Disusun Oleh:
Kelas: 2B
Kelompok 2
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala hidayah-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan
Apendisitis. Guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.
Dalam proses penyusunan makalah,banyak menemui hambatan dan kesulitan.Penulisan
makalah ini dapat diselesaikan karena dukungan dari berbagai pihak tanpa melampaui batas
waktu yang ditentukan.Penulis meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun,untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
1.2 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dari apendisitis
2.2 Etiologi dari apendisitis
2.3 Klasifikasi dari apendisitis
2.4 Manifestasi klinis pasien yang mengalami apendisitis
2.5 Patofisiologi dan WOC
2.6 Komplikasi
2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan
2.8 Pemeriksaan penunjang/diagnostik pada apendisitis
2.9 Asuhan keperawatan
(pengkajian, diagnosa yang mungkin muncul, rencana intervensi keperawatan)
BAB III MCP KASUS
3.1 MCP Kasus
3.2 Rencana Intervensi dan Tindakan Keperawatan
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Apendisitis merupakan peradangan apendik vermivormis, dan merupakan penyebab
masalah abdomen yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih, 2010). Apendisitis
dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang terjadi.
Insidensi pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak daripada wanita (Santacroce
dalam Muttaqin, 2013). Apendisitis ditemukan pada semua kalangan dalam rentang usia 21-
30 tahun (Ajidah & Haskas, 2014). Komplikasi apendisitis yang sering terjadi yaitu
apendisitis perforasi yang dapat menyebabkan perforasi atau abses sehingga diperlukan
tindakan pembedahan (Haryono, 2012). Prevalensi tindakan bedah di Amerika Serikat tahun
2009 dari 27 juta orang yang menjalani operasi setiap pelayanan kesehatan, pasien dengan
infeksi pada daerah operasi abdomen akan menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah
sakit daripada yang tidak mengalami infeksi (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009,
tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-
Indonesia dengan persentase 12.8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tidakan
bedah laparatomi (Hajidah & Haskas, 2014). Laporan Departemen Kesehatan (Depkes)
mengenai kejadian laparatomi atas indikasi apendiksitis meningkat dari 162 kasus pada
tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007 (Hajidah
& Haskas, 2014).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan
apendisitis dan mampu mengaplikasikannya pada penderita apendisitis
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari apendisitis
b. Menjelaskan etiologi dari apendisiitis
c. Menjelaskan klasifikasi dari apendisitis
d. Menjelaskan manifestasi klinis pasien yang mengalami apendisitis
e. Menjelaskan patofisiologi dan woc
f. Menjelaskan komplikasi
g. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan
h. Bagaiman pemeriksaan penunjang/diagnostik pada apendisitis
i. Bagaimana asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa yang mungkin muncul,
rencana intervensi keperawatan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009). yaitu
a) Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus
halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,5 0C tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan
pembentukan abses.
b) Peritonitis
Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi 390C –
400C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang jarang.
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner & Suddarth,
2010), yaitu:
a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi ketat karena tanda dan
gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri
pada kuadran kanan bawah setelah timbulnya keluhan.
2. Antibiotik
3. Operasi
1) Laparatomi
Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke dalam rongga perut. Prosedur
ini memungkinkan dokter melihat dan merasakan organ dalam untuk membuat diagnosa apa
yang salah. Adanya teknik diagnosa yang tidak invasif, laparatomi semakin kurang
digunakan dibanding terdahulu. Prosedur ini hanya dilakukan jika semua prosedur lainnya
yang tidak membutuhkan operasi, seperti laparoskopi yang seminimal mungkin tingkat
invasifnya juga membuat laparatomi tidak sesering terdahulu. Bila laparatomi dilakukan,
begitu organ-organ dalam dapat dilihat dalam masalah teridentifikasi, pengobatan bedah
harus segera dilakukan.
Laparatomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut. Operasi laparatomi dilakukan bila
terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen. Bila
klien mengeluh nyeri hebat dan gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan
kemungkinan penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu, tukak peptik yang berlubang,
atau kondisi ginekologi maka dilakukan operasi untuk menemukan dan mengoreksinya
sebelum terjadi keparahan lebih. Laparatomi dapat berkembang menjadi pembedahan besar
diikuti oleh transfusi darah dan perawatan intensif (David dkk, 2009).
2) Laparoskopi
Laparaskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh mulai dari iga paling bawah
samapi dengan panggul. Teknologi laparoskopi ini bisa digunakan untuk melakukan
pengobatan dan juga mengetahui penyakit yang belum diketahui diagnosanya dengan jelas.
b. Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi pasca bedah
konvensional. Luka bedah laparoskopi berukuran 3 sampai 10 mm akan hilang
kecuali klien mempunyai riwayat keloid.
b. Setelah operasi
Pemeriksaan penunjang post operasi apendiktomi menurut Wijaya dan Putri (2013),
yaitu:
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang 10.000 –hingga 18.000 / mm 3,
kemudian neutrofil meningkat 75%, dan WBC meningkat sampai 20.000 mungkin
indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)
2. Data Pemeriksaan Diagnostik
Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini foto colon menunjukkan adanya batu feses pada
katup. Kemudian pada pemeriksaan barium enema menunjukkan apendiks terisi barium
hanya sebagian.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien post operasi apendiktomi
berdasarkan NANDA (2010), adalah sebagai berikut:
2) Intervensi Keperawatan
e) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.
g) Bantu penderita untuk lebih fokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi,
radio,tape, dan interaksi dengan pengunjung
h) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon penderita
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan, dan
kegaduhan)
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Menurut (Craven & Hirnle, 2007), evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan Antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan
dengan respon perilaku yang ditunjukkan klien.
BAB III
MCP KASUS
Seorang laki-laki berusa 24 tahun dirawat dengan keluhan nyeri perut kanan) bawah skala
8 (NRS) sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan muntah 2x dan berisi makanan.
Pasien merasakan badannya demam dan nafsu makan menurun. 2 hari SMRS pasien
mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah, BAB (+) warna kuning dan BAK (+) warna kuning
4 jam SMRS. Pasien jarang mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan saat makan. TB 168
cm, BB 60kg. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan tekanan darah 120/80mmHg, frekuensi nadi
98 kali/menit, frekuensi napas 22 kali/menit, suhu 38,90C. konjungtiva tidak anemis. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan abdomen kanan bawah, rovsing sign (+), mc burney
sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+), CRT < 2 detik. Hasil laboratorium hb 12,7 g/dl,
hematorkit 37,6%, leukosit 18.530/mm3, trombosit 209.000/mm3, HbsAg negatif dan GDS
121 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi IVFD RL 20 tetes/menit, injeksi ceftriakson 1gr/ 12
jam, injeksi parasetamol 3x500mg, injeksi ketorolac 3x1 ampul dan pasien disiapkan untuk
apendiktomi.
-Nyeri akut
Tindakan
Kriteria Hasil :
• Nyeri berkurang
• Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
• Kegelisahan atau ketegangan
• Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Kriteria Hasil :
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Ekspres
Ariani, D Wahyu. 2010. Manajemen Operasi Jasa. Yogyakarta: Rineka Cipta Deswani. 2009.
Proses keperawatan dan berpikir kritis. Jakarta:Selemba Medika Fransisca, baticaca. 2009.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan