Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN KERJA

PEKERJAAN SURVEI INVESTIGASI DAN DESAIN (SID)


PELABUHAN PENYEBERANGAN BELITUNG TIMUR
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TAHUN ANGGARAN 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. LATAR BELAKANG

a. Dasar Hukum
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain
mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan perspektif
kerangka pengeluaran jangka menengah, penerapan anggaran secara terpadu dan penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Selanjutnya Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan
perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi.Pembangunan pelabuhan penyeberangan tersebut harus
direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi.
Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya
pelaksanaan Survei Investigasi dan Desain (SID) sebagai salah satu syarat pembangunan suatu
infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini pelabuhan penyeberangan.

b. Gambaran Umum
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia terdiri atas ribuan
pulau besar dan kecil.Di antara pulau-pulau tersebut masih terdapat daerah yang terisolasi,
terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana transportasi
yang memadai.Sementara beberapa daerah lainnya sangat mengandalkan transportasi laut
namun belum memiliki infrastruktur yang dibutuhkan.
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional terus dikembangkan dalam
rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh wilayah
teritorial Indonesia.Transportasi merupakan kegiatan yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi di antara pelaku ekonomi yang pada gilirannya
dapat memajukan perekonomian di seluruh wilayah negara.

Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan penyeberangan sebagai infrastruktur utama, akan
terus dilaksanakan untuk menunjang pergerakan penumpang maupun barang. Dalam rangka
mempersiapkan pembangunan pelabuhan penyeberangan yang baik dan memenuhi syarat
untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur melalui Dinas Perhubungan Kabupaten Belitung timur perlu mengadakan studi
dalam bentuk Survei Investigasi dan Desain (SID) pada lokasi- lokasi yang potensial untuk
dilakukan pembangunan pelabuhan penyeberangan. Kegiatan SID dilaksanakan dalam rangka
pembangunan pelabuhan penyeberangan baru maupun pengembangan dan peningkatan
fasilitas yang telah ada.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud Kegiatan
Pekerjaan survei, investigasi dan desain dimaksudkan untuk mengetahui potensi ekonomi
wilayah, status lahan, profil dan sifat-sifat tanah serta kondisi bathimetri di lokasi kajian dalam
rangka pembuatan desain konstruksi dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya secara
ekonomis sesuai persyaratan teknis dalam suatu tata letak yang menunjang operasional
pelayaran dan bongkar-muat barang dan penumpang dengan ukuran kapal yang sesuai
dengan wilayah pelayanan.
Fasilitas pelabuhan lainnya dapat berupa: gudang, lapangan penumpukan, talud, kantor,
1
terminal penumpang, jalan, reservoir/instalasi air, genset/instalasi listrik, dll.
b. Tujuan Kegiatan
1) Untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi pelabuhan, fasilitas existing, volume
kegiatan pelabuhan, kondisi lingkungan, potensi daerah hinterland dan rencana
pengembangan.
2) Mendapatkan gambaran potensi daerah dan manfaat pembangunan fasilitas pelabuhan.
3) Mendapatkan gambaran mengenai kondisi hidrografi dan topografi lahan dari lokasi
pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
4) Mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan sebagai dasar
perhitungan daya dukung tanah terhadap konstruksi yang akan dibangun.
5) Membuat desain teknis untuk pembangunan pelabuhan dan fasilitas lainnya serta
dokumen tender yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi.

3. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN (WHAT)


a. Uraian Kegiatan
1) Survei Reconnaissance
2) Survei Quarry Material
3) Survei Hidrografi dan Topografi
4) Survei dan Penyelidikan Tanah
5) Desain Perencanaan Konstruksi
b. Ruang Lingkup Kegiatan
1) Survei Reconnaissance
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam pelaksanaan reconnaisance yakni pengamatan
lokasi, untuk mengetahui:
 Layak atau tidaknya lokasi tersebut dibangun dan dikembangkan bila ditinjau dari
aspek teknis, operasional, keselamatan pelayaran, sosial, ekonomi dan manfaat.
 Posisi geografis dari lokasi yang potensial untuk dibangun pelabuhan penyeberangan.
 Luas area yang perlu dijadikan obyek survei hidrografi maupun topografi dan dilakukan
pengukuran dengan hand load guna mengetahui kedalaman pada beberapa tempat
yang diperlukan.
 Kondisi lingkungan, menyangkut keberadaan daerah konservasi (daerah perlindungan
lingkungan lainnya) di wilayah perairan maupun daratan (hutan lindung, hutan bakau,
dsb), kondisi sosial masyarakat, dan faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi
pembangunan dan operasional pelabuhan penyeberangan di masa yang akan datang.
 Jalan akses menuju lokasi pelabuhan penyeberangan atau kemungkinan pembangunan
jalan akses di masa mendatang.
 Dokumentasi berupa foto dan video yang dilengkapi dengan foto/video udara (aerial
photo/video) yang telah di edit sehingga dapat menjelaskan kondisi perairan hingga
darat lokasi rencana pelabuhan.
Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kondisi
pelabuhan yang ada (informasi teknis dan operasional), makro ekonomi, jaringan
transportasi, demografi, meteorologi (lokasi terdekat) dan Rencana Umum Tata Ruang
(dari pemerintah daerah setempat).Perencanaan pengembangan pelabuhan dilengkapi
dengan alternatif lokasi yang memungkinkan.
2) Survei Quarry Material untuk : reklamasi, timbunan batu, material beton seperti pasir dan
batu split. Survei material yang harus dilakukan meliputi : lokasi quarry, mutu material,
perijinan untuk pengambilan material. Survei Quarry material Survei quarry material yang
harus dilakukan meliputi :
a. Material timbunan untuk reklamasi di laut;
b. Material batu untuk revetment;
c. Material dasar untuk beton seperti pasir, batu split.
Dalam survei quarry material tersebut harus dapat memberikan informasi mengenai:
a. Jumlah/kuantitas dari material;
b. Lokasi quarry dan jarak dari lokasi pekerjaan ini;
c. Perijinan yang diperlukan;
d. Untuk quarry material yang berada di laut, harus memperlihatkan kedalaman dasar
2
laut dimana quarry berada.
3) Survei Hidrografi dan Topografi
Wilayah survei hidrografi seluas + 60 Ha dan topografi seluas + 20 Ha (luas dapat berubah
sesuai dengan hasil survei reconnaissance) untuk mendapatkan gambaran tentang:
a. Profil kontur dasar laut/sungai.
b. Profil/potongan melintang pantai, laut dan sungai.
c. Bangunan-bangunan yang termasuk dalam kategori rintangan navigasi (kapal
tenggelam, letak karang, dll).
d. Kedudukan pasang surut.
e. Kedudukan dan arah arus.
f. Karakteristik gelombang saat mencapai dermaga (hasil transformasi).
g. Kondisi air laut (kadar suspensi dan kadar garam/salinitas).
h. Perubahan kedalaman perairan akibat erosi dan sedimentasi
i. Kondisi topografi daerah survei.
4) Survei dan Penyelidikan Tanah
Pekerjaan penyelidikan tanah berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah
untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan, dimana hasil
pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data yang akan dipergunakan
untuk melaksanakan konstruksi yang akan dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut
harus memadai sebagai bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang meliputi:
 Perencanaan sistem pondasi.
 Analisa daya dukung (bearing capacity) untuk pondasi dangkal dan/atau pondasi
dalam.
 Analisa penurunan tanah (settlement).
 Analisa perbaikan tanah (soil improvement).
 Perencanaan retaining wall dan analisa slip circle.
Kegiatan yang dilakukan pada saat survei penyelidikan tanah antara lain:
a) Boring laut, lokasi titik boring ditentukan dalam rapat.
b) Sondir darat : dilakukan sesuai rencana tata letak fasilitas pelabuhan pada area darat
yang memerlukan daya dukung tanah seperti causeway, talud, reklamasi, gedung
kantor dll;
c) Uji lapangan : Undisturbed dan Disturbed;
d) Uji laboratorium :Undisturbed dan Disturbed.

5) Desain Perencanaan Konstruksi


Lingkup pekerjaan pembuatan desain meliputi perhitungan konstruksi, Metode
Konstruksi, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Bill of Quantity (BQ), Rencana Anggaran
dan Biaya (RAB) serta gambar rencana. Pada setiap tahapan tenaga ahli harus menunjukan
semua simulasi/pemodelan langsung dihadapan tim teknis evaluasi baik
simulasi/pemodelan struktur, arus gelombang maupun hidrodinamika.
a) Dermaga dan Trestle
Untuk perencanaan dermaga, data-data di bawah ini akan digunakan sebagai dasar
untuk penetapan alternatif sistem konstruksi dengan pertimbangan biaya
pembangunan dan umur rencana bangunan yang paling menguntungkan.
Beban yang bekerja pada bangunan atas dermaga dan trestle yaitu beban- beban di
bawah ini:
 Berat sendiri konstruksi dermaga.
 Beban hidup di atas dermaga.
 Beban akibat sandar dan tambat kapal dengan memperhatikan jenis kapal yang
direncanakan untuk singgah (dalam perencanaan desain trestle, jika trestle tidak
digunakan sebagai fasilitas bertambat bagi kapal, maka beban ini tidak perlu
disertakan).
 Beban gempa.
 Beban karena pengaruh cuaca (beban angin dapat diabaikan untuk struktur dengan
ketinggian di bawah 10 m dari ground/sea level).
 Beban akibat arus dan gelombang.
3
Metode perhitungan dimensi elemen struktur mengikuti aturan standar yang disajikan
dalam pemodelan struktur menggunakan perangkat lunak yang sesuai.

b) Causeway
Causeway adalah jalan yang dibuat dengan urugan tanah yang dipadatkan dan
distabilisasi dengan talud pasangan batu pada kedua sisinya.Causeway
menghubungkan areal darat dengan trestle. Dalam perencanaan desain causeway, hal-
hal yang harus diperhatikan antara lain:
 Desain elevasi lantai causeway harus sama dengan elevasi lantai dermaga dan
trestle;
 Pasangan batu pada kedua sisi causeway harus memenuhi perhitungan kestabilan
lereng;
 Konstruksi talud agar disesuaikan dengan kondisi tanah dan pasang surut serta
pasangan batu pada dasar talud agar diperdalam (digali) dari elevasi tanah dasar;
 Pada permukaan causeway agar diberikan inlet drainase setiap jarak 10 m;
 Causeway agar dilengkapi dengan pipa drainase untuk sirkulasi air di dalam
timbunan tanah;
 Causeway agar dilengkapi dengan geotextile;
 Pekerjaan pemadatan tanah agar dilakukan setiap 30 cm dan dipadatkan hingga
mencapai nilai CBR 95%;
 Pada area rencana pekerjaan reklamasi/talud/causeway dilakukan penyelidikan
tanah dangkal (sondir dan hand boring) untuk mengetahui karakteristik tanah dasar;
 Pada area rencana pekerjaan reklamasi/talud/causeway dilakukan penyelidikan
tanah dangkal (sondir dan hand boring) untuk mengetahui karakteristik tanah dasar;
 Pada kondisi tanah yang lunak, konstruksi causeway agar diperkuat dengan
anyaman bambu dan cerucuk dolken dengan ukuran diameter cerucuk dan jarak
antar cerucuk yang disesuaikan dengan data penyelidikan tanah dan analisa
perhitungan kestabilan lereng;
c) Fasilitas pelabuhan lainnya yang dibutuhkan
Fasilitas pelabuhan selain dermaga/trestle/causeway yang dibutuhkan untuk
menunjang kelancaran arus barang dan penumpang, antara lain:
 Terminal penumpang
 Jalan
 Lapangan penumpukan
 Kantor pelabuhan
 Pagar, dll
d) Data kedalaman laut, pasang surut dan bobot kapal digunakan sebagai besaran untuk
perencanaan:
 Posisi alur dan letak dermaga yang paling menguntungkan, panjang
trestle/causeway.
 Elevasi dermaga, konstruksi fender dan penyangganya, elevasi trestle/causeway
maupun areal timbunan dan talud.
 Klasifikasi tinggi pasang surut:
a. Pasang surut kecil : < 1,50 meter
b. Pasang surut sedang : 1,50 meter s/d 2,50 meter
c. Pasang surut besar : > 2,50 meter
 Klasifikasi dimensi kapal untuk perencanaan dermaga

Dimensi Kapal (DWT) Minimum Depth (m- Panjang Dermaga


s.d. 500 LWS)
4 50
501 - 1.000 5 70
1.001 - 2.000 6 80
2.001 - 3.000 8 90
3.001 - 4.000 10 100
4.001 - 5.000 11 120

4
Dimensi Kapal (DWT) Minimum Depth (m- Panjang Dermaga
> 5.000 LWS)
12 140

e) Data kondisi tanah digunakan untuk perencanaan beberapa besaran di bawahini:


 Daya dukung tanah untuk pondasi langsung yaitu gravity structure, areal
penimbunan dan lain-lain.
 Daya dukung tiang pancang untuk penyangga konstruksi trestle, dermaga, dolphin
dan lain-lain.
 Penentuan taraf penjepitan lateral tiang pancang dermaga dan trestle untuk
pemodelan struktur;
 Daya dukung lateral tiang pancang yang akan dihitung dengan metode Broms dan
Brich Hansen atau metode lain yang sesuai;
 Perhitungan consolidation settlement untuk pondasi langsung, timbunan dan lain-
lain.
f) Penyusunan Dokumen Tender dan Gambar Pelaksanaan
 Gambar-gambar konstruksi
 Rencana kerja dan syarat-syarat teknis
 Spesifikasi umum dan khusus
 Bill of Quantity (BQ)
 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
 Analisa Harga Satuan
 Perhitungan konstruksi
 Sistem pelaksanaan dan peralatan yang sesuai dengan keadaan alam dan teknis di
lokasi pembangunan.
g) Rencana konstruksi dermaga harus mengacu pada standar yang berlaku
seperti :
> Technical Standard and Commenteries for Port and Harbour Fasilities in Japan, The
Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, 2010
> Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 032847-2002
> Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non
Gedung SNI 03-1726-2012
> Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung, SNI 031729-2002
> Baja Tulangan Beton, SNI 07-2052-2002
> Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI-1727- 2002
> Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) untuk Jalan RayaSNI03-1737-
1989
> Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, SNI 03 -1732 - 1989
> Metode Pengujian CBR LapanganSNI 03-1738-1989
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah, SNI DT-91-00062007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi, SNI DT-91-00072007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton, SNI DT-91-00082007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding, SNI DT-91-00092007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran, SNI DT-91-00102007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu, SNI DT-91-0011-2007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan dinding, SNI DT-
91-0012-2007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit, SNI DT-910013-2007.
> Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium, SNI DT-91-
0014-2007.
> Sistem Plumbing, SNI 03 -6481 -2000
> dll.

c. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Teknis


Kualifikasi minimal dari personil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:

5
I. Tenaga Ahli
1) Ahli Perencana Pelabuhan/ Team Leader, S1 Sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi dengan
Pengalaman 5 tahun SKA Ahli Dermaga Madya 1 Orang 5 Bulan.
2) Ahli Struktur, S1 Sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun SKA Ahli
struktur/ Bangunan Gedung Muda1 Orang 3,5 Bulan.
3) Ahli Geoteknik, S1 Sipil/ Geologi Lulusan PTN/PTS terakreditasi Pengalaman 3 tahun SKA
Ahli Geoteknik Muda 1 Orang 2,5 Bulan.
4) Ahli Spektek & Dok Tender, S1 sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
SKA Ahli Dermaga Muda 1 Orang 1 Bulan.
5) Ahli Geodesi, S1 Geodesi Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun SKA Ahli
Geodesi Muda 1 Orang 2 Bulan.
6) Ahli Teknik Pantai, S1 Sipil/ Kelautan Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
SKA Sumber Daya Air Muda 1 Orang 3 Bulan.
7) Ahli Ekonomi, S1 Ekonomi Akuntansi Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
tanpa SKA 1 Orang 2 Bulan.

II. Tenaga Pendukung Teknis


1) Surveyor (1 Orang 1 Bulan)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam pekerjaan boring.
2) Bor Master (1 Orang 1 Bulan)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam survei pemetaan.
3) Administrasi Proyek (1 Orang 4 Bulan)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam pengujian
laboratorium mekanika tanah.
4) Draftman (1 orang 3 Bulan)
Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam menggambar
desain konstruksi menggunakan program komputer (Auto Cad).

4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN


a. Indikator Keluaran (Kualitatif)
1) Berdasarkan data-data teknis dari hasil survei di lapangan dan hasil uji laboratorium serta
data-data meteorologi, akan diperoleh kesimpulan/kesan teknis terhadap alternatif lokasi
dan posisi dermaga, sehingga dapat ditentukan lokasi yang paling menguntungkan dari
segi teknis operasional dan keselamatan pelayaran.
2) Pembangunan dan pengembangan pelabuhan akan meningkatkan pelayanan jasa
kepelabuhanan dan transportasi laut kepada masyarakat di sekitar lokasi.
3) Peningkatan aktivitas transportasi di wilayah setempat akan mendukung perekonomian
lokal maupun nasional.
b. Keluaran (Kuantitatif)
Hasil pekerjaan survei hidrografi, topografi, penyelidikan tanah dan pembuatan desain
dilaporkan secara tertulis kepada Pengguna Jasa dalam bentuk buku yang dijilid dengan baik
dan disusun secara sistematis beserta softcopy-nya dimasukkan dalam perangkat USB
Flashdrive.
1) Laporan Pendahuluan (Hasil Reconnaissance Survei)
Laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) set, dimana 5 (lima) set digunakan untuk
pembahasan dan 5 (lima) set adalah penyempurnaan dari hasil pembahasan. Isi laporan
meliputi:
- Kondisi sistem transportasi dalam rangka pencapaian lokasi pekerjaan, meliputi access
road dan status lahan pelabuhan.
- Kondisi sistem transportasi pada lokasi berupa jaringan transportasi eksisting, kondisi
jalan darat, pelabuhan eksisting terdekat dll.
- Analisa kelayakan Finansial dan ekonomi (perhitungan B/C ratio pembangunan
pelabuhan, prediksi bongkar muat barang di pelabuhan) agar dilampirkan sesuai
dengan hasil studi Pre Desain (Pra FS, FS dan Masterplan)
- Jika tidak layak secara finansial/ekonomi maka digunakan analisa Strenght, Weakness,
Opportunity, Threat (SWOT) agar dilampirkan sesuai dengan hasil studi Pre Desain (Pra
6
FS, FS dan Masterplan)
- Kondisi lapangan secara garis besar dan data-data teknis yang ada kaitannya dengan
rencana pelaksanaan survei.
- Rencana kerja, tahapan dan metode survei disesuaikan dengan kondisi lapangan.
- Tanggapan terhadap KAK termasuk ruang lingkup pekerjaan dikaitkan dengan hasil
peninjauan dan kondisi lapangan.
- Rekomendasi sementara alternatif lokasi lengkap dengan hasil check sounding secara
garis besar, pengamatan visual dan rencana tata letak fasilitas pelabuhan (luas area
topografi dan hidrografi ) serta dilengkapi dengan fasilitas yang ada dinilai dengan
parameter keakuratan secara ilmiah.
- Status lahan lokasi rencana pelabuhan penyeberangan.
- Data kapal eksisting yang beroperasional disekitar lokasi pembangunan berupa jenis,
ukuran dan jumlah kapal dalam kurun waktu 5 tahun terakhir .
- kebijakan pemerintah setempat baik rencana tata ruang maupun tatanan transportasi
terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan dan sarana transportasi lainnya.
- Hasil wawancara dengan pejabat setempat setempat terkait dan masyarakat terhadap
rencana pembangunan fasilitas pelabuhan.
- Berita acara pelaksanaan reconnaissance survei.
- Dokumentasi lengkap dengan foto/video udara yang menjelaskan kondisi perairan
hingga darat lokasi rencana pelabuhan.
- Desain kriteria: Rencana peruntukan, jenis, ukuran kapal yang sandar dan arus
kunjungan kapal.

2) Laporan Antara (Interim Report)


Laporan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) set, dimana 5 (lima) set digunakan
untukpembahasan dan 5 (lima) set adalah penyempurnaan dari hasil pembahasan.
Konsultan diharuskan menyampaikan laporan pekerjaan lapangan yang meliputi:
- Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan- penyimpangan.
- Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS.
- Spesifikasi peralatan-peralatan pokok.
- Penetapan koordinat, levelling, penentuan azimuth matahari, konstanta harmonis
berikut AT dan LWS.
- Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya dengan pasang
surut, peta arah dan kecepatan arus, suspensi dan salinitas.
- Grafik pasang surut lengkap dengan DT, AT dan LWS
- Analisa pasang surut digunakan metode admiralty yang dibandingkan dengan metode
least square (dipilih analisa metode yang hasilnya paling mendekati data pasang surut
sebenarnya).
- permodelan hidrodinamika untuk memperoleh kecepatan dan pola arus di sekitar
lokasi rencana dengan menggunakan perangkat lunak yang sesuai.
- Analisa pergerakan sedimentasi dan perubahan kedalaman yang terjadi pada lokasi
rencana pembangunan pelabuhan yang diduga berpotensi mengalami pendangkalan
- Pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan di sungai disertai data banjir tahunan, 5
tahunan dan 10 tahunan.
- Rekomendasi sementara alternatif tata letak dermaga berdasarkan simulasi
gelombang dan arus serta dinilai dengan parameter keakuratan secara ilmiah.
- Gambar hasil survei bathimetri menggunakan kertas A0.
- Data meteorologi (curah hujan minimum 5 tahun terakhir dan data angin)
- Gambar situasi (hasil survei hydrografi/topografi) dilengkapi dengan koordinat dan
posisi pengamatan arus dan pengambilan sampel sedimen.
- Gambar profil melintang dan memanjang.
- Semua gambar harus dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan, nama dan tanda tangan
pelaksana, penggambar dan penanggung jawab, disarankan dibuat dengan
menggunakan komputer.
- Salah satu dari bar-check yang sudah dilaksanakan.
- Lembar busur Snellius (bila menggunakan sistem Snellius)
7
- Evaluasi dan rekomendasi sementara dari hasil survei.
- Semua berita acara dari semua tahapan dan peleyesaian pekerjaan lapangan. Semua
data asli hasil pengukuran dibundel tersendiri dan diserahkan/diperlihatkan kepada
Pengguna Jasa saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi Teknis.
- Data sekunder

3) Draft Laporan Akhir (Draft Final Report) Survei


Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratorium selesai, Penyedia Jasa
Konsultansi diminta menyampaikan Draft Laporan Akhir Survei sebanyak 5 (lima) buku
yang merupakan penyempurnaan Laporan Antara (seperti tersebut sebelumnya),
ditambah dan dilengkapi dengan:
- Bor-log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dalam m LWS dan SPT, soil
description berdasarkan contoh (sample) yang diperoleh dari spon sampler, sample
dan lain-lain dengan memasukkan hasil dan besaran dari percobaan laboratorium.
- Gambar korelasi (stratigrafi) tanah antar bor log dengan konstanta kedalaman m LWS
dan N-SPT.
- Hasil pekerjaan sondir berupa grafik-grafik dan tabel-tabel yang mengambarkan
besaran-besaran tahanan ujung (end resistance), tahanan geser setempat (local
friction) dan jumlah tahanan geser (total friction).
- Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran grafik, tabel dan lain-
lain untuk penentuan index and physical properties.
- Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan laboratorium
- Posisi/koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar hydrografi/topografi.
- Stratigrafi tanah (soil profile).
- Dibuat grafik hubungan antara kedalaman (Z) dengan:
a) qu (Unconfined Compression Test)
b) qc (Dutch Cone Penetrometer Test)
c) N (Standard Penetration Test)
d) yn ( Unit weight/bulk density)
e) d (Unit dry)
f) Wn (Water content)
g) Grain Size Analysis
h) Specific Gravity (Gs)
i) Cv (Coefficient of consolidation - cm2/min)
j) Cc (Compression index)
- Grafik hubungan antara:
a) qc (Dutch cone penetrometer test) dengan qu (Unconfined compression test)
b) qc (Dutch cone penetrometer test) dengan N (Standard penetration test)
c) qu (Unconfined compression test) dengan N (Standard penetration test)
d) Ip (Plasticity Index) dengan W (Water content)
e) Average consolidation pressure (kg/cm2) dengan Cv (Coefficient of consolidation -
cm2/min)
- Hubungan antara derajat konsolidasi (u%) dengan waktu penurunan
(timesettlement).
- Klasifikasi tanah (triangular chart classification)
- Rekomendasi dan kesimpulan yang meliputi:
a) Rencana sistem pondasi
b) Analisa daya dukung tanah (bearing capacity untuk deep dan shallow foundation)
(Perbandingan desain pondasi tiang pancang dibuat dengan variasi diameter dan
tebal tiang pancang dari terkecil hingga terbesar yang dapat diaplikasikan pada
konstruksi dermaga dan dipilih yang paling efisien dan layak dari segi teknis)
c) Analisa soil improvement (Analisa stabilitas lereng untuk konstruksi
timbunan/urugan dan talud yang mempertimbangkan 4 kriteria: momen guling,
sliding, daya dukung & settlement, stabilitas global)
d) Apabila hasil-hasil laboratorium tidak sesuai dengan lapangan atau dijumpai
kejanggalan-kejanggalan dalam hasil lapangan/laboratorium maka Penyedia Jasa
8
Konsultansi dapat merekomendasikan tambahan pekerjaan penyelidikan tanah
sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
- Data sekunder yang dibutuhkan.

4) Draft Laporan Akhir (Draft Final Report: Draft Final Desain dan Draft Final Survei)) Laporan
dibuat sebanyak 5 (lima) buku, meliputi:
- Analisis permodelan struktur dermaga berisikan permodelan struktur secara
keseluruhan, permodelan beban - beban yang bekerja pada struktur tersebut dan hasil
analisa permodelan;
- Kontrol Desain Beton Bertulang
Kontrol Desain dilakukan untuk analisa hasil pendetailan struktur dermaga dan trestle,
dimana harus memenuhi syarat keamanan dan sesuai dengan batas- batas tertentu
yang dipersyaratkan menurut peraturan.Kontrol Desain yang dilakukan berupa
pengecekan terhadap kontrol geser, kuat lentur, momen nominal, beban layan
(serviceability) dan beban ultimate. Bila telah memenuhi syarat tersebut, maka dapat
diteruskan ke tahap penggambaran, namun bila tidak maka harus dilakukan re-design.
- Tipikal Detail Penulangan
a. Tipikal Penulangan Balok Induk Eksterior dan Interior;
b. Tipikal Penulangan pelat lantai;
c. Tipikal Penulangan pile cap.
d. Tipikal Detail Panjang Penyaluran Tulangan.
e. Tipikal Detail Penulangan plank fender.
(kontrol desain beton bertulang dan tipikal detail penulangan dapat berubah sesuai
dengan tipe konstruksi dermaga yang direncanakan)
- Analisa sistem konstruksi dermaga beserta seluruh sarana pendukungnya dan fasilitas
pelabuhan lainnya yang dibutuhkan berdasarkan hasil survei.
- Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kondisi lapangan dan sistem struktur yang
digunakan.
- Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.
- Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
- Penanda (marker) agar direncanakan kapasitas standar kapal maksimal yang dipasang
permanen di dermaga.

- Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) mencangkup item/pekerjaan sesuai perencanaan.


- Pada setiap kolom keterangan pada gambar kontruksi, dilengkapi dengan keterangan
gambar dan spesifikasi teknis yang terkait.
- Gambar konstruksi dilengkapi dengan grafik pasang surut, bor log, korelasi (statigrafi)
tanah antar bor log, tataletak rencana fasilitas pelabuhan dengan keterangan titik sondir
dan boring, denah fasilitas pelabuhan, tampak, potongan dan detail konstruksi.
- Spesifikasi umum dan khusus
- Bill of Quantity (BQ)
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Analisa Harga Satuan
- Perhitungan konstruksi
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) proyek dengan Ms. Project.

5) Laporan Akhir Desain (Final Report)


Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) buku yang berisi perbaikan/penyempurnaan dari Draft
Laporan Akhir.

6) Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)


Dibuat sebanyak 5 (lima) buku ukuran A4 dan 5 (lima) buku ukuran A5 yang meliputi
antara lain:
a. Ringkasan hasil Reconnaissance Survei
b. Kriteria Desain
c. Ringkasan hasil survei hidrografi, topografi dan penyelidikan tanah yang menyajikan
9
parameter-parameter penting dengan jelas.
d. Ringkasan peta stratigrafi tanah (dibuat dalam satu lembar).
e. Rekomendasi sistem pondasi dan ringkasan hasil perhitungan daya dukung.
f. Ringkasan dimensi elemen struktur dan fasilitas yang digunakan
g. Lay-out desain pelabuhan.

7) Softcopy dari seluruh Laporan dan Gambar


Seluruh data yang diperoleh dan laporan selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk
softcopy beserta animasi 3 dimensi fasilitas pelabuhan dihimpun dalam 1 (satu) buah
Harddisk Eskternal dan diserahkan kepada Pengguna Jasa pada saat akhir pekerjaan
bersama-sama dengan Laporan Akhir.

5. LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN (WHERE)


Kegiatan SID akan dilakukan di Pelabuhan Penyeberangan Belitung Timur (sesuai hasil kajian
sebelumnya : FS dan SID) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.

6. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN (WHO)


a. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan SID Pelabuhan akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi yang diseleksi
melalui proses pengadaan sesuai Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah beserta perubahan-perubahannya.
b. Penanggung Jawab Kegiatan
Penanggung jawab kegiatan dan Pengguna Jasa diwakili oleh Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Belitung Timur.
c. Penerima Manfaat
Dinas Perhubungan Kabupaten Belitung Timur.

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN (WHEN)


Untuk pelaksanaan pekerjaan ini, Penyedia Jasa Konsultansi diberikan waktu 120 (seratus Dua
Puluh) hari kalender terhitung sejak kontrak ditandatangani.

8. BIAYA PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW MUCH)


Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan SID Pelabuhan Penyeberangan Manggar sebesar
Rp. 580.000.000,- (Lima Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah) akan dibiayai melalui DPA Dinas
Perhubungan Belitung Timur APBD Kabupaten Belitung Timur Tahun Anggaran 2018.

9. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN (HOW)


a. Pekerjaan Pemeruman (Sounding)
1) Koordinat titik-titik dalam peta hidrografi harus mengunakan koordinat geografis
(disarankan menggunakan GPS), atau dapat menggunakan koordinat lokal (x,y) atau UTM
(dengan persetujuan Pengguna Jasa).
2) Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan beacon maupun
azimuth menggunakan theodolit Wild T2.
3) Semua perhitungan agar dilampirkan dalam laporan.
4) Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optik (theodolit Wild T2),
untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh memakai alat pengukur panjang pita baja
(meetbond).
5) Kedalaman diukur dengan alat perum gema (echosounder) dengan ketelitian yang tinggi
dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa. Alat perum gema yang dimaksud
adalah alat gema yang mengunakan kertas pencatat kedalaman ataupun pencatatan
secara digital dan bukan sinar, dengan skala 1 cm pada kertas pencatat = 1 m kedalaman.
6) Setiap hari Penyedia Jasa Konsultansi harus melakukan bar-check terhadap alat
echosounder yang dipakai sebelum dan sesudah pekerjaan sounding. Salah satu hasil bar-
check dilampirkan dalam laporan (bar-check untuk setiap beda kedalaman 1 m, jarak
kedalaman minimal 5X = 5 m, lebih dalam lebih teliti).
7) Bidang surutan yang dipakai sebagai dasar pengukuran dan data-data pengamatan
10
pasang-surut yang asli di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi
saat pembahasan Laporan Antara.
8) Bidang surutan yang dipakai adalah 0,00 m-LWS.
9) Semua kertas echosounder atau rekaman data hasil pengukuran dan data-data sudut asli
di lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi saat pembahasan
Laporan Antara.
10) Posisi pemeruman
Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-cara sebagai berikut:
a) Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant
Dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai
berikut:
- Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet).
- Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.
- Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam daftar rapih).
b) Cara perpotongan dua jarak dengan mengunakan alat elektronik (MRS III dan
sejenisnya).
c) Cara gabungan jalur arah dan jarak dengan menggunakan pengukur sudut elektronik.

Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-
data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara perhitungan
(dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk areal yang tidak luas)
e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100 Ha, harus digunakan alat positioning
dengan GPS atau DGPS.
11) Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar
(levelling) dari darat.
12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan
(maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder tetap
diaktifkan.
13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang
minimal 3 jalur.

b. Pengamatan Pasang Surut


1) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan kedudukan air
tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS.
2) Penempatan lokasi palem yang digunakan untuk pengamatan pasang surut harus selalu
terendam dengan air laut.
3) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15x24 jam
terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis (automatic tide gauge) atau dengan
pencatatan (pengamatan) mandiri.
4) Kertas rekaman atau hasil pencatatan dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi
Teknis saat pembahasan Laporan Antara dengan Tim Evaluasi Teknis.
5) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air tinggi yang dapat
dicapai maupun LWS mempergunakan metode Admiralty (tidak diperkenankan
menggunakan formula penentuan air terendah untuk Indian Low Water Spring). Uraian
perhitungan dengan metode Admiralty agar disampaiakan dengan urutan sebagai
berikut:
- Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.
- Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT) atau MSL.
- Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.
- Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat dicapai berdasarkan
perhitungan.
11
6) Data hasil perhitungan dengan metode Admiralty harus dibandingkan dengan hasil
perhitungan menggunakan metode Least Square. Untuk menambah tingkat akurasi dari
hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut, dapat digunakan data model pasang
surut global sebagai rujukan.
7) Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga yang ada pada bagian
yang aman, terlindung dan mudah terlihat.
8) Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus dicatat dengan jelas (bila
data ada).

c. Pengukuran Arus
1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi.
2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 60 menit,
menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi
(Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.
3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d =
kedalaman di lokasi pengamatan arus.
4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan perangkat lunak agar
ditampilkan pada saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi.
5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil pengamatan arus
dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus.
- Peta arah arus dalam beberapa kondisi/waktu yang berbeda.

d. Pengambilan Contoh Air


1) Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi pengamatan arus
pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d.
2) Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap Tide pada bulan yang
sama.
3) Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar endapan/sedimen dan kadar
garam/salinitas. Satuan kadar garam dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam mg/l.

e. Pembuatan Bench Mark (BM)


Bench Mark (BM) dibangun minimum 2 (dua) buah pada posisi yang aman dan saling terlihat
dengan ketinggian berdasarkan LWS dan jarak antara kedua BM minimal 100 cm. BM tersebut
dibuat dari beton dengan ukuran 40x40x150 cm 1 yang ditanam sedalam 100 cm dari
permukaan tanah dan diplot dalam peta. Penempatan BM harus mempertimbangkan rencana
pengembangan pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat untuk jangka waktu lama dan
mudah pengawasannya.BM berfungsi sebagai titik awal pemetaan, dicat dengan warna biru
muda dan pada bagian atas ditulis BM.1 HUBLA dan BM.2 HUBLA serta tanggal
pembuatan.Setelah pekerjaan survei selesai, BM harus diserahkan kepada pejabat setempat
dengan Berita Acara.

f. Pekerjaan Topografi
1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada salah satu BM.
2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis) atau
sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar biasa. Selisih sudut
antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10 detik.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran poligon harus tertutup
(dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau ditutup pada titik

13) Pengukuran Poligon


- Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak antara titik-titik poligon
maksimum 50 m dan radius survei dari tiap poligon adalah 75 m.
12
lain yang sudah diketahui koordinatnya sehingga kesalahan- kesalahan sudut maupun
jarak dapat dikontrol).

4) Pengukuran Sipat Datar


- Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik poligon dan diikatkan pada
Bench Mark.
- Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan alat waterpass
dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup tidak boleh lebih dari (3 Vd) mm
dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).
- Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.
- Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand (pulang pergi). Selisih
bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan selisih hasil ukuran total antara pergi dan
pulang tidak boleh lebih dari (8 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).

5) Pengukuran Situasi dan Detail


- Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain harus
diambil posisinya.
- Setiap ujung dermaga existing harus diambil posisinya dan jarak antara ujung- ujung
dermaga yang bersebelahan juga harus diukur (guna pengecekan)
6) Buku ukur harus diperlihatkan kepada Pengguna Jasa.

g. Pekerjaan Pemetaan
1) Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam lintang/bujur
(apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode:
- Ellipsoide : bessel 1841.
- Proyeksi : mercator.
- Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500.
- Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
- Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan sistem
lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).
- Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvei melebihi
ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus dibuat dengan skala
besar yang memperlihatkan area survei secara keseluruhan.
- Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu
menghadap Utara.
- Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10 cm untuk
skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk skala 1:2.500.
- Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di sekitar rencana
dermaga digunakan jarak antara 10 m.
2) Ruang Lingkup Pemetaan
Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan keadaan- keadaan
penting seperti:
- Daerah dangkal.
- Karang tenggelam maupun timbul.
- Kerangka kapal tenggelam.
- Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan navigasi.
- Garis kedalaman/ketinggian (kontur).
a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 15, 20, dst.
b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1 meter).
- Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan dan perairan.
- Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai supaya diberikan angka-angka
ketinggian (hal ini perlu mendapat perhatian khusus).
- Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap MSL (duduk tengah) dan
HWS (muka air tertinggi), serta hubungan antara pasang surut dan BM.
Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang, pantai berpasir,
13
kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada peta yang diterbitkan Dishidros TNI-
AL atau Bakosurtanal.
3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat
gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100 dan
skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap alternatif
(kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus terlihat posisi
potongan profil.

h. Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM.Pengeboran dilaksanakan di titik
lokasi sesuai rencana tataletak fasilitas pelabuhan diperairan sampai kedalaman -30 meter
dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2
meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar laut).
Pelaksanaan pengeboran dilakukan sampai - 30 meter dari dasar laut sedangkan pelaksanaan
SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali untuk penurunan berturut-turut
setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5 meter.Apabila sampai pada kedalaman -
30 meter dari dasar laut belum dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut
harus segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran dapat ditambah atau dikurangi dengan
persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan diperhitungan sebagai pekerjaan
tambah kurang.

1) Metode Pelaksanaan Pengeboran


Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yang akan dipergunakan
dalam pekerjaan tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga
pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang
mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60
- Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m
- Mesin diesel kapasitas 80 PK
- Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)
- Casing dengan diameter minimum 97 mm
- Drilling rod (4,05 cm)
- Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
- Mata bor klep
- Tabung SPT
- Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed sample Kapasitas
pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa pengeboran yang keluar dari
lubang harus selalu diamati agar diketahui bila ditemui perubahan lapisan tanah yang
dibor dengan melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang bor yang terjadi
sewaktu pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak terjadi kelongsoran
sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti. Pada setiap tambahan
kedalaman tertentu, casing harus diturunkan sampai dasar lubang dengan menambah
sambungan pada bagian atas casing. Untuk tanah lunak (soft soil) sistem pengeboran
harus dilaksanakan dengan casing system yaitu mengebor dengan casing yang berputar
(drilling rod) dan ujung casing diberi mata bor.

3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama
kalinya diambil sampel pada kedalaman - 3 m dari muka tanah yang bersangkutan.
Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler
ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler
terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm
14
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of
disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2)< 10 %
ID2
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah:
- Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran
dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan
sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan
pengambilan sampel.
- Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran
(sludge)
- Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah dengan
tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati, continuous
(single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi
kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung
(connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan
pukulan.
- Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 360 0 untuk melepaskan
tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.
- Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian
diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal parafin
pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.
- Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan hati-
hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sampel
sisanya yang belum diuji.
- Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda
temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian
dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila
terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
- Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara
biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil
dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau core
cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.

4) Standard Penetration Test (SPT)


Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua dan
selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman -3 meter
dari sea bed (interval 2 meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
- Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch, panjang
24 inch menggunakan split spoon sampler type.
- Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg), tinggi
jatuh bebas hammer adalah 30 inch (±75 cm).
- Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang.
Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada di dasar
lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).
- Perhitungan dilakukan sebagai berikut
a. Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm.
b. Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk
memasukkan tabung ke dalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.
- Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang
terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel diadakan klasifikasi.
Unified soil classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology.
Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sampel harus
dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup dengan baik dan diberi identitas
15
nomor boring dan kedalamannya.
- Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari
seabed dengan memakai core tube system/diamond bit).
- Jika pada kondisi lapangan tidak ditemukan nilai NSPT 60 hingga kedalaman 30 meter
maka pekerjaan pengeboran harus dihentikan dan segera dilaporkan ke pemilik
pekerjaan dan dapat melanjutkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari
pemilik pekerjaan. 2
c) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya.
d) Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materialnya.
e) Perencanaan sistem pondasi.
f) Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar.
g) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan
dalam hal sistem struktur, bahan bangunan, sistem pondasi lapangan terkait dengan
kondisi lapangan, peralatan, mobilisasi dan logistik.
2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan Fasilitas Pelabuhan
Penyeberanganlainnya yang dibutuhkan
Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya didasarkan atas
kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan bangunan, tingkat kemudahan pelaksanaan dan
kebutuhan pelayanan bongkar muat pelabuhan.
Tipe bangunan atas dermaga meliputi:
a)Floating type: ponton (baja, beton).
b) Fixed type: lantai dermaga, balok-balok pendukung lantai, kepala tiang, dudukan
fender dan bolder, tipe dan instalasi fender, sarana sandar dan apabila dibutuhkan
dilengkapi dengan breasting dolphin atau mooring dolphin.
Sistem struktur bangunan atas dermaga dapat terdiri dari:
a) Struktur monolit (peer, balok).
b) Sistem pracetak (lantai).
c) Sistem dengan menggunakan bahan kayu.
Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain:
a) Jalan dan lapangan penumpukan
Bagian atas : aspal, coneblock, lapisan perkerasan, dll.
Pondasi : pasangan batu kosong, urugan pasir/sirtu, dll.
Bagian tepi/pinggir : pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll.
b) Gudang dan terminal penumpang
Atap : kuda-kuda kayu/baja, atap genteng/seng/baja deck, dll.
Dinding : batu bata, batako, spesi, ring balk beton, dll.
Lantai : beton, keramik, dll.
Lain-lain : pintu, jendela, ventilasi, dll.
c) Fasilitas penunjang, antara lain: instalasi air bersih, instalasi air kotor, instalasi listrik,
pagar, dll.
3) Bahan bangunan yang digunakan.
Bahan bangunan yang digunakan harus dipertimbangkan kesesuaiannya dengan aspek
keawetan, kekuatan dan kemudahan pengerjaannya. Macam bahan bangunan yang dapat
dipilih mencakup:
a) Bahan alam asli, misalnya batu gunung maupun sungai, kerikil, pasir, kayu dan lain-
lain.

2 Pembuatan Desain 1) Umum


Konsultan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di bawah ini sebagai
suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-data dari desain dermaga prototipe,
hasil survei topografi, bathymetri dan penyelidikan tanah serta data-data sekunder, yaitu
mencakup:
a) Tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan/direncanakan.
b) Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan kolam pelabuhan (turning
basin).
16
b) Bahan batuan, misalnya beton (bertulang/tidak bertulang/pratekan), baja, karet dan
lain-lain
c) Mutu beton rencana fc’ 35 Mpa.
4) Informasi lain-lain
a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan termasuk tersedianya air kerja juga
menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan.
b) Hal-hal lain yang spesifik pada daerah/lokasi yang akan dibangun, misalnya adanya
benda hanyutan sungai, kemungkinan hilangnya bagian-bagian konstruksi dan lain-lain
agar menjadi pertimbangan juga.
5) Perencanaan sistem pondasi
Berdasarkan hasil survei soil, hidrografi, pembebanan dan pemilihan sistem konstruksi
fasilitas pelabuhan, kemudian dikerjakan perencanaan sistem pondasi. Sistem pondasi
yang direncanakan juga harus memperhitungan bahan bangunan yang akan digunakan dan
sistem pelaksanaanya serta lingkungan pekerjaan (di air laut atau di air tawar). Setiap
alternatif sistem pondasi akan mempengaruhi berbagai parameter lainnya, sehingga untuk
menetapkan alternatif sistem pondasi perlu dibahas kembali parameter-parameter yang
mempengaruhi.
6) Dokumen tender dan gambar pelaksanaan
Dokumen tender sesuai dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 terdiri dari:
a) Gambar-gambar konstruksi
b) Rencana kerja dan syarat-syarata
c) Spesifikasi umum dan khusus
d) Bill of Quantity

Termasuk dalam dokumen tender:


a) Sistem pelaksanaan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b) Kesesuaian dengan keadaan alam dan sifat operasional lokasi pembangunan.

Persyaratan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, mencakup:


a) Alat pancang apung
b) Mobile crane
c) Ponton (dalam jumlah cukup)
d) Tug boat
e) Work boat

Gambar Pelaksanaan:
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana dalam
mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain menyangkut:
posisi konstruksi, dimensi konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahapan
konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi dengan skala, ukuran, elevasi
berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang akan dicapai (misalkan: mutu baja,
mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan menggunakan komputer
(CAD) dan soft copy-nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar
pelaksanaan meliputi:
a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi BM, dll)
b) Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
c) Gambar potongan memanjang dan melintang
d) Gambar detail
Pada setiap kolom keterangan pada gambar kontruksi, dilengkapi dengan keterangan
gambar dan spesifikasi teknis yang terkait.
Gambar konstruksi dilengkapi dengan grafik pasang surut, bor log, korelasi (statigrafi)
tanah antar bor log, tataletak rencana fasilitas pelabuhan dengan keterangan titik sondir
dan boring, denah fasilitas pelabuhan, tampak, potongan dan detail konstruksi.
Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut, profil tanah, peta
hidrografi dan topografi.

17
7) Dasar-dasar Perencanaan
a) Sistem konstruksi
Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan perencana harus menetapkan alternatif
sistem konstruksi yang sesuai dengan kondisi pelabuhan dimana akan direncanakan
pembangunan dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:
• Sistem konstruksi bangunan atas.
• Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
• Bahan bangunan yang akan digunakan.
• Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan digunakan
b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi
Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan sebagai dasar
perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai dengan hasil survei konsultan. Peta-
peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan
• Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan)
• Alur dan kolam pelabuhan
• Olah gerak kapal
• Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dll
c) Data hasil penyelidikan tanah
Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan direncanakan sesuai hasil
survei yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan tanah digunakan untuk
merencanakan sistem pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi dalam atau
tiang pancang.Data-data tersebut juga dipergunakan untuk perhitungan konsolidasi
dan stabilitas timbunan.
d) Data-data sekunder
Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan penyeberangan dan
arsitektur daerah setempat.
Data operasional pelabuhan penyeberangan untuk merencanakan pengembangan
pelabuhan meliputi tata letak bangunan, luas bangunan, jenis bangunan dan arsitektur
daerah digunakan untuk merencanakan bentuk bangunan (misalnya bentuk bangunan
terminal penumpang yang merupakan ciri khas daerah tersebut).

Manggar, Juli 2018


Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten Belitung Timur

Adlan Taufik, ST
Pembina, IV/a
NIP. 19710308 200212 1 004

18

Anda mungkin juga menyukai