancasila. Kalau afektifnya ya penerapannya dia setiap hari sesuai dengan itu tadi pengamalan Pancasila, misalkan kamu kalau mengamalkan sila ke-2 harus bagaimana membantu temannya kan seperti itu. Kalau psikomotornya ndak ada kayaknya. 19:46 NS Kenapa bu? 19:47 - Psikomotor itu kan keterampilannya, nah kalau 19:54 PKn itu keterampilan apa coba? 19:56 – LY Mungkin keterampilan berpendapat mungkin. 20:02 20:03 - Iya, mungkin kalau berdiskusi bisa. Cuman 20:19 memang sebetulnya setiap pembelajaran tiga itu harus ada pelajaran apa aja. 20:21 - SH Berarti di dalam kelas waktu pembelajaran itu 20:26 ada diskusi juga bu? Jadi bisa berpendapat anak itu. 20:28 - Ada, iya. Kalau sekarang tematik itu justru 20:36 setiap pembelajaran ada diskusi, harus ada persentasi untuk anak. 20:38 - NS Jadi, setiap anak itu ada praktik persentasinya? 20:45 20:47 - Pokonya setiap hari itu harus berkelompok. 21:30 Jadi untuk pembelajaran tematik anak memang diwajibkan berani bertanggung jawab, berani berperilaku, berani mengungkapkan, berani menunjukkan itu harus ada semua gitu loh. Jadi sebetulnya kalau dari kemasan kurikulumnya tematik itu paket lengkap, tapi kalau KTSP itu ndak, yowes itu tadi kalau KTSP tergantung gurune menentukan model yang anak berdiskusi monggo, ndak yo monggo. Tapi kalau ditematik itu kemasannya itu lengkap sudah ada berdiskusi, peresentasi itu semuanya ada. 21:32 - NS Berarti yang system peresentasi itu dari kelas I 21:35 ya? 21:36 - Iya, mulai kelas I sudah ada. Makanya kalau 23:04 tematik itu paket lengkap, makanya saya bilang tadi untuk cara mengajar enak cuman kalau kita menunutut nilai pengetahuan itu lemah karena penilaian kita global gitu loh. Kalau dulu tuntutan KTSP hanya hasil kalau sekarang sikap. Nah, sikap itu kan ndak ada tolak ukurnya sekarang sikap menurut relatif toh sikap itu, di keluarga saya seperti ini normal di keluargamu gak normal kan gitu. Di keluarga saya lewat depan orang tua wajib membungkukkan badan ‘nuwun sewu’, tapi di keluarga temannya kan nggak yowes nyelonong aja terserah kan gitu. Nah, makanya untuk penilaian sikap ini supaya tidak seperti itu kita harus menyatukan ibaratnya yo ayok sing biasae kurang ajar digae sopan, yo ayok sing biasae gak boso nang wong tuwane belajar boso kan gitu. Nah seperti ini kan global penilaiannnya justru sulit, makanya kalau tematik itu tidak berbasis hasil. Ibarate arek liwat nang ngarepe wong tuwo iso nuwun sewu itu sudah bagus walaupun ibarate nilai PKn 20. Lah seperti itu loh, jadi 60% sikap 40% hasil. 23:08 - Thata Habi Jadi kalau misalkan kayak gitu berdampak 23:21 Nugroho nggak buk sama ujian kan pakai nilai nah kalau (TN) misalkan kesehariannya ditematik itu mengutamakan sikapnya? 23:23 - Ya, pasti berdampak, makanya guru-gurunya 23:41 galau. Kita nurut kurikulum harus memebntuk karakter anak yang positif atau kita harus ngikuti pemerintah yang memberlakukan ujian nasional dengan minimal nilai. Akhirnya galau. 23:42 LY Sekarang udah minimal nilai ya buk? 23:43 - Ya tetep lah ada, kan ini rencananya kalau 24:41 denger visi misinya kan kalau pergantian presiden mau meniadakan UN. Nah itu kalau guru seneng karena apa, ya itu tadi karena tematik itu dampaknya perilaku positif bukan pengetahuan yang tinggi. Tapi kalau kita tetep memberlakukan UN ndak bisa, membentuk uwong iku gak gampang kan gitu. Mereka dari karakter orang tua yang berbeda-beda nggak semua mereka setiap hari ditemani orang tuanya dan orang tuanya pun nggak semua yang bisa punya karakter yang positif kan gitu toh. Terus anak sekolah dikongkon hasil opo iki dari kurikulum suruh berperilaku positif tapi dengan hasil yang tinggi kapan nek ndandani. 24:42 - LY Kan pengen nilai tinggi justru malah 24:45 melakukan kecurangan. 24:46 - Nah, sekarang kan gini orang membangun 26:23 perilaku positif itu tidak mudah, nggak seharian eh bersin ditutup, eh nguap ditutup nggak sekali diingatkan biar bisa tau. Bahkan satu semester pun jek diulang-ulang seperti itu, nah dengan kita membentuk ibarate mondasi iki tapi kene dikongkon mbangun atapnya yang tinggi iso ta pondasi durung ngadek atap sudah tinggi. Kalu K13 itu harusnya SD/MI 70% atu 60% itu sikap 40% itu pengetahuan. Di SMP mudun jadi misalkan harusnya 70% di MI itu perilaku 30% pengetahuan, SMP mudun 60:40, SMA 50:50 baru kuliah lebih tinggi kemampuan, pengetahuan karena perilaku sudah terbentuk. Kalau perilaku sudah dibentuk uwong ngatur saiki arek wes gausa ditoto kari ngiseni materi enteng kan gitu, kan ibaratnya kalau perilaku positif anak sudah dipastikan masuk kelas menghargai gurunya dia ngga bakalan kurang ajar kan. Jadi gurune ngekei materi opo wae fine, nah kalau arek perilakune negatif kok gurune nyampekno materi nek mburine balang-balangan, jejek- jejekan, junduk-jundukan makanya kan gitu. Dilemanya itu manut K13 opo. 26:24 - LY Sudah berganti berkali-kali tapi tetep itu. 26:27 26:28 - Tetep nilai menjadi tuntutan, karena nilai 27:23 menjadi tuntutan dimana-mana akhirnya wali murid pun minta anak iku nilaie dukur gak minta perilaku positif, karena bersaingnya diluar nilai bukan perilaku memang perilaku berdampak 10 tahun kedepan bukan saat ini. Kan nggak mungkin saiki lihat orang sekarang yang sopan misalkan orang yang menghargai orang lain, bisa bertindak sopan, tawadhu, belajar mulai kapan apakah sehari dua hari kah ndak, kan mulai kecil mereka. Nah tapi kadang orang tua yang sing kepingin yes kan lihat pokoe nilaie anakku apik yo ndek kunu sekolah apik. Nah itu dilemanya disitu. 27:23 - SH Dulu pas K13 pertama megang kelas berapa 27:31 buk? Sekarang kan kelas V. 27:32 Kelas IV. 27:33 - SH Bedanya kelas IV sama kelas V waktu kayak 27:38 berdiskusi itu kondusif ngga buk? 27:39 - Justru lebih kondusif kelas IV daripada kelas V. 28:02 Kelas V iku koyok arek SMP kelas loro SMA kelas loro nakal-nakalnya anak. Dia merasa kalau kelas VI kan mulai melunak karena dia mau ujian, lah kelas V iki kan merasa dia kelas tinggi iso idek-idek adike, ya wes anu peralihan mentalnya peralihan. 28:08 - TN Kalau menurut ibu kan sekarang ini K13 28:17 Tematik itu lebih mengandalkan sikap nanti kalau di dunia kerjanya itu gimana untuk pengetahuannya itu? 28:18 - Makanya kan gini mas, kan kalau didunia kerja 29:12 belajar harus sudah melewati perguruan tinggi nah di perguruan tinggi pengetahuannya harus tinggi, sikap hanya diambil 40% karena mereka sudah tertata dari kecil. Kayak kita yang dari keluarga istilahnya disiplin tinggi ngomong ambek orang tua harus boso kromo kan gitu ya nanti kan kebawa sampai kapanpun dia akan tetep seperti itu. Nah pendidikan mulai dari kecil yang perilaku kan harus seperti itu, kalau di perguruan tinggi sikap itu sudah bawaan maksudnya dia wes mulai kecil wes dibentuk akhirnya dia kan wes opo yo istilahe, wes ndek ati wes aku lek ngene gak sopan kan wes onok rem e dewe. Jadi, makanya nggak perlu membentuk sikap kalau perguruan tinggi pengetahuan yang digelontor, ya wes disitu kamu nanti pinternya disitu kan gitu. 29:15 NS Jadi, sikap itu tergantung sama lingkungannya. 29:17 - Iya lah. Sekarang di rumah dan di sekolah 29:25 maringunu kumpule arek punk opo yo mungkin nuwun sewu ngunu gak mungkin. 29:29 - NS Waktu ibu kan kata ibu tadi pas K13 itu waktu 29:49 kelas IV pertama kali sebelum K13 kelas VI sama kelas II pas awal mulanya masuk ke K13 perubahannya itu gimana? 29:51 SH Cara menyesuaikannya gimana? 29:52 - Rodok ruwet lah mbak wong kurikulumnya itu 30:22 juga revisi-revisi terus, ya pasti untuk anaknya bingung juga yang tadinya buku per mapel jadi bukunya jadi satu campur. Kalau dulu bukune campur seneni mbek gurune saiki dipekso kongkon campur. Pasti ruwet lah anake yo bingung ki yaopo se wingi guruku nyeneni lek bukune campur saiki dikongkon campur ya pasti gurune koyok wong plin-plan. Kesan pertama begitu menggoda. 30:23 - LY Gurunya ganti-ganti apa ndak, kayak dulu 30:26 missal bahasa Arab. 30:27 - Kalau agama tetep, kalau pelajaran umum 30:33 ndak jadi satu sudah makanya jadi satu kemasan. 30:35 - LY Nanti potensinya jadinya guru agama lebih 30:42 dipentingkan daripada guru umumnya gitu bu? 30:43 - Ndak juga sih, cuman gini loh yang bingung. 31:02 Kalau gurunya fak akhirnya walaupun tematik dia arahnya kesatu gitu loh, misalkan faknya bahasa Indonesia ya masuk ke tematik nanti arahnya dominan bahasa Indonesia walaupun sudah mbaur tapi dominannya tetep bahasa Indonesia. 31:07 - LY Masih ada guru yang bukan misalkan harusnya 31:19 guru kalau di MI gini harusnya PGSD/PGMI kalau jurusan lain gitu masih ada? 31:20 - Masih ada beberapa, yo sing peninggalan yang 31:28 lama-lama waktu KTSP dulu kalau yang baru- baru sudah sesuai fak nya masing-masing. 31:35 – LY Terimakasih banyak atas ilmunya, 32:00 pengetahuannya. Kami dari kelompok 4 berterima kasih atas waktunya. Semoga apa yang telah disampaikan ini bermanfaat untuk kita semua di masa sekarang maupun di masa yang akan datang dan mengubah Indonesia menjadi Indonesia yang lebih baik. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Interview ini ditutup dengan foto bersama