Riset Brand Makanan Mie Instan Indomie
Riset Brand Makanan Mie Instan Indomie
Disusun oleh :
Anggota :
Shella ayu amelia (64190910)
Jakarta 2020
Halaman Pengesahan
Disusun oleh :
Ketua : Imam Yulianto (64190915)
Wakil : Hedrio Prayoga (64190931)
Anggota :
Shella ayu amelia (64190910)
Mengetahui/menyetujui
ii
Kata pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah analisis produk dengan judul
“ANALISIS BRAND AWARENESS DAN BRAND LOYALTY PRODUK MIE INSTAN
INDOMIE” dengan tepat waktu. Laporan penelitian ini merupakan syarat wajib dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah dan untuk pengganti UAS mata kuliah Manajemen
Pemasaran. Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan penelitian ini bisa selesai dengan hasil
yang baik. Dengan keterbatasan kami dalam membuat riset, maka cukup banyak hambatan
yang penulis temui dalam pengerjaan laporan ini. Dan jika penelitian ini pada akhirnya
bisa diselesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak
terkait. Untuk itu,
Untuk itu Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Kartika Yuliantari,S.E.,M.E yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Penulis
iii
Daftar Isi
iv
Daftar Table
Table III.8 Hasil Analisis Brand Recognition Dan Brand Unware ................................ 23
Table III.9 Berdasarkan Hasil Uji Validitas Variabel Brand Loyalty ............................ 24
v
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Grafik Top Brand Index mie instant dalam kemasan Bag ........................... 2
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Produk mie instan sebagaimana diketahui adalah salah satu produk makanan cepat
saji yang semakin lama semakin banyak digemari masyarakat karena kemudahan dalam
hal penyajiannya. Demikian juga bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar
berdomisili jauh dari orang tua, produk ini merupakan makanan cepat saji yang biasa
dikonsumsi karena harganya yang terjangkau, mudah didapatkan dan sifatnya yang tahan
lama. Dengan semakin banyaknya mie instan yang ada di pasaran berarti memberikan
keleluasaan bagi konsumen untuk memilih merk yang sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan fakta persaingan perusahaan mie instan yang semakin ketat, maka
perusahaan terus meningkatkan atribut-atribut produknya agar dapat bertahan dalam bisnis
ini, karena setiap merek menawarkan atribut-atribut seperti rasa, aroma, kualitas mie, dan
bumbu yang berbeda. Dari sekian banyak produk mie instan yang ada, kami sangat tertarik
1
2
untuk menggali lebih dalam lagi salah satu produk mie ternama di Indonesia, yakni
Indomie.
Indomie adalah salah satu brand mie instan di Indonesia yang diproduksi oleh PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Produk dari perusahaan milik Sudono Salim ini mulai
diluncurkan sejak tanggal 9 September 1970 dan diperkenalkan ke pasar konsumen sejak
tahun 1972. Berdasarkan data dari annual report 2012, dengan kapasitas produksi
mencapai 15 miliar bungkus per tahun, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
merupakan salah satu produsen mie instan terbesar di dunia. Selain itu, saat ini PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. mengklaim bahwa Indomie masih merupakan market
leader dalam medan persaingan berbagai produk mie instan di Indonesia. Posisinya 5 yang
kuat disebabkan karena Indomie sebagai produk mie instan yang pertama kali hadir di
Indonesia serta strategi promosi dan pemasaran yang gencar.
Indomie telah menerima berbagai penghargaan antara lain seperti Best Brand
Platinum in Instant Noodles Category, from SWA Magazine and MARS 2012 dan The
Best in Achieving Total Customer Satisfaction in Instant Noodles Category, from SWA
Magazine 2012 yang menjadikan Indomie sebagai salah satu mie instan yang diminati
hampir seluruh kalangan masyarakat. Menurut Asosiasi Roti, Biskuit, dan Mie Instan
(Arobim) dalam Industri Update Vol. 17, penjualan mie instan di Indonesia sepanjang
2012 mencapai 16,5 miliar bungkus. Hal itu mengindikasikan adanya peningkatan
penjualan sebesar 10% dibandingkan penjualan tahun 2011 yang hanya mencapai 15 miliar
bungkus. Bahkan, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. harus menambah jumlah
pabrik mie instan baru untuk memenuhi permintaan mie instan yang terus mengalami
peningkatan. Berikut ini adalah keterangan untuk peringkat produk Indomie pada industri
mie instan di Indonesia :
Gambar 1.1 : Grafik Top Brand Index mie instant dalam kemasan Bag
3
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa persaingan yang ketat untuk industri
mie instan, dan setiap produsen memiliki strategi masing-masing untuk memikat minat beli
konsumennya. Baik dari sisi kualitas produk, sampai promosi yang gencar dilakukan
perusahaan-perusahaan. Tersedianya berbagai pilihan untuk memuaskan suatu kebutuhan,
tentunya akan membingungkan konsumen. Keadaan ini memaksa perusahaan untuk lebih
tanggap terhadap perubahan pasar yang sangat cepat dan dinamis.
Perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Untuk menerapkan teori-teori dan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah ke
dalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu produk khususnya mengenai
harga dan merek yang diberikan.
2. Bagi Perusahaan
4
Dari hasil peneliatian yang di lakukan bisa membantu produk mie instan indomie
dalam mempertahankan persaingan pangsa pasar dalam bidnang makanan cepat saji
khususnya mie instan, sehingga terus menerus berada di posisi pertama di pasar.
3. Bagi Pihak Lain
Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh harga dan merek terhadap
keputusan pembelian mie instan indomie.
Dalam bab ini memuat waktu dan tempat penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk, dimana merek suatu
produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Merek tidak hanya sebuah
nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan dari
produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk
tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan
memudahkan pada saat pembelian ulang produk tersebut (Philip Kotler, 2009). Untuk lebih
mengetahui tentang merek, maka penulis menyajikan teori pengertian merek dari beberapa
ahli. Menurut (Philip Kotler, 2009), menyatakan bahwa merek adalah tanda yang berupa
gambar, nama, kata, hurup-hurup, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang memilik daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
5
6
dan jasa. Pengertian merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain,atau
gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang tau jasa dari
produk pesaing. Merek memungkinkan konsumen untuk mengatur dengan lebih baik
pengalaman tempat belanja mereka, membantu mereka mencari dan menemukan
keterangan produk. Sedangkan fungsi merek adalah untuk membedakan kepentingan
perusahaan, penawaran dari semuanya. Informasi tentang produk dan merek datang dari
bermacam-macam sumber, memasang iklan, pemberitaan, penjualan dan pengemasan.
Merek adalah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa
tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya (DR. Buchori
Alma, 2000). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semua definisi mempunyai
pengertian yang sama mengenai merek. Pada dasarnya merek terdiri dari dua bagian yaitu
bagian yang dapat diucapkan yaitu nama merek, dan bagian yang dapat dikenali tetapi
tidak dapat diucapkan yaitu tanda merek.
Merek adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam membandingkan produk-
produk sejenis. Kotler (2009) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari
sudut pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai
berikut:
3. Merek menawarkan perlindungan hukum atas ciri dari keunikan produk yang
dimiliki.
4. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas akan
melakukan pembelian berulang (loyalitas konsumen).
Menurut Tjiptono, dkk (2008) dalam Sutriono (2012) merek merupakan logo, instrument
legal (hak kepemilikan), perusahaan, shorthand notation, risk reducer, positioning,
kepribadian, rangkaian nilai, visi, penambah nilai, identitas, citra, relasi dan evolving
entity. Pada perkembangan perekonomian saat ini merek menjadi sangat penting. Menurut
Durianto dkk (2004), hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:Emosi konsumen
terkadang turun naik. Merek membuat janji kepada konsumen yang akan menyebabkan
emosi menjadi konsisten dan stabil. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan
pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dengan
budaya yang berbeda.
“Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-
hal tersebut, dengan tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau
jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari prsoduk atau jasa yang dihasilkan oleh
kompetitor atau pesaing”
Sedangkan masyarakat umum akan mengenali sebuah merek melalui beberapa hal,
diantaranya adalah :
Nama Merek atau Brand Name, merupakan bagian dari merek yang dapat
diucapkan, ditulis dan dibaca oleh siapapun, sebagai contoh „Asus‟, „Honda‟,
„Lux‟, Innova‟, „BMW‟, „Mercy‟, daln lainnya.
Tanda Merek atau Brand Mark, adalah bagian dari merek yang dapat dikenali
(biasanya visual) namun tidak dapat diucapkan. Bentuk dari brand mark ada
bermacam-macam, seperti lambang / logo, desain hurup, warna tunggal, khusus
atau gabungan, suatu bentuk seperti packaging atau kemasan, dan lain sebagainya.
8
Contoh lambang Mitsubishi “tiga berlian”, mobil Toyota “lambang toyota”, dan
lain sebagainya.
Tanda Merek Dagang atau Trade Mark, adalah seluruh merek atau sebagian dari
merek yang merupakan aset khusus yang mampu meningkatkan ekuitas merek dan
dilindungi oleh hukum yang berlaku, artinya hanya mereka yang memang memiliki
hal penggunaan merek dagang saja yang berhak menggunakan merek dagang ini.
Hak Cipta atau Copyright, adalah hak istimewa dari sebuah produk yang
mendapatkan perlindungan dari undang-undang, contoh karya tulis, karya musik,
logo, dan lain sebagainya.
Perusahaan biasanya pada suatu saat akan mengembangkan merek atau brand yang
dimilikinya, entah dengan tujuan untuk melayani market segment yang berbeda, atau
dalam rangka melindungi merek utama mereka dari serangan para pesaing.
Secara umum ada lima pilihan untuk menentukan strategi merek (brand strategy)
perusahaan, yaitu :
Strategi perluasan lini produk artinya perusahaan membuat produk baru atau
produk tambahan dalam lini produk yang sama dan juga menggunakan merek yang sama,
tetapi dengan tambahan atau feature tertentu, seperti bentuk, rasa, kandungan, ukuran
kemasan, dan lain sebagainya. Strategi ini banyak diterapkan oleh perusahaan yang sudah
berhasil dengan merek produk pertama, kemudian ingin meningkatkan volume penjualan
atau memang masih memiliki kapasitas produksi, sehingga perusahaan memutuskan untuk
menambah lini produk baru.
9
Dalam menggunakan strategi perluasan lini produk baru ini, ada yang harus
diperhatikan, yaitu jangan semata-mata karena kelebihan kapasitas produk, tetapi harus
juga benar-benar dipikirkan aspek pasarnya. Jangan sampai dengan menambahkan
perluasan lini produk, yang ada bukan omset penjualan yang meningkat, tetapi terjadi
kanibalisme yang tidak terkendali, dan lebih berbahaya adalah pelemahan produk utama
atau produk yang sudah terlebih dahulu eksis di pasar. Kanibalisme bisa saja terjadi, jika
dalam jumlah yang wajar tidak menjadi masalah, karena akan lebih baik konsumen yang
tidak tertarik dengan produk utama diambil oleh produk kedua ini, dari pada dimakan
kompetitor. Contoh dari strategi perluasan lini produk adalah, Indomie Goreng dengan
Indomie Goreng Ayam, Supermie Soto dengan Supermie Soto Banjar, Shampo Sunsilk
dengan aneka variannya dan lain-lain.
Contoh penggunaan strategi perluasan merek adalah penggunaan merek Dove, Shampo
Dove, Sabun Mandi Dove, kemudian penggunaan merek Lifebuoy untuk shampo Lifebuoy
dan sabun mandi Lifebuoy, dan lain sebagainya.
Strategi multi brand adalah strategi di mana perusahaan menggunakan banyak merek untuk
setiap produknya, dalam kategori produk yang sama. Ada berbagai alasan atau sebab
mengapa perusahaan memilih strategi multi brand atau mengapa perusahaan memiliki
banyak merek dalam kategori produk yang sama tersebut. Kadang perusahaan memang
tidak ingin mengganggu kinerja merek yang sudah ada, sehingga ketika akan memperluas
lini produk maka digunakanlah merek yang baru, dengan demikian merek pertama akan
aman, jika terjadi kegagalan pada merek kedua ini. Bisa juga perusahaan dengan sengaja
menciptakan second brand dengan maksud untuk melindungi merek pertama, jadi merek
kedua ini sifatnya atau fungsinya adalah untuk berperang jika ada produk pesaing yang
mengganggu, istilahnya sebagai fighting brand atau flanking brand. Tetapi terjadinya multi
brand bisa juga diakibatkan oleh proses akuisisi perusahaan dimana perusahaan yang
diakuisisi juga memiliki merek untuk kategori produk yang sama.
Penggunaan merek baru untuk meluncurkan produk baru biasanya dipilih oleh
perusahaan dengan alasan tertentu, diantaranya adalah dikhawatirkan jika produk baru
gagal, maka bisa mempengaruhi merek dan produk yang sudah ada, perusahaan tidak mau
mengambil resiko dengan merek dan produk yang baru tersebut. Atau perusahaan
menganggap merek yang sudah dimiliki tidak ada yang cocok dengan produk baru tersebut
(menurut penulis alasan ini masih kurang pas, karena banyak merek yang sebelumnya
tidak cocok, ketika produk tersebut booming, mereknya terdengar enak juga diucapkan
untuk produk tersebut) Dengan menggunakan merek yang sama sekali baru, maka jika
terjadi kegagalan produk, merek-merek yang sudah ada tidak akan terpengaruh, benar
memang demikian, bahkan dalam prakteknya jika resiko kegagalan produk cukup tinggi,
proses pemasaran dan distribusi merek tersebut di sendirikan, kalau nanti sudah eksis di
pasar, baru diakuisisi kembali.
Akan tetapi penggunaan merek produk yang sama sekali baru ini juga memiliki
konsekuensi, yaitu biaya pemasaran yang cukup tinggi. Produk baru dengan merek baru
membutuhkan biaya untuk edukasi pasar, biaya komunikasi, biaya penjualan dan distribusi
yang lebih besar dibandingkan dengan yang sudah existing (perhatikan product life cycle
dan strategi untuk setiap tahapannya).
11
Merek bersama atau co-branding adalah penggunaan dua merek untuk satu produk,
atau biasa disebut juga kerjasama branding, dan strategi ini ditempuh perusahaan untuk
mendapatkan kekuatan dari masing-masing merek tersebut. Biasanya strategi ini ditempuh
oleh perusahaan besar yang sudah memiliki merek yang terkenal dan sudah sangat kuat,
sehingga penggunaan dua merek tersebut akan semakin menguatkan posisi produk di
pasar. Penguatan merek tersebut akan memiliki dampak meningkatnya jumlah konsumen
dari produk tersebut, karena adanya penambahan jumlah konsumen dari masing-masing
merek yang sudah eksis di pasar tersebut. Hal yang perlu diwaspadai dari penggunaan
merek bersama atau co-branding adalah dalam memilih merek yang akan di ajak
kerjasama, karena jika nanti salah satu merek mengalami kejatuhan di pasar, maka merek
yang lain akan terpengaruh juga.
Ekuitas merek (brand equity) berkaitan dengan berapa banyak pelanggan yang
merasa puas dan akan mengalami kerugian dengan berganti merek, berapa banyak
pelanggan yang menghargai merek tersebut dan menganggapnya sebagai teman, dan
berapa banyak pelanggan yang sangat setia dengan merek tersebut.
Ekuitas merek juga terkait, menurut Aaker dengan tingkat pengakuan nama merek,
persepsi mutu merek, asosiasi mental dan emosional yang kuat dan asset lain seperti paten,
merek dagang, dan hubungan saluran distribusi. Ekuitas merek sebagai efek diferensial
positif yang ditimbulkan oleh
pengetahuan nama merek terhadap tanggapan pelanggan atas produk atau jasa tersebut.
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keunggulan bersaing antara lain:
1. Perusahaan tersebut akan memiliki pengaruh perdagangan yang lebih besar dalam
melakukan tawar menawar dengan distributor dan pengecer karena pelanggan
mengharapkan menjual merek tersebut.
2. Perusahaan tersebut dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaing-
pesaingnya karena merek itu memiliki persepsi mutu yang lebih tinggi.
12
3. Perusahaan tersebut dapat lebih mudah melakukan perluasan produk karena nama merek
itu menyandang kredibilitas yang tinggi.
4. Merek tersebut menawarkan kepada perusahaan itu suatu pertahanan terhadap persainga
harga.
Brand equity, adalah konsep yang menganggap brand sebagai asset perusahaan
yang dapat berkontribusi terhadap penjualan atau profit. Dalam framework brand equity,
hubungan dengan customer bukanlah hal yang tidak penting. Hubungan yang baik dengan
customer bisa membantu meningkatkan brand loyalty terhadap brand yang bersangkutan.
Demikian juga dalam framework customer equity, brand mempunyai peranan penting
dalam menjalin hubungan dengan customer.
Menurut David Aaker (ex. Universitas California) dan Kevin Keller (Dartmouth College),
ada empat komponen penting yang membentuk brand equity. Yang pertama adalah brand
loyalty, komponen yang penting karena performance perusahaan sangat bergantung pada
seberapa banyak konsumen yang loyal. Yang kedua adalah brand awareness, sejauh mana
konsumen tahu tentang keberadaan brand tersebut. Brand awareness yang tinggi dapat
meningkatkan familiarity yang positif dan kemungkinan masuk dalam list brand untuk
dibeli.
Yang ketiga adalah perceived quality, yaitu kualitas brand atau produk tersebut di mata
konsumen. Apabila konsumen beranggapan suatu brand kualitas, dia akan lebih mudah
membayar lebih untuk brand tersebut. Yang terakhir adalah brand associations, konsep-
konsep, orang, atau image yang dihubungkan dengan brand.
Brand assosiations berguna dalam pembentukan sikap positif terhadap brand dan menjadi
motivasi pembelian.
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004), dalam menghadapi persaingan yang ketat, merek
yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai, dan berkesinambungan, menjadi
ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangan membantu dalam strategi pemasaran.
Keller (1993) juga menyatakan bahwa brand equity adalah keinginan dari seseorang untuk
melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Pengukuran dari brand equity sangatlah
berhubungan kuat dengan kesetiaan dan bagian pengukuran dari pengguna baru menjadi
pengguna yang setia.
13
1. Susanto dan Wijanarko (2004), ekuitas merek adalah seperangkat asset dan
liabilitas merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.
2. East (1997), “Brand equity or brand strength is the control on purchase exerted by
a brand as an asset that can be exploited to produce revenue”.Artinya ekuitas merek
atau kekuatan merek adalah control dari pembelian dengan menggunakan merek,
dan kebaikan dari merek, merek sebagai asset yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan pendapatan.
3. Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential effect that
knowing the brand name has on customer response to the product or service”.
Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui
dari respon konsumen terhadap barang atau jasa.
Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau
mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen
terhadap barang dan jasa yang dijual.
Menurut Soehadi (2005), kekuatan suatu merek (brand equity) dapat diukur berdasarkan 7
indikator, yaitu :
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu.
menurut East (1997), :Brand awareness is the recognition and recall of a brand and its
14
differentiation from other brand in the field”Artinya brand awareness adalah pengakuan
dan pengingatan dari sebuah merek dan pembedaan dari merek yang lain yang ada di
lapangan.
Ada 4 indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh konsumen
aware terhadap sebuah brand antara lain :
1. Recall yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa
saja yang diingat.
2. Recognition yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut
termasuk dalam kategori tertentu
3. Purchase yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suau merek kedalam
15
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi
ini tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Ketertarikan pada suatu
merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasikannya.
1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali
tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian, merek
memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis
konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen
switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga didalam
melakukan pembelian).
2. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang digunakan,
atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi
ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama
apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli
tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer)
3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun memikul biaya peralihan
(switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan denga upaya
untuk melakukan pergantian ke merek lain. kelompok ini biasanya disebut dengan
konsumen loyal yang merasakan ada suatu pengorbanan apabila melakukan
pergantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
16
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) bergerak dalam bidang pembuatan
mie instant dan bahan makanan, produk makanan kuliner, biskuit, makanan ringan, nutrisi
dan makanan khusus, kemasan, perdagangan, transportasi, pergudangan dan cold storage,
jasa manajemen dan penelitian dan pengembangan. PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk atau lebih dikenal dengan nama Indofood merupakan produsen berbagai
jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya
Intikusuma. Setelah 4 tahun berdiri dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma, barulah pada
tahun 1994 nama perusahaan diganti menjadi PT. Indofood CBP Sukses Makmur sekaligus
mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia. Ketika baru setahun berdiri dengan nama PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, perusahaan tersebut sudah berhasil memulai integrasi
bisnis melalui akuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari dan pada tahun 1997 PT.
Indofood juga mengakuisisi grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan,
agribisnis, dan distribusi. Pada tahun 2005 PT. Indofood memulai kegiatan usaha di bidang
yang baru yaitu bidang perkapalan dengan mengakuisisi PT. Pelayaran Tahta Bahtera. Dua
tahun kemudian PT. Indofood berhasil mencatatkan saham Grup Agribisnis yaitu Indofood
Agri Resources Ltd di Bursa Efek Singapura. Perusahaan ini mengekspor bahan
makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa. Dalam beberapa dekade ini Indofood telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi
dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para
pedagang eceran.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Memproduksi produk yang bermerek Indomie.
17
18
Pada tahun 1969, banyak yang meragukan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan pangan pokok. Akan tetapi, karena mi instan sendiri harganya relatif
terjangkau, mudah disajikan, dan awet, Indomie berkembang pesat seiring dengan
diterimanya mi instan di Indonesia. Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan
adalah Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah
masyarakat Indonesia. Kemudian pada 1982, penjualan produk Indomie mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie kuah rasa kari
ayam. Puncaknya pada 1983, produk Indomie kembali semakin digemari oleh masyarakat
Indonesia dengan diluncurkannya varian Indomie Mi Goreng. Produk tersebut telah
merambah banyak negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah dan
China.
2. Indomie Goreng Mi Goreng Iga Penyet, Mi Goreng Pedas, Mi Goreng Cabe Ijo, Mi
Goreng Soto, Mi Goreng Rendang, Mi Goreng Ayam Bawang, Mi
Goreng Spesial Plus, dan Mi Goreng Spesial.
3. Indomie Jumbo Mi Goreng Jumbo Rasa Ayam Panggang dan Mi Goreng Spesial
Jumbo.
4. Indomie Keriting Mi Keriting Goreng Rasa Ayam Cabe Rawit, Mi Keriting
Goreng Rasa Ayam Panggang, dan Mi Keriting Goreng Special.
5. Indomie Taste of Mi Kuah Rasa Laksa ala Singapura, Mi Kuah Rasa Tomyum ala
Asia Thailand, dan Mi Goreng Rasa Bulgogi ala Korea.
19
10. Bite Mi Bite Mi Rasa Pizza Barbeque, Bite Mi Rasa Rasa Udang
Tempura, dan Bite Mi Rasa Seaweed.
3. Pembuatan Indomie
Berikut ini adalah cara-cara perusahaan dalam memproduksi Mie Instan merek
Indomie
a. Pencampuran (mixing)
Dalam proses mixing dilakukan pencampuran semua bahan yang digunakan. Tahap
pencampuran ini bertujuan agar tepung dan air tercampur merata. Untuk mendapat
adonan yang baik, kadar airnya harus berkisar antara 32-34%.
b. Pembentukan Mie (Roll Press)
Roll press adalah mesin produksi yang terdiri dari 3 buah unit, yaitu unit pressing
(penggilingan), slitter dan unit wave conveyor. Unit pressing berfungsi membentuk
lembaran adonan mie sampai ketebalan tertentu. Unit slitter berfungsi seperti pisau
yang akan memotong lembaran mie secara membujur menjadi untaian mie. Unit
wave conveyor yang akan membentuk untaian mie menjadi bergelombang/keriting.
Untaian mie tersebut kemudian masuk ke dalam steam box untuk proses lebih
lanjut.
c. Pematangan Mie (steaming)
Steaming adalah proses pematangan mie dengan teknik steam basah atau disebut
pengukusan.
Pada proses ini, mie mengalami perubahan fisik, menjadi lebih keras dan kuat.
20
d. Penggorengan (frying)
Pada tahap ini, untaian panjang mie dipotong dan didistribusikan ke dalam cetakan.
Kemudian mie digoreng pada suhu 140-150 derajat celsius selama 60 sampai 120
detik. Tahap ini bertujuan agar dehidrasi atau proses pengurangan kadar air mie
menjadi sempurna (sekitar 3-5%). Suhu minyak yang tinggi membuat air menguap
dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus di permukaan mie.
e. Pendinginan (cooling box)
Mie hasil penggorengan kemudian didinginkan di dalam lorong pendinginan
(cooling box) yang dilengkapi kipas. Mie lalu ditiriskan dengan suhu 40 derajat
celsius dengan menggunakan fan yang berputar cepat di atas ban berjalan. Proses
tersebut bertujuan agar minyak memadat dan menempel pada mie, serta membuat
mie menjadi keras.
Pendinginan harus dilakukan dengan sempurna, karena jika uap berkondensasi akan
menyebabkan tumbuhnya jamur. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan oven bersuhu 60 derajat celsius.
f. Pengemasan (packing)
Proses terakhir dalam pembuatan mie adalah pengemasan (packing). Berdasarkan
peraturan SNI 01-3551-2000, mie instan harus dikemas dalam wadah yang tertutup
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama masa penyimpanan
dan distribusi.
Secara umum, responden yang kami pilih dalam penelitan ini adalah teman/sanak
saudara dari tim peneliti. Kami mempunyai responden sebanyak 100 orang dengan
identitas sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Tabel III.2
Berdasarkan Jenis Kelamin
2 Laki-laki 34 34%
Total 100 100%
21
Jumlah
No. Usia Persentase
Responden
1 < 20 Tahun 71 71%
20-29
2 24 24%
Tahun
30-39
3 3 3%
Tahun
4 > 40 Tahun 2 2%
Total 100 100%
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berada pada rentang
usia <20 tahun yaitu sebanyak 71 orang, sedangkan minoritas responden berada
pada usia >40 tahun yaitu hanya 2 orang.
3. Pendidikan
Tabel III.4
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah
No. Pendidikan Persentase
Responden
1 SMP 3 3%
2 SMA/SMK 85 85%
3 D3 3 3%
4 S1 8 8%
5 S2 1 1%
Total 100 100%
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
4. Pekerjaan
Tabel III.5
Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah
No. Pekerjaan Persentase
Responden
1 Belum bekerja 18 18%
2 Mahasiswa/Pelajar 55 55%
3 Karyawan Swasta 22 22%
4 Wiraswasta 1 1%
5 Influencer 1 1%
6 Driver 1 1%
7 Harian 1 1%
Ibu Rumah
8 1 1%
Tangga
Total 100 100%
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
Tabel III.6
Hasil Analisis Top of mind
Top Of mind
mie instan frekuensi presentase (%)
Indomie 91 91
mie sedap 6 6
sarimi 2 2
supermi 1 1
total 100 100
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
Brand recall
Mie instan Frekuensi Presentase (%)
Mie sedap 45 45
Sarimi 25 25
mie sukses 2 2
pop mie 2 2
mie sakura 6 6
mie lemonilo 4 4
Mie supermie 8 8
gaga mi 100 2 2
samyang 4 4
Ramen 2 2
Total 100 100
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
Hasil keseluruhan analisis brand recall menyebutkan bahwa selain indomie, mie
sedap lah yang teringat dalam benak responden di bandingkan dengan merek mie
instant lain nya.
c. Apakah anda mengenal produk Indomie?
Tabel III.8
Hasil Analisis Brand Recognition Dan Brand Unware
Brand Recognition
Presentase
Jawaban Frekuensi (%)
Mengenal produk 99 99
Tidak mengenal produk 0 0
Mungkin Mengenal
produk 1 1
Total 100 100
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
Dari tabel di atas 99% responden mengenal produk indomie, dan 1% mungkin mengenal
indomie.
24
Brand Unware
Dari tabel di atas 1% mungkin mengenal indomie, yang artinya responden tersebut tidak
terlalu yakin mengenal indomie.
1. Uji Validitas
Setiap butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari nilai
rtabel. Untuk mengetahui nilai rtabel dilakukan dengan menggunakan rumus rtabel (α,
n-2) berdasarkan tabel product moment. Uji validitas ini diketahui bahwa n = 100 dan α
= 5% maka rtabel (5%, 100-2) = 0,193. Oleh karena itu, setiap butir pertanyaan
dikatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari 0,193. Berikut adalah hasil uji
validitas variabel brand loyalty yang telah peneliti dapatkan ada pada tabel ....
Tabel III.9
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Validitas Variabel Brand Loyalty, dapat di lihat
bahwa semua butir pertanyaan dinyatakan VALID karna nilai rHitung lebih besar dari
nilai rTabel.
25
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai cronbach‟s Alpha lebih besar
dari 0,6, maka instrumen dinyatakan reliabel.
Tabel III.10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.281 5
Berdasarkan tabel di atas hasil uji reliabilitas brand loyalty, dapat dilihat bahwa
variabel brand loyalty memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,281 , itu artinya
variabel brand loyalty dinyatakan SEDIKIT RELIABEL karena nilai koefisien
reliabilitas instrumen (cronbach alpha) > 0,6.
Tabel III.11
Rentang skala penilaian
1 – 1,50 buruk
1. Switcher Buyer
Tabel III.12
Hasil analisa switcher Buyer
2. Habitual Buyer
Tabel III.13
Hasil analisa Habitual Buyer
3. Stasfied Buyer
Tabel III.14
Hasil analisa Stasfied Buyer
Hasil analisis Stasfied Buyer
Jawaban F X F.X X2 f.X2 persentase(%)
Sangat tidak puas 3 1 3 1 3 3
mungkin 10 2 20 4 40 10
puas 45 3 135 9 405 45
Sangat puas 42 4 168 16 672 42
Total 100 326 1120 100
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
5. Commited Buyer
Tabel III.16
Hasil analisa Commited Buyer
Hasil analisis Commited Buyer
Jawaban F X F.X X2 f.X2 persentase(%)
Tidak pernah 3 1 3 1 3 3
jarang 8 2 16 4 32 8
sering 27 3 81 9 243 27
selalu 62 4 248 16 992 62
Total 100 348 1270 100
Sumber:data primer yang telah di olah, 2020
89%
95%
87%
Keterangan:
64%
WARNA Kuning : Switcher
Gambar 3.1
Dari gambar piramida di atas dapat di ambil kesimpulan liking the Brand
menempati posisi persentase paling atas sebesar 95%, dari 100 orang 95 orang benar-
29
benar menyukai mie Indomie, Terbukti bahwa perusahaan indomie melakukan riset
pasar yang baik soal rasa yang akan di terima masyarakat indonesia, habbitual buyer
menempati persentase sebesar 64% bahwa dari 100 responden mengkonsumsi Indomie
hanya karna sudah menjadi kebiasaan saja, rata-rata responden kami sangat puas
terhadap produk mie instan Indomie ini dengan perolehan persentase sebesar 87%,
ternyata produk indomie punya konsumen yang akan siap menyarankan produk indomie
ke orang lain dengan persentase sebesar 89% di bawah liking the brand, ini akan sangat
membantu sekali dalam promosi produk tanpa harus membayar biaya promosi sepeser
pun, 15% di switcher buyer yang akan berubah merek hanya karna harga nya berubah,
jadi sekitar 75% yang akan tetap bertahan meski harga indomie naik, ini perlu di
waspadai terhadap peningkatan harga pada produk indomie bisa saja angka nya akan
terus menurun konsumen akan cenderung berpindah ke produk lain yang mungkin harga
lebih murah dari produk indomie.
BAB IV PENUTUP DAN SARAN
4.1 Penutup
Kesimpulan
1. Dari hasil perhitunga analisis brand awareness produk indomie dapat diketahui :
a. Pada Top Of Mind sebanyak 91% orang menyebut Merek indomie lah merek
yang mereka ingat pertamakali.
b. Pada Brand Recall Mie sedap lah yang menduduki peringkat tertinggi yaitu
sebesar 45% menyebut merek lain selain merek indomie.
c. Pada Brand Recognition 99% memberikan pernyataan bahwa mereka
mengenal produk indomie, dan barand Unware recognition hanya 1% yang
ragu-ragu mengenal produk indomie.
2. Dari analisis brand loyalty produk indomie, dapat diketahui :
a. Dari 100 orang sebanyak 95% nya sangat menyukai mie instan indomie di
bandingkan dengan mie instan merek lain. indomie berhasil menjadi favorite
orang Indonesia, tidak heran jika menjadi favorit orang indonesia dari rasa
gurihnya dan rasa-rasa yang autentik Indonesia yang cocok di lidah orang
indonesia
b. Di urutan kedua pada tingkat commtied buyer dengan perolehan persentase
89%, konsumen indomie dengan senang hati
menyarankan/merekomendasikan produk indomie ke orang lain.
c. Di urutan ke tiga pada tingkat stasfied buyer dengan perolehan persentase
87%, 87 dari 100 orang mengakui sangat puas dalam mengkonsumsi mie
instant dalam keseharian nya.
d. Di urutan ke empat pada tingkat Habitual Buyer 64% dari responden yang
menjawab setuju membeli dan mengonsumsi mie instan Indomie karena
kebiasaan.
e. Di urutan ke lima pada tingkat switcher buyer 15%, hanya 15 orang dari 100
responden yang akan cenderung pindah hanya karena faktor perubahan harga.
30
31
4.2 Saran
1. Untuk perusahaan
Saran dan kritik dari resoponden yang mungkin membantu produk mie instan
indomie dalam mempertahankan persaingan pangsa pasar dalam bidnang makanan
cepat saji khususnya mie instan, sehingga terus menerus berada di posisi pertama di
pasar dan lebih baik lagi.
Jangan bikin varian rasa yang aneh aneh dan terlalu pekat pada tekstur bumbunya. Mie goreng rendang
menurut saya paling kurang oke. Saya harap diperbaiki segera. Sebelum ditinggal Fans Indomie yang lagi
Risang Ichsani sayang sayangnya. Thx.
32
AMANDABUNGA SEMOGA MENAMBAH RASA YANG BARU DAN ISI YANG BARU DAN BBU YANG BARU .
Velita Tari doyoshi BPOMNYA LEBIH TERPERCAYA
Sebagai penikmat makanan Indomie. Untuk kemasan mungkin harus ditambah kesan. Agar lebih menarik lagi
namun tidak menghilangkan ciri khas Indomie tersebut. Untuk kemasan minyak dalam indomie mungkin bisa
di tambah sobekan sedikit agar memudahkan konsumen untuk membuka kemasan jika tidak ada alat bantu
Ibnu Mujahid gunting
Aprilia Indah Pratiwi Terkadang dalam kemasan ada kebocoran pada bumbu mumgkin quality controlnya lebih ditingkatkan lagi
Sebaiknya rasa yg di tawarkan indomie lebih mirip dengan rasa aslinya. Contohnya indomie seblak menurut
Erta saya rasanya jauh dari rasa seblak aslinya
saran : mie instan emg paling enak dikonsumsi ketika cuaca dingin tp kandungan gizinya kurang sehat bagi
tubuh.
kritij : mie instan sangat tdk dianjurkan untuk dikonsumsi. karena mie instan banyak mengandung bumbu yg
Luthfi Widi memakai pengawet.
Tiara Chairunnisa Varian rasanya lebih diperbanyak lagi dan isinya juga lebih dibanyakin soalnya kalo makan 1 bungkus
Chairil kedikitan tapi makan 2 bungkus kebanyakan :( selain dari itu, udh perfect!
Lala plissss banyakin mienya agar tidak terjadi “beli 1 kurang beli 2 kebanyakan”
Daftar Pustaka
Bayu eko suharto. (2014). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Merek.
Dhancoshare. (2012, October). Brand Equity, Brand Awareness, Perceived Quality dan
Brand Loyalty – dhanyramadha.
https://dhanyramadha.wordpress.com/2012/10/14/brand-equity-brand-awareness-
perceived-quality-dan-brand-loyalty/
HENY WURYANINGSIH. (2007). ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK BERMEREK INDOMIE DI KOTA
SURAKARTA. http://eprints.ums.ac.id/11183/2/BAB_I_Heny.pdf
Kristen Maranatha, U. (n.d.). Bab I Pendahuluan.
Nahdya pradnya yanis. (2020, May 29). ELEMEN “BRAND EQUITY” : nahdyapradnya.
https://blog.ub.ac.id/nahdyapradnya/2012/05/29/elemen-brand-equity/
Rachel dyah wiastuti, S. kimberlee. (2018). PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN DI SIMETRI COFFEE ROASTER PURI, JAKARTA.
https://hotel-management.binus.ac.id/2019/01/16/pengaruh-ekuitas-merek-terhadap-
keputusan-pembelian-di-simetri-coffee-roaster-puri-jakarta/
Rahmah Nurhalisa. (2018). Strategi pemasaran sari roti. Published.
https://www.slideshare.net/RahmahNurhalisa/strategi-pemasaran-sari-roti
Sugi prihato. (2020, March 1). Apa itu Manajemen Pemasaran? Mari Ketahui Lebih Jauh
dan Lengkap. https://accurate.id/marketing-manajemen/apa-itu-manajemen-
pemasaran-mari-ketahui-lebih-jauh-dan-lengkap/
Thomasdeni81. (2017, November). Apakah Peranan dan Kegunaan Merek? - Ekonomi &
Bisnis / Manajemen - Dictio Community. https://www.dictio.id/t/apakah-peranan-dan-
kegunaan-merek/14027
Top Brand Award. (2020, May 22). Top Brand Index Tracking - Mie Instan Dalam
Kemasan Bag Mobile Ver. | Top Brand Award. https://www.topbrand-
award.com/2020/05/top-brand-index-tracking-mie-instan-dalam-kemasan-bag-
mobile-ver/
Tribun Jambi. (2013, April 17). Beginilah Cara Mie Instan Dibuat di Pabrik! - Tribun
Jambi. https://jambi.tribunnews.com/2013/04/17/beginilah-cara-mie-instan-dibuat-di-
pabrik
33
Lampiran-Lampiran
kuisioner
34
35
Jawaban Responden
37
38
Brand Awareness
Pertanyaan
responden
1 2 3
4 indomie sarimi Ya
5 indomie Sarimi Ya
7 indomie Samyang Ya
9 indomie Samyang Ya
10 indomie sarimi Ya
11 indomie sarimi Ya
12 sarimi sarimi Ya
13 sarimi Sarimi Ya
14 indomie sarimi Ya
16 indomie Sakura Ya
17 indomie Sarimi Ya
23 indomie Sakura Ya
24 indomie sarimi Ya
25 indomie Sarimi Ya
36 indomie Ramen Ya
37 indomie Sarimi Ya
38 indomie Sarimi Ya
40 indomie Supermie Ya
47 indomie Sarimi Ya
48 indomie Sarimi Ya
50 indomie Sarimi Ya
56 indomie Samyang Ya
57 indomie Supermie Ya
60 indomie Samyang Ya
61 indomie Sarimi Ya
62 indomie Supermie Ya
66 indomie Supermie Ya
41
68 indomie Sarimi Ya
69 indomie Sakura Ya
70 indomie Sarimi Ya
72 indomie Sarimi Ya
73 indomie Sakura Ya
75 indomie sarimi Ya
76 indomie Sarimi Ya
80 indomie sarimi Ya
84 indomie Sakura Ya
86 indomie Sakura Ya
88 indomie Sarimi Ya
89 indomie Sarimi Ya
42
90 indomie sarimi Ya
93 indomie Ramen Ya
95 indomie Sarimi Ya
Brand Loyalty
49 4 4 4 4 4
50 1 4 3 4 3
51 2 2 2 3 3
52 4 1 3 3 2
53 4 1 3 4 3
54 1 4 3 4 3
55 4 4 3 4 3
56 1 1 4 4 4
57 1 4 3 2 2
58 1 4 4 4 4
59 2 3 4 4 4
60 1 4 3 4 3
61 1 2 2 4 3
62 1 3 4 4 4
63 1 4 4 4 4
64 1 4 4 4 4
65 2 3 3 4 3
66 4 4 4 4 4
67 1 3 2 4 4
68 2 2 3 4 3
69 1 4 4 4 4
70 1 3 4 4 4
71 2 3 3 4 4
72 2 3 4 3 4
73 1 1 3 4 2
74 2 4 2 4 4
75 1 4 3 4 4
76 2 3 4 4 4
77 2 3 3 4 4
78 2 2 3 2 1
79 1 4 3 4 4
80 1 4 3 4 4
81 1 3 4 4 4
82 2 2 4 4 4
83 1 3 3 4 4
84 1 1 3 4 3
85 2 4 4 4 1
86 1 4 4 4 4
87 1 3 2 4 4
88 3 3 3 4 4
89 1 4 4 4 4
90 1 2 1 4 4
91 1 1 3 4 4
92 1 2 3 4 4
93 4 4 4 4 4
94 1 1 3 4 4
95 1 4 4 4 3
96 1 1 3 4 4
97 3 3 3 4 2
98 1 3 2 4 3
99 2 2 2 2 2
100 1 1 3 3 3
Lampiran
Uji statistik
45
46
Correlations
Question_1 Question_2 Question_3 Question_4 Question_5 Total
Question_1 Pearson Correlation 1 .027 .001 -.122 -.130 .357**
Sig. (2-tailed) .791 .993 .227 .197 .000
N 100 100 100 100 100 100
Question_2 Pearson Correlation .027 1 .100 .085 .060 .608**
Sig. (2-tailed) .791 .323 .400 .551 .000
N 100 100 100 100 100 100
* **
Question_3 Pearson Correlation .001 .100 1 .251 .267 .568**
Sig. (2-tailed) .993 .323 .012 .007 .000
N 100 100 100 100 100 100
* **
Question_4 Pearson Correlation -.122 .085 .251 1 .408 .507**
Sig. (2-tailed) .227 .400 .012 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
** **
Question_5 Pearson Correlation -.130 .060 .267 .408 1 .541**
Sig. (2-tailed) .197 .551 .007 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
Total Pearson Correlation .357** .608** .568** .507** .541** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.281 5
47
Item-Total Statistics
Statistics
Question_1
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.6900
Question_1
Statistics
Question_2
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.8300
Question_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1.00 18 18.0 18.0 18.0
2.00 18 18.0 18.0 36.0
3.00 27 27.0 27.0 63.0
4.00 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Statistics
Question_3
N Valid 100
Missing 0
Mean 3.2600
Std. Deviation .76038
Question_3
Statistics
Question_4
N Valid 100
Missing 0
Mean 3.7500
Question_4
Statistics
Question_5
N Valid 100
Missing 0
Mean 3.4800
Question_5