Buletin Apbn Public 137
Buletin Apbn Public 137
ISO 9001:2015
Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab Redaktur
Editor
Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., Dwi Resti Pratiwi
Marihot Nasution
M.Si. Ratna Christianingrum
Riza Aditya Syafri
Pemimpin Redaksi Ade Nurul Aida
Satrio Arga Effendi
Rendy Alvaro Ervita Luluk Zahara
Kritik/Saran
http://puskajianggaran.dpr.go.id/kontak
Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id
D
i tengah kontraksi pertumbuhan melihat data kurun waktu tahun
ekonomi, sektor pertanian 2010 hingga 2020, neraca dagang
mampu memberikan capaian hortikultura Indonesia secara umum
gemilang atas peningkatan produksi belum mencapai keseimbangan
dan pertumbuhan ekspor selama yang diharapkan. Lebih lanjut, tulisan
pandemi Covid-19. Salah satu subsektor ini akan mengurai kinerja neraca
pertanian yang berkontribusi terhadap dagang komoditas hortikultura, dan
pencapaian tersebut adalah hortikultura. pengembangan hortikultura berorientasi
Hortikultura merupakan salah satu ekspor sebagai salah satu upaya
subsektor pertanian potensial, pemerintah untuk mendorong perbaikan
yang didorong untuk meningkatkan kinerjanya.
kesejahteraan petani, ekonomi daerah, Kinerja Neraca Perdagangan
ekonomi nasional serta meningkatkan Hortikultura Tahun 2010-2020
devisa negara melalui ekspor. Pada
tahun 2020, subsektor hortikultura Neraca perdagangan subsektor
mampu bertumbuh 4,17 persen di hortikultura secara umum masih
tengah pertumbuhan ekonomi yang mengalami defisit selama 10
terkontraksi hingga negatif 2,07 tahun terakhir dengan tren yang
persen (BPS, 2021). Subsektor ini juga fluktuatif (Gambar 1). Namun, rata-
berkontribusi terhadap PDB pada tahun rata pertumbuhan tahunan ekspor
2015-2020 sebesar 1,52 persen per hortikultura Indonesia mencapai 7,17
tahunnya. persen per tahun selama periode
tersebut. Angka ini berada sedikit di
Dari sisi perdagangan, ekspor bawah rata-rata laju pertumbuhan
hortikultura mampu tumbuh positif nilai impor sebesar 7,37 persen.
di tengah ekspor nasional yang Secara detail, realisasi defisit neraca
terkontraksi sebesar negatif 2,61 dagang terbesar terjadi pada tahun
persen pada tahun 2020. Data 2019 yang dipengaruhi oleh nilai
Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura tukar, pertumbuhan ekonomi dunia,
(2021) menunjukkan bahwa realisasi harga komoditas dunia dan kebijakan
nilai ekspor hortikultura tahun 2020 perdagangan suatu negara. Perbaikan
bertumbuh sebesar 41,45 persen defisit nilai neraca dagang hortikultura
dibandingkan tahun 2019 (Ditjen terbesar terjadi pada tahun 2020,
Hortikultura,2021). Namun, apabila
*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian, Setjen DPR RI. e-mail: andrianielizabeth16@gmail.com
**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian, Setjen DPR RI. e-mail: nadya.ahda@dpr.go.id
Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang
harus menjadi perhatian untuk meningkatkan ekspor dan memperbaiki kinerja
neraca dagang subsektor hortikultura. Pertama, memperkuat pengembangan
subsektor hortikultura melalui peningkatan dukungan anggaran penelitian dan
pengembangan dalam mendorong pemanfaatan inovasi teknologi pada berbagai
produk subsektor hortikultura unggulan. Dukungan tersebut juga termasuk
dukungan bagi petani dalam pemenuhan teknologi pertanian yang mumpuni dan
peningkatan kualitas SDM dalam penguasaan iptek. Kedua, mendorong peran
swasta melalui peningkatan investasi langsung ke subsektor hortikultura, dengan
tetap mengedepankan transfer knowledge and technology dalam implementasinya.
Ketiga, pengembangan hortikultura berorientasi ekspor sebaiknya tidak hanya
berfokus pada komoditas pisang, namun juga dilakukan untuk komoditas ekspor
unggulan lainnya seperti nanas, cabai, bawang merah dan kentang. Upaya
perbaikan tersebut juga harus memperhatikan keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan domestik dalam mengurangi impor dengan peningkatan kinerja ekspor.
I
ndonesia telah mencanangkan menyumbang 50 persen emisi GRK
pembangunan rendah karbon berikutnya diikuti oleh sektor energi
(low carbon development) dalam 34 persen, limbah 7 persen, pertanian
Rencana Pembangunan Jangka 6 persen, dan Industrial Processes
Menengah (RPJMN) 2020-2024, and Product Use/IPPU 3 persen.
serta berkomitmen untuk mengurangi Indonesia menargetkan di tahun 2030
emisi dalam Nationally Determined nanti serapan emisi karbon di sektor
Contribution (NDC) sebesar 29 persen kehutanan dan lahan sudah berimbang
dengan upaya sendiri, dan 41 persen atau bahkan lebih tinggi dari pada
dengan dukungan internasional pada tingkat emisinya. Berdasarkan latar
tahun 2030. Namun di tengah komitmen belakang tersebut, artikel ini akan
tersebut, sektor kehutanan dan lahan membahas tentang perkembangan emisi
merupakan sektor yang memberikan GRK dan evaluasi upaya penurunan
kontribusi terbesar emisi gas rumah emisi GRK di sektor kehutanan dan
kaca (GRK) nasional. Sektor kehutanan lahan.
Gambar 1. Emisi GRK Sektor Kehutanan/FOLU Tahun 2009-2019 (juta ton CO2e)
Rekomendasi
Berdasarkan paparan di atas, sejauh ini sektor kehutanan telah memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap penurunan emisi namun belum optimal.
Tingginya dinamika emisi GRK di sektor berbasis lahan memperlihatkan besarnya
upaya untuk menurunkan emisi GRK pada masa mendatang. Masih terdapat
beberapa persoalan di sektor ini yang memerlukan perhatian besar, seperti
kebakaran hutan/gambut dan restorasi lahan gambut yang masih jauh dari target
serta masih minimnya realisasi rehabilitasi hutan. Oleh karena ini diperlukan
upaya sebagai berikut, antara lain: pertama, terkait persoalan pengendalian
karhutla diperlukan tindakan pencegahan karhutla, termasuk lahan gambut,
yang lebih besar dengan meningkatkan kegiatan patroli di kawasan hutan. Dari
segi pendanaan, terlihat kategori pendanaan untuk komponen kegiatan karhutla
yang jauh lebih rendah daripada alokasi pendanaan untuk kegiatan RHL. Oleh
karena itu, alokasi belanja untuk mencegah dan menangani karhutla perlu
ditingkatkan. Kedua, mengoptimalkan target pemulihan dan restorasi gambut
dengan peningkatan koordinasi dan sinergi antara KLHK, BRG, dan pemda
dalam merestorasi lahan gambut. Ketiga, meningkatkan realisasi rehabilitasi
hutan dengan menggandeng masyarakat, LSM ataupun pihak swasta untuk
menggencarkan kegiatan rehabilitasi hutan.
A
danya Corona Virus Disease dalam bentuk program Perlindungan
2019 (Covid-19) di Indonesia Sosial (Perlinsos) untuk melindungi
sejak 2 Maret 2020 berdampak masyarakat miskin dengan memperluas
pada sektor sosial dan ekonomi yang Jaring Pengaman Sosial (JPS), salah
menyebabkan adanya pembatasan satunya adalah Bantuan Langsung Tunai
kegiatan ekonomi secara makro, (BLT) Dana Desa. Sehubungan dengan
dan secara tidak langsung Covid-19 kebijakan tersebut, penulisan artikel
menyebabkan banyak orang kehilangan ini akan mengevaluasi dan membahas
pekerjaan, sehingga pada akhirnya permasalahan dalam pelaksanaan
mengakibatkan meningkatnya tingkat penyaluran BLT-Dana Desa selama
kemiskinan. Berdasarkan data masa pandemi Covid-19.
Badan Pusat Statistik (2021), tingkat BLT-Dana Desa dan Perkembangannya
kemiskinan sejak maret 2020 mengalami
peningkatan dari sebelumnya sebesar BLT-Dana Desa merupakan bantuan
9,22 persen pada September 2019 uang yang bersumber dari dana desa
sebesar 9,22 persen menjadi 10,19 untuk mengurangi dampak ekonomi
persen di September 2020 (gambar 1). akibat pandemi Covid-19, seperti
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin meredam angka kemiskinan dan
meningkatkan konsumsi masyarakat.
BLT-Dana Desa hanya diberikan kepada
masyarakat desa dengan golongan
keluarga miskin dan rentan yang
mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, atau
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021 yang terkena Pemutusan Hubungan
Salah satu bentuk upaya pemerintah Kerja (PHK) karena terdampak Covid-19,
dalam memulihkan perekonomian akibat dan sama sekali belum pernah terdata
Covid-19 ialah memberikan dukungan di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
dana dari Anggaran Pendapatan dan (DTKS) sebagai penerima salah satu
Belanja Negara (APBN) melalui Transfer Program Perlinsos.
ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian, Setjen DPR RI. e-mail: firlynuragustiani@gmail.com
**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian, Setjen DPR RI. e-mail: martha.carolina@dpr.go.id
Rekomendasi
BLT-Dana Desa merupakan program yang perlu diapresiasi, karena memiliki tujuan
yang jelas yakni memulihkan perekonomian, khususnya bagi masyarakat desa
yang terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, permasalahan dalam pelaksanaan
penyaluran BLT-Dana Desa perlu segera diatasi dengan melibatkan berbagai pihak
terkait, baik di Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, maupun Pemerintah Desa
dan Lembaga Keuangan Bank (LKB), antara lain:
Pertama, dalam menentukan sumber data yang akan digunakan, diperlukan sinergi
dan koordinasi antara Kemenkeu, Kemendes PDTT, Kemendagri, dan Pemerintah
Daerah maupun Pemerintah Desa. Selain itu, dalam pengesahan data KPM yang
dapat diwakilkan oleh Camat, sebaiknya saat pengesahannya disaksikan oleh
petugas dari Dinas Sosial (Dinsos) dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil (Disdukcapil). Kedua, penting untuk mengembangkan database terpadu
masyarakat miskin dan hampir miskin untuk mencegah terjadinya ketidaktepatan
maupun duplikasi data sasaran penerima bantuan. Ketiga, agar pengawasan dapat
lebih optimal, maka perlu dilakukan penambahan jumlah PLD dengan mekanisme
seleksi yang tepat, dan diutamakan berdomisili di Desa penempatan. Keempat,
Pemerintah Desa dapat berkoordinasi dengan LKB dalam memfasilitasi tempat
pencairan BLT-Dana Desa. Selain itu, untuk pembukaan rekening KPM dilakukan
secara kolektif, hal ini dilakukan untuk meminimalisir KPM memilih penyaluran
BLT-Dana Desa secara tunai. Meskipun terdapat opsi penyaluran secara tunai,
pengaturan mekanisme penyaluran tunai juga perlu diatur secara jelas, tentunya
dengan didukung pengawasan yang lebih ketat.
Buletin APBN
Pusat Kajian Anggaran
Badan Keahlian
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.puskajianggaran.dpr.go.id
Telp. 021-5715635, Fax. 021-5715635
Twitter: @puskajianggaran
Instagram: puskajianggaran