Anda di halaman 1dari 15

TRANSKRIPSI IBU EVY

Kelompok 4

00:00 – Maghfirotul Assalamualaikum warahmatullahi


00:30 Laily (LY) wabarakatuh.. Kami dari kelompok empat akan
mewawancarai bu Evy tentang PKn di SD.
Pertama, setelah mengajar di SD selama berapa
tahun? Bu Evy mengajar mengajar di MI ini
sudah berapa tahun?
00:31 - Evy Mulai 2004 itu berarti 15 tahun.
00:40
00:41 - LY Sudah lama ya bu. Selama mengajar itu
00:54 Apakah ada tantangan dalam mengajar?
Tantangan seperti dimuridnya atau sesama
guru.
00:55 - Pasti ada lah, kalau dengan murid pasti
01:14 namanya anak ndak sama, ada yang
karakternya keras, karakter lemah, kadang ada
yang anaknya itu susah diatur pasti ada. Kalau
sama guru kadang-kadang konflik atau beda
pendapat aja nggak yang parah.
01:24 - LY Perubahan apa yang ibu rasakan dalam mata
01:32 pelajaran PKn di MI dari dulu sampai
sekarang?
01:33 - Kalau perubahan, saya rasa ndak banyak sih.
02:08 Cuma kalau yang K13 sekarang lebih
menekankan kembali ke pancasila, karena kan
kalau dulu itu ada pendidikan Pancasila,
sekarang setelah pendidikan Pancasila dirubah
menjadi PKn yang dulu PKn khusus hanya hak
dan kewajiban, kewarganegaraan dan sekarang
kembali lagi PKn ditambah mengarah ke
Pancasila, penerapan sila-sila Pancasila.
02:09 - Khoirun Kesulitan ngga ada buk? Karena udah sering
02:15 Nisa (NS) ngajar.
02:16 - Kalo kesulitan pasti ada, karena namanya ya
02:39 itu tadi setiap tahun anak yang kita hadapi
berbeda. Jadi yang paling sering kesulitannya
PKn itu justru kepenerapannya karena anak-
anak model jaman sekarang.
02:44 - NS Materi apa saja yang diajarkan pelajarn PKn di
02:50 SD ?
02:52 - Kalau secara keseluruhan saya ndak paham,
03:04 karena saya pegangnya kelas V, yang saya tahu
di kelas V dan IV fokus kepenerapan
pengamalan Pancasila
03:07 – Sholihatul Contoh pengamalannya gimana bu?
03:09 Ummah
(SH)
03:10 - Contoh pengamalan itu misalkan sila ke-4
03:25 disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari itu
apa. Jadi arahnya kesana. Terus lebih juga
mengarah ke hak dan kewajiban.
03:30 - LY PKn itu mengalami perkembangan, sejak
03:58 zaman kemerdekaan. PKn dimulai sejak
sebelum masa Orde lama dan orde baru itu
PKn sudah ada. Apakah disitu ada tujuan atau
tuntutan yang mengalami perbedaan yang
signifikan?
04:02 - Setahu saya, orde lama dan orde baru justru
05:19 ndak ada PKn jadi fokus ke Pancasila sama
Sejarah. Kalau saya dulu itu, seingat saya itu
baru ada PKn itu SMA. Jadi, sekitar tahun 90-
an. SMA jaman saya karena saya ambil IPS
waktu itu ada pendidikan kewarganegaraan
sama ketatanegaraan itu jadi satu. Setelah saya
masuk jadi guru MI sekitar 2004 itu sudah
masuk reformasi ya. Itu baru ada kayaknya di
SD, dulu SD itu PMP. Yang gabung sama IPS
itu PSPB. Kalau dulu orde lama dan orde baru
ndak ada PKn. Kalo perubahannya nggak
terlalu drastis.
05:23 – NS Awalnya dulu itu kan KTSP sekarang berubah
05:35 jadi K13 itu perbedaannya apa menurut ibu?
05:36 - Kalau KTSP kan per mata pelajarannya.
06:35
Sebetulnya dari sisi tiap mapelnya ndak ada
perubahan banyak sih cuman mungkin dari
KD. Dulu itu seperti waktu KTSP, saya dulu
KTSP ndak ngajar PKn sih makanya saya
nggak ngeh kalau PKn. Itu kalau sekarang kan
tematik jadi kita kumpulkan jadi satu dalam
satu kemasan. Kalau dulu kan per mapel itu
aja. Cuman dari sisi pembelajaran anak lebih
gampang mengerti di KTSP, kalau ditematik
ini memang dasarnya itu penilaiannya
bergantung pada sikap. Jadi nggak hanya
pengetahuan anak yang diukur tapi sikapnya
juga.
06:36 - LY Kalau menurut bu Evy itu lebih bagus yang
06:43 KTSP apa K13, kalau buat anak-anaknya
penerapannya juga.
06:44 – Kalau menurut saya itu setiap kurikulum ada
07:11 plus minusnya. Kalau saya sebagai guru itu
mengajar seneng cara tematik. Tapi kalau
dalam sisi saya meminta hasil dalam artian
pengetahuan anak patokan saya nilai itu lebih
seneng KTSP.
07:12 NS Kenapa buk?
07:13 - Karena KTSP materinya mendalam. Jadi
07:38 ulasannya di KTSP itu kan fokus misalkan PKn
ya kita bahas seputar PKn saja. Sedangkan
Tematik kan PKn nanti lari ke Bahasa
Indonesia lari ke IPA kan seperti itu. Tapi kalau
dari sisi niali pengetahuan bagus KTSP kalau
sisi pengajaran pembelajaran di kelas enak
tematik.
07:39 - SH Emang pembelajarannya berbeda, caranya?
07:41
07:42 - Iya. Kalau KTSP rata-rata monoton ngajarnya.
08:08 Istilahnya itu ngga ada variasinya. Ibaratnya
kalau Matematika kita fokus Matematika, IPA
fokus IPA. Kalau tematik kan ya IPA nanti
ditengah-tengah itu ada SDDP. Jadi kita
tengah-tengah IPA kita nyanyi yang ada
hubungannya dengan IPA. Jadi anak-anak itu
lebih gak bosen gitu loh.
08:10 - NS Persamaannya itu apa buk?
08:13
08:14 - Persamaannya aku kok gak nemu mbak yo.
09:34 Karena menurut saya beda. Dari sisi penilaian
pun lebih besar sikap, sekarang itu tematik
penilaian sikapnya 60% pengetahuan 40%.
Sedangkan KTSP pure pengetahuan, ndak ada
muncul penilaian sikap disitu, minterno arek
tok. Cuman etika anak ndak digubris gitu loh
kalau ndak dari gurunya sendiri. Kalau tematik
ini kan memang bawaan kurikulumnya sudah
ada, kalau KTSP itu yaopo karaktere arek iku
tergantung gurunya yang ngajar. Kalau
gurunya mau membentuk karakter ya nanti
akan muncul karakter disitu. Tapi kalau
gurunya santai yo wes pokoe aku ngajar
pelajaran tersampaikan, yaudah easygoing.
Tapi kalau tematik ini memang bawaan dari
kurikulumnya harus muncul perilaku positif.
Jadi memang gurunya dituntut harus ada anu
opo jenenge iku penilaian sikap disitu.
09:35 - SH Waktu ngajar tematik kayak bab tentang PKn
09:47 ini materi yang termudah itu apa buk, ada
nggak? Materi yang levelnya mudah saat
diajarkan pada anak-anak.
09:48 - HM Kalau PKn itu bagi anak-anak itu pasti sulit
10:42 mbak, karena kan abstrak. Sesuatu yang
abstrak kan bukan yang konkret. Sedangkan
anak SD itu butuh yang kongkret. Nah
sekarang kalau kita bahas PKn, apa coba yang
bisa dikongkretkan? Pengamalan Pancasila
abstrak anak-anak disuruh membayangkan, nah
itu pasti susah penerapannya anak. Bagi kita
yang orang dewasa gampang kan, olehe kita
ngobrol, terus maringunu pemilhan ketua RT,
musyawarah. Bagi anak, opo musyawarah iku
panganan opo iku kan nggak ngeh karena
nggak bisa kita buktikan. Kalau nerangkan
pecahan misal nggowo semongko dipecah-
pecah nah ini pecahan dikongkretkan.
Sedangkan PKn ndak bisa dikongkretkan.
Sulitnya itu ngajak anak-anak berpikir,
mengarahkan berpikirnya itu sulit.
10:44 - LY Kalau materinya yang sulit apa buk? Mungkin
10:51 seperti kelembagaan.
10:53 - Sepertinya sampai kelas V ndak ada
11:20 kelembagaan fokus ke Pancasila. Kalau dulu
kan ada kelembagaan MPR, DPR sekarang
nggak ada. Kalau KTSP memang sulit
materinya, makanya ada perubahan dari KTSP
ke K13 itu PKn nya untuk K13 fokus ke
Pancasila.
11:21 NS Dari kelas berapa buk?
11:22 - Dari kelas I itu sampai kelas V itu Pancasila.
11:32
11:33 NS Kalau kelas VI nya buk?
11:34 - Ndak tau saya kalau kelas VI.
11:36
11:38 - LY Menurut bu Evy itu pembelajaran PKn yang
11:54 berbasis Learning Experience, jadi bu Evy itu
biasanya menceritakan dari pengalamannya bu
Evy terus diterapkan di pelajaran PKn itu
gimana, bisa apa ndak diterapkan?
11:56 - Kalau seperti itu bisa, cuman itu tadi membawa
12:51 anak untuk membayangkan itu yang sulit.
Karena anak usia SD kan gak gampang
melamun. Orang yang bisa membayangkan itu
orang yang ngelamun. Istilahnya itu yaopo ya
arek iku lek kelas anak usia SD kudu nyata gitu
loh benar-benar nyata yang terjadi yang bisa
dia lihat setiap hari. Jadi kalau kita mau ngajar
PKn di SD itu arahnya itu harus yang
misalkan, nyontohkan kemacetan dari dia
berangkat sekolah. Kalau ada orang yang
berperilaku seperti ini itu gimana. Harus
seperti itu dia bisa nyampe. Jadi apa yang
sudah dia lihat harus kita hubungkan dengan
Pancasila itu tadi. Hubungan Pancasila ada
hubungan peristiwa itu juga hubungannya nanti
ke butir-butir Pancasila itu.
13:00 – Afwatun Kalau menurut ibu PKn itu ada tugas
13:07 Rohmah mempunyai tugas untuk mengemban
(FW) pendidikan nilai nggak?
13:08 - Iya, justru karakter atau sikap yang ada
13:27 penilaian masuk ke PKn sama agama kalau di
K13. Jelas harus membentuk sikap kalau PKn.
13:37 LY Bu Evy tau sejarahnya PKn di Indonesia?
13:39 Ndak, hehehe.
13:41 NS Kenapa buk?
13:42 – Nggak tau ya memang apa ya, makanya saya
14:12 kan tau PKn sudah SMA. Ya sudah itu aja
waktu SMP ndak ada. Sebatas pengetahuan dan
yowis aku pelajaran dicekoki. Karena pelajaran
PKn sebetulnya kan ndak ada orang seneng
toh? Ngurusi negoro sing menurut kita nggak
perlu kita pikirkan negara itu wes onok mikir
dewe.
14:13 - NS Ibu waktu kuliah ambil jurusan apa? Di Univ?
14:16
14:17 – PGSD di UM
14:20
14:30 - SH Kalau pengamalan Pancasila kan itu tadi diberi
14:41 contoh, ngasih contohnya itu hanya di lingkup
keluarga, atau masyarakat juga atau gimana
bu?
14:42 – Pokoknya lingkungan sekitar siswa aja, ndak
15:27 bisa jauh. Misalkan ada kemungkinan bisa jauh
tapi berita-berita yang viral seperti sing
sekiranya anak-anak tau gitu loh sing mungkin
misale ada di televisi, internet baru bisa
dihubungkan. Kalau yang tiba-tiba anak-anak
diceritani kayak misalkan kasuse ini yang lagi
viral kan kasusnya menteri agama nah itu yo
gak ngeh mereka kalau mau dihubungkan
kesana. Jadi yang viral sing crito enteng-
enteng lah nggak yang berat yang berpikir
rumit mereka ndak bisa.
15:47 - NS Selama ibu ngajar mata pelajaran PKn itu
15:56 pengalamannya apa bu?
16:00 - Nggak ada sing menonjol seh mbak yo. Kalau
16:33 sekarang ini datar-datar aja karena kan semua
mata pelajaran diampu jadi satu. Kalau waktu
KTSP dulu kan fokus gurunya pun fokus,
waktu kemarin saya waktu KTSP itu kan IPA
kelas IV V IV kan per mapel baru kelas I II III
kan semua pelajaran. Nah sekarang kalau
tematik kelas I – VI ya sudah semua pelajaran
jadi ngga punya pengalaman khusus sih.
16:36 - NS Kalau menurut ibu saran untuk calon pengajar
16:54 khususnya calon guru mata pelajaran PKn itu
apa bu?
16:56 - Sarannya menemukan model pembelajaran
17:32 yang bisa mengarahkan anak-anak untuk
berpikir abstrak dalam artian untuk penerapan
itu tadi PKn kan intinya penerapan ke anak-
anak bagaimana cara berwarganegara yang
baik kan ibaratnya seperti itu. Itu selama ini
PKn belum ada model pembelajaran yang
anak-anak bisa langsung ngeh, masih abstrak
semua wes tergantung penjelasan terus contoh-
contoh yang ada di masyarakat aja gitu.
17:33 - NS Jadi kita sebagai calon itu harus yang lebih
17:44 kreatif lagi gitu agar anak tersebut bisa berpikir
eh membayangkan apa yang kita maksud.
17:45 - Karena kan kadang-kadang efeknya PKn itu
18:09 arahnya ke hafalan. Nah yaopo carane iku gak
hafalan tapi anak-anak mengena. Hafalan itu
kan mungkin ngko lek dee wes kelas IV
sekarang V, VI lupa kan gitu. Bagaimana
caranya sing mengena nggak lupa gitu loh,
karena selama ini yo fokuse yo hafalan karena
yo bingung keepo cobak.
18:11 - SH Dari awal ibu megang kelas atas?
18:15
18:16 - Ndak, dulu kelas II tahun 2005 – 2010 kelas II.
18:34 Baru 2011 kelas VI sampai 2012. 2013 kelas
IV.
18:35 NS Setiap tahun berubah ya bu?
18:36 - Ndak juga sebetulnya, cumak yo dimana disitu
18:47 dibutuhkan guru mungkin karakternya seperti
apa dipindah nek nggak yo nggak.
18:48 - LY Berarti tau tiga kompetensi, civic competence
19:09 tentang pengetahuan. Menurut bu Evy gimana
kalau berhubungan dengan PKn?
19:13 - Kalau kognitifnya ya itu tadi, kalau PKn
19:45 kognitifnya dia tau ibaratnya itu dia tau apa
yang dimaksud hak kewajiban, apa yang
dimaksud dengan bagaiman pengamalan sila-
sila Pancasila. Kalau afektifnya ya
penerapannya dia setiap hari sesuai dengan itu
tadi pengamalan Pancasila, misalkan kamu
kalau mengamalkan sila ke-2 harus bagaimana
membantu temannya kan seperti itu. Kalau
psikomotornya ndak ada kayaknya.
19:46 NS Kenapa bu?
19:47 - Psikomotor itu kan keterampilannya, nah kalau
19:54 PKn itu keterampilan apa coba?
19:56 – LY Mungkin keterampilan berpendapat mungkin.
20:02
20:03 - Iya, mungkin kalau berdiskusi bisa. Cuman
20:19 memang sebetulnya setiap pembelajaran tiga
itu harus ada pelajaran apa aja.
20:21 - SH Berarti di dalam kelas waktu pembelajaran itu
20:26 ada diskusi juga bu? Jadi bisa berpendapat
anak itu.
20:28 - Ada, iya. Kalau sekarang tematik itu justru
20:36 setiap pembelajaran ada diskusi, harus ada
persentasi untuk anak.
20:38 - NS Jadi, setiap anak itu ada praktik persentasinya?
20:45
20:47 - Pokonya setiap hari itu harus berkelompok.
21:30 Jadi untuk pembelajaran tematik anak memang
diwajibkan berani bertanggung jawab, berani
berperilaku, berani mengungkapkan, berani
menunjukkan itu harus ada semua gitu loh. Jadi
sebetulnya kalau dari kemasan kurikulumnya
tematik itu paket lengkap, tapi kalau KTSP itu
ndak, yowes itu tadi kalau KTSP tergantung
gurune menentukan model yang anak
berdiskusi monggo, ndak yo monggo. Tapi
kalau ditematik itu kemasannya itu lengkap
sudah ada berdiskusi, peresentasi itu semuanya
ada.
21:32 - NS Berarti yang system peresentasi itu dari kelas I
21:35 ya?
21:36 - Iya, mulai kelas I sudah ada. Makanya kalau
23:04 tematik itu paket lengkap, makanya saya bilang
tadi untuk cara mengajar enak cuman kalau
kita menunutut nilai pengetahuan itu lemah
karena penilaian kita global gitu loh. Kalau
dulu tuntutan KTSP hanya hasil kalau sekarang
sikap. Nah, sikap itu kan ndak ada tolak
ukurnya sekarang sikap menurut relatif toh
sikap itu, di keluarga saya seperti ini normal di
keluargamu gak normal kan gitu. Di keluarga
saya lewat depan orang tua wajib
membungkukkan badan ‘nuwun sewu’, tapi di
keluarga temannya kan nggak yowes
nyelonong aja terserah kan gitu. Nah, makanya
untuk penilaian sikap ini supaya tidak seperti
itu kita harus menyatukan ibaratnya yo ayok
sing biasae kurang ajar digae sopan, yo ayok
sing biasae gak boso nang wong tuwane
belajar boso kan gitu. Nah seperti ini kan
global penilaiannnya justru sulit, makanya
kalau tematik itu tidak berbasis hasil. Ibarate
arek liwat nang ngarepe wong tuwo iso nuwun
sewu itu sudah bagus walaupun ibarate nilai
PKn 20. Lah seperti itu loh, jadi 60% sikap
40% hasil.
23:08 - Thata Habi Jadi kalau misalkan kayak gitu berdampak
23:21 Nugroho nggak buk sama ujian kan pakai nilai nah kalau
(TN) misalkan kesehariannya ditematik itu
mengutamakan sikapnya?
23:23 - Ya, pasti berdampak, makanya guru-gurunya
23:41 galau. Kita nurut kurikulum harus memebntuk
karakter anak yang positif atau kita harus
ngikuti pemerintah yang memberlakukan ujian
nasional dengan minimal nilai. Akhirnya galau.
23:42 LY Sekarang udah minimal nilai ya buk?
23:43 - Ya tetep lah ada, kan ini rencananya kalau
24:41 denger visi misinya kan kalau pergantian
presiden mau meniadakan UN. Nah itu kalau
guru seneng karena apa, ya itu tadi karena
tematik itu dampaknya perilaku positif bukan
pengetahuan yang tinggi. Tapi kalau kita tetep
memberlakukan UN ndak bisa, membentuk
uwong iku gak gampang kan gitu. Mereka dari
karakter orang tua yang berbeda-beda nggak
semua mereka setiap hari ditemani orang
tuanya dan orang tuanya pun nggak semua
yang bisa punya karakter yang positif kan gitu
toh. Terus anak sekolah dikongkon hasil opo iki
dari kurikulum suruh berperilaku positif tapi
dengan hasil yang tinggi kapan nek ndandani.
24:42 - LY Kan pengen nilai tinggi justru malah
24:45 melakukan kecurangan.
24:46 - Nah, sekarang kan gini orang membangun
26:23 perilaku positif itu tidak mudah, nggak
seharian eh bersin ditutup, eh nguap ditutup
nggak sekali diingatkan biar bisa tau. Bahkan
satu semester pun jek diulang-ulang seperti itu,
nah dengan kita membentuk ibarate mondasi
iki tapi kene dikongkon mbangun atapnya yang
tinggi iso ta pondasi durung ngadek atap sudah
tinggi. Kalu K13 itu harusnya SD/MI 70% atu
60% itu sikap 40% itu pengetahuan. Di SMP
mudun jadi misalkan harusnya 70% di MI itu
perilaku 30% pengetahuan, SMP mudun 60:40,
SMA 50:50 baru kuliah lebih tinggi
kemampuan, pengetahuan karena perilaku
sudah terbentuk. Kalau perilaku sudah
dibentuk uwong ngatur saiki arek wes gausa
ditoto kari ngiseni materi enteng kan gitu, kan
ibaratnya kalau perilaku positif anak sudah
dipastikan masuk kelas menghargai gurunya
dia ngga bakalan kurang ajar kan. Jadi gurune
ngekei materi opo wae fine, nah kalau arek
perilakune negatif kok gurune nyampekno
materi nek mburine balang-balangan, jejek-
jejekan, junduk-jundukan makanya kan gitu.
Dilemanya itu manut K13 opo.
26:24 - LY Sudah berganti berkali-kali tapi tetep itu.
26:27
26:28 - Tetep nilai menjadi tuntutan, karena nilai
27:23 menjadi tuntutan dimana-mana akhirnya wali
murid pun minta anak iku nilaie dukur gak
minta perilaku positif, karena bersaingnya
diluar nilai bukan perilaku memang perilaku
berdampak 10 tahun kedepan bukan saat ini.
Kan nggak mungkin saiki lihat orang sekarang
yang sopan misalkan orang yang menghargai
orang lain, bisa bertindak sopan, tawadhu,
belajar mulai kapan apakah sehari dua hari kah
ndak, kan mulai kecil mereka. Nah tapi kadang
orang tua yang sing kepingin yes kan lihat
pokoe nilaie anakku apik yo ndek kunu sekolah
apik. Nah itu dilemanya disitu.
27:23 - SH Dulu pas K13 pertama megang kelas berapa
27:31 buk? Sekarang kan kelas V.
27:32 Kelas IV.
27:33 - SH Bedanya kelas IV sama kelas V waktu kayak
27:38 berdiskusi itu kondusif ngga buk?
27:39 - Justru lebih kondusif kelas IV daripada kelas V.
28:02 Kelas V iku koyok arek SMP kelas loro SMA
kelas loro nakal-nakalnya anak. Dia merasa
kalau kelas VI kan mulai melunak karena dia
mau ujian, lah kelas V iki kan merasa dia kelas
tinggi iso idek-idek adike, ya wes anu peralihan
mentalnya peralihan.
28:08 - TN Kalau menurut ibu kan sekarang ini K13
28:17 Tematik itu lebih mengandalkan sikap nanti
kalau di dunia kerjanya itu gimana untuk
pengetahuannya itu?
28:18 - Makanya kan gini mas, kan kalau didunia kerja
29:12 belajar harus sudah melewati perguruan tinggi
nah di perguruan tinggi pengetahuannya harus
tinggi, sikap hanya diambil 40% karena
mereka sudah tertata dari kecil. Kayak kita
yang dari keluarga istilahnya disiplin tinggi
ngomong ambek orang tua harus boso kromo
kan gitu ya nanti kan kebawa sampai kapanpun
dia akan tetep seperti itu. Nah pendidikan
mulai dari kecil yang perilaku kan harus seperti
itu, kalau di perguruan tinggi sikap itu sudah
bawaan maksudnya dia wes mulai kecil wes
dibentuk akhirnya dia kan wes opo yo istilahe,
wes ndek ati wes aku lek ngene gak sopan kan
wes onok rem e dewe. Jadi, makanya nggak
perlu membentuk sikap kalau perguruan tinggi
pengetahuan yang digelontor, ya wes disitu
kamu nanti pinternya disitu kan gitu.
29:15 NS Jadi, sikap itu tergantung sama lingkungannya.
29:17 - Iya lah. Sekarang di rumah dan di sekolah
29:25 maringunu kumpule arek punk opo yo
mungkin nuwun sewu ngunu gak mungkin.
29:29 - NS Waktu ibu kan kata ibu tadi pas K13 itu waktu
29:49 kelas IV pertama kali sebelum K13 kelas VI
sama kelas II pas awal mulanya masuk ke K13
perubahannya itu gimana?
29:51 SH Cara menyesuaikannya gimana?
29:52 - Rodok ruwet lah mbak wong kurikulumnya itu
30:22 juga revisi-revisi terus, ya pasti untuk anaknya
bingung juga yang tadinya buku per mapel jadi
bukunya jadi satu campur. Kalau dulu bukune
campur seneni mbek gurune saiki dipekso
kongkon campur. Pasti ruwet lah anake yo
bingung ki yaopo se wingi guruku nyeneni lek
bukune campur saiki dikongkon campur ya
pasti gurune koyok wong plin-plan. Kesan
pertama begitu menggoda.
30:23 - LY Gurunya ganti-ganti apa ndak, kayak dulu
30:26 missal bahasa Arab.
30:27 - Kalau agama tetep, kalau pelajaran umum
30:33 ndak jadi satu sudah makanya jadi satu
kemasan.
30:35 - LY Nanti potensinya jadinya guru agama lebih
30:42 dipentingkan daripada guru umumnya gitu bu?
30:43 - Ndak juga sih, cuman gini loh yang bingung.
31:02 Kalau gurunya fak akhirnya walaupun tematik
dia arahnya kesatu gitu loh, misalkan faknya
bahasa Indonesia ya masuk ke tematik nanti
arahnya dominan bahasa Indonesia walaupun
sudah mbaur tapi dominannya tetep bahasa
Indonesia.
31:07 - LY Masih ada guru yang bukan misalkan harusnya
31:19 guru kalau di MI gini harusnya PGSD/PGMI
kalau jurusan lain gitu masih ada?
31:20 - Masih ada beberapa, yo sing peninggalan yang
31:28 lama-lama waktu KTSP dulu kalau yang baru-
baru sudah sesuai fak nya masing-masing.
31:35 – LY Terimakasih banyak atas ilmunya,
32:00 pengetahuannya. Kami dari kelompok 4
berterima kasih atas waktunya. Semoga apa
yang telah disampaikan ini bermanfaat untuk
kita semua di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang dan mengubah Indonesia
menjadi Indonesia yang lebih baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Interview ini ditutup dengan foto bersama

Anda mungkin juga menyukai