Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan Karakter berdasarkan Pancasila

Pancasila adalah pandangan hidup, dasar negara, dan ideologi nasional yang
berfungsi sebagai salah satu pilar negara kebangsaan Indonesia. Dalam konteks
pendidikan, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah diterima sebagai
landasan pendidikan nasional.

Pembangunan karakter bangsa sudah disadari sebagai elemen penting dalam


upaya pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Dalam pidato kepresidenan
Amanat Proklamasi 17 Agustus 1956, Bung Karno mengingatkan pentingnya
bangsa memiliki kekuatan karakter yang dibangun atas dasar kedalaman
penghayatan atas pandangan hidup bangsa.

Visi pembangunan nasional di tahun 2005 meletakkan pendidikan karakter sebagai


misi pertama dari delapan misi yang dicanangkan. Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2007), tercantum bahwa  terwujudnya karakter bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, dicirikan
dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.

Jadi, sesungguhnya pendidikan karakter berbasis Pancasila sudah lama


dicanangkan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pendidikan di Indonesia.
Namun pada pelaksanaannya, pendidikan karakter ini dilakukan melalui pemberian
materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Melalui
pengelolaan pembelajaran PPKn, siswa diharapkan dapat mengkaji Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di dalam forum kelas yang dinamis dan interaktif,
serta dikaitkan dengan nilai-nilai dan karakter bangsa. Nah, di sinilah muncul
beberapa permasalahan. Seperti yang diungkapkan dalam beberapa penelitian,
antara lain

 kompetensi guru PPKn dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) pembentukan karakter peserta didik masih belum
memadai;
 RPP yang disusun dan digunakan guru PPKn belum mengintegrasikan
pendidikan pembentukan karakter peserta didik;
 dalam pengembangan perangkat pembelajaran, guru belum
mengembangkan metode belajar-mengajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa dan lingkungan;
 masih banyak guru-guru yang mempunyai permasalahan dalam
mengembangkan bahan ajar tersebut, terutama yang harus sesuai dengan
Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013;
 pembelajaran kurang mengaitkan isu-isu moral esensial yang sedang
terjadi dalam masyarakat, sehingga siswa kurang mampu memecahkan
masalah-masalah moral yang terjadi;
 pembelajaran masih kurang terpadu, baik dengan mata pelajaran lain
maupun pemilihan model dan strategi pembelajarannya;
 materi pelajaran PPKn dirasakan siswa sebagai beban yang hanya
menambah bahan hafalan, tidak dihayati atau dirasakan, apalagi diamalkan
dalam perilaku kehidupan hari-hari; dan
 karena pelajaran PPKn tidak termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan
secara nasional, cenderung ‘disepelekan’, dipandang sebagai pelajaran yang
tidak terlalu penting oleh sebagian guru.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter melalui
pembelajaran PPKn tidak tercapai, terutama di tingkat sekolah dasar. Siswa hanya
dituntut untuk menghafal sila-sila Pancasila, simbol dan lambang negara, perangkat
sistem ketatanegaraan, dan alat kelengkapan negara, tanpa proses pembelajaran
yang bersifat pemahaman, pendalaman, dan pembiasaan, sebagai unsur penting
dalam upaya pembentukan karakter.

Bagaimana kita menyikapinya?


Usaha membentuk sumber daya manusia yang berkualitas seperti yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional sangat bergantung pada kualitas tenaga
pendidiknya. Tenaga pendidik di sini bukan hanya guru, melainkan juga kepala
sekolah, orang tua, masyarakat luas, dan semua pihak yang terlibat dalam proses
pendidikan anak bangsa. Bila kita semua memiliki visi yang sama tentang nilai-nilai
kebangsaan yang akan membentuk karakter bangsa di masa depan, tentu setiap
orang dapat mengambil perannya masing-masing dan bekerja sama untuk
mewujudkannya.

Agar semua anggota masyarakat dapat memahami, mendalami, dan menghidupi


visi karakter bangsa Indonesia, visi tersebut perlu diterjemahkan ke dalam
penjabaran yang lebih kongkret, relevan, dan mudah diterapkan dalam keseharian.
Profil Pelajar Pancasila
Gagasan mencanangkan Profil Pelajar Pancasila dapat dianggap sebagai upaya
mencanangkan sebuah visi. Profil Pelajar Pancasila ini dituangkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, yaitu

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang


hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
2. Berkebinekaan global
3. Bergotong royong
4. Mandiri
5. Bernalar kritis
6. Kreatif
Keenam karakteristik tersebut dibentuk melalui penumbuh kembangan nilai-nilai
budaya Indonesia dan Pancasila, yang merupakan fondasi bagi arah pembangunan
nasional.

Sebenarnya, Profil Pelajar Pancasila ini merupakan kristalisasi dari nilai-nilai


kebangsaan yang sudah dirumuskan sebelumnya sebagai bagian dari program
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Program PPK merupakan kebijakan
pendidikan yang tujuan utamanya adalah mengimplementasikan Nawacita Presiden
Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional.

Kebijakan PPK terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yaitu
perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai
utama kebijakan ini adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas.
PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan
tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa.

Tujuan PPK:

 Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas


Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa
depan.
 Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia.
 Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem
pendidikan.
Kualitas karakter merupakan salah satu aspek untuk membangun Generasi Emas
2045, disertai kemampuan dalam aspek literasi dasar dan kompetensi abad ke-21.

Apakah kita siap memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak kita?


Dengan dicanangkannya visi Profil Pelajar Pancasila, paling tidak kita dapat lebih
memprioritaskan nilai-nilai yang perlu kita kuatkan dalam diri anak-anak kita.

Sebagai orang tua dan pendidik, kita dapat memulainya dari lingkungan kita sendiri.
Cara paling sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah

1. Memberi contoh dan teladan yang baik kepada anak.


2. Mendiskusikan perasaan dan suasana emosional anak.
3. Memberikan anak bacaan yang bermuatan pesan moral dan nilai baik.
4. Mendiskusikan pesan moral dalam bacaan anak.
5. Melibatkan anak dalam perbuatan dengan nilai-nilai baik.
6. Mendiskusikan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu kejadian untuk
mengasah kemampuannya memahami berbagai karakter.
Selamat menjadi pendidik karakter yang baik bagi anak-anak kita!

Anda mungkin juga menyukai