Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit


yang perjalanannya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar
biasa di Indonesia (Depkes RI, 2009). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan
dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda
yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu dan pakaian di
kamar yang gelap dan lembab (Mutiasari & Kala’Tiku, 2017). Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue. Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat berperan sebagai vector
berbagai macam penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD).Walaupun
beberapa spesies dari Aedes sp. dapat pula berperan sebagai vektor tetapi Aedes
aegypti tetap merupakan vector utama dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah
Dengue. (Lawuyan S, 1996 ;Yotopranoto S dkk., 1998 ; Soegijanto S,2003)

Aedes aegypti merupakan nyamuk yang bersifat diurnal (aktif siang hari) dan
berperan sebagai penular (vektor) flavivirus, yaitu virus penyebab penyakit demam
berdarah yang sudah banyak menimbulkan kerugian. Nyamuk betina memerlukan
darah untuk merangsang pembentukan dan pematangan telur, sedangkan nyamuk
jantan tidak memerlukan darah dalam hidupnya. A. aegypti bersifat antrofilik dalam
mengisap darah yaitu lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan
(Gunandini, 2006).

Berbagai cara telah ditempuh dalam pengendalian nyamuk demam berdarah,


antara lain dengan insektisida berbahan aktif diethyltoluamide (DEET), diclorovinil
dimethyl phosphat (DDP), malathion, parathion,dan lain-lain. Penggunaan bahan
kimia tersebut secara terus menerus, selain berdampak buruk terhadap kesehatan
manusia, juga akan membuat nyamuk menjadi resisten (Wilkinson dan Moore,1982).

1
Oleh karena itu, salah satu alternatif cara pengendalian nyamuk demam berdarah
adalah dengan memanfaatkan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah
sering digunakan masyarakat sebagai salah satu bahan dalam makanan atau
minuman. Selain itu daunnya yang hijau dimanfaatkan sebagai pewarna alami
masakan khususnya kue. Sekaligus merupakan pengetahuan lokal masyarakat
memanfaatkan daun pandan wamgi sebagai bahan aktif anti nyamuk demam
berdarah.

Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tanaman yang banyak


tumbuh dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Kandungan kimia yang terdapat
dalam Daun Pandan Wangi adalah : Tanin, Saponin, Alkaloid, Flavonoid dan Zat
Warna (lili fajlia, 2011). Pandan wangi (atau biasa disebut pandan saja) adalah jenis
tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi
yang khas. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia
dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tumbuhan ini mudah dijumpai di
pekarangan atau tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh.

Geneva-based International Standards Organization (ISO) telah


memasukkan spesies Pandanus amaryllifolius dalam daftar spesies 109 tanaman
herbal (Asmain, 2010). Pandan merupakan salah satu tumbuhan dari family
Pandanaceae yang beranggotakan tanaman-tanaman yang umum dikenal sebagai
pandan ‘screw pines’.Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa 2-acetyl-1-
pyrroline (2-AP) adalah komponen terbesar yang terdapat pada daun pandan,
sementara kandungan lain yang dimilikinya adalah komponen minyak volatil,
alkohol, senyawa aldehid aromatik, keton dan ester juga ditemukan (Cheetangdee,
2006).

Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma
dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline
(ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada
pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, saponin dan polifenol dapat


menghambat bahkan membunuh larva nyamuk, saponin dapat merusak membran sel
dan mengganggu proses metabolisme serangga sedangkan polifenol sebagai inhibitor
pencernaan serangga. Pada penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak kental daun

2
pandan wangi 0,547% dapat menyebabkan kematian larva Anopheles aconitus
sebesar 99% selama 24 jam.(Muftiah et al., 2019)

Berdasarkan hasil penelitian Dwitya Rilianti (2015) diketahui bahwa ekstrak


ethanol daun Pandan wangi memiliki daya tolak sebagai repellent terhadap nyamuk
Aedes aegypti. Konsentrasi 40% memiliki persentasi daya tolak paling efektif ekstrak
ethanol daun pandan wangi sebagai repellent terhadap daya tolak nyamuk Aedes
aegypti yaitu 99%. Konsentrasi 11,086% memiliki daya tolak 50% (Effective Doses
50%, ED50) ekstrak ethanol daun Pandan wangi sebagai repellent terhadap nyamuk
Aedes aegypti. Konsentrasi 73,247% memiliki daya tolak99% (Effective Doses 99%,
ED99) ekstrak ethanol daun Pandan wangi sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes
aegypti dan dengan menggunakan aquadest sebagai pengencernya (Rilianti, 2013).

Jadi berdasarkan saran penelitian sebelumnya, yang menyebutkan Penelitian


lebih lanjut baiknya menggunakan ekstrak daun Pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius) sebagai repellent dengan rentang konsentrasi lain di atas 50% dan
ditambahkan dengan kontrol positif, dengan menggunakan DEET” maka dari itu,
akan dilakukan pemanfaatan daun pandan wangi sebagai bahan aktif gel repellent
nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) dengan konsentrasi 60%. 70%, 80%. 90%.
Sediaan repellent dalam bentuk gel memiliki kemudahan dalam pengaplikasiannya di
kulit. Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel sendiri memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sediaan topikal
lainnya seperti daya lekatnya tinggi, tidak menyumbat pori sehingga tidak
mengganggu pernapasan, mudah dicuci dengan air, kemampuan penyebaran pada
kulit baik, dan memiliki pelepasan obat yang baik.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah “berapa persen daya
proteksi gel daun pandan wangi dalam melindungi kulit dari gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina?”

1.3 Pembatasan Masalah


Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes
aegypti.
2. Sampel yang digunakan adalah gel daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius).

1.4 Tujuan
Mengetahui efektifitas ekstrak daun pandan wangi sebagai bahan aktif pada
gel repellent.

1.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan bahan alami yang ada di alam tanpa
tergantung pada bahan kimia yang mungkin membahayakan.
2. Bagi penulis
Untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan mengenai
berbagai macam manfaat tumbuhan sebagai repellent nyamuk aedes
aegypti.
3. Bagi Akademi
Menambah sumber kepustakaan dan pengetahuan tentang repellent alami
bagi pembaca di perpustakaan STIKes BTH Kota Tasikmalaya.

1.6 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan di STIKes BTH Tasikmalaya.

4
BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

2.1.1 Pengertian daun pandan

Pandan wangi adalah nama umum dari tanaman semak, Pandanus


amaryllifolius Roxb., Dalam famili Pandanaceae. Pandan wangi merupakan satu-
satunya spesies pandan dengan daun wangi. Ini adalah semak pendek dengan tinggi
1,2–1,5 m (4–5 kaki) dan lebar 60–90 cm (24–36 inci) dengan batang kokoh dan
biasanya bercabang di bagian bawah. Daunnya yang aromatik, linier, runcing, tanpa
tepi bergerigi, memiliki panjang sekitar 80 cm (32 inci) dan lebar 5 cm (2 inci).
Pandan wangi (Pandanus ammaryllifolius) atau biasa disebut pandan saja adalah jenis
tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen penting
dalam tradisi masakan Indonesia di negara-negara Asia tenggara lainnya. Dibeberapa
daerah tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan
Wangi (Jawa), Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatra),
Pondang, Ponda, Pondago (Sulawesi), Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon, Foni,
Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku), Pandan arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara)
(Rohmawati, 1995).
Rasa pandan wangi yang manis dan menyenangkan, yang terkenal di seluruh
dunia sebagai komponen penting dalam masakan Asia, telah membuat produksi
industri baik ekstrak alami maupun perasa buatan yang mengandung pewarna
makanan hijau untuk digunakan sebagai aditif makanan di negara-negara Asia
Tenggara (P. Pushpangadan, S.K. Tewari, 2006)

(Gambar 1. Tanaman Pandan Wangi)


(Sumber : Rohmawati, 1995)

5
2.1.2 Taksonomi daun pandan wangi

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi (Pandanus


amaryllifolius):

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Bangsa : Pandanales
Suku : Pandanacea
Marga : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius

6
Zat Kegunaan
Flavonoid 1) Sebagai antioksidan
2) Melindungi struktur sel
3) Meningkatkan efektivitas vitamin C
4) Inti inflamasi
5) Mencegah keropos tulang
6) Antibiotik
7) Antivirus
8) Menghambat penyerapan glukosa diusus
Tanin 1) Antibakteri
2) Penawar racun
3) Anti diare
4) Antioksidan
5) Menghambat pertumbuhan tumor
Saponin 1) Insektisida
2) Antiseptik
3) Menghambat Na+ / D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush border
intestinal
Polifenol 1) Antioksidan
2) Memperkuat sistem kekebalan tubuh
3) Meningkatkan sirkulasi darah dan
4) meningkatkan kesehatan jantung
5) Menghambat pertumbuhan kanker
6) Memperlambat keropos pada tulang
Minyak atsiri1) Anti nyeri
2) Anti infeksi
3) Pembinih bakteri
Alkaloid Meminimalisir racun-racun di dalam tubuh
2.1.3 Kandungan yang ada dalam daun pandan wangi

Tabel 3. Zat-Zat Dan Kegunaan Zat Yang Terkandung Di Dalam Daun Pandan Wangi
(Pandanus ammaryllifolius)

(Sumber : Dalimarta, 2008)

7
2.1.3 Manfaat daun pandan wangi
Daun pandan wangi banyak memiliki manfaat, sebagai rempah-rempah dalam
pengolahan makanan, pemberi warna hijau pada masakan, dan juga sebagai bahan
baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum jika diremas atau diiris-iris. Selain
itu daun pandan wangi juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan
antara lain:
1. Pengobatan lemah saraf
2. Pengobatan rematik dan pegel linu
3. Menghitamkan rambut dan mengurangi rambut rontok
4. Menghilangkan ketombe
5. Penambah nafsu makan
6. Mengatasi hipertensi
7. Mengatasi diabetes
8. Terapi kanker
9. Mengatasi insomnia

2.2 Aedes aegypti


2.2.3 Pengertian aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning, chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh
virus Zika.
2.2.4 Taksonomi
Kedudukan nyamuk Aedes aegyptidalam klasifikasi hewan adalah sebagai
berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipteria
Sub ordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Sub famili : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti

8
2.2.5 Siklus hidup aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi
menjadi beberpa tahapan yaitu, telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga
termasuk metamorfosa sempurna atau holometabola.

a. Stadium telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0.80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada
dinding tempat penampung air. Jumlah telur nyamuk Aedes aegyptikurang lebih
sebanyak 100-200 butir setiap kali bertelur. Telur ini dapat menempel di tempat
yang kering (tanpa air) dan dapat bertahan sampai 6 bulan. Saat terendam air
lagi telur akan menetas.

(Gambar 3.a telur aedesaegyoti)


(sumber : kemenkes 2016)

b. Stadium larva
Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Larva Aedes
aegypti memiliki ciri-ciri yaitu adanya corong udara pada ruas terakhir pada
abdomen tidak dijumpai adanya rambu-rambut berbentuk kipas (palmate hairs)
(Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018).
Ada 4 tingkatan (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva, yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm


2) Instar II : 2-5 –3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm (Kemenkes RI, 2015)

9
c. Stadium pupa

(Gambar 3.c pupa aedes aegypti)


(Sumber : Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018).

Pupa berbentuk seperti ‘koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibandingkan larva (jentik) nya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Kemenkes, 2015). Pada pupa terdapat
kantong udara yang terletak diantara bakal sayap dewasa dan terdapat sepasang
sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk
menyelam cepat dan mengadakan serangkaian gerakan sebagai reaksi terhadap
rangsang.

d. Stadium dewasa
Secara umum Aedes aegyptitubuhnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
kepala, thorak, dan abdomen (Perut).

(Gambar 3.d Aedes aegypti)


(Sumber : Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018)
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar warna hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.

10
Aedes aegypti dikenal juga sebagai Tiger Mosquito atau Black
White Mosquito, karena tubuhnya mempunyai ciri khas berupa adanya garis-
garis dan bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Dua garis
melengkung berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral serta dua buah garis
putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre
shaped marking)(Fatna, 2010 dalam Kharisma, 2018)

Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang berujung


lancipdan mempunyai cerci yangpanjang(Neva FA and Brown HW, 1994 dalam
Palgunadi, 2011 dalam Kharisma, 2018).

e. Factor lingkungan fisik yang mempengaruhi nyamuk aedes aegypty

Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat penampungan air yang


tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti bak mandi, tempayan, drum,
vas bunga, dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di daerah urban
dan sub urban. Aedes albopictusjuga demikian tetapi biasanya lebih banyak
terdapat di luar rumah (Kesumawati Hadi dan Koesharto, 2006). Setelah itu
akan mencari tempat berair untuk meletakkan telurnya. Setelah bertelur nyamuk
akan mulai mencari darah lagi untuk siklus bertelur berikutnya(Kesumawati
Hadi dan Koesharto, 2006 dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).

Aedes aegypti lebih suka menghisap darah di dalam rumah daripada di luar rumah
dan menyukai tempat yang agak gelap. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia
daripada darah binatang (bersifat antropofilik). Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple-biters) sampai lambung penuh berisi darah, dalam satu
siklus gonotropik. Dengan demikian nyamuk Aedes aegypti sangat efektif sebagai
penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2005dalam Cecep Dani Sucipto, 2011)

Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang tergantung seperti:


pakaian, kelambu atau tumbuh-tumbuhan didekat tempat perkembangbiakannya.
Biasanya ditempat yang gelap dan lembab. Di tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk
betina akan meletakkan telurnya didinding tempat berkembangbiaknya sedikit di atas

11
permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan setiap sekali adalah sekitar 100-400 butir
(Brown 1969dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).

2.3 Gel
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), gel didefinisikan
sebagai sistem padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik kecil atau
molekul organik besar, berpenetrasi oleh suatau cairan. Gel bersifat transparan, lunak,
lembut, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit. Sediaan
gel harus disimpan dalam wadah tertutup karena kandungan airnya sangat mudah
menguap.

Beberapa keuntungan gel diantaranya

a. Mempunyai aliran tiksotropis dan pseudoplastik yang berarti gel akan


berwujud pada saat penyimpanan dan akan mencair pada saat dituang ke dalam
tempatnya.
b. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk membuat masa gel hanya sedikit.
c. Viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada temperatur
penyimpanan.
d. Kurang berminyak sehingga tidak meninggalkan bekas.
e. Mudah tersebar dan merata pada saat dioleskan.
f. Dapat larut dalam air sehingga mudah dioleskan.
g. Bersifat menyejukkan karena kandungan airnya tinggi.
h. Pada konsentrasi rendah gel mempunyai daya pelumas yang baik karena
sifatnya yang transparan, lunak dan lembut. (Meinitasari et al., 2018)
Evaluasi gel dilakukan dengan uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, ujin
viskositas, uji daya rekat, dan uji daya sebar.

2.4 Pengendalian vector

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau
menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Menurut buku parasitology kedokteran FKUI (Hoedojo dan Zulhasril, 2013), secara garis
besar pengendalian vektor nyamuk dibagimenjadi pengendalian alami dan buatan.
Pengendalian buatan terdiri dari pengendalian kimiawi, pengendalian lingkungan,

12
pengendalian lingkungan, pengendalian mekanik, pengendalian fisik, pengendalian
biologik, pengendalian genetika, dan pengendalian.

2.2.4.1 Pengendalian alami

Berbagai faktor ekologi berperan dalam pengendalian vektor secara alami,


yaitu:

a. Adanya gunung, laut, danau, dan sungai merupakan rintanganbagi


penyebaran serangga.
b. Ketidakmampuan beberapa spesies serangga untuk mempertahankan
hidup diketinggian tertentu dari permukaan laut.
c. Perubahan musim, iklim yang panas,udara kering, curah hujan, dan angin
besar dapat menimbulkan gangguan pada beberapa spesies serangga.
d. Adanya burung, katak, cicak, dan binatang lain yang menjadi pemangsa
serangga.
e. Penyakit serangga.

2.2.4.2 Pengendalian buatan


a. Pengendalian kimiawi

Pengendalian kimiawi adalah cara kimiawi yang dilakukan dengan


senyawa atau bahan kimia untuk membunuh telur nyamuk, jentiknya, dan
mengusir atau menghalau nyamuk supaya tidak menggigit.

Insektisida berasal dari kata insect, yang berarti serangga dan cide
artinya membunuh. Secara harfiah insektisida diartikan sebagai bahan kimia
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan serangga. Pengertian
insektisida secara luas, yaitu semua bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk mencegah, membunuh, menolak atau mengurangi serangga
(Sigit dkk, 2006 dalam Mirna 2016).

13
Insektisida yang baik mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat beserta tidak


berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak.
2. Murah harganya dan mudah di dapat jumlah yang besar
3. Mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar
4. Mudah di pergunakan dan dapat di campur dengan berbagai macam
bahan pelarut
5. Tidak berwarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan
Adapun jenis-jenis insektisida berdasarkan sifat kimianya di
klasifikasikan dalam dua bagaian yaitu anorganik dan organik.
1) Insektisida anorganik (kimia)
Insektisida anorganik biasanya kurang spesifik dan karena sifatnya tidak
terlalu beracun maka dalam perlakuan dilapangan harus diberikan dalam
jumlah yang tinggi (250-2500 ram per acre). Jenis insektisida ini kini telah
jarang dipergunakan karena telah banyak diganti oleh insektisida organik.
Senyawa yang biasa digunakan untuk insektisida anorganik yaitu arsenikal,
timbal aresenat (PbHAsO4), kalsium arsenat Ca3(AsO4)2, sodium arsenat
(NaASO2), fluorida, dan sodium fluorida (Naf). (Toksikologi lingkungan,
2015).
2) Insektisida organic

Insektisida nabati merupakan insektisida yang bersumber dari bahan


alami dan berisfat mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak
peliharaan karena residunya mudah menghilang (Kardinan,2002:4). Tujuan
penggunaan insektisida nabati yaitu untuk meminimalisir penggunaan
insektisida sintetis, sehingga dapat mengurangi terjadinya kerusakan
lingkungan. Tanaman yang dapat dijadikan sebagai insektisidanabati
terutama larvasida diantaranya yaitu daun sirih, jarak pagar, daun selasih,
rimpang kunyit, dan daun mimba (Permadi,2013).

14
b. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan modifikasi lingkungan dan
manipulasi lingkungan. Modifikasi lingkungan merupakan cara yang paling
aman tidak akan mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan secara terus
menerus seperti dilakukannya pengaliran air yang menggenang sehingga
kering atau tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat pertumbuhan
nyamuk.

c. Pengendalian mekanik
Menggunakan alat yang dapat langsung membunuh, menangkap
serangga. Memakai baju pelindung untuk menghindari hubungan antara
manusia dengan vector.

d. Pengendalian fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan menggunakan pemanas, pembeku
untuk membunuh atau mengganggu kehidupan serangga.

e. Pengendalian biologik
Pengendalian biologik dengan memperbanyak pemangsa sebagai musuh
alami bagin serangga.

f. Pengendalian genetik

Pengendalian genetik dilakukan dengan cytoplasmic incompatibility


(mengawinkan antarstrain nyamuk sehingga sitoplasma telur tidak dapat
ditembus oleh sperma dan tidak terjadi pembuahan) atau hybrid
steril(mengawinkan sehingga antarspesiesterdekat sehingga didapatkan
keturunan jantan yang steril).

15
2.5 Anggapan Dasar

Menurut (Womack, 1993) Aedes aegypti merupakan nyamuk yang


berperan sebagai penular (vektor) virus yang menyebabkan penyakit demam
berdarah yang sudah banyak menimbulkan kerugian.

Daun Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang memiliki wangi
yang khas serta diyakini dapat membunuh dan meracuni larva nyamuk aedes
aegypti karena kandungannya yang terdapat dalam daun pandan wangi seperti:
Tanin, Saponin, Alkaloid, Flavonoid dan Zat warna. (lili fajlia, 2011)

Repellent bekerja menghambat reseptor asam laktat di antena nyamuk


betina. Nyamuk dapat mendeteksi kehadiran makhluk hidup berdasarkan keringat
yang mengandung unsur karbondioksida, produk 25 eksretori dan asam laktat.
Produk tersebut membuat nyamuk betina menjadi lebih atraktif (Hu, 2012; Patel
and Oswal, 2012).
Daun pandan wangi dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif gel anti
nyamuk Aedes aegypti. Selain dapat membunuh nyamuk Aedes aegypti daun
pandan juga memiliki bau yang sangat harum yang tidak disukai nyamuk.
Konsistensi yang berbentuk gel memungkinkan pemakaian yang cepat dan
merata pada permukaan kulitnya, sehingga dapat dengan mudah menyebar dan
dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit.

16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini tentang pembuatan gel yang berasal dari ekstrak daun pandan. Daun
pandan diperoleh di pasar tradisional yang berada di Tasikmalaya. Daun pandan yang
digunakakn adalah daun pandan yang sudah siap panen atau berwana hijau. Penelitian ini
bersifat eksperimen dimana sampel dilakukan proses pembuatan lotion melalui tahap
ekstraksi. Pembuatan lotion ekstrak daun pandan melalui beberapa tahap, yaitu tahap
ekstraksi dengan metode maserasi dan pembuatan gel. Gel yang dihasilkan kemudian di
evaluasi dengan uji homogenitas, uji PH, uji organoleptis, dan uji iritasi.

3.2 Alat dan bahan yang digunakan

3.2.1 Alat

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1 Neraca Analitik - 3
2 Lumpang dan alu - 1
3 Erlenmeyer - 2
4 Kertas perkamen - 3
5 Penangas air - 1
6 Gelas ukur - 2
7 Sudip - 1
8 Rotary vacum evaporator - 1
9 Pipet tetes - 2
10 Batang pengaduk - 3
11 Wadah - 3
12 Label sediaan - secukupnya

17
3.2.2 Bahan

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1 Ekstrak daun pandan Secukupnya
60%, 70%, 80%, 90%
2 Karbopol - Secukupnya
3 Propilenglikol - 100ml
4 Gliserin - secukupnya
5 Metil paraben - secukupnya
6 Etanol 70% secukupnya

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pra analitik


Sampling :
Subjek penelitian adalah daun pandan (Pandanus amarillifolius) yang sudah
siap panen dan berwarna hijau yang dibeli di pasar tradisional cikurubuk
Tasikmalaya. Sampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan
dengan daerah lain yang dibeli.
a) Kriteria inklusi
Daun pandan yang sudah siap panen dan nyamuk aedes aegypti
betina.
b) Kriteris eksklusi
Selain daun pandan wangi dan jenis nyamuk selain Aedes aegypti
betina dan nyamuk yang tidak steril.

3.3.2 Analitik
a) Pembuatan gel ekstrak daun pandan wangi (pandanus amarillyfolius)

Daun pandan dipotong – potong kecil kemudian direndam ke dalam


pelarut dengan perbandingan 1:3, 1 untuk berat daun pandan dan 3 untuk pelarut
yang digunakan. Setelah itu diaduk selama satu menit secara manual pada suhu
ruang dan tanpa terkena cahaya dan diamkan selama 12 jam. Kemudian diekstrak
ng sehingga diperoleh ampas dan filtrat, dan di evaporasi dengan rotary vacuum
evaporator pada suhu 50-60ºC untuk memisahkan pelarut.. menggunakan variasi
konsentrasi carbopol sebagai gelling agent. Karbopol dicampur dengan aquadest

18
lalu digerus hingga homogen. Tambahkan dengan propilenglikol, gliserin, dan
trietanolamin hingga terbentuk gel yang mengembang dan jenuh. Basis yang telah
terbentuk lalu ditambahkan ekstrak daun pandan wangi serta metil paraben, aduk
hingga homogen dan diperoleh gel ekstrak daun pandan yang disimpan dalam
kemasan tertutup rapat.

Tabel 3.3.2 a Formula sediaan gel ekstrak daun pandan wangi

No Formula Ekstrak daun pandan Gel


wangi
1 Bahan dasar gel - 100g

60 Ekstrak daun x 100 40g


100 pandan 60%
2
70 Ekstrak daun x 100 30g
100 pandan 70%%
3
80 Ekstrak daun x 100 20g
100 pandan 80%%
4
90 Ekstrak daun x 100 10g
100 pandan 90%
5

Masing-masing formula ekstrak daun pandan wangi tersebut dimasukkan


kedalam lumpang, kemudian digerus sampai homogen.Setelah homogen gel
tambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga homogen. Masukkan kedalam
wadah dan tutup rapat.

19
b) Evaluasi Sediaan Gel

1) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan lotion pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain, hasil harus menunjukkan
susunan yang homogeny dan tidak adanya partikel-partikel kasar pada
permukaan kaca.

2) Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan bahwa pH
dari sediaan gel yang telah dibuat sudah sesuai dengan pH yang dianjurkan
untuk kulit yaitu 4,5-7.

3) Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mengetahui tampilan gel
berupa warna, aroma dan tekstur dari sediaan yang dilakukan secara visual.
Pengujian ini dilakukan karena berkaitan dengan pemakaian sebagai
sediaan topikal.

4) Uji Iritasi
Uji dilakukan dibelakang telinga sukarelawan selama 24 jam, dilihat
perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema.

3.3.3 Pasca Analitik

Hasil yang diperoleh, disusun dan disajikan yang selanjutnya dianalisa dan
disajikan deskriptif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida
I. UI Press.

Meinitasari, E., Tyas, S. P., D, N. J., & Septianingrum, N. M. A. N. (2018). Inovation of


Leaf Extract of Randa Midang ( Cosmos Caudatus ) in Repellent Gel Preparation
Inovasi Ekstrak Daun Randa Midang ( Cosmos Caudatus ) dalam Bentuk Sediaan
Gel Repellent. Prosiding Anual Pharmacy Conference 3rd, 40–46.

Muftiah, A. T., Kasma, A. Y., & M, R. (2019). Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius) Terhadap Mortalitas Larva Aedes sp dan Anopheles.
Jurnal Vektor Penyakit, 13(2), 107–114. https://doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.465

Mutiasari, D., & Kala’Tiku, L. L. B. T. (2017). UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN


PANDAN ( Pandanus amaryllifolius Roxb .) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI
TERHADAP LARVA Aedes Aegypti Diah Mutiarasari *, Lady L iberties Bubun
Tangke Kala ’ Tiku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan , Universitas Tadulako
* Email k. Kesehatan Tadulako, 3(2), 33.

Rilianti, D. (2013). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and


Modeling, 01(01), 1689–1699.

Cheetangdee, V. and Siree C. 2006. Free Amino Acid and Reaching Sugar Composition of
Pandan (Pandanusamaryllifolius) Leaves. Department of Food and Science and
Technology, Faculty of Agro-Industry, Kasetsart University, Bangkok 10900.
Thailand.

Departemen Kesehatan. Demam berdarah dengue di Indonesia tahun 1968-2009.


Jendela Epidemiologi 2.2010.

Departemen Kesehatan. Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue.Jakarta: Depkes


RI.2015.

I Wayan Supartha, 2008. Pengendalian Terpadu Vektor VirusDemam Berdarah Dengue,


Aedes aegypti(Linn.) dan Aedes albopictus(Skuse)(Diptera: Culicidae : Senior
Entomologist, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar,
Bali.

21

Anda mungkin juga menyukai