1. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara antara lain
mengamanatkan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan perspektif
kerangka pengeluaran jangka menengah, penerapan anggaran secara terpadu dan penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Selanjutnya Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengindikasikan
perlunya penyediaan infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi.Pembangunan pelabuhan penyeberangan tersebut harus
direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian
lingkungan, dan memperhatikan keterpaduan intra dan antarmoda transportasi.
Di samping itu, Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman
dan Proses Perencanaan di lingkungan Kementerian Perhubungan mengamanatkan adanya
pelaksanaan Survei Investigasi dan Desain (SID) sebagai salah satu syarat pembangunan suatu
infrastruktur transportasi, termasuk dalam hal ini pelabuhan penyeberangan.
b. Gambaran Umum
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia terdiri atas ribuan
pulau besar dan kecil.Di antara pulau-pulau tersebut masih terdapat daerah yang terisolasi,
terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana transportasi
yang memadai.Sementara beberapa daerah lainnya sangat mengandalkan transportasi laut
namun belum memiliki infrastruktur yang dibutuhkan.
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional terus dikembangkan dalam
rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh wilayah
teritorial Indonesia.Transportasi merupakan kegiatan yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi di antara pelaku ekonomi yang pada gilirannya
dapat memajukan perekonomian di seluruh wilayah negara.
Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan penyeberangan sebagai infrastruktur utama, akan
terus dilaksanakan untuk menunjang pergerakan penumpang maupun barang. Dalam rangka
mempersiapkan pembangunan pelabuhan penyeberangan yang baik dan memenuhi syarat
untuk operasional kapal-kapal dengan selamat, aman dan lancar, Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur melalui Dinas Perhubungan Kabupaten Belitung timur perlu mengadakan studi
dalam bentuk Survei Investigasi dan Desain (SID) pada lokasi- lokasi yang potensial untuk
dilakukan pembangunan pelabuhan penyeberangan. Kegiatan SID dilaksanakan dalam rangka
pembangunan pelabuhan penyeberangan baru maupun pengembangan dan peningkatan
fasilitas yang telah ada.
b) Causeway
Causeway adalah jalan yang dibuat dengan urugan tanah yang dipadatkan dan
distabilisasi dengan talud pasangan batu pada kedua sisinya.Causeway
menghubungkan areal darat dengan trestle. Dalam perencanaan desain causeway, hal-
hal yang harus diperhatikan antara lain:
Desain elevasi lantai causeway harus sama dengan elevasi lantai dermaga dan
trestle;
Pasangan batu pada kedua sisi causeway harus memenuhi perhitungan kestabilan
lereng;
Konstruksi talud agar disesuaikan dengan kondisi tanah dan pasang surut serta
pasangan batu pada dasar talud agar diperdalam (digali) dari elevasi tanah dasar;
Pada permukaan causeway agar diberikan inlet drainase setiap jarak 10 m;
Causeway agar dilengkapi dengan pipa drainase untuk sirkulasi air di dalam
timbunan tanah;
Causeway agar dilengkapi dengan geotextile;
Pekerjaan pemadatan tanah agar dilakukan setiap 30 cm dan dipadatkan hingga
mencapai nilai CBR 95%;
Pada area rencana pekerjaan reklamasi/talud/causeway dilakukan penyelidikan
tanah dangkal (sondir dan hand boring) untuk mengetahui karakteristik tanah dasar;
Pada area rencana pekerjaan reklamasi/talud/causeway dilakukan penyelidikan
tanah dangkal (sondir dan hand boring) untuk mengetahui karakteristik tanah dasar;
Pada kondisi tanah yang lunak, konstruksi causeway agar diperkuat dengan
anyaman bambu dan cerucuk dolken dengan ukuran diameter cerucuk dan jarak
antar cerucuk yang disesuaikan dengan data penyelidikan tanah dan analisa
perhitungan kestabilan lereng;
c) Fasilitas pelabuhan lainnya yang dibutuhkan
Fasilitas pelabuhan selain dermaga/trestle/causeway yang dibutuhkan untuk
menunjang kelancaran arus barang dan penumpang, antara lain:
Terminal penumpang
Jalan
Lapangan penumpukan
Kantor pelabuhan
Pagar, dll
d) Data kedalaman laut, pasang surut dan bobot kapal digunakan sebagai besaran untuk
perencanaan:
Posisi alur dan letak dermaga yang paling menguntungkan, panjang
trestle/causeway.
Elevasi dermaga, konstruksi fender dan penyangganya, elevasi trestle/causeway
maupun areal timbunan dan talud.
Klasifikasi tinggi pasang surut:
a. Pasang surut kecil : < 1,50 meter
b. Pasang surut sedang : 1,50 meter s/d 2,50 meter
c. Pasang surut besar : > 2,50 meter
Klasifikasi dimensi kapal untuk perencanaan dermaga
4
Dimensi Kapal (DWT) Minimum Depth (m- Panjang Dermaga
> 5.000 LWS)
12 140
5
I. Tenaga Ahli
1) Ahli Perencana Pelabuhan/ Team Leader, S1 Sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi dengan
Pengalaman 5 tahun SKA Ahli Dermaga Madya 1 Orang 5 Bulan.
2) Ahli Struktur, S1 Sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun SKA Ahli
struktur/ Bangunan Gedung Muda1 Orang 3,5 Bulan.
3) Ahli Geoteknik, S1 Sipil/ Geologi Lulusan PTN/PTS terakreditasi Pengalaman 3 tahun SKA
Ahli Geoteknik Muda 1 Orang 2,5 Bulan.
4) Ahli Spektek & Dok Tender, S1 sipil Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
SKA Ahli Dermaga Muda 1 Orang 1 Bulan.
5) Ahli Geodesi, S1 Geodesi Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun SKA Ahli
Geodesi Muda 1 Orang 2 Bulan.
6) Ahli Teknik Pantai, S1 Sipil/ Kelautan Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
SKA Sumber Daya Air Muda 1 Orang 3 Bulan.
7) Ahli Ekonomi, S1 Ekonomi Akuntansi Lulusan PTN/PTS terakreditasi pengalaman 3 tahun
tanpa SKA 1 Orang 2 Bulan.
4) Draft Laporan Akhir (Draft Final Report: Draft Final Desain dan Draft Final Survei)) Laporan
dibuat sebanyak 5 (lima) buku, meliputi:
- Analisis permodelan struktur dermaga berisikan permodelan struktur secara
keseluruhan, permodelan beban - beban yang bekerja pada struktur tersebut dan hasil
analisa permodelan;
- Kontrol Desain Beton Bertulang
Kontrol Desain dilakukan untuk analisa hasil pendetailan struktur dermaga dan trestle,
dimana harus memenuhi syarat keamanan dan sesuai dengan batas- batas tertentu
yang dipersyaratkan menurut peraturan.Kontrol Desain yang dilakukan berupa
pengecekan terhadap kontrol geser, kuat lentur, momen nominal, beban layan
(serviceability) dan beban ultimate. Bila telah memenuhi syarat tersebut, maka dapat
diteruskan ke tahap penggambaran, namun bila tidak maka harus dilakukan re-design.
- Tipikal Detail Penulangan
a. Tipikal Penulangan Balok Induk Eksterior dan Interior;
b. Tipikal Penulangan pelat lantai;
c. Tipikal Penulangan pile cap.
d. Tipikal Detail Panjang Penyaluran Tulangan.
e. Tipikal Detail Penulangan plank fender.
(kontrol desain beton bertulang dan tipikal detail penulangan dapat berubah sesuai
dengan tipe konstruksi dermaga yang direncanakan)
- Analisa sistem konstruksi dermaga beserta seluruh sarana pendukungnya dan fasilitas
pelabuhan lainnya yang dibutuhkan berdasarkan hasil survei.
- Sistem pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kondisi lapangan dan sistem struktur yang
digunakan.
- Kebutuhan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan.
- Gambar-gambar detail konstruksi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
- Penanda (marker) agar direncanakan kapasitas standar kapal maksimal yang dipasang
permanen di dermaga.
Untuk cara-cara dalam butir a), b) dan c) dalam Laporan Antara harus dilampirkan data-
data lapangan dengan urutan sebagai berikut:
- Sketsa titik-titik lengkap dengan pembagian lembarnya (sheet).
- Daftar sudut-sudut dan jarak-jarak lengkap dengan formula/cara perhitungan
(dalam daftar rapih).
d) Cara gabungan Raai dan potongan/cutting (dipergunakan untuk areal yang tidak luas)
e) Untuk proyek-proyek baru dengan luas > 100 Ha, harus digunakan alat positioning
dengan GPS atau DGPS.
11) Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar
(levelling) dari darat.
12) Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan
(maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder tetap
diaktifkan.
13) Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang
minimal 3 jalur.
c. Pengukuran Arus
1) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi.
2) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 60 menit,
menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi
(Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.
3) Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d =
kedalaman di lokasi pengamatan arus.
4) Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan perangkat lunak agar
ditampilkan pada saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi.
5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil pengamatan arus
dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
- Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus.
- Peta arah arus dalam beberapa kondisi/waktu yang berbeda.
f. Pekerjaan Topografi
1) Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth) dilakukan pada salah satu BM.
2) Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:
- Dipakai titik BM sebagai basis.
- Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis) atau
sejenis.
- Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar biasa. Selisih sudut
antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10 detik.
- Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran poligon harus tertutup
(dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau ditutup pada titik
g. Pekerjaan Pemetaan
1) Metode Pemetaan
Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan dalam lintang/bujur
(apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode:
- Ellipsoide : bessel 1841.
- Proyeksi : mercator.
- Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500.
- Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
- Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan sistem
lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).
- Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvei melebihi
ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus dibuat dengan skala
besar yang memperlihatkan area survei secara keseluruhan.
- Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu
menghadap Utara.
- Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10 cm untuk
skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk skala 1:2.500.
- Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di sekitar rencana
dermaga digunakan jarak antara 10 m.
2) Ruang Lingkup Pemetaan
Peta yang akan disajikan harus memperhatikan/menggambarkan keadaan- keadaan
penting seperti:
- Daerah dangkal.
- Karang tenggelam maupun timbul.
- Kerangka kapal tenggelam.
- Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan navigasi.
- Garis kedalaman/ketinggian (kontur).
a. Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 15, 20, dst.
b. Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1 meter).
- Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan dan perairan.
- Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai supaya diberikan angka-angka
ketinggian (hal ini perlu mendapat perhatian khusus).
- Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap MSL (duduk tengah) dan
HWS (muka air tertinggi), serta hubungan antara pasang surut dan BM.
Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang, pantai berpasir,
13
kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada peta yang diterbitkan Dishidros TNI-
AL atau Bakosurtanal.
3) Gambar Potongan
Untuk lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat
gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100 dan
skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap alternatif
(kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dalam gambar harus terlihat posisi
potongan profil.
h. Pekerjaan Boring
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM.Pengeboran dilaksanakan di titik
lokasi sesuai rencana tataletak fasilitas pelabuhan diperairan sampai kedalaman -30 meter
dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2
meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar laut).
Pelaksanaan pengeboran dilakukan sampai - 30 meter dari dasar laut sedangkan pelaksanaan
SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali untuk penurunan berturut-turut
setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5 meter.Apabila sampai pada kedalaman -
30 meter dari dasar laut belum dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut
harus segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran dapat ditambah atau dikurangi dengan
persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan diperhitungan sebagai pekerjaan
tambah kurang.
3) Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama
kalinya diambil sampel pada kedalaman - 3 m dari muka tanah yang bersangkutan.
Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler
ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler
terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm
14
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of
disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2)< 10 %
ID2
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah:
- Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran
dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan
sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan
pengambilan sampel.
- Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran
(sludge)
- Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah dengan
tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati, continuous
(single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi
kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung
(connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan
pukulan.
- Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 360 0 untuk melepaskan
tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.
- Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian
diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal parafin
pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.
- Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan hati-
hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sampel
sisanya yang belum diuji.
- Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda
temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian
dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila
terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
- Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara
biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil
dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau core
cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.
Gambar Pelaksanaan:
Gambar pelaksanaan harus dapat memberi pedoman kepada pelaksana dalam
mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain menyangkut:
posisi konstruksi, dimensi konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahapan
konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi dengan skala, ukuran, elevasi
berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang akan dicapai (misalkan: mutu baja,
mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan menggunakan komputer
(CAD) dan soft copy-nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar
pelaksanaan meliputi:
a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi BM, dll)
b) Gambar denah (misalkan posisi tiang, balok, dll)
c) Gambar potongan memanjang dan melintang
d) Gambar detail
Pada setiap kolom keterangan pada gambar kontruksi, dilengkapi dengan keterangan
gambar dan spesifikasi teknis yang terkait.
Gambar konstruksi dilengkapi dengan grafik pasang surut, bor log, korelasi (statigrafi)
tanah antar bor log, tataletak rencana fasilitas pelabuhan dengan keterangan titik sondir
dan boring, denah fasilitas pelabuhan, tampak, potongan dan detail konstruksi.
Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut, profil tanah, peta
hidrografi dan topografi.
17
7) Dasar-dasar Perencanaan
a) Sistem konstruksi
Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan perencana harus menetapkan alternatif
sistem konstruksi yang sesuai dengan kondisi pelabuhan dimana akan direncanakan
pembangunan dermaga.
Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:
• Sistem konstruksi bangunan atas.
• Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi.
• Bahan bangunan yang akan digunakan.
• Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan digunakan
b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi
Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan sebagai dasar
perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai dengan hasil survei konsultan. Peta-
peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan
• Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan)
• Alur dan kolam pelabuhan
• Olah gerak kapal
• Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dll
c) Data hasil penyelidikan tanah
Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan direncanakan sesuai hasil
survei yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan tanah digunakan untuk
merencanakan sistem pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi dalam atau
tiang pancang.Data-data tersebut juga dipergunakan untuk perhitungan konsolidasi
dan stabilitas timbunan.
d) Data-data sekunder
Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan penyeberangan dan
arsitektur daerah setempat.
Data operasional pelabuhan penyeberangan untuk merencanakan pengembangan
pelabuhan meliputi tata letak bangunan, luas bangunan, jenis bangunan dan arsitektur
daerah digunakan untuk merencanakan bentuk bangunan (misalnya bentuk bangunan
terminal penumpang yang merupakan ciri khas daerah tersebut).
Adlan Taufik, ST
Pembina, IV/a
NIP. 19710308 200212 1 004
18