Anda di halaman 1dari 10

Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 1

PENERAPAN METODE PENUGASAN UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMAHAMI PETA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Nana Sutarna
STKIP Muhammadiyah Kuningan, email: sutarna_89@yahoo.com

ABSTRACT
This research is based on researcher’s concern in the lack of social studies improvement regarding to
students’ map understanding. This research aims to improve elementary students’ ability in
understanding map. This research uses qualitative approach with classroom action research method.
The research model uses cycle model which covers four components: planning, action, observation,
and reflection. The research subjects are 35 fourth grade students of SDN 1 Cengal. The instrument
uses quistionare, observation sheet, and field data records. Based on the research can be concluded as
follow: first, lesson plan in applying assignment method has its own characteristic compared to
another lesson plan method. Second, there is learning development process in each cyclus. Assignment
method encourages students to be active in learning and stimulates to improve learning process to be
better. Third, the average score in the cyclus I is 70,07, the average score in the cyclus II is 73,83 and
the average score in the cyclus III is 82,00. From the explaination above, can be concluded that there is
the development in each cyclus which means that assignment method can improve the map
understanding ability in elementary students.
Keywords: learning, map, assignment method, cycle.

PENDAHULUAN mengacu pada penanaman nilai dan


IPS merupakan subjek meter dalam pengembangan sikap yang akhirnya
dunia pendidikan di negara kita, yang bermuara pada perubahan tingkah laku
diarahkan bukan hanya kepada pengem- sebagai warga masyarakat.
bangan penguasaan konsep-konsep dasar Saat ini, proses pembelajaran IPS
ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang mengandung sejumlah tantangan yang
dapat mengembangkan komunikasi dan harus segera ditemukan solusinya. Berba-
tanggung jawab, baik sebagai individu, gai kritik dan sekaligus menjadi kelemahan
sebagai warga masyarakat maupun sebagai dari pelaksanaan pendidikan IPS lebih
warga dunia. Tujuan IPS yang diberikan banyak bermuara pada aspek metodologi
pada jenjang persekolahan adalah memper- pembelajaran IPS yang lebih bersifat
kenalkan siswa kepada pengetahuan teoretis dan kognitif, termasuk di dalamnya
tentang kehidupan masyarakat manusia aspek muatan kurikulum IPS dan faktor
secara sistimatis yang dapat mendidik peserta didik. IPS dianggap hanya ilmu
siswa dalam mengembangkan pengeta- pengetahuan bersifat teoritis dan kering
huan, sikap, dan keterampilan agar dapat aspek-aspek praktis yang dapat diterapkan.
mengambil bagian secara aktif dalam Untuk menepis anggapan tersebut
kehidupan kelak sebagai anggota masyara- diperlukan terobosan baru dalam mengap-
kat dan warga negara yang baik. likasikan materi IPS dalam kehidupan
Sapriya, dkk. (2007, hlm. 39) menge- keseharian siswa.
mukakan bahwa: Di dalam kerangka tujuan Letak suatu tempat dapat dilihat
IPS serta dikaitkan dengan tujuan melalui peta. Peta memuat lokasi di
pendidikan itu sendiri, termasuk di permukaan bumi, baik yang berada di
dalamnya misi pembelajaran yang daratan maupun di lautan. Pengetahuan
peta sangatlah penting agar seseorang tidak pengetahuan peta juga dapat diketahui
tersesat dalam mencari suatu lokasi. Dari daratan tinggi, daratan rendah, letak
2 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-
33.
perkebunan, jalan darat, dan daerah
demikian, secara konseptual, materi peta
pegunungan. Dengan demikian ketika
pada jenjang sekolah dasar bertujuan untuk
seseorang memahami peta dan
mengembangkan “kompetensi keruangan/
membawanya pada saat bepergian
spasial” atau “keterampilan geografi”, dan
terutama saat menempuh perjalanan jauh,
“kesadaran keruangan/spasial” atau
akan sangat membantu. Selain sebagai
“kesadaran geografis”. Secara umum
penunjuk arah, memiliki pemahaman peta
kemampuan spasial terdiri dari
juga sangat membantu ketika ingin
kemampuan: (1) ruang geografis, yang
mengetahui berbagai kondisi daerah.
berkaitan dengan pemetaan (tempat, lokasi,
Dengan memiliki kepandaian membaca
daerah, dsb); dan (2) ruang historis, yang
peta, seseorang dapat menentukan jarak
berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah
tempuh dari satu kota ke kota lainnya,
dalam suatu peristiwa bersejarah atau
yang tentunya sangat bermanfaat untuk
peninggalan-peninggalan bersejarah; (3)
berbagai keperluan.
ruang ekonomis, yang berkaitan dengan
Pada jenjang sekolah dasar kelas IV
tempat, lokasi, daerah terjadinya berbagai
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
aktivitas ekonomi; (4) ruang budaya, yang
Sosial, terdapat materi tentang peta. Ketika
berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah
berbicara peta, maka dibutuhkan metode
budaya lokal, nasional, dan internasional;
pembelajaran yang sesuai untuk
dan ruang sosial, yang berkaitan dengan
mengartikan simbol-simbol dalam peta
interaksi sosial antar manusia dalam
membutuhkan pengetahuan yang cukup.
konteks keruangan (Farisi, 2005).
Oleh karena itu, perlu menggunakan
Metode penugasan disumsikan dapat
metode pembelajaran yang selaras dengan
menjadi jalan keluar bagi permasalahan
kebutuhan tersebut. Penelitian ini dilatar
tersebut. Metode ini sangat cocok diberikan
belakangi oleh seringnya siswa usia
untuk mengimbangi bahan pelajaran yang
sekolah dasar tersesat. Siswa belum
sangat banyak sementara waktu sedikit.
mampu menentukan arah, belum mampu
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
membuat denah rumah dengan baik.
(1995, hlm. 96) mengatakan bahwa “metode
Fungsi dari peta sangat penting bagi
tugas adalah cara penyajian bahan dimana
peserta didik usia SD. Ketika peserta didik
guru memberikan tugas tertentu agar bisa
mampu membaca dan menginterpretasikan
melakukan kegiatan belajar”. Masalah
peta, maka sesungguhnya ada beberapa
tugas yang dilakukan oleh siswa dapat
kemampuan yang dipahami, meliputi
dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah
kemampuan mengembangkan pemahaman
di perpustakaan, di bengkel, di
tentang: (1) gejala alam dan kehidupan; (2)
Laboratorium, di rumah siswa atau dimana
menerapkan pola berpikir keruangan
saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
dalam memahami gejala alam dan
Menurut sagala (2005, hlm. 219)
kehidupan manusia; (3) mengembangkan
metode penugasan adalah: Cara penyajian
keterampilan mengelola sumber daya dan
bahan pelajaran dimana guru memberikan
kesejahteraan; (4) berempati dalam
tugas tertentu agar murid melakukan
membangun pola interaksi dan beradaptasi
kegiatan belajar, kemudian harus
dengan lingkungan alam, sosial, dan
dipertanggung jawabkan. Tugas yang
budaya; dan (5) menumbuhkan kesadaran
diberikan guru dapat memperdalam bahan
terhadap perubahan lingkungan, dan cinta
pelajaran dan dapat pula mengecek bahan
tanah air. (Depdiknas, 2002; 2003). Dengan
yang telah dipelajari. Tugas merangsang
anak untuk aktif belajar baik secara
individu maupun kelompok.
Pupuh Fathurrohman (2010, hlm. 64)
mengatakan metode penugasan tidak sama
dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih kepada anak didik ada berbagai jenis,
luas dari itu. Tugas yang dapat diberikan karena itu tugas sangat banyak macamnya,
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 3
tergantung pada tujuan yang akan dicapai, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
seperti tugas meneliti, menyusun laporan diri dengan banyak penajaman pengaruh
(lisan/tulisan), tugas di laboratorium dan bersama dan terhadap nilai yang dihadapi.
lain-lain. Bogdan dan Taylor (Moleong 2004,
Berdasarkan pemaparan yang telah hlm. 3) menyatakan bahwa, Metodologi
dikemukakan, maka untuk permasalahan Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
di atas harus ada solusi. Salah satu solusi menghasilkan data deskriptif berupa kata-
yang dapat dilakukan oleh guru untuk kata tertulis atau lisan dari orang-orang
meningkatkan kemampuan memahami dan perilaku yang dapat diamati.
peta adalah perlunya penerapan proses Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
pembelajaran yang baik dengan pem- individu tersebut secara holistik (utuh).
belajaran aktif. Berkaitan dengan hal ini, Jadi dalam hal ini tidak boleh
maka peneliti melaksanakan suatu mengisolasikan individu atau organisasi
penelitian yang berjudul “Penerapan kedalam variabel atau hipotesis, tetapi
Metode Penugasan untuk Meningkatkan perlu memandangnya sebagai bagian dari
Kemampuan Memahami Peta Pada Peserta suatu keutuhan. Desain penelitian yang
didik di Sekolah Dasar”. Tujuan dari digunakan mengacu pada bentuk desain
penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui bercorak Penelitian Tindakan Kelas
perencanaan pembelajaran dengan meng- (classroom action research), sehingga model
gunakan metode penugasan dalam penelitian yang digunakan adalah model
pembelajaran IPS mengenai memahami daur (siklus) yang mencakup empat
peta pada siswa Kelas IV Sekolah dasar. (2) komponen, yaitu : rencana (Planning),
Mengetahui pelaksanaan pembelajaran observasi (observation), tindakan (action),
dengan menggunakan metode penugasan dan refleksi (reflection).
dalam pembelajaran IPS mengenai mema- Penjelasan dari bagan (gambar 1)
hami peta pada siswa Kelas IV Sekolah adalah sebagai berikut :
Dasar. (3) Mengetahui peningkatan ke- Tahap 1 : Menyusun Rancangan Tindakan
mampuan siswa dalam memahami peta (Planning). Dalam tahapan ini peneliti
pada pembelajaran IPS yang menggunakan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
metode penugasan di Kelas IV Sekolah dimana,oleh siapa dan bagaimanatindakan
Dasar. tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara
METODE PENELITIAN berpasangan antara pihak yang melakukan
Penelitian yang dilakukan menggu- tindakan dengan pihak yang mengamati
nakan pendekatan kualitatif. Metode yang proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara
digunakan dalam penelitian ini adalah iniadalah penelitian kolaborasi, pihak yang
metode penelitian tindakan kelas. Dasar melakukan tindakan adalah guru itu
pertimbangan digunakannya metode ini sendiri, sedangkan yang diminta mela-
adalah pendapat yang dikatakan Moleong kukan pengamatan adalah peneliti.
(2004, hlm. 5) bahwa, Pertama menye- Pelaksana guru peneliti adalah pihak yang
suaikan metode kualitatif lebih mudah paling berkepentingan untuk meningkat-
apabila berhadapan dengan kenyataan kan kinerja, maka pemilihan strategi
ganda. Kedua metode ini menyajikan pembelajaran disesuaikan dengan selera
secara langsung hakikat hubungan antara dan kepentingan guru peneliti, agar
peneliti dan responden. Ketiga metode ini pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara
wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan
mudahnya.
Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting).
Pada tahap ini adalah pelaksanaan yang
merupakan implementtasi atau penerapan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan bahwa dalam tahapan ke-2 ini guru harus
4 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-
33.
ingat dan berusaha mentaati apa yang
pengamat. Sebetulnya kurang tepat apabila
harus dirumuskan dalam rancangan, dan
pengamatan ini dipisahkan dengan
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-
pelaksanaan tindakan, karena seharusnya
buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara
pengamatan dilakukan pada waktu yang
pelaksanaan dengan perencanan perlu
sama.
diperhatikan secara seksama agar sinkron
Tahap 4 : Refleksi (Reflecting). Pada tahap
dengan maksud semula.
ini merupakan kegiatan untuk menge-
Tahap 3 : Pengamatan (Observation). Pada
mukakan kembali apa yang sudah
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah
selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendis-
kusikan implementasi rancangan kegiatan.

Reflection 1

Observation 1
Action 1
plan

Reflection 2
Observation 2
Action 2

plan
Gambar 1 Spiral Kemmis dan Taggart (Wiraatmaja, 2005, hlm. 66)

Penelitian ini dilakukan di SDN 1 hasil dalam pemahaman siswa terhadap


Cengal yang terletak di Desa Cengal materi membaca peta lingkungan setempat
Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan. melalui metode penugasan. (2) Lembar
Adapun subjek penelitian adalah siswa- observasi. Lembar observasi yang dibuat
siswi kelas 4 yang berjumlah 35 orang, adalah untuk mengetahui aktivitas yang
yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu
siswa perempuan. melakukan metode penugasan dengan
Instrumen yang digunakan dalam menggunakan format lembar observasi. (3)
penelitian adalah (1) Lembar tes. Lembar Catatan Lapangan. Catatan lapangan yaitu
tes yang dibuat adalah untuk mengetahui catatan kegiatan selama pelaksanaan
ketercapaian proses pembelajaran yang berlangsung yang terjadi didalam kelas
dilakukan. Ada beberapa jenis lembar tes yang berisi deskripsi proses dan hasil
penilaian diantaranya lembar penilaian pembelajaran, interpretasi, analisa, dan
untuk mengamati pelaksanaan kegiatan saran dari peneliti terhadap praktikan atau
guru dan siswa pada pembelajaran IPS, rekan sejawat. Berkaitan dengan istilah
lembar penilaian proses pembelajaran, catatan lapangan, Bogdan dan Biklen
lembar penilaian akhir pembelajaran dan (Moleong 2005:209) menyatakan bahwa
lembar penilaian rekapitulasi pengga- “Catatan lapangan adalah catatan yang
bungan dari penilaian proses pembelajaran tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dan penilaian akhir pembelajaran sebagai dan diperkirakan dalam rangka pengum-
pulan data dan refleksi terhadap data lapangan digunakan untuk memperoleh
dalam penelitian kualitatif”. Catatan data kongkrit berbentuk catatan kualitatif
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 5
yang terjadi dalam pembelajaran dengan diungkapkan Nana Sudjana (1987, hlm. 81)
format catatan lapangan. bahwa ada beberapa langkah-langkah yang
harus diikuti dalam memberikan penggu-
HASIL DAN PEMBAHASAN naan metode tugas yaitu “tujuan yang akan
Berdasarkan deskripsi, analisis dan dicapai harus jelas, jenis tugas yang jelas
refleksi setiap siklus penelitian yang dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan ditugaskan tersebut, tugas yang diberikan
bahwa terdapat beberapa temuan esensial sesuai dengan kemampuan siswa dan ada
dalam penelitian yang telah dilaksanakan. petunjuk/sumber yang dapat membantu
Temuan-temuan esensial tersebut, meru- pekerjaan siswa”.
pakan hasil terpenting dari penelitian yang Dari paparan diatas, ada hal-hal yang
dilaksanakan. Temuan-temuan esensial harus diperhatikan oleh guru/pelaksana
yang peneliti peroleh secara rinci diuraikan tindakan dalam membuat perencanaan
sebagai berikut. pembelajaran (RPP) dan LKS. Tugas yang
diberikan harus jelas disertai dengan
Perencanaan Pembelajaran Metode petunjuk yang memadai. Dalam penelitian
Penugasan ini dibuat tiga Rencana Pelaksanaan
Jika dilihat dari perencanaan pembel-
Pembelajaran (RPP) yang diaplikasikan
ajaran, umumnya RPP metode penugasan
dalam 3 siklus. Perbedaan ketiga RPP yang
sama dengan RPP metode pembelajaran
dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai
lain. Namun, terdapat kekhasan pada
berikut:
bagian kegiatan inti pembelajaran. Metode
Perencanaan pada siklus I berisi rencana
penugasan, siswa menjadi lebih aktif
tugas untuk membuat peta provinsi Jawa
karena mereka merasakan langsung proses
Barat dengan teknik pembesaran. LKS yang
pembelajaran. Ini senada dengan apa yang
dibuat berisi langkah-langkah yang harus
sampaikan dalam buku panduan Depdik-
diikuti siswa dalam membuat peta dengan
bud (1993, hlm. 154) bahwa guru dalam
teknik ini.
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Perencanaan pada siklus II berisi rencana
hendaknya menerapkan prinsip-prinsip
tugas untuk membuat denah rumah
belajar aktif, yaitu pembelajaran yang
masing-masing disertai skala sederhana
melibatkan siswa baik secara fisik, mental
dan arah mata angin. LKS yang dibuat
(pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta
berisi langkah-langkah pembuatan denah
sesuai dengan tingkat perkembangan
dan cara menghapalkan serta mengapli-
siswa. Pembelajaran merupakan satu
kasikan arah mata angin. Pada siklus II,
kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
guru memberikan tugas untuk dikerjakan
Kegiatan belajar berpusat pada siswa,
oleh siswa di rumah.
sedang kegiatan mengajar berfokus pada
Perencanaan pada siklus III berisi rencana
guru. Pada metode penugasan, LKS
tugas memahami dan membuat simbol
(sebagai acuan dalam kegiatan pembel-
kenampakan alam dan simbol pusat
ajaran) didalamnya terdapat langkah-
kota/administratif untuk menemunun-
langkah pembelajaran yang disesuaikan
jukkan suatu lokasi. Tugas pada siklus III
dengan jenis tugas yang diberikan.
sikerjakan di kelas dengan menggunakan
Langkah-langkah ini menjadi pedoman
tes unjuk kerja sebagai evaluasi akhir untuk
bagi siswa (kelompok) dalam mengerjakan
mengukur kemampuan siswa dalam
tugas. Ini sejalan dengan pendapat yang
memahami peta.
Dari ketiga perencanaan pembelajaran
yang dibuat, perencanaan pembelajaran
pada siklus III merupakan yang terbaik
untuk mengukur kemampuan siswa dalam
memahami peta. Selain itu, tes unjuk kerja dalam mengetahui kemampuan sesung-
yang diterapkan dapat menjadi nilai lebih guhnya setiap siswa dan membuat guru
6 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-
33.
lebih obyektif dalam memberikan
orang-orang terdekatnya. Pada siklus III
penilaian. Metode penugasan memberi
pertemuan kedua guru melakukan tes
keleluasaan kepada guru untuk meren-
unjuk kerja sebagai alternatif pengukuran
canakan dan melaksanaan pembelajaran
kemampuan siswa dalam membaca dan
termasuk menentukan tempat bagi anak
memahami peta secara keseluruhan.
dalam mengerjakan tugas, tidak terpaku
hanya di dalam kelas.
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam
Memahami Peta
Proses Pembelajaran Metode Penugasan
Perolehan nilai rata-rata pada siklus I
Proses pembelajaran yang terjadi pada
adalah 70,07, dengan nilai rata-rata
siklus I pertemuan pertama berjalan kurang
pertemuan pertama sebesar 63,17 dan
baik. Pada pertemuan pertama, siswa yang
tindakan 2 sebesar 72,17. Pada pertemuan
diberikan tugas menggambar peta provinsi
pertama beberapa siswa mengalami
Jawa Barat dengan teknik pembesaran
kesulitan dikarenakan tugas yang diberikan
untuk dikerjakan secara individu. Hanya
harus dikerjakan secara individu. Pening-
sekitar 23% siswa yang dapat menyele-
katan hasil yang cukup signifikasn terlihat
saikan tugas yang diberikan sampai batas
pada hasil pertemuan pertama setelah guru
waktu yang ditetapkan. Proses pembel-
memodifikasi proses pembelajaran. Pada
ajaran pada siklus 1 pertemuan kedua
tindakan 2 tugas yang diberikan dikerjakan
berjalan lebih baik. Dalam prosesnya,
secara kelompok. Kesimpulan dari siklus I,
metode penugasan diberikan kepada siswa
jika dipersentase maka keberhasilan proses
secara berkelompok. Hampir semua
pembelajaran hanya 70 %.
kelompok dapat menyelesaikan tugasnya.
Perolehan nilai rata-rata pada siklus II
Proses pembelajaran pada siklus II
adalah 73,83, dengan nilai rata-rata
baik itu pertemuan pertama maupun
pertemuan pertama sebesar 72,54 dan
pertemuan kedua berjalan cukup baik.
tindakan 2 sebesar 75,11. Jika dilihat,
Dalam prosesnya, guru kembali
terdapat peningkatan hasil yang cukup
mengelompokkan siswa dalam kegiatan
signifikan apabila dibandingkan dengan
pembelajarannya. Ada hal yang berbeda
siklus I. Baik itu pertemuan pertama
antara siklus I dan siklus II, yakni
maupun pertemuan kedua pada siklus II,
penerapan metode penugasannya. Pada
penugasan yang diberikan kepada siswa
siklus I guru memberikan tugas kepada
bukan dikerjakan di kelas, namun di
siswa untuk dikerjakan di kelas, namun
rumah. Meski terdapat indikasi beberapa
pada siklus II guru mencoba alternatif lain
siswa melakukan manipulasi tugas, namun
untuk memberikan tugas kepada siswa
hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu
agar dikerjakan di rumah.
alternatif bagi guru. Kesimpulan dari siklus
Pada siklus III pertemuan pertama
II, jika dipersentase maka keberhasilan
masih menggunakan pengelompokkan
proses pembelajaran hanya 74 %.
siswa dalam pembelajarannya. Pemberian
Perolehan nilai rata-rata pada siklus
tugas pada siklus III kembali dilakukan di
III adalah 82,00, dengan nilai rata-rata
kelas, ini dilakukan untuk mengukur
pertemuan pertama sebesar 79,71 dan
obyektifitas kemampuan individual siswa
pertemuan kedua sebesar 84,29. Pada siklus
karena dari hasil analisis siklus II
III penugasan dilaksanakan di kelas, ini
terindikasi ada siswa yang mengerjakan
dilakukan sebagai refleksi hasil analisis
tugasnya dibantu secara langsung oleh
siklus II bahwa ada indikasi manipulasi
tugas jika tugas tersebut dikerjakan di
rumah. Kesimpulan dari siklus III, jika
dipersentase maka keberhasilan proses
pembelajaran hanya 82 %.
Dari ketiga siklus yang dilakukan, pada setiap siklusnya. Peningkatan
terdapat peningkatan cukup signifikan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 7
merupakan indikasi bahwa metode dan tempat yang digambarkan, melalui
penugasan merupakan salah satu metode judul; 2) Lokasi daerah; 3) Arah, melalui
yang dapat digunakan untuk mening- petunjuk arah (orientasi); 4) Jarak atau luas
katkan kemampuan siswa dalam suatu tempat dilapangan melalui skala
memahami peta. peta; 5) Kenampakan alam, misalnya relief,
pegunungan/gunung, lembah/sungai,
85
jaringan lalu lintas, persebaran kota.
80 Kenampakan alam ini dapat diketahui
75 melalui simbol-simbol peta dan keterangan
peta (legenda).
70
Peneliti mengangkat metode penugas-
65 an dikarenakan keterbatasan alokasi waktu
60
(jam pelajaran IPS) di kelas IV sekolah
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III dasar. Dalam panduan kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), alokasi waktu
Gambar 2 Grafik Nilai Rata-rata pelajaran IPS hanya 3 (tiga) jam pelajaran
Individu Per Siklus per minggu. Hal ini dirasa tidak seimbang
dengan banyaknya materi yang harus
Berdasarkan temuan-temuan esensial disampaikan kepada para siswa, apalagi
yang dikemukakan pada bagian pemba- jika berbicara masalah peta, perlu adanya
hasan, maka peneliti dapat melakukan variasi baru dalam pembelajaran. Dalam
sintesis dan konfirmasi terhadap hasil proses pembelajaran guru melaksanakan
temuan esensial tersebut, berkaitan dengan kegiatan yang telah direncanakan untuk
kajian teoritis yang telah diuraikan. Peneliti mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
berpendapat bahwa materi tentang peta Pendapat tersebut juga didukung oleh
merupakan salah satu pokok bahasan Syaiful Bahri Djamalah dan Aswan Zain
terpenting dalam pembelajaran IPS di (1995, hlm. 53) yang mengatakan bahwa
sekolah dasar. Ini diperkuat dengan metode mengajar adalah strategi
pendapat yang dikemukakan Hermawan pengajaran sebagai alat untuk mencapai
et. al. (2007, hlm. 102) mengemukakan tujuan yang diharapkan. Dengan metode
bahwa “IPS di sekolah dasar bertujuan penugasan, siswa menjadi lebih aktif
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, karena mereka merasakan langsung proses
sikap dan keterampilan siswa tentang pembelajaran. Ini senada dengan apa yang
masyarakat, bangsa dan Negara Indo- sampaikan dalam buku panduan
nesia”. Untuk mampu mengembangkan Depdikbud (1993, hlm. 154) bahwa guru
hal-hal tersebut, langkah pertama adalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
siswa mengenal daerahanya sendiri hendaknya menerapkan prinsip-prinsip
(kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) belajar aktif, yaitu pembelajaran yang
hingga akhirnya siswa mampu melibatkan siswa baik secara fisik, mental
menerapkan kemampuaannya secara (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta
global. Untuk dapat membaca dan sesuai dengan tingkat perkembangan
memahami peta, ada beberapa indikator siswa. Pembelajaran merupakan satu
yang harus dikuasai. Menurut Winarti kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
(2008, hlm. 16) beberapa hal yang perlu Kegiatan belajar berpusat pada siswa,
diketahui dalam membaca peta : 1) Isi peta sedang kegiatan mengajar berfokus pada
guru. Senada dengan itu, Roestiyah (2001,
hlm. 133) pemberian penugasan biasanya
digunakan dengan tujuan: Agar siswa
memiliki hasil belajar yang lebih mantap,
karena siswa melaksanakan latihan-latihan pengalaman siswa dalam mempelajari
selama melakukan tugas sehingga sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu
8 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-
33.
terjadi disebabkan siswa mendalami situasi
adalah: Cara penyajian bahan pelajaran
atau pengalaman yang berbeda, waktu
dimana guru memberikan tugas tertentu
menghadapi masalah-masalah baru.
agar murid melakukan kegiatan belajar,
Disamping itu untuk memperoleh
kemudian harus dipertanggung jawabkan.
pengetahuan, cara melaksanakan tugas
Tugas yang diberikan guru dapat
akan memperluas dan memperkaya
memperdalam bahan pelajaran dan dapat
pengetahuan serta keterampilan siswa di
pula mengecek bahan yang telah dipelajari.
sekolah atau di lingkungan sekolah itu.
Tugas merangsang anak untuk aktif belajar
Dengan kegiatan melaksanakan tugas,
baik secara individu maupun kelompok.
siswa aktif belajar dan merasa terangsang
Dari paparan di atas dapat
untuk meningkatkan pembelajaran menjadi
disimpulkan bahwa penerapan metode
lebih baik. Memupuk inisiatif dan berani
penugasan dapat dilakukan secara individu
bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas
maupun kelompok, tergantung dengan
yang harus dikerjakan siswa, hal itu
keadaan di kelas dan keefektifan dari hasil
diharapkan mampu menyadarkan siswa
yang nantinya didapat. Metode penugasan
untuk selalu memanfaatkan waktu
juga dapat merangsang siswa untuk aktif
senggangnya untuk hal-hal yang menujang
belajar dikarenakan siswa merasakan
belajarnya dengan mengisi kegiatan-
sendiri proses pembelajarannya.
kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Dari pendapat di atas, dapat Proses pemberian tugas pada
disimpukan bahwa tujuan dari membe- pertemuan 1 dan 2 siklus II dilakukan di
rikan penugasan kepada siswa adalah rumah. Variasi ini dilakukan untuk
untuk menjadikan siswa belajar lebih membandingkan hasil penerapan metode
mantap, menjadi pengalaman baru buat penugasan pada siklus I dan diharapkan
siswa dalam mempelajari sesuatu dapat adanya perubahan ke arah yang lebih baik
lebih terintegrasi, memperkaya pengeta- baik secara proses maupun hasil. Ini sejalan
huan serta keterampilan siswa di sekolah dengan yang dikemukakan Aswan Zain
sehingga dapat memupuk inisiatif dan (1995, hlm. 96) bahwa, tugas yang
berani bertanggung jawab sendiri. dilakukan oleh siswa dapat dilakukan di
Alokasi waktu sikus I tindakan 1 dalam kelas, halaman sekolah di
adalah 2 jam pelajaran (70 menit), dengan perpustakaan, di bengkel, di Laboratorium,
ketersediaan waktu yang cukup, peneliti di rumah siswa atau dimana saja asal tugas
dan pelaksana tindakan (guru) membuat itu dapat dikerjakan. Pendapat diatas
perencanaan bahwa penugasan yang mengindikasikan bahwa penugasan tidak
diberikan pada siswa dikerjakan secara hanya dapat dilakukan di dalam kelas
individu. Namun dilihat dari proses dan namun dapat diterapkan sesuai kondisi
hasil pembelajaran kurang sesuai harapan. dan situasi dan ada yang tentunya dapat
Lebih dari setengah jumlah siswa tidak menunjang keberhasilan pembelajaran.
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Menurut Nana Sudjana (1987, hlm. 81), ada
Setelah melakukan analisis dan refleksi, beberapa hal yang perlu diperhatikan
kami bersepakat pada tindakan 2 akan dalam pemberian tugas kepada siswa,
membagi siswa dalam beberapa kelompok yakni : (1) tujuan yang akan dicapai; (2)
untuk mempermudah siswa menyelesaikan jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga
tugas/pekerjaan yang diberikan. Menurut anak mengerti apa yang ditugaskan
sagala (2005, hlm. 219) metode penugasan tersebut; (3) sesuai dengan kemampuan
siswa; (4) ada petunjuk/sumber yang dapat
membantu pekerjaan siswa; dan (5)
sediakan waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugas tersebut.
Jika dilihat dari hasil, ada peningkatan diberikan di rumah memberi hasil yang
yang signifikan antara siklus I dan siklus II, lebih positif dibanding dengan tugas yang
ini membuktikan bahwa tugas yang diberikan di kelas. Namun ada indikasi
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 9
beberapa siswa yang meminta bantuan kegiatan inti pembelajaran, ada beberapa
orang-orang terdekatnya dalam mengerja- hal yang harus diperhatikan yaitu: tujuan
kan tugas, ini merupakan salah satu yang akan dicapai harus jelas, jenis tugas
kelemahan dari metode penugasan. Sesuai yang jelas dan tepat sehingga siswa
dengan pendapat Sagala (2005, hlm. 219), mengerti apa yang ditugaskan tersebut,
jika penugasan tersebut dilakukan di tugas yang diberikan sesuai dengan
rumah, hal yang mungkin terjadi adalah kemampuan siswa dan ada petunjuk/
seringkali siswa melakukan penipuan diri, sumber yang dapat membantu pekerjaan
mereka hanya meniru hasil pekerjaan siswa.
orang lain, tanpa mengalami peritiwa Kedua Dari paparan diatas, ada hal-hal
belajar dan adakalanya tugas itu dikerjakan yang harus diperhatikan oleh guru/
oleh orang lain jika tanpa pengawasan. pelaksana tindakan dalam membuat
Pada siklus III, penugasan kembali perencanaan pembelajaran (RPP) dan LKS.
dilakukan di kelas dengan menggunakan Tugas yang diberikan harus jelas disertai
pembelajaran secara berkelompok. Ini dengan petunjuk yang memadai. Petunjuk
dilakukan untuk meemperbaiki proses dan inilah yang menjadi pedoman siswa dalam
hasil siklus II yang diindikasikan ada tugas mengerjakan tugas. Dilihat dari prosesnya,
yang dikerjakan bukan oleh siswa. Pada pembelajaran pada siklus I berjalan kurang
tindakan 2 tes yang dilakukan dengan baik, sebagian besar siswa belum dapat
unjuk kerja, sebagai akumulasi pengukuran menyelesaikan tugas yang diberikan karena
kemampuan siswa dalam membaca dan keterbatasan waktu dan kurangnya
memahami peta secara individu. Terdapat kekompakkan antara anggota kelompok.
peningkatan yang signifikan antara siklus II Proses pembelajaran pada siklus II berjalan
dan siklus III. Keberhasilan penggunaan cukup baik. Ada variasi lain yang
metode penugasan untuk meningkatkan diterapkan pada siklus II yakni tugas
kemampuan siswa memahami peta, diberikan oleh guru untuk dikerjakan di
didukung juga oleh perolehan nilai rata- rumah.ini dilakukan untuk membanding-
rata hasil tes setiap tindakan yang relatif kan proses dan hasil pembelajaran dengan
meningkat. Peningkatan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Proses pembelajaran
tiap siklus membuktikan bahwa metode pada siklus III berjalan baik. Tugas yang
penugasan dapat meningkatkan kemam- diberikan pada siklus III kembali
puan siswa dalam memahami peta. dikerjakan di kelas. Hal ini berdasar pada
hasil refleksi siklus II yang menelaah
SIMPULAN kelemahan ketika tugas diberikan untuk
Berdasar pada hasil penelitian maka dikerjakan di rumah.
simpulan penelitiannya sebagai berikut: Ketiga Kemampuan siswa dalam
Pertama Perencanaan pembelajaran memahami peta meningkat. Ini dibuktikan
dalam menerapkan metode penugasan dengan indikator bahwa siswa dapat
memiliki kekhasan tersendiri dibanding memahami judul peta, mampu menen-
dengan perencanaan metode pembelajaran tukan arah mata angin, menemunun-
lain. Dalam RPP yang dibuat, terdapat LKS jukkan) lokasi daerah/tempat, mampu
yang berisi langkah-langkah bagi siswa menentukan skala dan jarak serta mampu
dalam mengerjakan tugas. Pada bagian mengartikan simbol kenampakkan alam
(pegunumgan, lembah, sungai, danau,
jaringan lalu lintas dan persebaran kota).
Berdasarkan simpulan penelitian,
maka penulis memberikan beberapa
rekomendasi yaitu sebagai berikut: 1) Bagi
para akademisi yang ingin meningkatkan
kemampuan membaca peta siswa sekolah satu metode alternatif yang dapat
dasar, metode penugasan merupakan salah dipergunakan; 2) Kepada guru untuk selalu
10 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-
33.
senantiasa menggali pengetahuan dan
Disertasi. tidak diterbitkan. Bandung:
mengembangkan keterampilan dalam
UPI.
mengajar sehingga dapat memberikan
Fathurrohman, Pupuh. (2010). Strategi
pembelajaran yang terbaik untuk siswa-
Belajar Mengajar. Bandung: Refika
siswinya; 3) Kepada kepala sekolah untuk
Aditama
selalu memberikan memotivasi serta
Hermawan, AH. Dkk. (2007). Belajar dan
arahan kepada para guru untuk selalu
Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS
meningkatkan kualitas pembelajaran
Meleong, Lexi. (2004). Metode Penelitian
dengan cara mengembangkan metode-
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
metode pembelajaran yang ada. Salah
Rosdakarya.
satunya yaitu metode penugasan untuk
Moedjono(1992:2). Strategi Pembelajaran.
diterapkan dalam pembelajaran IPS.
Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga
DAFTAR PUSTAKA Kependidikan Dirjen Dep.Dikti.
Depdikbud,(1993). Petunjuk pemilihan dan Roestiyah, N.k. (2001). Strategi Belajar
pembuatan alat peraga. Jakarta. Mengajar. Cetakan keenam. Jakarta: PT
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Rineka Cipta.
Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik, Sagala, S.(2005). Konsep dan Makna
Depdiknas. Pembelajaran untuk Membantu dan
Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. (1995). Memecahkan Problematika Belajar dan
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Cipta. Sapriya, dkk. (2007). Pembelajaran dan
Farisi, M.I. (2005). Rekonstruksi Dasar- evaluasi hasil belajar IPS. Bandung: UPI
dasar Pemikiran Pendidikan IPS-SD PRESS.
Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme. Sudjana, Nana. (1987). Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Winarti. (2008). Peta, Atlas, Globe. Klaten:
Cempaka Putih
Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai