Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN

SESUDAH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA


PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Haviz Taufik, S.E., M.Acc., Ak., CA.


Dosen Program Sarjana Akuntansi Universitas Adiwangsa Jambi
Email : haviz.jbi@gmail.com

ABSTRACT

The study this aims to analyze how the performance of local government
district of West Tanjung Jabung before and after implementation of performance-
based budgeting. Measuring instrument used is a financial ratio analysis area
consists of: self-sufficiency ratio, the dependency ratio, the degree of
decentralization, effectiveness and efficiency of local revenue ratio, the ratio of
the effectiveness and efficiency of local tax contribution and the degree of public
enterprises. The financial ratios have an important role in determining whether or
not the local government performance.

The results show independence region ratio decreases, the dependency


ratio increases, the degree of decentralization decreases, the ratio f effectiveness
and efficiency of local tax revenue decline merngalami. Based on the analysis, it
can be concluded that the performance of the District government of West
Tanjung Jabung after the application of performance-based budget is declining.

Keywords: Government Performance, Financial Ratios, Performance Based

Budgeting.
Pendahuluan kesejahteraan masyarakat secara
Proses reformasi dan demokratis, adil, merata, dan
demokratisasi yang terjadi di berkisenambungan. Munculnya
Indonesia mendorong adanya berbagai persoalan di daerah baik
reformasi manajemen keuangan ditingkat aparat pemerintah daerah
daerah. Reformasi keuangan daerah maupun masyarakat, seperti korupsi,
diwujudkan melalui kebijakan angka kemiskinan dan pengangguran
otonomi daerah dan perimbangan semakin melambung, serta berbagai
keuangan pusat dan daerah yang persoalan daerah lainnya
diatur dalam satu paket Undang- menunjukkan kesalahan dalam
Undang Otonomi Daerah yang implementrasi kebijakan otonomi
selanjutnya akan disingkat menjadi daerah, dimana persoalan tersebut
UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang tidak terlepas dari kinerja pemerintah
Perubahan Kedua Atas UU Nomor daerah dalam mengatur keuangan
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, dalam hal ini Anggaran
Daerah dan UU 33 Tahun 2004 Pendapatan dan Belanja Daerah
tentang Perimbangan Keuangan (APBD).
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Upaya menciptakan kinerja
Dengan berlakunya kedua Undang- pemerintahan yang baik sebagai
Undang tersebut, maka diberikan reformasi dalam perubahan pola
kewenangan dan tanggungjawab manajemen keuangan pemerintah
yang lebih besar kepada Pemerintah daerah telah diupayakan pemerintah
Daerah untuk mampu mewujudkan dengan dikelurkannya seperangkat
penyelenggaraan pemerintah yang regulasi yang mengatur penyusunan
lebih efisien, efektif, demokratis dan APBD dengan pendekatan kinerja
mampu memberdayakan segenap yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
potensi daerah dan masyarakat 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
untuk kesejahteraan dan kemajuan dan pertanggung jawaban keuangan
daerah. Tuntutan ini secara implisit daerah yang kemudian direvisi
merupakan tantangan bagi menjadi Peraturan Pemerintah
pemerintah daerah untuk menata Nomor 58 Tahun 2005 tentang
kembali manajemen keuangannya pengelolaan keuangan daerah dan
secara lebih baik mulai dari Peraturan Menteri Dalam Negeri
perumusan perencanaan sampai Nomor 13 Tahun 2006 tentang
kepada tata kelola keuangan dan pedoman pengelolaan keuangan
administratif. daerah yang mengganti Keputusan
Kebijakan otonomi daerah Menteri Dalam Negeri Nomor 29
memberikan konsekuensi bagi Tahun 2002. Dalam reformasi
pemerintah daerah untuk anggaran tersebut, proses
meningkatkan pelayanan dan penyusunan APBD diharapkan

1
menjadi lebih partisipatif. Hal keberhasilan hanya ditunjukkan
tersebut sesuai dengan yang dengan adanya keseimbangan
diamanatkan dalam Undang-undang anggaran antara pendapatan dan
Nomor 17 Tahun 2003 yang belanja. Jika anggaran tersebut
kemudian telah diubah oleh defisit atau surplus berarti
Peraturan Menteri Dalam Negeri pelaksanaan anggaran gagal.
Nomor. 59 Tahun 2007 tentang Penelitian tentang analisis
Keuangan Negara yang menetapkan perbedaan kinerja keuangan
penerapan anggaran berbasis kinerja pemerintah daerah sebelum dan
pada APBD. sesudah penerapan anggaran berbasis
Berdasarkan Peraturan kinerja sudah pernah dilakukan,
Daerah (Perda) Kabupaten Tanjung penelitian tersebut dilakukan oleh
Jabung Barat Nomor 4 Tahun 2006 Hijrani Putri Lubis (2009) pada
tentang pokok ± pokok Pengelolaan daerah Kabupaten Deli serdang,
Keuangan Daerah, Pemerintah hasil penelitiannya menunjukkan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat bahwa anggaran berbasis kinerja
dalam tahun anggaran 2004 telah berpengaruh signifikan positif
memulai pelaksanaan anggaran terhadap kinerja keuangan
berbasis kinerja dan telah pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
menghasilkan laporan keuangan Sedangkan penelitian yang
sesuai dengan Keputusan Menteri sama dilakukan juga oleh Shinta
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Unjaswati Ekawarna (2006) pada
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri daerah Kabupaten Muaro Jambi
Nomor 13 Tahun 2006. Sebelum dimana hasil peneltian menunjukkan
diberlakukannya pendekatan bahwa kemandirian daerah
Anggaran Berbasis Kinerja, Kabupaten Muaro Jambi dalam
pendekatan penganggaran yang mencukupi kebutuhan biaya untuk
digunakan adalah pnedekatan melakukan tugas-tugas
anggaran tradisional atau line item. pemerintahan, pembangunan dan
Penyusunan dengan cara ini tidak pelayanan sosial masyarakat pada
didasarkan pada analisis rangkaian tahun anggaran 2003-2006 masih
kegiatan yang harus dihubungkan rendah. Selain itu rasio efektivitas
dengan tujuan yang telah ditentukan, tinggi dan efisiensi rendah dan rasio
namun lebih menitikberatkan pada pertumbuhan tinggi. Namun rasio
kebutuhan untuk aktivitas rendah, sehingga kinerja
belanja/pengeluaran. Sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja
pertanggungjawaban tidak diperiksa Daerah (APBD) Pemerintah
dan diteliti apakah dana tersebut Kabupaten Muaro Jambi
telah digunakan secara efektif dan disimpulkan belum baik.
efisien atau tidak. Tolak ukur

2
Pada peneliti kali ini peneliti daerah Kabupaten Tanjung
ingin menjadikan kinerja keuangan Jabung Barat Sesudah
pemerintah Kabupaten Tanjung diterapkannya anggaran
Jabung Barat sebagai objek berbasis kinerja.
penelitian karena daerah tersebut 3. Untuk mengetahui bagaimana
sudah menerapkan anggaran berbasis perbedaan kinerja keuangan
kinerja lebih dahulu dalam pemerintah daerah Kabupaten
penyusunan anggarannya. Tanjung Jabung Barat
sebelum dan sesudah
Rumusan Masalah penerapan anggaran berbasis
Berdasarkan latar belakang kinerja.
yang telah dikemukankan diatas,
maka yang menjadi rumusan Manfaat Penelitian
masalahnya sebagai berikut : Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja keuangan 1. Bagi peneliti, Untuk
pemerintah daerah Kabupaten menemukan bukti empiris
Tanjung Jabung Barat tentang pengaruh sebelum
Sebelum diterapkannya dan sesudah penerapan
anggaran berbasis kinerja? anggaran berbasis kinerja
2. Bagaimana kinerja keuangan terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Pemerintah Daerah
Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung
Sesudah diterapkannya Barat.
anggaran berbasis kinerja? 2. Bagi Pemerintah Daerah
3. Bagaimana perbedaan Kabupaten Tanjung Jabung
kinerja keuangan pemerintah Barat sebagai tambahan
daerah Kabupaten Tanjung bahan referensi dalam
Jabung Barat sebelum dan menganalisis kinerja
sesudah penerapan anggaran keuangannya sebelum dan
berbasis kinerja? sesudah di berlakukan
anggaran berbasis kinerja
Tujuan Penelitian serta upaya dalam
1. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan efektifitas dan
kinerja keuangan pemerintah efisiensi pendapatan asli
daerah Kabupaten Tanjung daerah (PAD).
Jabung Barat Sebelum 3. Bagi kalangan akademisi,
diterapkannya anggaran diharapkan dapat menjadi
berbasis kinerja. rujukan, referensi maupun
2. Untuk mengetahui bagaimana pembanding untuk penelitian
kinerja keuangan pemerintah selanjutnya mengenai

3
pengaruh anggaran berbasis Menurut Bastian (2006:163),
kinerja terhadap kinerja anggaran adalah paket pernyataan
keuangan pemerintah di perkiraan peneriamaan dan
Kabupaten Tanjung Jabung pengeluaran yang diharapkan akan
Barat. terjadi dalam satu atau beberapa
periode mendatang. Menurut
Landasan Teori Mardiasmo (2004:62), anggaran
Pengertian Anggaran pemerintah merupakan suatu rencana
Anggaran merupakan suatu alat finasial yang menyatakan berapa
untuk perencanaan dan pengawasan biaya atas rencana-rencana yang
operasi keuntungan dalam suatu dibuat dan bagaimana caranya
organisasi laba dimana tingkat memperoleh uang untuk dapat
formalitas suatu anggaran tergantung mendanai rencana tersebut
besar kecilnya organisasi. Pada (pendapatan). Tanjung (2008:81),
dasarnya apapun bentuk organisasi menyebutkan anggaran merupakan
pasti akan melakukan penganggaran pedoman tindakan yang akan
yang pada dasarnya merupakan setak dilaksanakan pemerintah meliputi
biru bagi pencapaian visi misinya. rencana pendapatan, belanja,
Anggaran adalah salah satu transfer, dan pembiayaan yang
mekanisme yang akan menjamin diukur dalam satuan rupiah yang
tercipatanya disiplin pengambilan disusun menurut klasifikasi tertentu
keputusan. secara sistematis untuk suatu
Nordiawan dalam Freeman dkk periode.
(2007:19), menyebutkan anggaran
adalah pernyataan mengenai estimasi Fungsi Anggaran
kinerja yang hendak dicapai selama Beberapa fungsi anggaran menurut
periode awaktu tertentu dalam Nordiawan (2007:20), fungsi
ukuran financial. Sedangkan anggaran adalah sebagai berikut :
menurut Halim (2007:142), 1. Anggaran sebagai alat
memberikan defenisi anggaran perencanaan
adalah suatu rencana pekerjaan ynag Dengan adanya anggaran,
pada satu pihak mangandung jumlah organisasi tahu apa yang harus
pengeluaran yang setinggi-tingginya di lakukan dan ke arah mana
yang mungkin diperlukan untuk kebijakan akan dibuat.
membiayai kepentingan Negara pada 2. Anggaran sebagai alat
suatu masa lampau, dan pihak lain pengendalian
perkiaraan pendapatan yang mungkin Dengan adanya anggaran,
akan dapat diterima dalam masa organisasi sektor publik dapat
tersebut. menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar

4
atau adanya penggunaan dana pencapaian. Dengan catatan,
yang tidak semestinya. anggaran akan menjadi alat motivasi
3. Anggaran sebagai alat yang baik jika memenuhi sifat
kebijakan ³PHQDQWDQJ WDSL PDVLK PXQJNLQ
Melalui anggaran, organisasi XQWXN GL FDSDL´
sektor publik dapat
menentukan arah atas Anggaran Berbasis Kinerja
kebijakan tertentu. Seiring dengan semakin tingginya
4. Anggaran sebagai alat politik tuntutan masyarakat terhadap
Dalam organisasi sektor transparansi penganggaran belanja
publik, komitmen pengelolaan publik maka diperkenalkan sistem
dalam melaksanakan program penganggaran yang berbasis kinerja
± program yang telah sebgai pengganti sistem pengaggaran
dijanjikan dapat dilihat melalui lama dengan system line budgeting.
anggaran. Secara teori anggaran berbasis
5. Anggaran sebagai alat kinerja adalah anggaran yang
koordinasi dan komunikasi menghubungkan Anggaran Negara
Melalui dokumen anggaran (pengeluaran Negara) dengan hasil
yang komprehensif, sebagai yang diinginkan sehingga setiap
bagian,unit kerja,atau rupiah yang dikeluarkan dapat
departemen yang merupakan dipertanggungjawabkan
sub organisasi dapat kemanfaatannya.
mengetahui apa yang harus Menurut Bastian (2006:171),
dilakukan dan juga apa yang anggaran kinerja adalah perencanaan
akan dilakukan oleh kinerja tahunan secara terintegrasi
bagian/unit kerja lainnya. yang menunjukkan hubungan antara
6. Anggaran sebagai alat tingkat pendanaan program dan hasil
penilaian kinerja yang diinginkan program tersebut.
7. Anggaran adalah suatu ukuran Anggaran dengan pendekatan kinerja
yang bisa menjadi patokan adalah suatu sistem anggaran yang
apakah suatu bagian/unit kerja mengutamakan upaya pencapaian
telah memenuhi target, baik hasil kerja atau output dari
berupa terlaksananya aktivitas perencanaan alokasi biaya atau input
maupun terpenuhinya efisiensi yang ditetapkan.
biaya. Manfaat yang bisa didapatkan
8. Anggaran sebagai alat motivasi dari penerapan anggaran berbasis
Anggaran dapat digunakan sebagai kinerja khususnya di Kabupaten
alat komunikasi dengan Tanjung Jabung Barat yaitu
manjdikannya nilai ± nilai nominal terciptanya pelaksanaan kegiatan
yang tercantum sebagai target pemerintah yang transparan,

5
kemudian juga memudahkan dalam berbasis kinerja yang menetapkan
mengkomunikasikan strategi kinerja sebagai tujuan utamanya
kedepan secara lebih baik,untuk maka diperlukan alat ukur kinerja
mengukur kinerja keuangan dan non yang jelas dan transparan berupa
keuangan secara berimbang sehingga indikator kinerja. Selain indikator
dapat ditelusuri perkembangan kinerja juga diperlukan adanya
pencapaian strategi, kemudian untuk sasaran yang jelas agar kinerja dapat
mengetahui tingkat ketercapaian diukur dan dibandingkan sehingga
tujuan organisasi, menyediakan selanjutnya dapat dinilai efisiensi dan
sarana pembelajaran pegawai dan efektivitas dari pekerjaan yang
memperbaiki kinerja di periode ± dilaksanakan serta dana yang telah
periode berikutnya. dikeluarkan untuk mencapai
Anggaran berbasis kinerja output/kinerja yang telah ditetapkan.
dirancang untuk menciptakan
efisiensi, efektivitas dan Prinsip-prinsip Anggaran Berbasis
akuntabilitas dalam pemanfaatan Kinerja
anggaran belanja publik dengan Secara umum prinsip ± prinsip
output dan outcome yang jelas sesuai anggaran berbasis kinerja didasarkan
dengan prioritas nasional sehingga pada konsep value for money
semua anggaran yang dikeluarkan (ekonomis, efisiensi dan efektivitas )
dapat dipertanggungjawabkan secara dan prinsip good corporate
transparan kepada masyarakat luas. governance, termasuk adanya
Penerapan penganggaran pertangungjawaban para pengambil
berdasarkan kinerja juga akan keputusan atas penggunaan uang
meningkatkan kualitas pelayanan yang dianggarkan untuk mencapai
publik dan memperkuat dampak dari tujuan, sasaran, dan indikator yang
peningkatan pelayanan kepada telah ditetapkan.
publik
Anggaran berbasis Anggaran Pendapatan dan Belanja
kinerja memperhatikan keterkaitan Daerah (APBD)
antara pendanaan dengan keluaran Menurut Tanjung (2008:81),
dan hasil yang diharapkan termasuk anggaran pendapatan dan belanja
efisiensi dalam pencapaian hasil dan daerah yang kemudian disingkat
keluaran tersebut sehingga prinsip ± APBD adalah rencana keuangan
prinsip transparansi, efisiensi, tahunan pemerintah daerah yang
efektivitas dan akuntanbilitas dapat disetujui oleh dewan perwakilan
dicapai. Kunci pokok untuk rakyat, Sedangkan defenisi APBD
memahami anggaran berbasis kinerja menurut Peraturan Meneteri Dalam
adalah SDGD NDWD ³NLQHUMD´ XQWXN Negeri Nomor 13 Tahun 2006
mendukung sistem penganggaran tentang pedoman pengelolaan

6
keuangan daerah, yaitu rencana tentang pekerjaan, sehingga terbuka
keuangan tahunan pemerintah yang jalur komunikasi dua arah anata
dibahas dan disetujui bersama oleh pimpinan dan staf.
pemerintah daerah dan DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Kinerja Keuangan Pemerintah
Laporan Reaslisasi Anggaran (LRA)
Kinerja yang dipublikasikan pemerintah
Dalam organisasi sektor publik, daerah meberikan informasi yang
setelah adanya operasional anggaran, sangat bermafaat untuk menilai
langkah selanjutnya adalah kinerja keuangan pemerintah daerah.
pengukuran kinerja untuk menilai Jika dibandingkan dengan neraca,
prestasi dan akuntabilitas organisasi LRA menduduki prioritas yang lebih
dan manajer dalam menghasilkan penting dan LRA ini merupakan
pelayanan publik yang lebih baik. jenis laporan keuangan yang paling
Menurut Mardiasmo (2004:110), dahulu dihasilkan. Dari LRA inilah
Akuntabilitas merupakan salah satu pembaca laporan dapat membuat
ciri dari terapan good governance analisis laporan keuangan.
bukan hanya sekedar kemampuan
menunjukkan bagaimana Rasio Keuangan
menunjukkan bahwa uang publik Salah satu alat ukur kinerja adalah
tersebut telah dibelanjakan secara analisis rasio keuangan daerah yang
ekonomis,efisien, dan efektif. merupakan inti pengukuran kinerja
Menurut Bastian (2006:97), kinerja sekaligus konsep pengelolaan
adalah gambaran pencapaian organisasi pemerintah untuk
pelaksanaan suatu kegiatan dalam menjamin diberlakukannya
mewujudkan sasaran,tujuan, misi, pertanggungjawaban publik oleh
dan visi organisasi. lembaga-lembaga pemerintah kepada
masyarakat luas. Menurut Mahmudi
Tujuan Kinerja (2007:96), Adapun jenis rasio
Menurut Bastian (2006:275), keuangan daerah tersebut
Tujuan dari kinerja antara lain : diantaranya :
1. Meningkatkan prestasi kerja 1. Rasio Kemandirian Daerah
staf, baik secara individu Rasio kemandirian daerah
maupun dalam kelompok. menunjukkan tingkat
2. Merangsang minat dalam kemampuan pemerintah daerah
pengembangan pribadi dengan untuk membiayai sendiri
meingkatkan hasil kerja kegiatan pemeritahan,
melalui prestasi pribadi. pembangunan, dan pelayanan
Memberikan kesempatan kepada staf kepada masyarakat. Gambaran
untuk menyampaikan perasaannya kinerja yang baik dilihat dari

7
rasio kemandirian adalah tersebut sangat besar, maka
semakin tinggi rasio berarti pemungutan PAD
kemandirian, maka semakin tersbut tidak efisien. Oleh
baik pula kinerja pemerintah karena itu perlu juga dihitung
daerah tersebut. Hal ini berarti rasio efisiensi PAD. Kinerja
pemerintah daerah telah pemerintah daerah dalam
mampu membiayai sendiri melakukan pemungutan PAD
kegiatan pemerintahan dana dikategorikan efisien apabila
pembangunan. rasio yang dicapai kurang dari
2. Derajat desentralisasi 100%. Untuk dapat
Rasio ini menunjukkan derajat menghitung rasio efisiensi
kontribusi PAD terhadap PAD ini diperlukan adata
penerimaan daerah. Semakin tambahan yang tidak tersedia
tinggi kontribusi PAD maka dalam LRA, yaitu data tentang
semakin tinggi kemapuan biaya pemungutan PAD.
daerah dalam 5. Rasio Efektivitas Pajak Daerah
menyelanggarakan Rasio ini menunjukkan
desentralisasi. kemampuan penerimaan
3. Rasio Efektivitas Pendapatan daerah dalam mengumpulkan
Asli Daerah (PAD) pajak daerah sesuai dengan
Rasio ini menunjukkan jumlah penerimaan pajak
kemampuan pemerintah daerah daerah yang ditargetkan.
dalam memobilisasi 6. Rasio Efisiensi Pajak Daerah
penerimaan PAD sesuai Sama halnya dengan analisis
dengan yang ditargetkan. efisiensi PAD, utnuk dapat
Kemampuan memperoleh PAD menghitung rasio efisiensi
dikategorikan efektif apabila pajak daerah diperlukan data
rasio ini mencapai minimal 1 tentang biaya pemungutan
atau 100%. pajak.
4. Rasio Efisiensi Pendapatan 7. Rasio Ketergantungan Daerah
Asli Daerah (PAD) Rasio ketergantungan
Untuk mengukur kinerja menunjukkan tingkat
pemerintah daerah dalam ketergantungan pemerintah
memobilisasi penerimaan daerah terhdap pemerintah
PAD, indikator rasio pusat atau pemerintah propinsi.
efektivitas PAD saja belum Pada rasio ketergantungan
cukup, sebab meskipun jika daerah kinerja yang baik
dilihat dari rasio efektivitasnya ditunjukkan dengan semakin
sudah baik tetapi bila ternyata rendahnya rasio
biaya untuk mencapai target ketergantungan daerah.

8
8. Derajat Kontribusi BUMD Realisasi Pendapatan Daerah
Rasio ini bermanfaat untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
mengetahui tingkat kontribusi Data-data yang telah dikumpulkan
perusahaan daerah dalam akan di analisis dengan
mendukung pendapatan daerah. menggunakan rasio keuangan.
Untuk derajat konteribusi BUMD
semakin tinggi derajat kontribusi Hasil Penelitian dan Pembahasan
BUMD maka semakin tinggi Kinerja Pemerintah Daerah
kontribusi BUMD terhadap total Kabupaten Tanjung Jabung Barat
pendapatan daerah. Sebelum Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja
Metode Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada Sebelum periode anggaran 2004,
Bidang Keuangan dan Pendapatan metode penyusunan anggaran yang
dalam lingkungan Dinas Pendapatan digunakan Pemerintah Daerah
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Daerah (DPPKAD) Kabupaten adalah metode anggaran tradisional
Tanjung Jabung Barat. (line item budgeting). Untuk periode
Sumber data yang digunakan dalam anggaran tahun 2001 sampai 2003,
penelitian ini dalah data sekunder, realisasi pendapatan daerah selalu
yaitu berupa Laporan Realisasi mengalami peningkatan, mulai dari
Pendapatan Daerah Pemerintah Rp. 24.495.023.669 di tahun 2001
Kabupaten Tanjung Jabung Barat meningkat menjadi Rp.
periode 2001-2010, dan dokumen ± 170.433.767.531 pada tahun 2002
dokumen lain yang dihasilkan oleh atau selisih sebesar Rp.
bidang Bidang Keuangan dan 145.938.743.862. Selanjutnya
Pendapatan Dinas Pendapatan kembali meningkat menjadi sebesar
Pengelolaan Keuangan dan Aset 184.648.385.349. Secara umum hal
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung yang sama terjadi pula pada
Barat. penerimaan bantuan dari pemerintah
Tehnik pengumpulan data yang pusat yang juga mengalami
digunakan dalam penelitian ini peningkatan dari tahun ke tahun.
adalah teknik dokumentasi. Realisasi bantuan dari pemerintah
Penelitian ini merupakan penelitian pusat pada tahun 2001 sebesar Rp.
deskriptif kuantitatif yang dilakukan 17.090.393.123. meningkat menjadi
untuk mengetahui dan menjawab Rp. 145.745.066.504 pada tahun
serta untuk menjelaskan karakteristik 2002, begitu juga untuk tahun 2003
variabel yang diteliti dalam situasi. mengalami peningkatan menjadi Rp.
Variabel yang diteliti dalam 161.561.123.687. Jadi, secara umum
penelitian ini adalah Laporan total pendapatan daerah selama

9
kurun waktu periode anggaran 2001 mengalami penurunan sebesar 28,38
sampai 2003 terus mengalami di tahun 2002 sehingga menjadi
peningkatan. Hal ini tentunya akan 14,94% dan menurun lagi menjadi
berpengaruh terhadap perhitungan 10,89%.
rasio kemandirian daerah dan rasio ±
rasio lainnya. Selanjutnya akan Tabel 5.4
disajikan perhitungan rasio keuangan Perhitungan Rasio Ketergantungan
sebelum penerapan ABK. Daerah
Periode Anggaran 2001, 2002, dan
Tabel 5.3 2003
Perhitungan Rasio Kemandirian (Sebelum penerapan Anggaran
Periode Anggaran 2001, 2002, dan Berbasis Kinerja)
2003 Tahu Total
Pendapat
(Sebelum penerapan Anggaran n Pendapat Perse
an
Berbasis Kinerja) Angg an ntase
Transfer
aran Daerah
Bantuan 17.090.3 24.495.0
Tahu 2001 69,77
Pemerintah 93.123 23.669
n Perse
PAD Pusat/Provi 148.277. 170.433.
Angg ntase 2002 86,99
nsi dan 122.754 767.531
aran
Pinjaman 166.504. 184.648.
2003 90,17
7.404. 171.687 385.249
17.090.393
2001 630.5 43,32 Sumber : Dinas Pendapatan
.123
46 Pengelolaan Keuangan dan Aset
22.15 Daerah
148.277.12
2002 6.644. 14,94 Dari persentase rasio
2.754
777 ketergantungan daerah pada Tabel
18.14 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum
166.504.17
2003 4.213. 10,89 penerapan anggaran berbasis kinerja
1.687
562 tingkat rasio menunjukkan
Sumber : Dinas Pendapatan peningkatan dari tahun ke tahun,
Pengelolaan Keuangan dan Aset yaitu pada tahun 2001 yang
Daerah menunjukkan angka 69,77%
Dari Tabel 5.3 dapat mengalami peningkatan sebesar
diketahui bahwa rasio kemandirian 20,22% menjadi 86,99% pada tahun
daerah pada periode sebelum 2002, kemudian mengalami
penerapan anggaran berbasis kinerja peningkatan lagi pada tahun 2003
mengalami penurunan dari tahun ke sebesar 3,18% menjadi 90,17%.
tahun, yaitu mulai dari tahun 2001
yang menunjukkan angka 43,32% Tabel 5.5

10
Perhitungan Derajat Desentralisasi Tabel 5.6
Periode Anggaran 2001, 2002, dan Perhitungan Rasio Efektivitas PAD
2003 Periode Anggaran 2001, 2002, dan
(Sebelum penerapan Anggaran 2003
Berbasis Kinerja) (Sebelum penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja)
Tahu Total
n Pendapat Perse Tahun Target
PAD Perse
Angg an ntase Anggar PAD Penerim
ntase
aran Daerah an aan PAD
7.404.63 24.495.0 7.404.6 4.874.87
2001 30,22 2001 152
0.546 23.669 30.546 6.000
22.156.6 170.433. 22.156.
2002 13,00 9.999.78
44.777 767.531 2002 644.77 222
6.387
18.144.2 184.648. 7
2003 9,82
13.562 385.249 18.144.
16.886.9
Sumber : Dinas Pendapatan 2003 213.56 107
00.343
Pengelolaan Keuangan dan Aset 2
Daerah Sumber : Dinas Pendapatan
Tabel 5.5 menunjukkan Pengelolaan Keuangan dan Aset
derajat desentralisasi pemerintah Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Efektivitas PAD pemerintah
pada periode sebelum penerapan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
anggaran berbasis kinerja selalu berdasarkan hasil rasio pada Tabel
mengalmi penurunan dari tahun ke 5.6 menunjukkan angka naik turun,
tahun, yaitu pada tahun 2001 adalah pada tahun 2001 sebesar 152%
sebesar 30,22% mengalami mengalami peningkatan sebesar 70%
penurunan sebesar 17,22% menjadi pada tahun 2002 menjadi 222, tetapi
13% pada tahun 2002, kemudian pada tahun 2003 mengalami
mengalami penurunan lagi pada penurunan menjadi 107%.
tahun 2003 menjadi 9,82%.
Tabel 5.7
Perhitungan Rasio Efisiensi PAD
Periode Anggaran 2001, 2002, dan
2003
(Sebelum penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja)

Tahu Biaya Perse


PAD
n Pemerol ntase

11
Angg ehan 2.925 0.000
aran PAD 3.815.97 3.106.50
2003 123
1.020.30 7.404.63 8.944 0.000
2001 13,77
0.000 0.546 Sumber : Dinas Pendapatan
1.575.45 22.156.6 Pengelolaan Keuangan dan Aset
2002 7,11
0.000 44.777 Daerah
1.738.90 18.144.2 Dari persentase rasio
2003 9,58
0.000 13.562 efektivitas pajak daerah pada Tabel
Sumber : Dinas Pendapatan 5.8 dapat diketahui bahwa sebelum
Pengelolaan Keuangan dan Aset penerapan anggaran berasis kinerja
Daerah rasio ini menunjukkan angka yang
Dari Tabel 5.7 dapat berfluktuasi, yaitu pada tahun 2001
diketahui bahwa rasio efisiensi PAD menunjukkan angka 71% mengalami
pada periode sebelum penerapan peningkatan pada tahun 2002
anggaran berbasis kinerja mengalami menjadi 171%. Pada tahun 2003
fluktuasi dari tahun ke tahun, yaitu mengalami penurunan yang cukup
mulai dari tahun 2001 yang tajam sebesar 48% sehingga
menunjukkan angka 13,77% menunjukkan angka 123%.
mengalami penurunan pada tahun
2002 sebesar 6,66% sehingga Tabel 5.9
menjadi 7,11%, tetapi pada tahun Perhitungan Rasio Efesiensi Pajak
2003 mengalami peningkatan Daerah
sehingga menjadi 9,58%. Periode Anggaran 2001, 2002, dan
2003
Tabel 5.8 (Sebelum penerapan Anggaran
Perhitungan Rasio Efektivitas Pajak Berbasis Kinerja)
Daerah
Periode Anggaran 2001, 2002, dan Biaya Realisasi
2003 Tahun Pemun Penerim
Persen
(Sebelum penerapan Anggaran Angg gutan aan
tase
Berbasis Kinerja) aran Pajak Pajak
Daerah Daerah
Realisasi Target 156.200 2.143.36
Tahu 2001 7,28
Penerim Penerim .550 8.661
n Perse
aan aan 198.316 6.000.97
Angg ntase 2002 3,30
Pajak Pajak .000 2.925
aran
Daerah Daerah 199.764 3.815.97
2003 5,28
2.143.36 3.037.23 .300 8.944
2001 71
8.661 7.000
2002 6.000.97 3.504.50 171

12
Sumber : Dinas Pendapatan sebelum penerapan anggaran
Pengelolaan Keuangan dan Aset berbasis kinerja mengalami
Daerah penurunan dari tahun ke tahun.
Dari Tabel 5.9 dapat Derajat kontribusi BUMD pada
diketahui bahwa rasio efisiensi PAD tahun 2001 sebesar 5,14%
pada periode sebelum penerapan mengalami penurunan berturut-turut
anggaran berbasis kinerja mengalami pada tahun 2002 dan 2003 menjadi
fluktuasi dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 4,36% dan 3,78%.
mulai dari tahun 2001 yang Berdasarkan Tabel 5.11 di
menunjukkan angka 7,28% atas, dapat dilihat pada periode
mengalami penurunan pada tahun sebelum penerapan anggaran
2002 sebesar 4,02% menjadi 3,30%, berbasis kinerja tingkat rasio-rasio
tetapi mengalami peningkatan keuangan umumnya menunjukkan
kembali pada tahun 2003 sehingga angka yang naik dan turun dari tahun
menjadi 5,28%. ke tahun, dan hanya rasio
Tabel 5.10 ketergantungan daerah yang
Perhitungan Derajat Kontribusi mengalami peningkatan dari tahun ke
BUMD tahun dengan rata-rata 82,31%,
Periode Anggaran 2001, 2002, dan Sedangkan rasio-rasio keuangan
2003 lainnya menunjukkan angka yang
(Sebelum penerapan Anggaran turun yaitu meliputi : rasio
Berbasis Kinerja) kemandirian daerah dengan rata-rata
23,05%, rasio derajat desentralisasi
Peneri dengan rata-rata 17,68%, rasio
Tahu
maan kontribusi BUMD dengan rata-rata
n Persen
Bagian PAD 4,42%. Sedangkan untuk rasio yang
Angg tase
Laba mengalami naik turun meliputi rasio
aran
BUMD efektivitas PAD dengan rata-rata
380.65 7.404.63 160,33%, dan rasio efisiensi PAD
2001 5,14
7.876 0.546 dengan rata-rata 10,15%, dan rasio
966.45 22.156.6 efisiensi pajak daerah dengan rata-
2002 4,36
3.756 44.777 rata 5,28%, dan rasio efektivitas
686.73 18.144.2 pajak daerah dengan rata-rata
2003 3,78 121,6%.
0.995 13.562
Sumber : Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah
Tabel 5.10 menunjukkan
derajat kontribusi BUMD Kabupaten
Tanjung Jabung Barat pada periode

13
Kinerja Pemerintah Daerah penurunan pada tahun dari tahun
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2004 hingga 2006, tetapi mengalami
Sesudah Penerapan Anggaran peningkatan lagi menjadi 5,39% di
Berbasis Kinerja tahun 2007 dan Pada tahun 2008
hingga 2010 mengalami penurunan
Tabel 5.12 lagi.
Perhitungan Rasio Kemandirian Tabel 5.13
Periode Anggaran 2004 hingga 2010 Perhitungan Rasio Ketergantungan
(Sesudah penerapan Anggaran Daerah
Berbasis Kinerja) Periode Anggaran 2004 hingga 2010
(Sesudah penerapan Anggaran
Bantuan Berbasis Kinerja)
Tahu Pemerint
n ah Perse Tahu Total
PAD Pendapat
Angg Pusat/Pro ntase n Pendapat Perse
an
aran vinsi dan Angg an ntase
Transfer
Pinjaman aran Daerah
15.887.9 199.435. 199.435. 220.767.
2004 7,96 2004 90,33
42.967 087.612 087.612 213.335
14.186.9 240.180. 240.180. 261.615.
2005 5,90 2005 91,80
42.522 448.750 448.750 686.272
18.620.3 426.865. 426.865. 452.631.
2006 4,36 2006 94,30
84.174 116.688 116.688 108.007
2007 25.774.3 477.743. 5,39 2007 477.743. 517.385. 92,33
02.902 544.277 544.277 449.021
2008 24.430.1 469.690. 5,20 2008 469.690. 524.669. 89,52
75.843 740.711 740.711 630.727
2009 23.778.1 522.920. 4,54 2009 522.920. 574.758. 90,98
90.528 519.363 519.363 328.981
2010 23.536.9 654.876. 3,59 2010 654.876. 742.343. 88,21
47.637 735.398 735.398 085.700
Sumber : Dinas Pendapatan Sumber : Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Daerah
Dari rasio kemandirian Tabel 5.13 menunjukkan
daerah pada Tabel 5.12 dapat rasio ketergantungan daerah yang
diketahui bahwa pada periode berfluktuasi dari tahun ke tahun.
sesudah penerapan anggaran berbasis Rasio ketergantungan daerah pada
kinerja tingkat rasio menunjukkan tahun 2004 adalah sebesar 90,33%,
angka naik turun, yaitu mengalami meningkat di tahun 2005 dan 2006

14
menjadi 90,33% dan 94,30%, tetapi 2005 menjadi 5,42%, ditahun 2006
mengalami penurunan di tahun masih mengalami penurunan menjadi
2007,2008 dan 2010 menjadi 4,11%, pada tahun 2007 mengalami
92,33%, 89,52%, dan 88,21%. peningkatan menjadi sebesar 4,98%
Tabel 5.14 dan di tahun 2008 hingga 2010 terus
Perhitungan Derajat Desentralisasi mengalami penurunan menjadi
Periode Anggaran 2004 hingga 2010 sebesar 4,65%, 4,13% dan 3,17%.
(Sesudah penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja) Tabel 5.15
Perhitungan Rasio Efektivitas PAD
Tahu Total Periode Anggaran 2004 hingga 2010
n Pendapat Perse (Sesudah penerapan Anggaran
PAD
Angg an ntase Berbasis Kinerja)
aran Daerah
15.887.9 220.767. Tahu
2004 7,19 Target
42.967 213.335 n Perse
PAD Penerim
14.186.9 261.615. Angg ntase
2005 5,42 aan PAD
42.522 686.272 aran
18.620.3 452.631. 15.887.9 17.469.2
2006 4,11 2004 90,94
84.174 108.007 42.967 44.472
2007 25.774.3 517.385. 4,98 14.186.9 15.037.1
2005 94,36
02.902 449.021 42.522 23.330
2008 24.430.1 524.669. 4,65 18.620.3 18.325.3 101,6
2006
75.843 630.727 84.174 85.000 0
2009 23.778.1 574.758. 4,13 2007 25.774.3 14.259.0 180,7
90.528 328.981 02.902 01.250 5
2010 23.536.9 742.343. 3,17 2008 24.430.1 19.518.1 125,1
47.637 085.700 75.843 65.357 6
Sumber : Dinas Pendapatan 2009 23.778.1 19.688.0 120,7
Pengelolaan Keuangan dan Aset 90.528 95.650 7
Daerah 2010 23.536.9 20.558.7 114,4
Tabel 5.14 menunjukkan 47.637 38.000 8
rasio derajat desentralisasi Sumber : Dinas Pendapatan
pemerintah Kabupaten Tanjung Pengelolaan Keuangan dan Aset
Jabung Barat pada periode sesudah Daerah
penerapan anggaran berbasis kinerja Efektivitas PAD pemerintah
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Derajat desentralisasi pada tahun berdasarkan Tabel 5.15 menunjukkan
2004 adalah sebesar 7,19% angka yang naik turun, yaitu pada
mengalami penurunan pada tahun tahun 2004 sebesar 90,94%

15
mengalami peningkatan hingga tahun menunjukkan angka yang naik turun
2007 menjadi sebesar, 94,36% untuk dari tahun ke tahun, yaitu dari tahun
tahun 2005, 101,60% untuk tahun 2004 yang menunjukkan angka
2006, dan 180,75% untuk tahun 12,93%, meningkat pada tahun 2005
2007, sedangkan untuk tahun 2008 menjadi 16,38%, tetapi pada tahun
hingga 2010 mengalami penurunan 2006 mengalami penurunan menjadi
menjadi sebesar 125,16%, 120,77% 13,91% begitu juga untuk tahun 2007
pada tahun 2009 dan 114,48 pada dan 2008 mengalami penurunan
tahun 2010. menjadi 11,30% dan 12,78%, pada
Tabel 5.16 tahun 2009 dan 2010 kembali
Perhitungan Rasio Efisiensi PAD mengalami peningkatan menjadi
Periode Anggaran 2004 hingga 2010 14,10% dan 16,12%.
(Sesudah penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja) Tabel 5.17
Perhitungan Rasio Efektivitas Pajak
Tahu Biaya Daerah
n Pemerol Perse Periode Anggaran 2004 hingga 2010
PAD
Angg ehan ntase (Sesudah penerapan Anggaran
aran PAD Berbasis Kinerja)
2.055.85 15.887.9
2004 12,93
0.000 42.967 Realisasi Target
Tahu
2.324.18 14.186.9 Penerim Penerim
2005 16,38 n Perse
7.000 42.522 aan aan
Angg ntase
2.591.37 18.620.3 Pajak Pajak
2006 13,91 aran
8.000 84.174 Daerah Daerah
2007 2.913.74 25.774.3 11,30 4.166.34 3.737.50 111,4
2004
5.000 02.902 0.194 0.000 7
2008 3.123.95 24.430.1 12,78 2.408.34 4.178.50
2005 57,63
0.000 75.843 2.398 0.000
2009 3.354.45 23.778.1 14,10 2.264.17 4.029.85
2006 56,18
6.000 90.528 6.131 5.000
2010 3.795.10 23.536.9 16,12 2007 2.917.13 4.332.37 67,33
0.000 47.637 9.833 6.350
Sumber : Dinas Pendapatan 2008 3.786.43 2.437.81 155,3
Pengelolaan Keuangan dan Aset 9.445 0.750 2
Daerah 2009 3.164.24 2.544.08 124,3
Dari Tabel 5.16 dapat 1.626 3.750 7
diketahui bahwa rasio efisiensi PAD 2010 3.167.58 2.296.08 137,9
pada periode sesudah penerapan 1.129 3.000 5
anggaran berbasis kinerja

16
Sumber : Dinas Pendapatan 210.751 2.264.17
2006 9,30
Pengelolaan Keuangan dan Aset .500 6.131
Daerah 2007 213.880 2.917.13 7.33
Dari persentase rasio .000 9.833
efektivitas pajak daerah pada Tabel 2008 215.110 3.786.43 5,68
5.17 dapat diketahui bahwa sesudah .950 9.445
penerapan anggaran berbasis kinerja, 2009 217.341 3.164.24 6,86
rasio menunjukkan angka yang .400 1.626
berfluktuasi, yaitu pada tahun 2004 2010 221.496 3.167.58 6,99
menunjukkan angka 111,47% .100 1.129
mengalami penurunan hingga tahun Sumber : Dinas Pendapatan
2006 yaitu menjadi sebesar 57,63% Pengelolaan Keuangan dan Aset
pada tahun 2005 dam 56,18% pada Daerah
tahun 2006, pada tahun 2007 dan Dari Tabel 5.18 dapat
2008 mengalami peningkatan diketahui bahwa rasio efisiensi PAD
menjadi sebesar 67,33% pada tahun pada periode sesudah penerapan
2007 dan 155,32% pada tahun 2008, anggaran berbasis kinerja
tetapi pada tahun 2009 mengalami menunjukkan angka yang naik turun
penurunan lagi menjadi sebesar dari tahun ke tahun, yaitu mulai dari
124,37% dan pada tahun 2010 tahun 2004 yang menunjukkan angka
mengalami peningkatan menjadi 4,88% meningkat pada tahun 2005
sebesar 137,95%. dan 2006 menjadi 8,59% dan 9,30%,
sedangkan untuk tahun 2007 dan
Tabel 5.18 2008 kembali mengalami penurunan
Perhitungan Rasio Efisiensi Pajak menjadi 7,33% dan 5,68% pada
Daerah tahun 2009 dan 2010 rasio efisiensi
Periode Anggaran 2004 hingga 2010 Pajak Daerah kembali mengalami
(Sesudah penerapan Anggaran peningkatan menjadi 6,86% dan
Berbasis Kinerja) 6,99%.

Biaya Realisasi
Tahu
Pemerol Penerim
n Persen
ehan aan
Angg tase
Pajak Pajak
aran
Daerah Daerah
203.476 4.166.34
2004 4,88
.700 0.194
206.986 2.408.34
2005 8,59
.350 2.398

17
Tabel 5.19 pada tahun 2006 dan 73,73% pada
Perhitungan Derajat Kontribusi tahun 2007, tetapi untuk tahun 2008
BUMD hingga tahun 2010 mengalami
Periode Anggaran 2004 hingga 2010 penurunan yaitu 64,31% pada tahun
(Sesudah penerapan Anggaran 2008, 59,40% pada tahun 2009 dan
Berbasis Kinerja) 59,56% pada tahun 2010.

Perbedaan Kinerja Keuangan


Penerim Pemerintah Kabupaten Tanjung
Tahu
aan Jabung Barat Sebelum dan
n Perse
Bagian PAD Sesudah Penerapan Anggaran
Angg ntase
Laba Berbasis Kinerja
aran
BUMD 1. Rasio Kemandirian
6.565.26 15.887.9 Hasil perhitungan rasio
2004 41,32
8.682 42.967 kemandirian sebelum dan sesudah
8.296.10 14.186.9 penerapan ABK adalah sebesar
2005 58,47
2.102 42.522 23,05% dan 5,27%. Rasio ini
12.808.5 18.620.3 sesudah penerapan ABK mengalami
2006 68,78
06.047 84.174 penurunan yang signifikan yaitu
2007 19.005.3 25.774.3 73,73 sebesar 17,78% sehingga menjadi
47.007 02.902 sebesar 5,27%. Dari angka rasio
2008 15.712.0 24.430.1 64,31 tersebut dapat menunjukkan bahwa
95.637 75.843 tingkat kemandirian pemerintah
2009 14.124.4 23.778.1 59,40 Kabupaten Tanjung Jabung Barat
06.940 90.528 tergolong masih rendah yang artinya
2010 14.019.7 23.536.9 59,56 kemandirian pemerintah daerah
63.978 47.637 dalam mencukupi biaya untuk
Sumber : Dinas Pendapatan melakukan tugas-tugas
Pengelolaan Keuangan dan Aset pemerintahan, pembangunan, dan
Daerah pelayanan publik masih sangat
Tabel 5.19 menunjukkan rendah. Secara teoritis pengukuran
derajat kontribusi BUMD Kabupaten kemandirian daerah diukur dari
Tanjung Jabung Barat pada periode pendapatan asli daerah dan setelah
sesudah penerapan anggaran berbasis diterapkan ABK. Pendapatan asli
kinerja berfluktuasi dari tahun ke daerah pemerintah Kabupaten
tahun. Derajat kontribusi BUMD Tanjung Jabung Barat berfluktuasi.
pada tahun 2004 adalah sebesar Hal ini menunjukkan bahwa
41,32% mengalami peningkatan pemerintah daerah Kabupaten
hingga tahun 2007 menjadi sebesar Tanjung Jabung Barat belum mampu
58,47% pada tahun 2005, 68,78%

18
mengoptimalkan sumber pendapatan penerapan anggaran berbasis kinerja
asli daerahnya. mengalami penurunan menjadi
2. Rasio Ketergantungan Daerah 4,80%. Menurunnya rasio derajat
Untuk rasio ketergantungan desentralisasi yang terjadi pada
daerah, hasil perhitungan sebelum periode sesudah penerapan anggaran
penerapan anggaran berbasis kinerja berbasis kinerja menunjukkan bahwa
adalah sebesar 82,31%. Hal ini pemerintah Kabupaten Tanjung
berarti bahwa tingkat ketergantungan Jabung Barat nelum mampu
pemerintah Kabupaten Tanjung memaksimalkan kewenangan dan
Jabung Barat masih tinggi terhadap tanggung jawab terhadap sumber-
pemerintah pusat/provinsi. Begitu sumber penerimaan Negara yang
juga setelah penerapan anggaran dilimpahkan dari pemerintah pusat
berbasis kinerja rasio ini justru kepada pemerintah daerah.
mengalami peningkatan yaitu 4. Rasio Efektivitas PAD
menjadi sebesar 182,13%. Jadi, Hasil perhitungan rasio
dengan penerapan anggaran berbasis efektivitas PAD sebelum dan
kinerja tidak merubah angka rasio sesudah penerapan anggaran berbasis
ketergantungan daerah menjadi lebih kinerja sebesar 160,33% dan
rendah. Dalam perkembangan APBD 118,29%. Angka tersebut
selama periode 2001 hingga 2010, menunjukkan bahwa realisasi
pendapatan transfer meberikan penerimaan PAD setelah penerapan
kontribusi yang terus meningkat anggaran berbasis kinerja malah
terhadap total pendapatan daerah, hal menurun di bandingkan dengan
ini menyebabkan semakin sebelum penerapan anggaran
meningkatnya ketergantungan daerah berbasis kinerja. Hal ini berarti
Kabupaten Tanjung Jabung Barat pemerintah Kabupaten Tanjung
terhadap pemerintah pusat/provinsi, Jabung Barat dalam memobilisasi
dan mencerminkan bahwa dalam penerimaan PAD belum sesuai
pembiayaan administrasi pemerintah dengan yang ditargetkan semakin
dan pembangunan yang menurun setelah pemberlakuan
terakomodasi dalam ABPD penerapan anggaran berbasis kinerja.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Penurunan ini disebabkan oleh
selama periode 2001 hingga 2010 semakin menurunnya realisasi
secara rata-rata diperoleh dari penerimaan PAD khususnya kurun
pemerintah pusat. waktu 2007 hingga 2010, penurunan
3. Derajat Desentralisasi ini merupakan bentuk
Hasil perhitungan derajat ketidakseriusan pemerintah
desentralisasi pada periode sebelum Kabupaten Tanjung Jabung Barat
penerapan anggaran berbasis kinerja dalam rangka mendongkrak
adalah sebesar 17,68% dan sesudah penerimaan PAD. Usaha yang

19
dilaksanakan ini juga tidak didukung penerapan anggaran berbasis kinerja
dengan kerja keras secara terpadu malah menjadi menurun. Penurunana
dari satuan kerja perangkat daerah tersebut disebabkan oleh semakin
yang dibebankan tugas memungut menurunnya realisasi pajak daerah
PAD baik yang dilaksanakan dengan dan retribusi daerah dari tahun ke
program intensifikasi maupun tahun. Beberapa kegiatan yang
ekstensifikasi. dilakukan dalam mendukung
5. Rasio Efisiensi PAD terwujudnya intensifikasi pajak dan
Untuk rasio efisiensi PAD retribusi daerah, diantaranya
hasil perhitungan sebelum dan melakukan pandaftaran kembali
sesudah penerapan anggaran berbasis subyek dan obyek pajak, penetapan
kinerja adalah sebesar 10,15% dan dan penyuluhan pajak atau retribusi,
13,93%. Angka ini menunjukkan melakukan koordinasi dan
bahwa rasio efisiensi PAD cenderung pengawasan atas kerja penagihan
meningkat setelah diberlakukan pajak daerah, retribusi dan
anggaran berbasis kinerja. pendapatan daerah lainnya,
Peningkatan ini berarti dengan pemantauan, evaluasi dan mengkaji
mengeluarkan biaya yang relatif ulang terhadap kelayakan tarif pajak
besar, pemerintah daerah belum dan retribusi dengan kondisi
mampu menghasilkan output yang sekarang, serta memberikan teguran
optimal. Dengan demikian, kinerja dan sanksi terhadap wajib pajak dan
pemerintah Kabupaten Tanjung retribusi yang menunggak.
Jabung Barat delam memungut PAD Disamping upaya diatas program
semakin menurun dalam efisiensi ekstensifikasi pajak dan retribusi
pendapatan asli daerah. daerah dilakukan melalui kegiatan
6. Rasio Efektivitas Pajak yang berupa penggalian terhadap
Daerah sumber pungutan baru yang masih
Hasil perhitungan rasio belum terjangkau dan mampu
efektivitas pajak daerah sebelum dan memberikan peluang kontribusi
sesudah penerapan anggaran berbasis terhadap penerimaan daerah.
kinerja adalah sebesar 121,6% dan 7. Rasio Efisiensi Pajak Daerah
101,46%. Angka yang dihasilkan Rasio ini menghasilkan angka
tersebut merupakan angka yang 5,28% pada periode sebelum
sangat baik karena mencapai lebih penerapan anggaran berbasis kinerja
dari 100% dan menunjukkan bahwa dan 7,09% untuk periode setelah
kinerja pemerintah Kabupaten penerapan anggaran berbasis kinerja.
Tanjung Jabung Barat dalam Sama halnya dengan rasio efisiensi
mengumpulkan pajak daerah sesuai PAD, peningkatan ini
dengan jumlah penerimaan pajak menggambarkan bahwa kinerja yang
daerah yang ditargetkan tatpi setelah semakin menurun di tunjukkan

20
pemerintah Kabupaten Tanjung perhitungan menunjukkan bahwa
Jabung Barat dalam rangka dengan menerapkan anggaran
pemungutan pajak daerah. berbasis kinerja, rasio kemandirian
Pemerintah daerah belum mampu daerah, rasio kontribusi BUMD
meminimalisir biaya yang harus cenderung mengalami peningkatan,
dikerluarkan untuk memungut pajak sedangkan untuk rasio kemadirian
daerah dan belum mampu daerah, derajat desentralisasi,
merealisasikan penerimaan pajak efektivitas PAD, efktivitas pajak
daerah dengan optimal, dengan daerah cenderung semakin menurun.
demikian kinerja pemerintah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Simpulan
dinilai belum semakin membaik Berdasarkan hasil perhitungan rasio
dalam hal efisiensi pajak daerah. keuangan keuangan pada pemerintah
8. Rasio Derajat Kontribusi Kabupaten Tanjung Jabung Barat
BUMD tahun anggaran 2001 hingga 2010,
Hasil perhitungan rasio dapat disimpulkan bahwa :
derajat kontribusi BUMD sebelum 1. Kinerja keuangan pemerintah
penerapan anggaran berbasis kinerja Kabupaten Tanjung Jabung
adalah sebesar 4,42% dan mengalami Barat sebelum penerapan
peningkatan setelah penerapan anggaran berbasis kinerja
anggaran berbasis kinerja menjadi cukup baik,itu dapat dilihat
60,97%. Hal ini menunjukkan dari rata-rata rasio
semakin meningkatnya tingkat kemandirian daerah, rasio
kontribusi perusahaan daerah desentralisasi, rasio
Kabupaten Tanjung Jabung Barat efektivitas pendapatan asli
dalam mendukung pendapatan daerah, rasio efektivitas pajak
daerah. Semakin meningkatnya daerah, yang mengalami
kontribusi BUMD sesudah peningkatan dari tahun ke
penerapan anggaran berbasis kinerja tahun.
di sebabkan semakin meningkatnya 2. Kinerja keuangan pemerintah
kinerja lembaga keuangan bank Kabupaten Tanjung Jabung
daerah dan perusahaan daerah serta Barat sesudah penerapan
penyertaan modal kepada pihak ke anggaran berbasis kinerja
III PT. Lontar Papyrus dalam cenderung menurun
merealisasikan anggaran yang telah bandingkan dengan sebelum
ditetapkan. penerapan anggaran berbasis
Untuk mengetahui bagaimana kinerja, hal ini dapat dilihat
kinerja keuangan pemerintah daerah, dari rata-rata rasio
harus dicermati dari hasil kemandirian daerah, derajat
perhitungan setiap rasio diatas. Hasil desentralisasi, rasio

21
efektivitas pendapatan asli intensifkasi dan ekstensifikasi
daerah, rasio efisiensi sumber penerimaan daerah. Secara
pendapatan asli daerah, rasio intensifikasi dan penyempurnaan
efektivitas pajak daerah, dan sistem pelayanan pajak dan retribusi
rasio efisiensi pajak daerah daerah, meningkatkan pengawasan
yang mengalami penurunan terhadap pelaksanaan pemungutan
dari tahun ke tahun. penerimaan daerah, meningkatkan
3. Kinerja keuangan pemerintah koordinasi dan kerja sama antara unit
Kabupaten Tanjung Jabung satuan kerja terkait, dan
Barat sebelum penerapan meningkatkan sosialisasi kepada
anggaran berbasis kinerja masyarakat mengenai ketentuan
lebih baik dibandingkan pajak dan retribusi daerah,
dengan setelah penerapan sedangkan secara ekstensifikasi,
anggaran berbasis kinerja, hal pemerrintah daerah seharusnya dapat
ini dapat dilihat dari mengidentifikasi potensi daerah dan
rangkuman perhitungan rasio mengkaji jenis penerimaan daerah
keuangan antara sebelum dan yang sudah tidak layak lagi sehingga
sesudah penerapan anggaran peluang-peluang baru untuk sumber
berbasis kinerja, dari rata-rata penerimaan daerah dapat diganti.
rasio keuangan tersebut
tergambar dengan jelas Daftar Pustaka
bahwa rasio-rasio yang ada Bastian, Indra. 2006. Akuntansi
dalam rasio keuangan, pada Sektor Publik Suatu Pengantar.
periode sebelum penerapan Erlangga: Jakarta.
anggaran berbasis kinerja Ekawarna, Shinta Unjaswati. 2008.
lebih baik di bandingkan Pengukuran Kinerja
sesudah penerapan angggaran Anggaran Pendapatan dan
berbasis kinerja. Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah Daerah
Saran Kabupaten Muaro Jambi.
Berdasarkan hasil penelitian dan Skripsi. Universitas Jambi.
pembahasan pada bab sebelumnya, Halim, Abdul dan Theresia
adapun saran yang diajukan penulis Damayanti. 2007. Seni
adalah perlu diberlakukannya Bunga Rumpai
pengoptimalan sumber pendapatan Manajemen
asli daerah untuk mengurangi tingkat Keuangan Daerah.: UPP
ketergantungan keuangan daerah dari AMP YKPN: Jakarta.
pemerintah pusat melalui Halim, Abdul. 2001. Akuntansi
peningkatan pengelolaan sumber Sektor Publik-Akuntansi
daya alam, pariwisata, dan

22
Keuangan Daerah. : Keuangan Daerah. Kuala
Salemba Empat: Jakarta. Tungkal.
Hartono, Jogiyanto. 2004. Perda Bupati Tanjabbar. No. 13.
Metodologi Penelitian 2008. Susunan Organisasi
Bisnis : Salah Kaprah dan dan Tata Kerja Sekretariat
Pengalaman-Pengalaman. Daerah dan Sekertariat
BPFE UGM: Yogyakarta. DPRD. Kuala Tungkal.
Herianto, Tedi. 2002. Metode Perda Bupati Tanjabbar. No. 15.
Penelitian Bisnis. Erlangga: 2008. Susunan Organisasi
Jakarta. dan Tata Kerja Sekretariat
Ihyaul, ulum. 2009. Audit Sektor Daerah dan Sekertariat
Publik Suatu Pengantar. DPRD. Kuala Tungkal.
Bumi Aksara: Jakarta. Presiden RI. 2000. PP No. 105
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Tahun 2000 Tentang
Riset untuk Bisnis dan Pengelolaan dan
Ekonomi. Erlangga: Pertanggungjawaban
Jakarta. Keuangan Daerah.
Lubis, Hijrani Putri. 2009. Jakarta.
Analisis Pengaruh http://www.esdm.go.id/reg
Pemberlakuan Anggaran ulasi/pp/cat_view/64-
Berbasis Kinerja Terhadap regulasi/74-peraturan -
Kinerja Keuangan pemerintah/197-tahun-
Pemerintah Daerah 2000.html
Kabupaten Deli Serdang. Presiden RI. 2002. Kepmendagri No.
Skripsi. Universitas 29 Tahun 2002 Tentang
Sumatra Utara. Pedoman Pengurusan,
Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Pertanggungjawaban dan
Keuangan Pemerintah Pengawasan Keuangan
Daerah. Yogyakarta: UPP Daerah serta Tata Cara
STIM YKPN. Penyusunan Aanggarn
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Pendapatan dan Belanja
Publik. ANDI: Yogyakarta. Daerah, Pelaksanaan Tata
Munandar. 1985. Akuntansi Usaha Keuangan Daerah
Anggaran. alfabeta: Bandung. dan PErhitungan
Nordiawan, Deddi dkk. 2007. Anggaran Pendapatan dan
Akuntansi Pemerintah. Salemba Belanja Daerah. Jakarta.
Empat: Jakarta. www.usdrp-
Perda Bupati Tanjabbar. No. 4. 2006. indonesia.org/files/downlo
Pokok-Pokok Pengelolaan adContent/420.pdf

23
Presiden RI. 2003. Undang-undang Santoso, Gempur. 2005. Metodelogi
No. 17 Tahun 2003 Penelitian. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Tentang Keuangan SR, Hasibuan. 2001. Manajemen
Negara. Jakarta Keuangan Daerah. Prestasi
http://www.dmo.or.id/dmo Pustaka: Jakarta..
data/4Peraturan_dan_Kete Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
ntuan/1Undang_undang/U Bisnis. Alfabeta: Bandung.
U_17_2003_KeuanganNe Suprapto, Tri. 2006. Analisis Kinerja
gara.pdf Keuangan Pemerintah
Presiden RI.2004. Undang-Undang Daerah Kabupaten Sleman
No. 32 Tahun 2004 dalam Masa Otonomi
Tentang Pemerintah Daerah Tahun 2000-2004.
Daerah. Jakarta. Skripsi: Universitas Islam
http://www.bpkp.kpu.go.id Indonesia.
/dmdocuments/UU_32_20 Supriyanto, Y. 1985. Akuntansi
04 Sektor Publik-Akuntansi
Pemerintah%20Daerah.pdf Keuangan daerah.
Presiden RI.2004. Undang-Undang Erlangga: Jakarta.
No. 33 Tahun 2004 Tanjung, Abdul Hafiz. 2008.
Tentang Perimbangan Akuntansi Pemerintahan
Keuangan Antara Daerah. Alfabeta:
Pemerintah Pusat dan Bandung.
Daerah. Jakarta Widodo, T. 2009. Metode Penelitian
http://www.bpkp.kpu.go.id Kuantitatif. LPP UNS dan
/unit/hukum/uu/2004/33-04.pfd UPT Penerbitan dan
Presiden RI. 2005. PP No. 58 Tahun Percetakan UNS: Surakrta.
2005 Tentang Pengelolaan Akkermans, H. and Helden, K. V.,
Keuangan Daerah. ³Vicious and virtuous cycles
Jakarta. in ERP implementation: a
www.bpkp.do.id/unit/huku case study of interrelations
m/pp/2005/058-05.pdf between critical success
Presiden RI. 2006. Permendagri No. factors´ European Journal of
13 Tahun 2006 Tentang Information Systems, Page
Pedoman Pengelolaan 35±46, 2002.
Keuangan Daerah. Bharadwaj, A., Sambamurthy, V.,
Jakarta. DQG =PXG 5 : ³IT
http://www.jakarta.go.id/v Capabilities: Theoretical
70/direktorhukum/public/d Perspectives and Empirical
ownload/permendagri_13_ Operationalization,´ LQ
2006.pdf Proceedings of the 19th

24
International Conference on resource planning
Information Systems, J. I. implementation in Indian
DeGross, R. Hirschheim, and retail sector´ Business
M. Newman (eds.), Helsinki, Process Management Journal,
Finland, December 13-16, pp. Vol. 19 No. 3, pp. 496-514,
378-385. 1998. 2013.
Clark, C. E., Cavanaugh, N. C., Hall, J.A. 2011, ³,QWURGXFWLRQ WR
Brown, C. V., and Accounting Information
Sambamurthy, V ³%XLOGLQJ 6\VWHPV´ Seventh Edition.
Change-Readiness Canada. Cengage Learning.
Capabilities in the IS Hitt, L.M.,Wu, D.J. and Zhou, X.,
Organization: Insights From ³Investment in Enterprise
the Bell Atlantic Experience³ Resource Planning: Business
MIS Quarterly (21:4), pp. Impact and Productivity
425-455. 1997. 0HDVXUHV´. Journal of
Dantes, G.R. and Hasibuan, Z.A., Management Information
³The Impact of Enterprise Systems, Vol. 19, No. 1, pp.
Resource Planning (ERP) 71-98, 2002.
System Implementation on Ibrahim, A. dan Lestari, E.,
Organization: Case Study ³Pengembangan Model
ERP Implementation in Sistem Informasi Integrated
,QGRQHVLD´ IBIMA Business Laboratory pada Perguruan
Review. Vol. 2011, Article 7LQJJL´ Jurnal Sistem
ID 210664, 10 Pages, 2011. Informasi Manajemen. 2011.
Daud, R. dan Windana, V., J. Lee, K. Siau, and S. Hong,
Pengembangan Sistem ³(QWHUSULVH LQWHJUDWLRQ ZLWK
Informasi Akuntansi (53 DQG ($, ´ Commun.
Penjualan dan Penerimaan ACM, vol. 46, no. 2, pp. 54-
Kas Berbasis Komputer Pada 60, Feb. 2003.
Perusahaan Kecil. Jurnal Jogianto HM. 2009,
Manajemen dan Bisnis, 2014. ³Sistem 7HNQRORJL ,QIRUPDVL´. Edisi
E. Folmer and J. Verhoosel, ³6WDWH RI III. Yogyakarta: Andi.
the Art on Semantic IS /XFDV -U + & DQG 2OVRQ 0 ³The
Standardization, Impact of Information
,QWHURSHUDELOLW\ 4XDOLW\ ´ Technology on
TNO, University of Twente, 2UJDQL]DWLRQDO )OH[LELOLW\ ³
NOiV, CTIT, 03/2011. Journal of Organizational
Garg, P. and Garg, A., ³$Q HPSLULFDO Computing & Electronic
study on critical failure Commerce (4:2), pp. 155-
factors for enterprise 176. 1994.

25
Moleong, L.J. ´ Metodologi $NXQWDQVL´ Jakarta: Salemba
3HQHOLWLDQ .XDOLWDWLI´ (GLVL Empat.
Revisi. Bandung: Remaja Roth, M. A., Wolfson, D. C.,
Rosdakarya. Kleewein, J. C., & Nelin, C.
Moohebat, M.R., Jazi, M.D., and J. (2002). ³,QIRUPDWLRQ
Asemi, A., ³(YDOXDWLRQ RI WKH Integration : A new
ERP Implementation at generation of information
Esfahan Steel Company WHFKQRORJ\´. ProQuest, 2.
Based on Five Critical Sambamurthy, V., and Zmud, R. W.,
Success Factors: A Case ³$W WKH +HDUW RI 6XFFHVV
Study´ International Journal Organization-wide
of Business and Management 0DQDJHPHQW &RPSHWHQFLHV ´
Vol. 6, No. 5, May 2011. in Steps to the Future: Fresh
M. Themistocleous and Z. Irani, Thinking on the management
³%HQFKPDUNLQJ WKH EHQHILWV of IT-Based Organizational
and barriers of application transformation, C. Sauer and
LQWHJUDWLRQ ´ Benchmarking: P.Yetton (eds.), San
An International Journal, vol. Francisco, CA: Jossey-Bass
8, no. 4, pp. 317-331, 2001. Publishers, pp. 143-164.
Otieno, J.O., ³Enterprise Resource 1997.
Planning (ERP) Systems Shang, S. and Seddon, P.B.,
Implementation Challenges: ³$VVHVLQJ DQG 0DQDJLQJ 7KH
A Kenyan Case Study´ BIS Benefits of Enterprise
2008, LNBIP 7, pp. 399- 409. Systems: The Business
Springer-Verlag Berlin 0DQDJHU¶V 3HUVSHFWLYH´
Heidelberg, 2008. Information Systems Journal,
5DJRZVN\ $ DQG 6RPHUV 7 0 ³ Vol. 12, pp. 271-299, 2002.
Special Section: Enterprise 6XJL\RQR ´ Metode Penelitian
5HVRXUFH 3ODQQLQJ´. Journal .RPELQDVL´ Cetakan 4.
of Management Information Bandung. Alfabeta.
Systems, Vol. 19, No. 1, pp. 8PDU + ³Metode
11-15, 2002. 3HQHOLWLDQ´. Jakarta : Salemba
R. Gleghorn, ³(QWHUSULVH DSSOLFDWLRQ Empat.
LQWHJUDWLRQ D PDQDJHUÔV Weygandt, J.J., Kieso, D.E. and
SHUVSHFWLYH ´ IT Kimmel, P.D. 2007,
professional, no. December, ³Accounting Principles
pp. 17±23, 2005. 3HQJDQWDU $NXQWDQVL´. Edisi
Romney, M.B. dan Steinbart, P. J., Ketujuh. Jakarta : Penerbit
³Sistem Informasi Salemba Empat.

26
Widiyanti, S., ´.HVXNVHVDQ GDQ
Kegagalan Implementasi
ERP pada 3HUXVDKDDQ´
Tugas Akhir Sistem
Informasi Manajemen. 2013.

<LQ 5. ³Studi Kasus


Desain dan Metode´ &HWDNDQ
13. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

27

Anda mungkin juga menyukai