Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PEMBELAJARAN PERGAULAN SESAMA

MANUSIA

TUGAS MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Strategi
Pembelajaran Qur’an Hadits”
Program Studi Strata S1 Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Nur’aini, S. Ag., M. Ag

Oleh :
Edo Reza Arianto
1207.19.2161

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
2021

i
KATA PENGANTAR

‫س ِم هّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memudahkan dan
mengizinkan penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan Salam
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberikan pengajaran
tentang pentingnya ilmu. Terimakasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Dosen pengampu mata kuliah
Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits (Dr. Hj. Nur’aini, S. Ag,. M. Ag) yang telah
membimbing penyusun dalam memahami tentang penulisan makalah yang baik dan
benar. Dan teman-teman penyusun yang ikut andil dalam penyelesaian penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis maupun pembaca.

Batam, 14 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Penullisan ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dan Ruang Lingkupnya................................. 3

B. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dengan Prestasi

Belajar Pendidikan Agama Islam ......................................................................7

C. Meyakini Bahwa Agama Mengajarkan Kepada Umatnya

Untuk Berpikir Kritis Dan Bersikap Demokratis .............................................

D. Manfaat Berpikir Kritis dan Berdemokrasi..................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................15

B. Saran ...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur`an menjadi pedoman hidup bagi setiap orang muslim. Dalam


pembelajarannya, tidak hanya sekedar tahu bagaimana cara membaca saja
yang seharusnya diajarkan, namun juga tentang hukum-hukum bacaan yang
ada pada bacaan dalam Al-Qur`an dan tafsir dari ayat-ayat Al-Qur`an juga
perlu diajarkan kepada peserta didik. Selain itu menghafal Al-Qur`an
seharusnya diterapkan sejak dini pada peserta didik untuk bekal
pegangan mereka.1

Mengingat pentingnya Al-Qur`an bagi kehidupan sehari-hari, yang


digunakan untuk pedoman maka pengenalan Al-Qur`an kepada anak
diperlukan sejak dini, agar anak terbiasa dengan bacaan-bacaan ayat Al-
Qur`an dan kemudian mau mempelajarinya. Memanfaatkan ingatan anak
usia dini yang masih memiliki daya ingat tinggi, dengan pengenalan tersebut
maka anak akan mudah mengingat setiap pengetahuan yang masuk dalam
memori otaknya. Penerapan pengenalan Al-Qur`an kepada anak dapat mulai
dilakukan ketika anak berusia 0 tahun sampai seterusnya. Selanjutnya masuk
kepada tahap pembiasaan dan pendalaman pemahaman Al-Qur`an dengan
benar mulai diajarkan kepada anak pada usia sekolah dasar.2 Pengenalan,
pembiasaan dan pendalaman pemahaman tentang Al-Qur`an kepada anak
pada tahap ini dimaksudkan kepada pengenalan tentang huruf-huruf
berbahasa arab yang terdapat pada Al-Qur`an dilingkup sekolah. Peserta
didik akan mendapatkan pengalaman belajar baru.2

1
Rafi Andi Wibawa, Pendidikan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di SMK Muhammadiyah
Jawa Timur (Studi Kasus Pembelajaran BTQ di SMKMuhammadiyah 1 Taman Sidoarjo),
Islamic Education Journal 2, Desember 2018, Surabaya: Halaqa, 2018, hal. 183.
2
Agus Salim Chamidi, Upaya Penguatan Manajemen Pendidikan Baca tulis Al-Qur`an
(BTQ) Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri 1 kutowinangun, Jurnal Cakrawala IAINU
Kebumen Prodi MPI, Vol. 2, No. 1, 2018, Kebumen: IAINU Kebumen, 2018, hal. 4.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dan Ruang Lingkupnya
2. Bagaimana Hubungan antara Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dengan
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
3. Bagaimana Meyakini Bahwa Agama Mengajarkan Kepada Umatnya
Untuk Berpikir Kritis Dan Bersikap Demokratis
4. Bagaimana Manfaat Berpikir Kritis dan Berdemokrasi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dan

Ruang Lingkupnya

2. Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan antara Kebiasaan Membaca

Al-Qur’an dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

3. Untuk mengetahui Bagaimana Meyakini Bahwa Agama Mengajarkan

Kepada Umatnya Untuk Berpikir Kritis Dan Bersikap Demokratis

4. Untuk mengetahui Bagaimana Manfaat Berpikir Kritis dan

Berdemokrasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Al-Qur’an

Terkait mengenai pembahasan membaca al-Qur’an, maka kitaterlebih dahulu


memahami pengertian dari al-Qur’an baik di tinjau secara bahasa (etimologi)
maupun istilah (terminologi).

a. Al-Qur’an menurut Bahasa (Etimologi)

Kata al-Qur’an secara bahasa (etimologis) artinya: “bacaan/membaca”. 3Ada dua


pengertian al-Qur’an dalam bahasa Arab, yaitu Qur’an berarti “bacaan” dan
“sesuatu yang dibaca berulang-ulang”4

b. Al-Qur’an menurut Istilah (Terminologi)

Kata al-Qur’an secara istilah (terminologi) dapat diartikan kalamullah atau


perkataan Allah SWT (wahyu) yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai mukjizat yang ditulis dalam mushaf dan menjadi amal ibadah jika
dibaca.5

Menurut pandangan umum umat Islam bahwa al-Qur’an merupakan kalam Allah
SWT dan diturunkan kepada Nabi terbaik, manusia terbaik dan juga Rasul
termulia yakni Muhammad SAW Allah SWT. Seperti halnya ketika Allah SWT
menurunkan kitab-kitabNya kepada Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad dan

3
Drs. H. Nor Hadi, Juz ‘Amma: Cara Mudah Membaca dan Memahami Al-Qur’an Juz ke-
30, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 1
4
Wikipedia, Portal: Al-Qur’an, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Portal:AlQur
%27an, pada 3 desember 2017 pukul 16.04 WIB
5
Nor Hadi, Op.Cit.,hal.1

3
kemudian menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
penyempurna atau pelengkap ajaran agama Islam.6

Berdasarkarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa alQur’an


merupakan bacaan yang memiliki amal ibadah ketika membacanya. Al-Qur’an
merupakan pembimbing, penuntun serta pedoman hidup seluruh manusia yang
tergolong relevan dari waktu ke waktu. Cara berpikir manusia yang berbeda-beda
menjadikan umat Muslim merasa tertantang dan ingin memperdalami atau
mengkaji alQur’an secara terus-menerus.

2. Etika Membaca Al-Qur’an

Etika dalam membaca al-Qur’an adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
melihat aturan-aturan yang terdapat di dalam al-Qur’an serta melafalkannya
dengan lisan. Adapun beberapa etika yang harus diperhatikan dan dijaga saat
membaca al-Qur’an agar bacaan tersebut bermanfaat dan istiqomah dengan
membacanya seperti yang dilakukan Nabi SAW dan para sahabatnya.

Etika yang harus dilakukan oleh seseorang ketika membaca alQur’an adalah
sebagai berikut:7

a. Berguru Secara Musyafahah (Berhadapan)

Seorang murid dianjurkan untuk belajar kepada yang ahli dalam bidang al-
Qur’an secara langsung sebelum membaca al-Qur’an. Hal ini dianjurkan karena
belajar secara langsung dapat meningkatkan interaksi antara pendidik dan murid
serta memperoleh pemahaman yang lebih.

b. Niat Membaca dengan Ikhlas

Niat membaca dengan ikhlas yakni didasari dengan niat yang baik untuk
beribadah semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha dari Allah SWT, tidak
mengharapkan imbalan seperti gaji atas bacaannya, tidak dengan bertujuan untuk
menginginkan hal-hal yang bersifat duniawi seperti harta, pangkat, pekerjaan
ataupun menyaingi sesama.

6
Ibid, hal. 2
7
Huda Limostufa, “Studi Korelasi Penerapan Adab Membaca Al-Qur’an Dengan Akhlak
Siswa Di Kelas XI SMA Negeri 1 Weleri Kendal Tahun Ajaran 2014/2015” (Skripsi
Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, Semarang, 2014), hal. 10

4
c. Dalam Keadaan Suci

Seseorang yang hendak membaca al-Qur’an harus dalam keadaan suci dari
segala jenis najis dan dari hadas kecil maupun hadas besar. Jika seseorang
sedang berhadas maka diharuskan bersuci dengan mandi serta berwudhu’.

d. Memilih Tempat yang Pantas dan Suci

Pembaca al-Qur’an dianjurkan untuk memilih tempat yang suci dan tenang,
seperti rumah, masjid atau mushalah dan tempat-tempat yang dipandang
terhormat atau pantas. Adapun tempat-tempat yang tidak sesuai untuk membaca
al-Qur’an seperti kamar mandi, tempattempat kotor, WC dan lain-lain.

e. Berpakain Sopan dan Menghadap Kiblat

Membaca al-Qur’an merupakan salah satu cara beribadah kepada Allah SWT,
sehingga disunnahkan bagi orang yang membaca alQur’an untuk menghadap
kiblat, berpakaian yang sopan, tenang dan khusyu’.

f. Bersiwak (Gosok Gigi)

Etika dalam membaca al-Qur’an salah satunya adalah dengan bersiwak atau
gosok gigi terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur’an, sehingga bau mulutnya
harum dan bersih dari sisa-sisa makanan atau bau yang tidak sedap.

g. Membaca Ta’awwudz dan Basmalah

Istidzah kepada Allah SWT dan bacaan basmalah dianjurkan untuk dibaca saat
akan membaca al-Qur’an serta tidak lupa untuk mengharapkan perlindungan dari
segala godaan syeitan kepada Allah, supaya syeitan tidak menghalangi atau
mengacaukan bacaanmu.

h. Membaca al-Qur’an dengan Tartil

Tartil adalah membaca al-Qur’an secara perlahan-lahan dengan tidak terburu-


buru, dan dengan bacaan makhraj yang sesuai serta sifatsifatnya seperti yang
terdapat dalam ilmu tajwid. Bacaan yang sesuai dengan makhraj inilah yang akan
memberikan ketenangan baik bagi orang yang membacanya maupun yang
mendengarnya.

i. Merenungkan Makna Al-Qur’an

5
Salah satu etika saat membaca al-Qur’an adalah membaca arti ayatayat al-Qur’an
serta direnungkan. yaitu kata-kata al-Qur’an yang dibaca semampunya dapat
dipahami dan digerakkan hatinya atau yang digerakkan lidah sehingga mudah
untuk memahami dan kemudian diamalkan dalam praktik kehidupan di tengah-
tengah masyarakat.

j. Khusyu’ dan Khudhu’

Khusyu’dan Khudhu’ merupakan salah satu yang penting dalam etika membaca
al-Qur’an. Khusyu’ dan Khudhu’ dapat diartikan sebagai merendahkan hati dan
seluruh tubuh hanya kepada Allah SWT, sehingga pembaca memperoleh
hubungan besar saat membaca al-Qur’an baik hubungan rasa gembira atau
senang maupun hubungan rasa sedih, menangis, takut ketika ada ayat-ayat yang
mengandung ancaman.

k. Membaca dengan Suara yang Indah

Para ulama sepakat bahwa etika membaca al-Qur’an adalah memperindah suara
saat membacanya. Kita ketahui bersama bahwa al- 19 Qur’an merupakan bacaan
yang sangat indah, dan keindahan itu akan bertambah jika diiringi dengan
lantunan suara yang indah yang dapat menggoncangkan dan menggerakkan hati
serta dengan lagu-lagu yang merdu itu dapat membaguskan bacaan-bacaan al-
Qur’an.

l. Tidak Dipotong dengan Pembicaraan Lain

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT, dengan begitu membaca al-Qur’an


adalah berdialog dengan-Nya. Sehingga di antara etika membaca al-Qur’an
adalah dengan tidak memotong pembicaraan dengan orang lain, terutama sambil
bermain ataupun tertawa-tawa.

3. Kebiasaan Membaca Al-Qur’an

Kebiasaan menurut bahasa (etimologi) berasal dari kata “biasa” dalam kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah lazim atau umum. 8Jadi dapat dikatakan
bahwa kebiasaan yakni suatu proses yang dilakukan seseorang sehingga menjadi
kebiasaan.

8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal.
146

6
Kebiasaan menurut istilah (terminologi) yakni terdapat beberapa pendapat antara
lain:
a. Menurut Armai Arif kebiasaan merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntunan ajaran agama Islam.9
b. Menurut Abdul Nashih Ulwan kebiasaan adalah segi praktek nyata dalam
proses pembentukan dan persiapan.10
c. Menurut Hanna Junhana Bastaman, kebiasaan adalah melakukan sesuatu
perbuatan atas keterampilan tertentu tetus menerus secara konsisten untuk waktu
yang cukup lama, sehingga perbuatan dan keterampilan benar-benar dikuasai dan
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan.

Kebiasaan membaca al-Quran yakni pengulangan membaca alQuran secara


terus-menerus dalam rentang waktu yang lama. Kebiasaan memiliki peran yang
sangat penting dalam perilaku manusia secara umum. Karena pengalaman
manusia terus bertambah pada fase perkembangannya. kebiasaan membaca al-
Quran yang baik akan memberikan dampak yang positif sama halnya
diberlakukan kepada peserta didik.11

Dari definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud
kebiasaan adalah suatu cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak
didik secara berulang-ulang sehingga dengan sendirinya kebiasaan tersebut dapat
dilakukan tanpa ada paksaan dari orang lain.

B. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Al-Qur’an dengan Prestasi


Belajar Pendidikan Agama Islam

Al-Qur’an merupakan kitab yang menjadi pegangan hidup bagi kaum muslimin.
al-Qur’an jika dibaca tanpa memahami arti dan maknanya tidak berarti sia-sia,
sebaliknya bermanfaat bagi yang membacanya. Hal ini dikatakan demikian
9
Armai, Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 110
10
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 60
11
Ana Priatin Lukman Fauzi, “Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an di SD Negeri 3
Pasunggingan Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga” (Skripsi Sarjana
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto, 2016), hal.
6

7
karena al-Qur’an berbeda dengan jenis bacaan lainnya. Namun sebagian banyak
orang tidak memiliki motivasi tinggi untuk membaca al-Qur’an karena mereka
beranggapan bahwa membaca al-Qur’an tanpa memahami arti dan maknanya
adalah sia-sia dan tidak mendapatkan pahala.

Membaca al-Qur’an berulang-ulang itu mempunyai banyak manfaat yang luar


biasa terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Bukan sekedar meningkatkan kerja
otak saja, tetapi dapat menentramkan hati dan jiwa sehingga membuat
pembacanya menjadi tenang. Dalam belajar pastilah seorang siswa
membutuhkan ketenangan itu, baik ketenangan hati dan pikiran. Prestasi belajar
banyak berhubungan dengan berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri individu
(intern) maupun dari luar individu (ekstern). Faktor yang datang dari dalam
umumnya memiliki hubungan yang besar dan signifikan terhadap hasil belajar
yang dicapai. Sebagaimana pernyataan Nana Sudjana bahwa hasil belajar siswa
di sekolah 70% berhubungan dengan kemampuan dari diri siswa dan 30%
berhubungan dengan lingkungan.12

Apakah terdapat perbedaan antara membaca buku-buku bacaan dengan membaca


al-Qur’an? Membaca al-Qur’an berbeda dengan membaca buku-buku bacaan
yang ada di alam semesta. Pada dasarnya dengan membiasakan membaca buku-
buku bacaan memiliki manfaat seperti dapat meningkatkan kerja otak dan
kapasitasnya. Namun dengan membaca buku-buku bacaan tersebut belum tentu
dapat memberi ketenangan pada seseorang seperti saat membaca al-Qur’an.

Kebiasaan membaca al-Qur'an merupakan investasi terbaik di akhirat dan


manfaatnya pun juga dirasakan di dunia. Membacanya akan memberikan
ketenangan batin, mendatangkan rahmat dan pahala yang begitu banyak. Setiap
huruf yang kita baca akan mendatangkan pahala sepuluh kebaikan. Untuk
memilki kebiasaan membaca al-Qur'an butuh azzam yang kuat dan kemauan
untuk memaksa diri agar terbiasa membacanya, maka lambat-laun akan datang
rasa cinta dan manisnya mentadaburi al-Qur'an meski hanya sekadar
membacanya. 13

12
Zulaikha Zulaikha, “ hubungan antara kebiasaan membaca al-Qur’an dengan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam kelas X di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Madiun”
13
Aris Suharyanto, “Kiat Jitu Agar Memiliki Kebiasaan Membaca Al-Qur’an”

8
C. Meyakini Bahwa Agama Mengajarkan Kepada Umatnya Untuk Berpikir
Kritis Dan Bersikap Demokratis

1. Memaknai Kritik di Alam Demokrasi

Setiap orang berhak memberi penilaian dan kritik terhadap seseorang. Kritik
boleh ditujukan kepada siapa saja. Orang boleh mengkritik kebijakan yang tidak
sesuai dengan asas kemaslahatan. Baik itu kritik ke presiden, wakil presiden,
menteri, gubernur, bupati, kepala sekolah, dan guru. Namun, kritik hendaknya
disampaikan dengan cara-cara yang beradab, bukan menghakimi pribadi
seseorang, apalagi sampai menyinggung sisi-sisi kemanusiaannya.

Hanya saja, ada pula orang yang terlebih dulu bersikap apriori, berpikir negatif,
dan berpendapat bahwa kritik adalah bentuk ekspresi kebencian. Kritik itu lahir
sebagai bahan evaluasi. Kritik lahir sebagai apresiaasi dengan analisis yang logis
dan argumentatif untuk menafsirkan sesuatu. Dalam perpolitikan, misalnya,
politik hadir sebagai bahan masukan dan pelajaran untuk pembaruan
kebijakan.Berbeda dengan mengkritik karya atau kebijakan seseorang hanya
karena ada kebencian.

Kritik dalam negara yang menerapkan sistem demokrasi menjadi suatu kebiasaan
dan bahkan kewajiban agar kekuasaan tidak berubah menjadi otoriter dan diktator.
Hanya saja, kritik terhadap pemerintahan yang menjalankan politik demokratis juga
tidak boleh kebablasan karena bisa menyebabkan kekuasaan negara menjadi lemah.
Agar kekuasaan tidak otoriter dan diktator di satu sisi atau di sisi lain kekuasaan
menjadi lemah, maka jalan tengah yang harus diambil adalah bermusyawarah.

Musyawarah merupakan nilai-nilai kearifan untuk menyelesaikan masalah maupun


memecah kebuntuan yang sudah dipraktikkan sejak zaman dulu. Dalam Islam
musyawarah sudah diajarkan semenjak masa hidup Rasulullah Saw. dan diwariskan
kepada penerusnya. Begitupun ketika Islam masuk ke Indonesia, musyawarah telah
diadopsi dalam perbendaharaan perpolitikan Indonesia jauhjauh hari sebelum orang
Indonesia akrab dengan kata demokrasi. Hal itu tampak dalam potongan kalimat
“permusyawaratan dan perwakilan” yang berada pada sila ke-4 Pancasila.

2. Demokrasi dan Musyawarah

Konsep demokrasi pada hakekatnya sama hampir dengan konsep musyawarah


dalam Islam. Namun, terdapat beber apa perbedaan diantara keduanya yang

9
menyebabkan sebagian masyarakat masih belum dapat menerima konsep
demokrasi. Ada dua hal yang mendasari perbedaan tersebut, di antaranya: (1)
demokrasi berasal dari negara Barat, sedangkan musyawarah dalam Islam berasal
dari negara timur; (2) pengambilan keputusan dalam sistem demokrasi lebih
menekankan pada suara terbanyak, sedangkan keputusan musyawarah diambil
berdasarkan kesepakan dan kesepahaman bersama walaupun pendapat berasal dari
sekelompok tokoh masyarakat. Namun terlepas dari dua pemahaman tersebut,
demokrasi dan musyawarah memiliki tujuan yang sama yaitu menghasilkan
keputusan yang dapat diterima oleh setiap kalangan mayoritas dan kalangan
minoritas. Musyawarah dan demokrasi merupakan dua metoda penyelesaian
masalah dalam kehidupan dunia yang mengalami perbedaan bahkan sangat
berlawanan. Musyawarah menghasilkan suatu keputusan yang disebut mufakat.
Sedangkan, demokrasi menghasilkan suatu keputusan yang disebut penetapan pihak
yang memenangkan atas dasar pemilihan.

Sementara itu mufakat sebagai hasil keputusan musyawarah merupakan hasil


terbaik dari berbagai perbedaan dan kehendak dalam pemecahan masalah yang
disepakati dan ditetapkan secara bersama terhadap suatu persoalan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Demokrasi merupakan nilai dari Islam, yang memiliki
makna dan hubungan yang erat. Adapun makna yang terkandung dalam
musyawarah adalah sebagai berikut :

1. Setiap manusia memiliki kedudukan, hak, dan  kewajiban yang sama

2. Setiap orang tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain

3. Setiap orang mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk


kepentingan bersama

4. Setiap orang menghormati dan menjunjung tinggi keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah

5. Setiap orang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau


golongan

6. Setiap orang memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk


melaksanakan permusyawaratan

2. Menerapkan Prinsip Berpikir Kritis dan Berdemokrasi secara Islam

10
Islam sangat menghargai manusia yang berpikir kritis. Di dalam Al-Qur’an terdapat
banyak pengulangan kata yang berakar kata aql, fikr, fiqh, dzikr, yang
menginspirasi untuk mengembangkan pemikiran pemikirannya. Semangat ini
mendorong ilmuan Islam untuk mencurahkan gagasan dan pikiran sehingga
melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat manusia di dunia.

Secara Islami berpikir kritis bukan berarti berpikir bebas yang tak terbatas karena
kemampuan akal pikiran manusia memiliki keterbatasan. Oleh sebab itu hasil
pemikiran sekaligus kebenaran berpikir yang dilakukan manusia bersifat relatif.
Sementara itu kebenaran yang mutlak dan pasti hanyalah milik Allah Swt.

Oleh karena itu, ada kalimat yang masyhur di kalangan ulama fiqh, dan hampir
semua imam mazhab pernah mengatakan kalimat ini, yaitu: “Pendapatku benar, tapi
bisa saja salah. Pendapat selainku itu salah tapi bisa jadi benar”

Semua imam mazhab mengklaim bahwa pendapatnya itu ialah yang benar namun
dengan kerendahan hati mereka mengatakan bahwa pendapatnya itu benar dengan
kemungkinan adanya kesalahan, akan tetapi pendapat yang lain salah dengan
kemungkinan adanya kebenaran di dalamnya.

Pernyataan para imam tentang kebenaran pendapat mazhabnya merupakan bentuk


pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka lakukan, dan bukan berarti
menunjukkan kesombongan mereka. Dalam arti kata bahwa hasil pemikiran para
imam mazhab itu dapat dipertanggungjawabkan karena telah melalui tahap
pengujian berulangulang dan konsisten.

Akan tetapi, pengakuan para imam tentang kebenaran pendapat ulama yang lain
merupakan bentuk apresiasi, pengakuan, dan penghargaan atas jerih payah pihak
lain dalam mencurahkan segala kemampuan pikiran. Kebetulan pemikiran di antara
mereka berbeda disebabkan perbedaan sudut pandang dan cara berpikir satu mazhab
dengan mazhab lainnya. Walaupun demikian mereka saling menghargai satu dengan
lainya karena dilandasi semangat bahwa kebenaran berpikir manusia adalah bersifat
relatif adanya.

Sikap para imam mazhab dengan mempertahankan dan mempertanggungjawabkan


kebenaran pendapat kelompoknya di satu sisi, sedangkan di sisi lain mengakui dan
mengapresiasi pendapat kelompok yang lain merupakan cermin ajaran Islam yang
sudah lama mempraktikkan nilai-nilai demokrasi. Istilah demokrasi memang baru

11
dikenal dalam dunia Islam akan tetapi praktek demokrasi sudah dilakukan umat
Islam semenjak berabad-abad silam.

Di alam demokrasi, setiap orang boleh mengemukakan pendapat berdasarkan nalar


kritisnya. Dengan catatan bahwa berpikir kritis sangat dianjurkan tapi memaksakan
pendapat dan mencemooh pikiran pihak lain sangat dihindarkan.

D. Manfaat Berpikir Kritis dan Berdemokrasi

a. Manfaat Berpikir Kritis

Pertama, berpikir kritis memiliki banyak solusi jawaban ide kreatif. Membiasakan
diri berpikir kritis akan melatih siswa memiliki kemampuan untuk berpikir rasional.
Berpikir dan bertindak reflektif adalah tindakan dan pikiran yang tidak
direncanakan, terjadi secara spontan, serta melakukan hal-hal lain tanpa perlu secara
ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan berdampak pada siswa memiliki banyak
solutif dari jawaban serta ide-ide cerdas, jika siswa mempunyai suatu masalah, tidak
hanya terpaku pada satu jalan solusi atau penyelesaian, siswa akan memiliki banyak
opsi atau pilihan penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat
siswa memiliki banyak ide-ide cerdas dan inovatif serta out of the box.

Kedua, dengan berpikir kritis mudah memahami pemikiran orang lain. Berpikir
kritis membuat pikiran lebih fleksibel, tidak kaku dalam mengutarakan
pendapat atau pemikiran ide-ide dari yang lain, lebih mudah untuk menerima
pendapat orang lain yang memiliki persepsi yang berbeda dengan diri sendiri.
Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan, namun jika telah terbiasa untuk
berpikir kritis, maka dengan sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah
untuk dilakukan. Keuntungan lain dari memiliki pikiran yang lebih fleksibel
dari berpikir kritis akan lebih mudah memahami sudut pandang orang lain.
Tidak terlalu terpaku pada pendapat diri sendiri, dan lebih terbuka terhadap
pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

Ketiga, dengan berpikir kritis dapat memperbanyak kawan dan rekan sejawat
yang baik. Ada lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh karena berpikir kritis,
dan proses itu pada umumnya saling berkaitan. Misalnya saja lebih terbuka,
menerima, serta tidak kaku dalam menerima pendapat orang lain, akan
dihormati oleh teman-teman kerja, karena mau dan mengerti pendapat orang
lain dengan pikiran terbuka.

12
Keempat, dengan berpikir kritis akan lebih mandiri. Mampu berpendapat
secara mandiri, artinya tidak harus selalu mengistimewakan orang lain. Pada
saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera
mengambil keputusan, orang yang berpikir kritis tidak perlu menunggu orang
lain yang mampu menyelesaikan masalah. Dengan memiliki pikiran yang kritis,
seseorang akan dapat memunculkan ide-ide, gagasan, serta solusi penyelesaian
masalah yang baik, melatih berfikir tajam, cerdas, serta inovatif.

Kelima, orang yang berpikir kritis sering menemukan peluang dan kesempatan
baru dalam segala hal, bisa dalam pendidikan, pekerjaan atau bisnis atau
usaha. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kewaspadaan diri sendiri.
Untuk menemukan peluang dibutuhkan pikiran yang tajam serta mampu
menganalisa peluang yang ada pada suatu keadaan.

b. Manfaat Berdemokrasi secara Islami

Adapun hal hal yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari hari dari
pelajaran ayat berdemokrasi adalah :

1. Kita tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, tetapi harus bertindak dengan hati yang lemah lembut.

2. Kita harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, bersikap pemaaf dan
berharap ampunan Allah Swt.

3. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk


mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan.

4. Apabila telah tercapai mufakat, kita harus menerima dan melaksanakan


keputusan musyawarah.

5. Kita selalu berserah diri kepada Allah Swt sehingga tercapai keseimbangan
antara ikhtiar dan berdoa

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebiasaan membaca al-Qur'an merupakan investasi terbaik di akhirat dan


manfaatnya pun juga dirasakan di dunia. Membacanya akan memberikan
ketenangan batin, mendatangkan rahmat dan pahala yang begitu banyak.
Setiap huruf yang kita baca akan mendatangkan pahala sepuluh kebaikan.

14
Untuk memilki kebiasaan membaca al-Qur'an butuh azzam yang kuat dan
kemauan untuk memaksa diri agar terbiasa membacanya, maka lambat-laun
akan datang rasa cinta dan manisnya mentadaburi al-Qur'an meski hanya
sekadar membacanya
Salah satu adab membaca al-Qur’an seperti yang telah dijelaskan di atas
adalah murid belajar secara langsung kepada guru yang sudah ahli dalam
bidang al-Qur’an. Sedangkan al-Qur’an tidak pernah lepas dari
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga anak yang selalu
membiasakan membaca al-Qur’an dapat meningkatkan kemampuannya
dalam membaca al-Qur’an dengan lebih baik dari anak yang tidak terbiasa
membacanya. Berangkat dari penjelasan tersebut maka terdapat dampak
yang positif bagi siswa yang terbiasa membaca al-Qur’an terhadap prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan.
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan di
Indonesia. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kritis
berkualitas tinggi memerlukan disiplin secara intelektual, evaluasi diri,
berpikir yang sehat, tantangan dan dukungan.
Sebagai anak bangsa, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis untuk
menangani berbagai persoalan kehidupan. Dalam hal ini, kritis yang
dimaksud harus tetap berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan
peran pelajar. Selain itu, tugas dan peran pelajar juga harus diseimbangkan
dengan realita yang ada.
Dengan belajar nilai nilai religius yang ada, kita hidup di sebuah Negara
yang berdaulat. Berdemokrasi telah menjadi esensi pokok dalam kehidupan,
bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dari waktu ke waktu. Namun
kita harus mengetahui bahwa pengertian demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan
diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur dan falasafah bangsa. Oleh karena itu,
kita sebagai umat islam yang hidup di Indonesia telah merasakan perjalanan
berdemokrasi dan manfaatnya akan lebih maksimal dan berdaya guna bila
kita isi dengan nilai nilai religius.

15
B. Saran

Guru sebagai motor penggerak utama dalam menyapaikan dan


mentrasfer pengetahuan dalam pendidikan membutuhkan strategi – strategi
yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran guna mencapai tujuan
yang telah direncanakan. Maka memilih dan mengimplementasikan strategi
pembelajaran yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Rafi Andi Wibawa, Pendidikan Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) di SMK


Muhammadiyah Jawa Timur (Studi Kasus Pembelajaran BTQ di
SMKMuhammadiyah 1 Taman Sidoarjo), Islamic Education Journal 2, Desember
2018, Surabaya: Halaqa, 2018,

16
Agus Salim Chamidi, Upaya Penguatan Manajemen Pendidikan Baca tulis Al-
Qur`an (BTQ) Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri 1 kutowinangun, Jurnal Cakrawala
IAINU Kebumen Prodi MPI, Vol. 2, No. 1, 2018, Kebumen: IAINU Kebumen, 2018
Drs. H. Nor Hadi, Juz ‘Amma: Cara Mudah Membaca dan Memahami Al-Qur’an
Juz ke-30, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Armai, Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 110
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 60

17

Anda mungkin juga menyukai