Bab 1, 2, 3 + Dapus
Bab 1, 2, 3 + Dapus
PENDAHULUAN
Aedes aegypti merupakan nyamuk yang bersifat diurnal (aktif siang hari) dan
berperan sebagai penular (vektor) flavivirus, yaitu virus penyebab penyakit demam
berdarah yang sudah banyak menimbulkan kerugian. Nyamuk betina memerlukan
darah untuk merangsang pembentukan dan pematangan telur, sedangkan nyamuk
jantan tidak memerlukan darah dalam hidupnya. A. aegypti bersifat antrofilik dalam
mengisap darah yaitu lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan
(Gunandini, 2006).
1
Oleh karena itu, salah satu alternatif cara pengendalian nyamuk demam berdarah
adalah dengan memanfaatkan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah
sering digunakan masyarakat sebagai salah satu bahan dalam makanan atau
minuman. Selain itu daunnya yang hijau dimanfaatkan sebagai pewarna alami
masakan khususnya kue. Sekaligus merupakan pengetahuan lokal masyarakat
memanfaatkan daun pandan wamgi sebagai bahan aktif anti nyamuk demam
berdarah.
Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma
dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline
(ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada
pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee, 2006).
2
pandan wangi 0,547% dapat menyebabkan kematian larva Anopheles aconitus
sebesar 99% selama 24 jam.(Muftiah et al., 2019)
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah “berapa persen daya
proteksi gel daun pandan wangi dalam melindungi kulit dari gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina?”
1.4 Tujuan
Mengetahui efektifitas ekstrak daun pandan wangi sebagai bahan aktif pada
gel repellent.
1.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan bahan alami yang ada di alam tanpa
tergantung pada bahan kimia yang mungkin membahayakan.
2. Bagi penulis
Untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan mengenai
berbagai macam manfaat tumbuhan sebagai repellent nyamuk aedes
aegypti.
3. Bagi Akademi
Menambah sumber kepustakaan dan pengetahuan tentang repellent alami
bagi pembaca di perpustakaan STIKes BTH Kota Tasikmalaya.
4
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
5
2.1.2 Taksonomi daun pandan wangi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Bangsa : Pandanales
Suku : Pandanacea
Marga : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius
6
Zat Kegunaan
Flavonoid 1) Sebagai antioksidan
2) Melindungi struktur sel
3) Meningkatkan efektivitas vitamin C
4) Inti inflamasi
5) Mencegah keropos tulang
6) Antibiotik
7) Antivirus
8) Menghambat penyerapan glukosa diusus
Tanin 1) Antibakteri
2) Penawar racun
3) Anti diare
4) Antioksidan
5) Menghambat pertumbuhan tumor
Saponin 1) Insektisida
2) Antiseptik
3) Menghambat Na+ / D-glucose cotransport system (SGLUT) di membran brush border
intestinal
Polifenol 1) Antioksidan
2) Memperkuat sistem kekebalan tubuh
3) Meningkatkan sirkulasi darah dan
4) meningkatkan kesehatan jantung
5) Menghambat pertumbuhan kanker
6) Memperlambat keropos pada tulang
Minyak atsiri1) Anti nyeri
2) Anti infeksi
3) Pembinih bakteri
Alkaloid Meminimalisir racun-racun di dalam tubuh
2.1.3 Kandungan yang ada dalam daun pandan wangi
Tabel 3. Zat-Zat Dan Kegunaan Zat Yang Terkandung Di Dalam Daun Pandan Wangi
(Pandanus ammaryllifolius)
7
2.1.3 Manfaat daun pandan wangi
Daun pandan wangi banyak memiliki manfaat, sebagai rempah-rempah dalam
pengolahan makanan, pemberi warna hijau pada masakan, dan juga sebagai bahan
baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum jika diremas atau diiris-iris. Selain
itu daun pandan wangi juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan
antara lain:
1. Pengobatan lemah saraf
2. Pengobatan rematik dan pegel linu
3. Menghitamkan rambut dan mengurangi rambut rontok
4. Menghilangkan ketombe
5. Penambah nafsu makan
6. Mengatasi hipertensi
7. Mengatasi diabetes
8. Terapi kanker
9. Mengatasi insomnia
8
2.2.5 Siklus hidup aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi
menjadi beberpa tahapan yaitu, telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga
termasuk metamorfosa sempurna atau holometabola.
a. Stadium telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0.80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada
dinding tempat penampung air. Jumlah telur nyamuk Aedes aegyptikurang lebih
sebanyak 100-200 butir setiap kali bertelur. Telur ini dapat menempel di tempat
yang kering (tanpa air) dan dapat bertahan sampai 6 bulan. Saat terendam air
lagi telur akan menetas.
b. Stadium larva
Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Larva Aedes
aegypti memiliki ciri-ciri yaitu adanya corong udara pada ruas terakhir pada
abdomen tidak dijumpai adanya rambu-rambut berbentuk kipas (palmate hairs)
(Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018).
Ada 4 tingkatan (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva, yaitu:
9
c. Stadium pupa
Pupa berbentuk seperti ‘koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibandingkan larva (jentik) nya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Kemenkes, 2015). Pada pupa terdapat
kantong udara yang terletak diantara bakal sayap dewasa dan terdapat sepasang
sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk
menyelam cepat dan mengadakan serangkaian gerakan sebagai reaksi terhadap
rangsang.
d. Stadium dewasa
Secara umum Aedes aegyptitubuhnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
kepala, thorak, dan abdomen (Perut).
10
Aedes aegypti dikenal juga sebagai Tiger Mosquito atau Black
White Mosquito, karena tubuhnya mempunyai ciri khas berupa adanya garis-
garis dan bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Dua garis
melengkung berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral serta dua buah garis
putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre
shaped marking)(Fatna, 2010 dalam Kharisma, 2018)
Aedes aegypti lebih suka menghisap darah di dalam rumah daripada di luar rumah
dan menyukai tempat yang agak gelap. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia
daripada darah binatang (bersifat antropofilik). Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple-biters) sampai lambung penuh berisi darah, dalam satu
siklus gonotropik. Dengan demikian nyamuk Aedes aegypti sangat efektif sebagai
penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2005dalam Cecep Dani Sucipto, 2011)
11
permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan setiap sekali adalah sekitar 100-400 butir
(Brown 1969dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).
2.3 Gel
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), gel didefinisikan
sebagai sistem padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik kecil atau
molekul organik besar, berpenetrasi oleh suatau cairan. Gel bersifat transparan, lunak,
lembut, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit. Sediaan
gel harus disimpan dalam wadah tertutup karena kandungan airnya sangat mudah
menguap.
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau
menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Menurut buku parasitology kedokteran FKUI (Hoedojo dan Zulhasril, 2013), secara garis
besar pengendalian vektor nyamuk dibagimenjadi pengendalian alami dan buatan.
Pengendalian buatan terdiri dari pengendalian kimiawi, pengendalian lingkungan,
12
pengendalian lingkungan, pengendalian mekanik, pengendalian fisik, pengendalian
biologik, pengendalian genetika, dan pengendalian.
Insektisida berasal dari kata insect, yang berarti serangga dan cide
artinya membunuh. Secara harfiah insektisida diartikan sebagai bahan kimia
yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan serangga. Pengertian
insektisida secara luas, yaitu semua bahan atau campuran bahan yang
digunakan untuk mencegah, membunuh, menolak atau mengurangi serangga
(Sigit dkk, 2006 dalam Mirna 2016).
13
Insektisida yang baik mempunyai sifat sebagai berikut :
14
b. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan modifikasi lingkungan dan
manipulasi lingkungan. Modifikasi lingkungan merupakan cara yang paling
aman tidak akan mencemari lingkungan, tetapi harus dilakukan secara terus
menerus seperti dilakukannya pengaliran air yang menggenang sehingga
kering atau tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat pertumbuhan
nyamuk.
c. Pengendalian mekanik
Menggunakan alat yang dapat langsung membunuh, menangkap
serangga. Memakai baju pelindung untuk menghindari hubungan antara
manusia dengan vector.
d. Pengendalian fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan menggunakan pemanas, pembeku
untuk membunuh atau mengganggu kehidupan serangga.
e. Pengendalian biologik
Pengendalian biologik dengan memperbanyak pemangsa sebagai musuh
alami bagin serangga.
f. Pengendalian genetik
15
2.5 Anggapan Dasar
Daun Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang memiliki wangi
yang khas serta diyakini dapat membunuh dan meracuni larva nyamuk aedes
aegypti karena kandungannya yang terdapat dalam daun pandan wangi seperti:
Tanin, Saponin, Alkaloid, Flavonoid dan Zat warna. (lili fajlia, 2011)
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini tentang pembuatan gel yang berasal dari ekstrak daun pandan. Daun
pandan diperoleh di pasar tradisional yang berada di Tasikmalaya. Daun pandan yang
digunakakn adalah daun pandan yang sudah siap panen atau berwana hijau. Penelitian ini
bersifat eksperimen dimana sampel dilakukan proses pembuatan lotion melalui tahap
ekstraksi. Pembuatan lotion ekstrak daun pandan melalui beberapa tahap, yaitu tahap
ekstraksi dengan metode maserasi dan pembuatan gel. Gel yang dihasilkan kemudian di
evaluasi dengan uji homogenitas, uji PH, uji organoleptis, dan uji iritasi.
3.2.1 Alat
17
3.2.2 Bahan
3.3.2 Analitik
a) Pembuatan gel ekstrak daun pandan wangi (pandanus amarillyfolius)
18
lalu digerus hingga homogen. Tambahkan dengan propilenglikol, gliserin, dan
trietanolamin hingga terbentuk gel yang mengembang dan jenuh. Basis yang telah
terbentuk lalu ditambahkan ekstrak daun pandan wangi serta metil paraben, aduk
hingga homogen dan diperoleh gel ekstrak daun pandan yang disimpan dalam
kemasan tertutup rapat.
19
b) Evaluasi Sediaan Gel
1) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan lotion pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain, hasil harus menunjukkan
susunan yang homogeny dan tidak adanya partikel-partikel kasar pada
permukaan kaca.
2) Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan bahwa pH
dari sediaan gel yang telah dibuat sudah sesuai dengan pH yang dianjurkan
untuk kulit yaitu 4,5-7.
3) Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mengetahui tampilan gel
berupa warna, aroma dan tekstur dari sediaan yang dilakukan secara visual.
Pengujian ini dilakukan karena berkaitan dengan pemakaian sebagai
sediaan topikal.
4) Uji Iritasi
Uji dilakukan dibelakang telinga sukarelawan selama 24 jam, dilihat
perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema.
Hasil yang diperoleh, disusun dan disajikan yang selanjutnya dianalisa dan
disajikan deskriptif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida
I. UI Press.
Muftiah, A. T., Kasma, A. Y., & M, R. (2019). Efektivitas Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius) Terhadap Mortalitas Larva Aedes sp dan Anopheles.
Jurnal Vektor Penyakit, 13(2), 107–114. https://doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.465
Cheetangdee, V. and Siree C. 2006. Free Amino Acid and Reaching Sugar Composition of
Pandan (Pandanusamaryllifolius) Leaves. Department of Food and Science and
Technology, Faculty of Agro-Industry, Kasetsart University, Bangkok 10900.
Thailand.
21