Anda di halaman 1dari 20

SPESIFIKASI TEKNIS

Kegiatan : Pembangunan Gedung Kantor


Pekerjaan : Rehab Berat Kantor DPRD Kabuapen Pasaman
Lokasi : Kecamatan Lubuk Sikaping
Kabupaten : Pasaman
Tahun : 2020

BAB I. PEKERJAAN ARSITEKTUR


PASAL I. UMUM
1.1. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud pekerjaan disini adalah
- Pelaksanaan pekerjaan Rehab Berat Kantor DPRD Kabupaten Pasaman
yang sesuai dengan dokumen perencanaan.

1.2. Dokumen Pelaksanaan


Yang dimaksud dokumen pelaksanaan disini adalah dokumen sebagai
referensi pelaksanaan yang meliputi :
- Gambar perencanaan secara lengkap, arsitektur, struktur,
mekanikal/elektrikal, plumbing, site development dan sebagainya
- BQ (Bill of Quantity)
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis (RKS)

1.3. Pelaksanaan Pekerjaan


- Pada tahapan pelaksanaan, walaupun diatas telah diuraikan bahwa
pelaksanaan mengacu kepada dokumen pelaksanaan, tetapi dalam proses
pelaksanaan dilapangan selalu ada kendala atau persepsi yang berbeda
terutama dalam hal/cara pembacaan gambar dilapangan, maka hal
tersebut tidak menjadi sesuatu kekurang lengkapan pada dokumen yang
bersangkutan.
- Setiap ada ketidak jelasan pada gambar pelaksanaan atau sesuai dengan
yang diuraikan diatas, maka diwajibkan kepada Kontraktor untuk
membuat gambar “Shop Drawing” untuk diajukan kepada pengawas
lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
- Koordinasi pelaksanaan dilapangan untuk memperlancar proses
pelaksanaan yang baik hendaknya dikoordinasikan dengan pengawas
lapangan, apabila dianggap perlu keputusan dan penjelasan dari
perencana, maka bisa dibahas dalam rapat koordinasi atau informasi
melalui surat/fax. Surat resmi yang diajukan kepada perencana dan
perencana akan segera menanggapinya demi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
- Uhtuk antisipasi hal tersebut diatas, pengawas lapangan harus
mempelajari dokumen dengan seksama, sehingga bila ada yang dianggap
perlu penjelasan dari perencana permasalahannya bisa diantisipasi sedini
mungkin.
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengasuransikan
tenaga kerja dan bangunan, hal tersebut harus sudah termasuk harga
penawaran pekerjaan.

PASAL II. PEKERJAAN PERSIAPAN


2.1. Pekerjaan Pasangan Bouwplank dan Pengukuran
Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus meneliti dokumen
perencanaan secara lengkap, terutama lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Pada pelaksanaan pekerjaan bouwplank, Kontraktor harus
menyiapkan bahan-bahan dan peralatan terlebih dahulu, seperti :
- Alat ukur/Theodolit
- Meteran/Rool meter
- Slang water pass
- Cat merah/meni kayu lengkap dengan bahan pengecer dan kwas, ukuran 2-
3” (inc)
- Papan buowplank
- Tiang kayu ukuran 5 cm x 7 cm untuk tiang papan bouwplank
- Paku 5 - 7 cm, dan alat lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan tersebut.

2.1.1. Persyaratan Pekerjaan Pasangan Bouwplank


1. Pelaksanaan pekerjaan pasangan bouwplank harus disaksikan
oleh pengawas lapangan dan harus mendapatkan persetujuan
dari pengawas lapangan.
2. Konstruksi pasangan bouwplank, satu sama lain antara tiang
dan papan bouwplank harus merupakan konstruksi yang kuat
dan kaku.
3. Elevasi pasangan bouwplank, harus ditentukan bersama-sama
antara pelaksana/Pemborong dengan pengawas lapangan.
4. Penentuan as bangunan pada bouwplank harus diukur seteliti
mungkin, sehingga faktor kesalahan tidak terjadi.
5. Elevasi bouwplank harus dipindah ke elevasi dinding/patok
yang permanen, sehingga apabila pasangan bouwplank
tersebut rusak bisa dipakai elevasi permanen tadi. Hal tersebut
untuk memudahkan dalam pengukuran.
6. Pasangan bouwplank harus diusahakan bebas dari pekerjaan
galian maupun timbunan dan harus selalu dijaga.
7. Setelah selesai pembuatan papan bouwplank, Kontraktor harus
dibuatkan berita acara persetujuan yang disetujui oleh
pengawas lapangan, dengan menggambarkan rincian yang
lengkap :
- Bentuk/denah bouwplank
- Ukuran yang jelas
- Elevasi
- Potongan
- Dsb.

2.2. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan Kerja


Untuk pekerjaan ini, Kontraktor harus koordinasi dengan pengawas lapangan,
karena masalah mobilisasi dan demobilisasi peralatan kerja harus
memperhatikan :
- Jenis pekerjaan yang berhubungan dengan peralatan yang akan
digunakan
- Jumlah peralatan
- Penempatan peralatan
- Akses/jalan masuk peralatan.
- Teknis pemasangan dan pembongkaran kembali peralatan
- Apabila kontraktor menggunakan peralatan kerja berat, seperti buldozer,
escavator, beco, tower dan lift barang dan sebagainya. Semua harus
mengikuti peraturan kerja yang berlaku, termasuk asuransi tenaga kerja
yang ditentukan oleh Pemerintah daerah setempat.

2.3. Lingkup pekerjaan


Pekerjaan Pasangan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan untuk pekerjaan pasangan lingkup
bata, penyediaan tempat yang akan didirikan dinding dan melaksanakan
pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding atau lainnya, satu dan lain
hal sesuai dengan yang tertera dalam gambar denah dan potongan. Kontraktor
wajib meneliti / melengkapi sendiri lingkup pekerjaan ini.

2.3.1. Bahan - bahan yang harus disediakan :


a. Semen, pasir dan air dalam segala hal harus sama kualitasnya dengan
yang digunakan untuk pekerjaan beton.
b. Batu Bata
Batu bata dari tanah liat ex lokal (Pariaman/Pres) dengan ukuran nominal
(6x12x24) cm, harus berkualitas baik, matang pembakarannya, warnanya
harus merata dan sisi-sisinya rapi saling tegak lurus.
c. Batu Kali
1. Dari jenis batu basalt, bebas kotoran, tanah lumpur, padat dan tidak
berpori.
2. Penampang batu maksimal 30 cm dengan minimal 3 muka sisi
pecahan

2.3.2 Pekerjaan Batu Bata Untuk Dinding


a. Adukan
1. Trasram dengan jenis adukan 1 PC + 2 Ps dipasang dari atas ujung
balok sloof / pondasi sampai 20 cm diatas permukaan lantai jadi.
2. Di daerah kamar mandi dan WC setinggi 1,65 m dan seluruh dinding
luar yang berhubungan dengan udara terbuka serta di lain-lain
tempat tertentu sesuai dengan Gambar harus memakai jenis adukan 1
PC + 2 Ps
3. Dinding lainnya dipakai jenis adukan 1 PC + 4 Ps.
4. Untuk Dinding Tempat Wudhuk dibuat dengan Beton Bertulang.

b. Pelaksanaan
1. Sebelum dipakai batu direndam terlebih dahulu dalam air selama
kurang lebih 5 menit
2. Pasangan batu bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata,
setiap pasangan tidak boleh lebih dari 1.00 m baru boleh dilanjutkan
setelah betul-betul mengeras.

c. Perlindungan
Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding yang terkena udara terbuka harus
selalu terlindung dari hujan lebat.

Pasal. 12.
Pekerjaan Plesteran

Pekerjaan Plesteran.
Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi penyediaan bahan plesteran, penyiapan
dinding/tempat yang akan diplesteran, serta pelaksanaan pekerjaan pemelesteran
itu sendiri pada dinding yang akan diselesaikan dengan cat satu dan lain hal sesuai
dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.

a. Persyaratan bahan :
1). Pasir yang digunakan adalah pasir bersih, tidak mengandung tanah atau tanah
liat, lumpur dan kotoran-kotoran lainnya lebih dari 5% terhadap berat kering.
2). Mempunyai bentuk yang sama besarnya (merata).
3). Pasir harus dicuci sebelum dipakai.
4). Untuk pekerjaan pelesteran dinding-dinding dan lantai membutuhkan
ketelitian dan kerapihan pekerjaan, maka pasir-pasir tersebut harus
disaring/diayak sebelum digunakan.
5). Untuk semua pekerjaan plesteran tidak diperkenankan menggunakan kapur.
b. Pelaksanaan :
1). Pada permukaan dinding beton yang diplester harus dibuat kasar, dan adukan
untuk plesterannya dicampur calbond, sedangkan untuk permukaan dinding
bata, siar-siar sebelumnya harus dikerok sedalam 1 cm untuk memberikan
pegangan pada plester.
2). Pekerjaan plesteran harus rapi menurut bentuk dan ukuran didalam
gambar. Pekerjaan harus lurus, datar tidak bergelombang, tajam pada bagian
sudut-sudut, tidak kropos (kosong didalam) tidak retak-retak.

c. Proporsi adukan :
Untuk pasangan, pada dasarnya plesteran mempunyai adukan yang sama
dengan pasangan tersebut adalah :
1). Dinding dalam, 20 cm dari lantai - 1 pc : 2 ps
2). Dinding luar, seluruh - 1 pc : 4 ps
3). Dinding kamar mandi, WC dan tempat-tempat cuci, sampai 150 cm dari
lantai - 1 pc : 2 ps
4). Dinding-dinding lain - 1 pc : 4 ps
5). Sudut-sudut naad dan bagian-bagian yang berada dibagian pinggir-pinggir
- 1 pc : 2 ps
6). Tebal plesteran rata-rata 15 mm (tidak kurang dari 1 cm atau lebih 1,5 cm,
kecuali ditetapkan lain oleh Pengawas
7). Seluruh plesteran di aci dengan semen, atau sesuai dengan petunjuk dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Pasal. 15.
Pekerjaan Finishing Lantai

1. Persyaratan :
a. Pekerjaan finishing lantai baru boleh dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan
plafond dan pemasangan lapisan-lapisan pada dinding selesai dikerjakan.
b. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, Kontraktor diwajibkan mengadakan
pengecekan terhadap peil lantai dan kemiringannya.

2. Pelaksanaan :
a. Tanah dasar terlebih dahulu dipadatkan dan diberi lapisan pasir urug
menurut ukuran yang telah ditentukan. Pemadatan pasir dilakukan dengan
penyiraman air.
b. Material lantai dipasang diatas adukan dengan campuran dan ketebalan
yang disesuaikan dengan gambar.
c. Pemasangan material lantai harus benar-benar rata dan datar, naadnya
teratur rapi.
d. Setelah material mengeras, kemudian dicuci dengan air semen dengan naad-
naadnya diisi dengan bubur semen (grout).
e. Pekerjaan pemasangan lantai yang telah selesai harus digosok dan
dibersihkan dengan baik.
f. Plint harus dipasang tegak, dengan naad-naad menyambung dengan ubin
datar.
g. Pekerjaan dan bahan-bahan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
Pengawas/ Direksi.

BAB II. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL I. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

1.1 Lingkup Pekerjaan

1.1.1 Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-


kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah
yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.

1.1.2 Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan


tanah, batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek,
pembua ngan lapisan tanah atas, pembuangan bekas-bekas longsoran, yang
kesemuanya disesuaikan dengan spesifikasi ini.

1.1.3 Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup peker jaan sampai pada
Elevasi yang telah ditentukan di dalam gambar kerja.

1.2 Persyaratan Pekerjaan

1.2.1 Tata Letak


Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan
rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Direksi.

1.2.2 Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh
seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai kontrak.

1.2.3 Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran.

1.2.3.1 Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-
rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan
yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali
untuk hal-hal di bawah ini :

1.2.3.2 Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter di bawah dasar
poer.

1.2.3.3 Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya


sedalam yang diperlukan dalam penggalian di tempat tersebut.
1.2.3.4 Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang baik dan dipadatkan.

1.2.3.5 Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman


dan puing-puing ke tempat yang di tentukan oleh Direksi.

1.2.3.6 Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap


berada pada tempatnya.

1.2.4. Pembuangan Humus

1.2.4.1 Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus
dibersihkan, harus bebas dari sisa-sisa tanah bawah (subsoil), bekas-bekas
pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak atau bahan-bahan lain.

1.2.4.2 Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang
sudah ditentukan oleh Direksi.

1.2.5 Pekerjaan Galian

1.2.5.1 Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainage yang baik.

1.2.5.3 Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan
lereng-lereng tanah galian sehingga lereng-lereng galian tersebut tidak
ambruk, dan agar tidak mengganggu pekerjaan. Turap sementara tersebut
harus dapat menjaga bangunan-bangunan yang berada didekat lereng
galian, tetap stabil.

1.2.5.5 Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan diatas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-
saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

1.2.5.6 Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 (satu)


horizontal dengan 1 (satu) vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.

1.2.5.7 Macam Galian


Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis yaitu:
1. Galian tanah biasa
2. Galian batu
3. Galian konstruksi / obstacle
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk
ketiga macam galian tersebut diatas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut
bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil, dan dimensi seperti
yang dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Direksi.

1.2.5.8 Galian Tanah Biasa


Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu,
galian konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
1.2.5.9 Galian Batu
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada
daerah galian termasuk batu-batuan konglomerat yang menurut pendapat
Direksi harus dilakukan pembongkaran.

1.2.5.10 Galian Konstruksi / Obstacle

1.2.5.10.1 Galian Konstruksi adalah semua galian, selain dari galian tanah dan galian
batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam Spesifikasi ini atau tercantum
dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian
Konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian pondasi bangunan
existing, galian perkerasan jalan/halaman, galian pipa/ kabel listrik, pipa gas,
saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan
pada Spesifikasi ini.

1.2.5.10.2 Pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan untuk mengisi kembali lubang-lubang
bekas galian dengan material-material yang baik dan dari jenis yang disetujui
Direksi, membuang kelebihan material, pengeringan yang perlu,
pemompaan, pembongkaran yang diperlukan sehubungan dengan pekerjaan
tersebut diatas.

1.2.5.11 Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberi tahukan


Direksi. Sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan pada
keadaan tanah yang belum terganggu. Galian untuk poer, balok sloof atau
konstruksi lainnya harus digali sampai pada batas-batas kemiringan dan peil
yang tercantum pada Gambar Rencana atau atas petunjuk Direksi. Galian
tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi
dengan dimensi yang sesuai dengan Gambar Rencana, dapat dengan mudah
dilaksanakan. Direksi dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari
dasar galian bila dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilakukan,
Kontraktor harus memberi tahu Direksi. Batu-batuan keras, bahan-bahan
lain yang cukup keras dan yang diperbolehkan untuk menjadi bagian dari
dasar konstruksi, harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dan dipotong
pada bentuk yang kokoh, rata sesuai dengan ketentuan Direksi. Semua
retakan atau celah-celah yang ada harus dibersihkan dan diisi dengan spesi.
Semua material lepas, batu-batuan lapuk dan lapisan-lapisan yang tipis harus
dibuang.

1.2.6 Pekerjaan Urugan

1.2.6.1 Bahan Urugan

1.2.6.1.1 Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan, dan harus didatangkan dari
luar proyek. Lokasi sumber jenis bahan urugan tersebut di atas, harus
mendapat persetujuan dari Direksi. Tanah bekas galian pada umumnya tidak
boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah tersebut
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari
Direksi.

1.2.6.1.2 Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk
menjamin penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh
Proyek.
1.2.6.1.3 Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi, baik
mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa
atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.

1.2.6.1.4 Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah, dan
lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui
atau ditunjuk oleh Direksi.

1.2.6.1.5 Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal 30 cm.

1.2.6.1.6 Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi


tidak memenuhi standar, harus di buang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri.

1.2.6.2 Pengurugan

1.2.6.2.1 Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.

1.2.6.2.2 Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang
bersangkutan dalam bab ini selanjutnya.

1.2.6.2.3 Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor
harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya
sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.

1.2.6.2.4 Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai


yang tercantum didalam gambar kerja.

PASAL II. PEKERJAAN STRUKTUR BETON

2.1 PERSYARATAN BAHAN SECARA UMUM

2.1.1 Bahan Beton

2.1.1.1 Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus
mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :

2.1.1.1.3 Mutu Beton yang digunakan untuk struktur fc’21,7 MPa (K-250)

2.1.1.1.4 Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur ini harus memakai
Beton Ready Mix.

2.1.1.1.5 Beton untuk lantai kerja adalah Beton K 175.

2.1.2 Baja Tulangan


2.1.2.1 Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
adalah sebagai berikut :

2.1.2.1.1 Mutu baja tulangan 8    12 BJTP 24 dan 13  D  32 BJTD

2.1.3 Cetakan (Bekisting)

2.1.3.1 Bekisting harus diperkuat dengan rangka kayu ukuran 5/7, 5/10 dan
sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau
dari bahan lain yang disetujui oleh Direksi/Perencana.

2.1.3.2 Steiger cetakan/bekisting harus dari pipa-pipa besi standar pabrik atau kayu
dan tidak diperkenankan memakai bambu.

2.2 PERSYARATAN BAHAN BETON

2.2.1 Semen

2.2.1.1 Persyaratan Umum.

2.2.1.1.1 Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1
atau standard Inggris BS 12.

2.2.1.1.2 Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah SEMEN
PADANG type 1 serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu
merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

2.2.1.1.3 Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh


cuaca sepanjang waktu dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk
menghin dari kelembaban.

2.2.1.2 Pemeriksaan
Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi
bantuan yang dibutuhkan oleh Direksi untuk pengambilan contoh-contoh
tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Direksi,
harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak
memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Direksi dapat
memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.

2.2.1.3 Tempat Penyimpanan

2.2.1.3.1 Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk


semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban
udara.Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar
memudahkan waktu pengambilan.

2.2.1.3.2 Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30
cm dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah
cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat
dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan
tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang
mudah untuk mengambil contoh, menghitung sak-sak dan memindahkannya.
Semen dalam sak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

2.2.1.3.3 Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah
penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan
kronologis yang diterima ditempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus
disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya.
Semua sak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah
disetujui oleh Direksi.

2.2.2 Pasir dan Kerikil

2.2.2.1 Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun


semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor
untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan
kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.

2.2.2.2 Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat
persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus
mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa
sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil
akan dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah
atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan. Kontraktor
diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali
pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai
dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah
dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman bahan
berikutnya.

2.2.3 Pasir

2.2.3.1 Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah Pasir alam
yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat
dengan persetujuan Direksi.

2.2.3.2 Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai


persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber
tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari
semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus
menyerahkan pada Direksi sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan
persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg dari pasir alam yang
diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.

2.2.3.3 Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan
dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan
kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur
dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari
timbunan.
2.2.3.4 Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak
dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang
merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan,
beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

2.2.3.5 Pasir harus mempunyai 'modulus kehalusan butiran-butiran 2 sampai 32 atau


jika diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard
Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan No Persentase satuan tertinggal di


timbangan saringin
4 0 15
8 6 15
16 10 25
30 10 30
50 15 35
100 12 20
PAN 3 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 20 persen


atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan
no. 8 dapat naik sampai 20 persen.

2.2.4 Agregrat Kasar (split beton)

2.2.4.1 Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

2.2.4.2 Kebersihan dan Mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan
organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan.
Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh
mencapai tiga persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik,
keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%,
maka agregat kasar harus dicuci.

2.2.4.3 Gradasi

2.2.4.3.1 Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5
mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
- sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat
- sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat
- selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat
- harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di
NI-2 PBI-l971

2.2.4.3.2 split beton harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Direksi
ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri,
untuk mnenghasilkan agregat yang dapat disetujui Direksi.

2.2.5 Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut
harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Direksi untuk
menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam
PBI-l971 untuk bahan campuran beton.

2.2.6 Baja Tulangan

2.2.6.1 Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan
standard Indonesia untuk beton NI-2, PBI-l971 atau ASTM Designation A-
15, dan harus disetujui oleh Direksi.
Direksi berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang
pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan,
untuk persetujuan Direksi sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap
bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.

2.2.6.2 Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi
daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

2.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

2.3.1 Kelas dan mutu beton

2.3.1.1 Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2
PBI-l971. Bilamana tidak ditentukan lain, yang diartikan dengan kuat tekan
dari beton senantias adalah kekuatan tekan hancur yang diperoleh dari
pemeriksaan contoh kubus yang bersisi 15 ( 0,06) cm pada umur 28 hari.

2.3.1.2 Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil
pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil bk yang lebih besar dari
yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.

2.3.2 Komposisi Campuran Beton

2.3.2.1 Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang
serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik/tepat.

2.3.2.2 Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai "campuran yang direncanakan" (designed mix).
Campuran yang direncanakan dihasilkan dari percobaan-percobaan
campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan.

2.3.2.3 Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai
pengecoran yang tepat dan memuaskan.
2.3.2.4 Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.

2.3.2.5 Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat,
kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.

2.3.2.6 Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi


beton, harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara
pengangku-tan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan
beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.

2.3.2.7 Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang
direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
- Faktor air semen untuk pondasi sloof, maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai tangga, dinding beton
dan listplank / parapet maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap, dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.

2.3.2.8 Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan
suatu mutu sesuai dengan yang di rencanakan, maka untuk konstruksi beton
dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plastici zer sebagai
bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari Direksi.

2.3.2.9 Pengujian beton akan dilakukan oleh Direksi atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan
penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet
atau kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan
perubahan yang demikian.

2.3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

2.3.3.1 Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan
untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk
menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air untuk
mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau
yang menjadi kering sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan.
Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8
cm dan tidak melampaui 12 cm, untuk segala beton yang dipergunakan.
Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-l971. Direksi berhak untuk
menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan
dan akan menghasilkan beton kerkualitas lebih tinggi atau alasan
penghematan.

2.3.3.2 Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Direksi melalui pengujian
biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2
PBI- l971. Pengujian slump akan diadakan oleh Direksi sesuai NI-2 PBI-
l971. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

2.3.4 Baja tulangan

2.3.4.1 Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali
dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang
tidak ditunjukkan dalam gambar tidak boleh dipakai.
Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan dingin, pemanasan dari
besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui
oleh Direksi atau Perencana.

2.3.4.2 Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus
diikat kuat dengan kawat beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton
cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang. Dalam
segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang
tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.

2.3.4.3 Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan
dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatam masuknya alat penggetar beton.
2.3.4.4 Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar,
maka yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor
diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.

2.3.5 Selimut Beton


Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding
atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-
bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka
tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah
sebagai berikut :
a. Pondasi, untuk sisi bawah 6 cm untuk sisi lainnya 4 cm
b. Balok sloof 3 cm
c. Kolom 3 cm
d. Balok 3 cm
e. Pelat beton 1,50 cm
f. Dinding beton 2,50 cm

2.3.6 Sambungan baja tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari
yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus
disetujui oleh Direksi. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus
minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Direksi.

2.3.7 Perlengkapan Mengaduk


Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-
masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara
pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.

2.3.8 Mengaduk

2.3.8.1 Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton yaitu 'batch mixer'. Direksi berwenang untuk menambah
waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk
mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan,
kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air
harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

2.3.8.2 Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih-lebihan


(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang
memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk
yang disentralisir, (batching mixing plant) harus diatur sedemikian , hingga
pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah
ditentukan. Tiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis
untuk mengatur waktu dan menghitung jumLah adukan.

2.3.9 Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32 o C dan tidak kurang
dari 4,5 o C. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27o C dan 32 o
C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
melebihi 32 o C, sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan
agregat, menyampur dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila
perlu, untuk mempertahankan suhu beton, waktu dicor pada suhu dibawah 32
o
C.

2.3.10 Rencana Cetakan


Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab
Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya
perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu
pemakaian. Sewaktu-waktu Direksi dapat mengafkir sesuatu bagian dari
bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus
dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas
bebannya sendiri.

2.3.11 Konstruksi Cetakan

2.3.11.1 Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan
sesudah pengecoran beton.
2.3.11.2 Semua cetakan beton harus kokoh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai
dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari
beton yang telah selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari
cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan
untuk maksud itu yang mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan
dan akan memudahkan melepas cetakan beton. Minyak tersebut dipakai
hanya setelah disetujui Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati
untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya
daya lekat.

2.3.11.3 Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan
kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama
pelaksanaan.

2.3.12 Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

2.3.13 Pengecoran

2.3.13.1 Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak
baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan
sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-lainya selesai
dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Direksi.

2.3.13.2 Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat


pengecoran beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan
atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-
tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban/air dari beton yang baru di cor tidak akan diserap.

2.3.13.3 Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan
dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui
oleh Direksi. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran,
pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan
asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari
permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.

2.3.13.4 Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran


yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.

2.3.13.5 Beton boleh dicor hanya waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta
staf Kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja, dan persiapan betul-betul
telah memadai.

2.3.13.6 Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang
disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang
terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan.
Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi,
Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk
mengontrol jatuhnya beton.

2.3.13.7 Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak
lebih dari 50 cm. Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.

2.3.13.8 Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama
sedemikian rupa sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar.
Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus
dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.

2.3.13.9 Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang


dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat
campuran. Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50
liter. Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya
pengecoran dimana diperlukan terutama bagi lokasi lokasi yang terbatas.

2.3.13.10 Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua
permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan. Dalam pemadatan
setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat
menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan
yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan
terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan
dengan alat penggetar type immerson beroperasi dengan kecepatan paling
sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

2.3.14 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan

2.3.14.1 Waktu dan cara pembukaan dan pemindahaan cetakan harus mengikuti
petunjuk Direksi. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton.
Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera
sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan
teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki
sampai disetujui Direksi.

2.3.14.2 Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan


dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan
samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-
saluran, 21 hari untuk balok-balok, plat lantai plat atap, tangga dan kolom.

2.3.15 Perawatan (Curing)

2.3.15.1 Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah
ini. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
2.3.15.2 Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari
yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan
semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit
atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah
pengecoran dilaksanakan.

2.3.15.3 Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus
menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara
mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang
disetujui Direksi sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu
dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus
memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

2.3.16 Perlindungan (Protection)


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan
sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi.

2.3.17 Perbaikan Permukaan Beton

2.3.17.1 Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar
garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap
sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti
oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi memberikan
izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan
harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

2.3.17.2 Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri
dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang
karena keropos, ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus
dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor
sedemikian sehingga pengisian akan terikat (terkunci) ditempatnya. Semua
lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan
seterusnya disempurnakan.

2.3.17.3Jika menurut pendapat Direksi hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang
akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding,
yang tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk menutupi
seluruh dinding (dengan spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ketebalan yang tidak
melebihi 1 cm demkian juga pada dinding yang berbatasan, (yang bersambungan)
sesuai dengan instruksi dari Direksi. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang
datar batas toleransi kelurusan (pencekungan atau pencembungan) bidang tidak
boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.

PASAL III. PEKERJAAN SPARING

3.1 Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
3.2 Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar,
maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Direksi.

3.3 Bilamana sparing (pipa, dll.) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja
tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan
dari Direksi.

3.4 Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3.5 Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.

PASAL IV
PENUTUP

4.1. Apabila pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ini, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna,
maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor atas perintah
tertulis Kuasa Pengguna Anggaran.

4.2. Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
kontraktor dan Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan pekerjaan
ini.

Lubuk Sikaping, Agustus 2020


Disiapkan oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

BAKHTIAR, ST
Nip. 19680312 199003 1003

Anda mungkin juga menyukai