Anda di halaman 1dari 3

Mentoring 2-Bapak Dr. Harus Laksana Guntur, S.T., M.Eng.

Adab Pencari Ilmu


Ilmu adalah kunci segala kebaikan dan pengetahuan. Ilmu merupakan sarana untuk
menjalankan apa yang Allah perintahkan kepada kita. Tak akan sempurna keimanan dan tak
akan sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Menuntut ilmu bukan sekadar upaya untuk
memperkaya pengetahuan, tetapi juga ibadah yang diwajibkan dalam Islam. Sebab, agama
Islam sendiri dibangun atas dasar ilmu. Ini tercermin dari ayat Al-Qur’an yang pertama kali
diturunkan dengan diawali kata iqra atau “bacalah”. Kewajiban menuntut ilmu tertuang
dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah yang berbunyi: ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim” (HR. Ibnu Majah). Sebelum mencari ilmu, ada baiknya kita mendahulukan adab
sebelum ilmu.
Banyak ilmu, namun jangan sampai kita lupa belajar adab dan akhlak. Ada beberapa
hadist yang menjelaskan mengenai pentingnya adab dalam mencari ilmu. Salah satunya
adalah Al Imam Yusuf bin Husain berkata:
‫باألدب تفهم العلم‬
Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu. Imam Darul Hijrah,
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
‫تعلم األدب قبل أن تتعلم العلم‬
Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu. Kenapa sampai para ulama mendahulukan
mempelajari adab? Islam menegaskan keutamaan untuk mempelajari ilmu mengenai adab
dibandingkan mempelajari ilmu. Sebab kini banyak orang yang berilmu namun tidak
memiliki adab yang baik. Oleh sebab itu, memperlajari adab merupakan hal yang harus
diutamakan. Dengan adab yang baik maka akan mudah dalam memahami ilmu.
Dalam bahasa Arab, kata “adab” (‫ )أدب‬merupakan bentuk kata benda dari kata
kerja adaba yang berarti sopan santun, tata krama, moral, keteraturan, ketertiban, dan nilai-
nilai yang dianggap baik oleh masyarakat. Arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk
sikap, perilaku, atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan,
kebaikan, budi pekerti, atau akhlak. Orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani
hidupnya dengan aturan atau tata cara (adab) yang diikutinya. Karena aktivitas hidup manusia
bermacam-macam dan masing-masing membutuhkan tata cara, maka muncul pula berbagai
macam adab. Adab adalah disiplin rohani dan jasmani yang memungkinkan seseorang dan
masyarakat mengenal dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dengan benar dan wajar,
sehingga menimbulkan keharmonisandan keadilan dalam, masyarakat, dan lingkungannya.
Hasil dari adab adalah mengenal Allah dan melakukan ibadah serta amal saleh.
Adab dibagi menjadi empat, yaitu adab kepada Allah, adab kepada Rasul, adab
kepada manusia, serta adab kepada alam. Yang akan dibahas adalah adab dalam majelis. Adab
dalam majelis dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
‫اّٰللُ الَّ ِذيْهَ ٰا َمىُ ْىا ِم ْى ُك ْم‬ ُ ‫اّٰللُ لَ ُك ْۚ ْم َواِذَا قِ ْي َل ا ْو‬
ُ ‫ش ُز ْوا فَا ْو‬
‫ش ُز ْوا يَ ْزفَعِ ه‬ َ ‫س ُح ْىا فِى ْال َم ٰج ِل ِس فَا ْف‬
َ ‫س ُح ْىا يَ ْف‬
‫سح ِ ه‬ َّ َ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْهَ ٰا َمىُ ْٰٓىا اِذَا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫َوالَّ ِذيْهَ ا ُ ْوتُىا ْال ِع ْل َم دَ َرجٰ ٍۗت َو ه‬
١١ - ‫اّٰللُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْىنَ َخ ِبي ٌْز‬
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." Adab-adab yang harus
dilakukan seseorang ketika berada dalam majelis adalah yang pertama memberi salam.
Mengucapkan salam merupakan bentuk penghormatan terhadap orang lain. Mengucapkan
salam hukumnya sunnah dan menjawab salam hukumnya wajib. Yang kedua ialah
mengambil tempat yang masih kosong, begitu datang ke majelis ilmu, hendaknya seseorang
memperhatikan sekitar lebih dulu dan mencari tempat yang masih tersedia. Jika sudah tidak
ada tempat lagi, maka orang yang berada di majelis dianjurkan untuk melebarkan lingkaran
majelis dan menyediakan tempat bagi orang yang baru datang tersebut. Yang ketiga adalah
tidak melangkahi bahu orang lain. Yang keempat yaitu memberi jalan untuk memudahkan
orang lewat. Yang kelima adalah berusaha hadir lebih awal. Yang keenam adalah selalu
menjaga kesopanan, Saat berada di majelis, seorang muslim juga dianjurkan untuk
memperhatikan kesopanan, yaitu dengan menjaga sikap dari hal yang dapat mengganggu
anggota majelis lain, seperti menguap, membuang ingus, bersendawa, dan lain sebagainya.
Ketujuh, belapang dada dalam masalah khilafiyah, dalam majelis terdapat beberapa
perbedaan pendapat atau yang disebut dengan ikhtilaf/khilaf. Sebagai seorang muslim kita
harus menghargai perbedaan pendapat yang ada dalam majelis. Terakhir, bersikap bijaksana
dan menghiasi diri dengan kebijaksanaan.
Adab yang selanjutnya akan dibahas adalah adab terhadap guru dan dosen. Pertama,
duduk tenang dan sopan ketika dihadapan guru. Kedua, besikap menerima, memahami, dan
menyerap ilmu yang dismapaikan. Ketiga, menghormati guru dan dosen sebagaimana
mestinya. Terakhir, berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan sikap yang santun. Ilmu
yang kita dapatkan dapat bermanfaat apabila kita mempunyai niat ikhlas karena Allah dan
untuk menghilangkan kebodohan seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis riwayat Imam
Syafi’I yaitu "Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat , Ia
kan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Adab yang harus dilakukan dalam mencari ilmu adalah tawadhu’, sabar, ikhlas, dan
mengamalkan ilmu. Tawadhu’ adalah adalah perilaku manusia yang memiliki watak rendah
hati, tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong. Adapun nama lain
dari tawadhu ialah sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu dapat
diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri
kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan. Sombong dengan ilmu
lebih berbahaya daripada sombong dengan harta, hal ini sesuai dengan perkataan dari Ibnu
Al-Qayyim.

Anda mungkin juga menyukai