Anda di halaman 1dari 8

Sila Baca Yaa..

Paham Dinamisme Islam


(Muhammad Iqbal)
Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir multi disiplin. Di dalam dirinya
berhimpun kualitas kaliber internasional sebagai seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum,
pendidik, filosof dan mujtahid. Sebagai pemikir Muslim dalam arti yang sesungguhnya, Iqbal
telah merintis upaya pemikiran ulang terhadap Islam demi kemajuan kaum muslimin. Islam
sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk bisa
mengantisipasi dan mengarahkan gerak dan perubahan tersebut agar sesuai dengan kehendak-
Nya. Oleh sebab itu, Islam dihadapkan kepada masalah signifikan, yaitu sanggupkah Islam
memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam mengantisipasi gerak dan perubahan ini?.
Iqbal tidaklah menetapkan suatu pandangan praktis dalam filsafatnya, namun ia
berusaha mengubah cara pandang kaum muslimin yang selama ini terjebak dalam cara
pandang yang statis dalam memandang dunia. Namun karena kehidupan manusia yang
cenderung dinamis malah menjadikan umat Islam menjadi pembebek terhadap Bangsa Barat,
dengan menanggalkan baju keislaman mereka. Dari sinilah Iqbal merekonstruksi paradigma
kaum muslimin agar mampu hidup dalam dinamika kehidupan yang normal namun tetap
dalam koridor sebagai seorang muslim yang mengabdi kepada Tuhannya. Ia berusaha untuk
memajukan peradaban Islam secara ekonomi maupun spiritual dengan cara mengikuti gerak
perkembangan zaman dan tanpa meninggalkan ciri khas ke-islamannya.
Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot (India Inggris),
sekarang Pakistan, Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab. Ia adalah
seorang penyair, filsuf dan politisi yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Dia
adalah inspirator kemerdekaan bangsa India menjadi Pakistan.
Untuk meneruskan studinya ia pergi ke Lahore dan belajar disana sampai ia
memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold,
seorang orientalis yang menurut keterangan mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan
studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi kenegara ini dan masuk ke universitas Cambridge
untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di
sanalah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doctoral yang dikemukakannya
berjudul : The Development of Methaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia).
Dan pada tahun 1908, ia kembali ke Lahore.
Disamping pekerjaannya sebagai pengacara, ia menjadi dosen filsafat. Bukunya The
Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang
diberikannya dibeberapa universitas di India. Kemudian ia memasuki bidang politik dan di
tahun 1930 dipilih menjadi presiden liga muslim.
Didalam perundingan meja bundar di London, ia turut dua kali mengambil bagian. Ia
juga menghadiri konferensi Islam yang diadakan di Jarussalem. Di tahun 1933, Ia di undang
ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun
tepatnya di tahun 1938, ia meninggal.
Karya dan Filsafat Muhammad Iqbal
Tidak mudah memetakan Iqbal sebagai seorang filsuf murni disbanding dengan filsuf
lainnya. Hal ini disebabkan ia lebih fokus pada sastra dan politik disbanding kajian filsafat.
Tak heran, kalau Iqbal dikenal sebagai penyair politisi dalam kasus kemerdekaan bangsa
India dari Inggris. Meskipun demikian, secara khusus Iqbal menulis kajian filsafat dalam
bukunya dengan tema “The Philosophical Test of the Revelations of Religious Experience”.
Dalam topic ini, tampak teori Iqbal tentang filsafat dalam bentuk teori dinamika. Pemikiran
Iqbal ini didasari dari berbagai teori ilmu alam yang telah disampaikan oleh para tokoh dunia
sebelumnya, seperti Einstein, Newton, dan sebagainya. Sehingga Iqbal berkesimpulan bahwa
dunia (pemikiran) ini adalah dinamis.
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan pentingnya arti dinamika dalam hidup. Tujuan akhir
setiap manusia adalah hidup, keagungan, kekuatan dan kegairahan. Teori dinamika Iqbal ini
diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita ini harus bangkit dari keterpurukan. Konsep
sendiri inilah yang menjadi dasar teori dinamika Iqbal.
Iqbal mewariskan banyak karya tulis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atas tanggapan
orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Kebanyakan karya-karya ini menggunakan
bahasa Persia, menurut Nicholson, agar bisa di akses oleh dunia Islam, tidak hanya
masyarakat India. Sebab saat itu, bahasa Persi adalah bahasa yang dominan di dunia Islam
dan dipakai masyarakat terpelajar. Karya-karyanya antara lain:

a) The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)


b) Asra-I Khudi (Lahore, 1916, tentang proses mencapai insane kamil)
c) Rumuz I-Bukhudi (Lahore, 1918)
d) Javid Nama (Lahore, 1932)
e) The Reconstruction of Religius Thought in Islam (London, 1934)
f) Musafir (Lahore, 1936)
g) Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)
h) Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
i) Letters and Writings of Iqbal (Karachi, 1967, kumpulan surat dan artikel Iqbal).

Filosofi dan Kerangka Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Dinamisme dalAm Islam
Pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh
pada gerakan pembaharuan dalam Islam. Sama dengan pembaharu-pembaharu lain, ia
berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun terakhir disebabkan oleh
kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Kaum
konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan
muktazilah akan membawa pada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan
Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari
ke syariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf. Menurut
tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus dipusatkan pada tuhan dan apa yang
berada dibalik alam materi. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat yang kurang
mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam.
Sebab utama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam
dipertengahan abad ke-13. Untuk mengelakkan disintegrasi yang lebih dalam, kaum
konservatif melihat bahwa perlu diusahakan dan dipertahankan keseragaman hidup sosial dari
seluruh umat. Untuk itu mereka menolak segala pembaharuan dalam bidang syariat dan
berpegang teguh pada hukum-hukum yang telah ditentukan ulama terdahulu. Pintu ijtihad
mereka tutup.
Hukum dalam Islam sebenarnya menurut iqbal, tidak bersifat statis, tetapi dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Yang
pertama berontak terhadap pendapat bahwa keempat madzhab telah membahas segala
persoalan secara final dan dengan demikian ijtihad tidak diperlukan lagi, adalah Ibnu
Taimiyah yang lahir pada tahun 1263, yaitu lima tahun sesudah jatuhnya Baghdad. Pendapat
bahwa pintu ijtihad tidak tertutup di anut kemudian oleh Muhammad Abdul Wahab. Pada
zaman modern, ijtihad telah semenjak lama dijalankan di Turki. Diantara semua Negara
Islam, berulah umat Islam Turkilah yang melepaskan diri dari belenggu dogmatisme. Dan
bangsa Turki pulalah yang mempergunakan hak kebebasan berfikir yang terdapat dalam
Islam.
Al-qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang
terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang menjadi malam dan
sebagainya. Orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan tinggal
buta terhadap masa yang akan datang. Yang pada akhirnya hanya melahirkan manusia-
manusia yang memahami Al-qur’an sebatas hukum dalam syari’ah saja, tanpa menghiraukan
kemu’jizatan-kemu’jizatan lain dalm Al-qur’an, seperti i’jazul ilmi.
Konsep Islam mengenai alam adalah senantiasa berkembang. Islam menolak konsep
lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Islam mempertahankan konsep
dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia.
Kemajuan serta kemunduran di buat Tuhan silih berganti diantara bangsa-bangsa yang
mendiami bumi ini, menurut Iqbal mengandung arti dinamisme. Dan prinsip yang dipakai
dalam soal gerak dan perubahan itu adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting
dalam pembaharuan dalam Islam.
Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqbal mempunyai
kedudukan penting dalam pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat
Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah bergerak, sedang
hukum hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan
menciptakan dunia baru. Karena tingginya ia menghargai gerak, hingga ia menyebut bahwa
kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan
model. Kapitalisne dan imperialism barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut
penilaiannya, amat banyak di pengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meniggalkan
agama. Yang harus diambil umat Islam dari barat hanyalah ilmu pengetahuannya. Ia tidak
suka dengan hal yang berbau materialistis, seperti telah disinggung, bahwa Muhammad Iqbal
adalah adalh seorang nasionalis India. Tapi, kemudian ia ubah pandangannya. Nasionalisme
ia tentang, karena dalam nasionalisme seperti yang ia jumpai di Eropa, ia melihat bibit
materialism dan atheisme dan menurutnya, keduanya merupakan ancaman besar bagi peri
kemanusiaan.
Kalau kapitalisme ia tolak, sosialisme barat ia terima. Ia bersikap simpatik terhadap
gerakan sosialisme ia melihat ada persamaan. Dalam hubungan ini ia pernah mengatakan
“karena Bolsyevisme tambah tuhan hampir identik dengan Islam, maka saya tidak terperanjat
kalau suatu ketika Islam menelan Rusia atau sebaliknya”. Iqbal tidak begitu saja mau
menerima apa yang datang dari barat.
Di dalam riwayat hidupnya telah di singgung bahwa Iqbal menjadi Presiden Liga
Muslimin di tahun 1930. Dlam hubungan ini baik di sebut sebelum pergi ke Eropa ia
sebenarnya adalah seorang nasionalis India. Dalam Syair-syairnya ia menyongkong kesatuan
dan kemerdekaan India, dan menganjurkan persatuan Umat islam dan Hindu di tanah air
India.
Tetapi kemudian ia rubah pandangannya. Nasionalisme ia tentang, karena dalam
Nasionalisme seperti yang ia jumpai di Eropa, ia melihat bibit materialisme dan ateisme dan
keduanya merupakan ancaman besar bagi perikemanusiaan. Nasionalisme India yang
mencakup muslim dan hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit sekali untuk dapat di
wujudkan. Ia curiga bahwa di belakang Nasionalisme India terletak konsep Hinduisme dalam
bentuk baru.
Di India terdapat dua umat besar, demikian Iqbal, dan dalam pelaksanaan demokrasi
barat di India, Kenyataan ini harus di perhatikan. Tuntutan umat Islam untuk memperoleh
pemerintahan sendiri, di dalam atau di luar kerajaan Inggris, adalah tuntutan yang wajar.
India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, Bangsa Islam dan Bangsa Hindu. Umat
Islam India harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri, tarpisah dari Negara Hindu di
India.
Tujuan membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga
Muaslimin di tahun 1930. “Saya ingi melihat punjab, daerah perbatasan utara, sindi dan
balukhistan, bergabung menjadi satu negara. “ Disinilah Ide dan tujuan membentuk negara
tersendiri di umumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat
islam india. Tidak mengherankan kalau Iqbal di pandang sebagai Bapak Pakistan. Tugas
Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara Pakistanmenjadi kenyataan. Nama “Pakistan”
sendiri menurut suatu sumber berasal dari seorang mahasiswa Islam India di London bernama
Khaudri Rahmat Ali; huruf P ia ambil dari punjab, A dari Afgan, K dari Khasmir, S dari
Sindi dan TAN dari Balukhistan. Menurut sumber lain nama itu berasal dari kata persia “pak”
yang berarti suci dan “stan” yang berarti negara.
Ide Iqbal bahwa umat islam india merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu
memerlukan satu negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendirinya tentang
persaudaraan dan persatuan umat islam. Ia bukanlah seorang Nasionalis dalam arti yang
sempit. Ia sebenarnya adalah seorang pan Islamis. Islam, demikian ia menjelaskan, bukanlah
Nasionalisme dan bukan pula Imperialisme, tetapi Liga Bangsa-bangsa. Islam dapat
menerima batas-batas yang memisah satu daerah dari yang lain dan dapat menerima
perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan
pebedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit untuk pandangan sosial umat islam. Bagi
Iqbal dunia islam seluruhya merupkan satu keluarga yang terdiri atas Republik-republik, Dan
Pakistan yang akan di brntuk adalah salah satu dari Rpublik itu.
Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan faham dinamisme
kalangan umat islam dan menunjukan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan
agar sebagai umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-
tekanan dari luar.
Iqbal menulis kajian filsafat dalam bukunya dengan tema “The Philosophical Test of
theRevelations of Religious Experience”. Dalam topic ini, tampak teori Iqbal tentang filsafat
dalam bentuk teori dinamika. Pemikiran Iqbal ini didasari dari berbagai teori ilmu alam yang
telah disampaikan oleh para tokoh dunia sebelumnya, seperti Einstein, Newton, dan
sebagainya. Sehingga Iqbal berkesimpulan bahwa dunia (pemikiran) ini adalah dinamis.
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan pentingnya arti dinamika dalam hidup. Tujuan akhir
setiap manusia adalah hidup, keagungan, kekuatan dan kegairahan. Teori dinamika Iqbal ini
diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita ini harus bangkit dari keterpurukan. Konsep
sendiri inilah yang menjadi dasar teori dinamika Iqbal.

Tujuan Dinamisme Islam dalam pemikiran Muhammad Iqbal


Sebagaimana yang telah diuraikan, Muhammad Iqbal menegaskan penolakannya
kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara sebagai dasar
masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Muhammad Iqbal, merupakan suatu alat yang bisa
digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat pada adanya pemisahan
sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa dan adanya pemisahan agama
dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya “Political Thought in Islam”, menegaskan bahwa
cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang lahir dari suatu internalisasi
semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan batin masyarakat ini, muncul tidak dari
kesatuan geografis dan etnis. Akan tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya.
Keanggotaan atau kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat
yang hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.
Dari uraian-uraian yag ada memberikan satu penjelasan bahwa tujuan Dinamisme
Islam Muhammad Iqbal adalah:
1. Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan. Yaitu usaha mengembalikan
pemahaman    itu kepada pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha,
gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap
buruk
2. Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor
yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
3. Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis. 
4. Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah
modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
5. Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu
ijtihad tidak pernah akan tertutup.
Jadi Iqbal dengan gerakan reformasi pemikiran keagamaan dalam Islam itu,
menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti
salah satu filsafat barat, tapi karena pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman
orang-orang muslim pertama.
           Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam materi dan
alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas.
Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia
ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi, keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui
perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.
Karakter Berfikir Dinamis
Beberapa karakter atau cara berfikir dinamis adalah sebagai berikut:
Karakter berpikir dinamis yang dimaksud, yaitu:
ü  Pola berpikir kompleks, yang meliputi:
o   Berpikir kritis, dan
o   Berpikir kreatif.
ü  Pola berpikir maju dan berkembang
ü  Mempunyai psikodinamika yang kompleks dan mempunyai skop pribadi yang luas.
ü  Harus memiliki pertahanan diri yang lebih besar
ü  Dalam jugment-nya lebih mandiri
ü  Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive )
ü  Memiliki kepribadian yang luas
ü  Menolak supression sebagai komunisme kontrol

Apresesiasi Terhadap Pemikiran Iqbal


Berdasarkan apa yang diketahui bersama, Islam membutuhkan pemikir-pemikir
zaman seperti Iqbal, mengingat bahwa dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan selalu
mengalami perubahan, dari yang skala kecil hingga besar. Hal ini tentu saja memiliki dampak
bagi suatu umat yang hidup di zaman tersebut.
Ditambah umat Islam memiliki tugas untuk mempertahankan Aqidah Rasul, agar
jangan sampai tergilas oleh kemajuan zaman. Sehingga disini kami selaku tim penulis, sangat
menghargai pemikiran Iqbal, karena sebagaimana yang telah diuraikan bahwa kehidupan
selalu bergerak dan mengalami perubahan.
Pemikiran Muhammad Iqbal mengenaiDinamisme Islam yang mengarah pada
perubahan pola berfikir  yang stagnan menuju pola berfikir dinamis mengikuti perkembangan
zaman sangat urgen untuk dilakukan. penulis mengapresiasi pemikiran Iqbal agar tetap
dipertahankan dan dikembangkan untuk menjaga Image umat Islam dimata dunia. Menurut
penulis hal ini perlu dilakukan agar umat Islam mampu bangkit dan maraih masa keemasan
kembali sehingga terbebas dari berbagai penindasan baik secara pemikiran (ghozwul fikr)
maupun fisik (material)
Pemikiran Muhammad Iqbal, Hidup Dinamis. Berdasarkan telaah kritis penulis
karakter hidup dinamis yang di sumbangsikan Iqbal dalam pemikiran pebaharuannya dalam
Islam memberikan sinyal positf bagi perkembangan dunia Islam kedepan dalam rangka
mengimbagi kemajuan Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat.
Jika kita analogikan alur pemikiran Muhamad Iqbal adalah untuk mengarahkan pada
perubahan pola berfikir umat Islam yang stagnan menuju pola berfikir umat Islam yang
dinamis, yang mampu memaknaihidupnya; tidak hanya diam di tempat namun bergerak maju
untuk sebuah perubahan baru, menuju Islam Modern yang tetap berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadits.
Perlu di garis bawahi Islam Modern yang dimaksud diatas bukan diasumsikan sebagai
Islam Sekuler, namun Islam yang mampu hidup di tengah-tengah kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi barat, Islam yang mempunyai integritas pembahruan dan Islam
yang maju bahkan jauh melebihi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi barat.

Anda mungkin juga menyukai