Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN


LITERASI SAINS

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
Arie Nugroho Ramadhan
18030654052

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad ke-21, terjadi perubahan yang sangat pesat dalam
bidang sains dan teknologi dimana dalam peningkatan kualitas
hidup manusia. Salah satu tujuan pendidikan sains adalah dengan
terwujudnya masyarakat yang berliterasi sains. Membuat seorang
peserta didik dapat memiliki sikap positif termasuk untuk
mengembangkan rasa ingin tahu, mampu bekerja sama dengan
orang lain, dan bertoleransi antar sesama. Berdasarkan hasil studi
PISA skor literasi yang dicapai peserta didik Indonesia dari tahun
2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012 berturut-turut adalah sebesar 393,
395, 393, 383, dan 382. Penelitian terbaru dari PISA tahun 2015
Indonesia berada diurutan 61 dari 70 negara yang berpartisipasi
dengan skor 403. Kemampuan sains peserta didik di Indonesia
masih dalam kemampuan untuk mengenali sejumlah fakta dasar,
tetapi belum mampu untuk mengkomunikasikan dan mengkaitkan
kemampuan itu dengan berbagai topik sains, apalagi dalam
menerapkan konsep yang kompleks dan abstrak.(Yaumi, 2017)
Perlu adanya usaha untuk membuat peserta didik semangat
dalam menerima dan menerapkan konsep ilmiah pada proses
pembelajaran yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Cara
memperoleh pembelajaran yang membuat peserta didik mampu
untuk memahami proses pembelajaran adalah dengan
menggunakan suatu konsep yang mampu dalam membantu
peserta didik untuk memahami serta menerapkan materi yang
diperoleh dari aktivitas yang dilakuakn sehari-hari yaitu dengan
melalui pemahaman literasi sains. Peserta didik yang memahami
tentang pentingnya berliterasi sains dalam pembelajaran IPA akan
mengerti tujuan dan manfaat dalam pembelajaran yang peserta
didik lakukan.(Pujiasih et al., 2020)
Literasi sains menurut Kurnia (2014) rendahnya tingkat
kemampuan literasi sains peserta didik dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain yaitu kurikulum dan sistem pendidikan,
pemilihan model dan metode dalam pengajaran oleh pendidik,
sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar. Peserta
didik akan mudah untuk memahami suatu materi ketika dia
melakukan suatu aktivitas untuk mempelajari, hal tersebut akan
membuat peserta didik menikmati proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang dapat membangun kemampuan
literasi sains peserta didik yaitu model discovery learning. Model
discovery learning mampu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mampu berpartisipasi aktif ketika proses
pembelajaran berlangsung, sedangkan pendidik berperan sebagai
fasilitator. Kumiasih dan Sani (2014) mengungkapkan dalam
pelaksanaan sintak model pembelajaran discovery learning, yaitu
1) stimulasi, 2) pernyataan atau identifikasi masalah, 3)
pengumpulan data, 4) pengolahan data, 5) pembuktian, 6) menarik
kesimpulan. Dari tahap-tahap model discovery learning tersebut,
memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukkan
kemampuan dalam dirinya. Penerapan model pembelajaran
discovery leraning mampu untuk memberikan pengaruh pada
hasil peningkatan literasi sains peserta didik diantaranya, peserta
didik dilatih untuk dapat menemukan konsep langsung melalui
pengalamannya sehingga beberapa indikator literasi sains dapat
dilatihkan. Kurangnya ketertarikan peserta didik dalam
pembelajaran ini disebabkan karena strategi pembelajaran yang
diterapkan oleh pendidik masih belum menarik perhatian dari
peserta didik.(Utami et al., 2019)
Literasi sains penting untuk ditingkat bagi peserta didik di
Indonesia karena dalam studi penelitian PISA 2015 membuktikan
Indonesia berada diurutan 61 dari 70 negara yang berpartisipasi
dengan skor 403 dari data tersebut masih jauhnya tentang literasi
sains itu sendiri. Maka perlunya peningkatan literasi sains agar
peserta didik dapat melatih untuk menemukan konsep secara
langsung dari pengalaman jika tidak terjadi peningkatan maka
kemampuan peserta didik belum mampu untuk
mengkomunikasikan dan mengkaitkan kemampuan dengan topik
sains itu sendiri. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran discovery learning karena sintaks
dari model pembelajaran discovery learning ini dapat
meningkatkan proses literasi sains dari peserta didik. Materi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pencernaan manusia
dimana dalam materi ini berkaitan dengan pengalaman yang
pernah dialami oleh peserta didik sehingga kemampuan dari
literasi sains dapat mendukung dari pengembangan yang dimiliki
oleh peserta didik selain itu didukung dengan indikator dari
literasi sains itu sendiri meliputi pengetahuan sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka
masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan untuk menerapkan
model pembelajaran untuk miningkatkan kemapuan peserta didik.
Bagaimana penerapan model pembelajaran discovery learning
untuk meningkatkan keterampilan literasi sains. Model
pembelajaran discovery learning ini mampu memberikan
peningkatan kemampuan literasi sains dari peserta didik sehingga
literasi sains perlu ditingkatkan karena kemampuan peserta didik
untuk dapat menemukan konsep secara langsung melalui
pengalaman yang didapatkan oleh peserta didik
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan
ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran serta kemampuan
literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mampu berpartisipasi aktif pada saat proses pembelajaran
berlangsung, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari menerapkan model pembelajaran discovery
learning ini memiliki manfaat secara teoritis dan praktis dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kognitif dan kemampuan literasi
sains pada siswa dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning, sehingga siswa dapat
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran
didalam kelas serta membangun semangat siswa untuk
belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Peserta Didik
Diharapkan dengan adanya penerapan model
pembelajaran discovery learning ini dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains, melatih
kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan
peserta didik lain, serta meningkatkan partisipasi
peserta didik dalam pembelajaran.
b. Manfaat bagi Pendidik
Diharapkan dengan adanya penerapan pembelajaran
discovery learning ini mampu untuk memberikan
informasi atau wacana mengenai literasi sains dan
sebagai alternatif bagi pendidik dalam pembelajaran
untuk peningkatan literasi sains peserta didik
c. Manfaat bagi Sekolah
Diharapkan dengan adanya penerapan model
pembelajaran discovery learning ini mampu untuk
memberikan perbaikan sistem pembelajaran pada
sekolah sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang
dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.
d. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk
menambah wawasan dan sebagai acuan dalam
mengembangkan sebuah penelitian berikutnya.
E. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini digunakan untuk memperjelas ruang
lingkup suatu permasalahan sehingga pada kajian penelitian dapat
menjadi lebih fokus. Adapaun batasan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada materi sistem pencernaan
pada manusia
2. Penelitian ini menggunakan model pemelajaran
discovery learning untuk meningkatkan keterampilan
litersi sains
3. Penelitian ini menggunakan sampel peserta didik kelas
VIII
F. Asumsi Penilitian
Beberapa asumsi dalam penelitian yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamat memiliki padangan yang sama terkait dengan
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
2. Peserta didik mengerjakan semua tes yang diberikan
secara jujur tanpa ada pengaruh orang lain
3. Peserta didik mengisi angket respon terhadap
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning.
BAB II
KEJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses instreakasi antara peserta
didik dengan lingkungan, sehingga dalam proses interaksi tersebut
terjadi suatu perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Proses
pembelajaran tugas pendidik adalah dengan melakukan
pengkondisian lingkungan belajar agar dapat menunjang
terjadinya proses perubahan perilaku siswa. Proses komunikasi
dalam pembelajaran dilakukan seacara dua arah, dalam proses
mengajar dilakukan oleh pihak pendidik, sedangkan proses belajar
dilakukan oleh pihak peserta didik.(Parendrarti, 2009)
Berdasarkan teori belajar ada lima pengertian pembelajaran
adalah sebagai berikut: 1) pembelajaran merupakan upaya
penyampaian pengetahuan kepada peserta didik di sekolah; 2)
pembelajaran merupakan mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda dengan melalui lembaga sekolah; 3) pembelajaran
adalah upaya mengorganisasikan suatu lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar peserta didik; 4) pembelajaran
murapakn suatu upaya pendidik untuk menyiapkan peserta didik
menjadi warga masyarakat yang baik; 5) pembelajaran adalah
suatu proses yang membantu peserta didik untuk menghadapi
kehidupan pada masyarakat sehari-hari. Sedangkan pembelajaran
bertujuan untuk mengembangkan diri dari potensi peserta didik
secara optimal yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai
tujuan yang diharapkan dan dapat bertanggung jawab sebagai
anggota masyarakat yang baik.(Oemar Hamalik, 1995)
B. Teori Pembelajaran
Fenomena yang banyak serta kongkrit di atas memberikan
gambaran yang berarti bagi perkembangan pendidikan di
Indonesia umumnya dan daerah kita khususnya, maka untuk
mengkaji segala permasalahan dan tidak menimbulkan
permasalahan baru yaitu dengan memaparkan teori Jerome S.
Bruner adalah ahli psikologi perkembangan yang memiliki
perhatian terhadap kemajuan pendidikan. Sebagai psikolog Bruner
lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental.
Berkaitan masalah pengajaran, dalam mengemukakan dalil tentang
intruksi. Ada dua sifat dalam teori intruksi yaitu preskriptif dan
normative. Preskriptif berhubungan dengan mekanisme
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan teknik pengukuran
atau evaluasi hasil. Sedangkan normative berhubungan dengan
penguasaan penentuan dan kondisi tujuan. Empat tema
pendidikan yang Jerome S. Bruner selalu sorot demi
pengembangan peserta didik yaitu sebagai berikut:
1. Struktur Pengetahuan
Struktur pengetahuan ini sangat penting bagi peserta
didik karena dalam memberikan sebuah dorongan untuk
dapat mengetahui fakta-fakta yang dapat
menghubungkan antara satu dengan yang lainya dan
pada informasi yang telah dimilikinya.
2. Kesiapan untuk belajar
Kesiapan belajar terdiri dari penugasan keterampilan-
keterampilan yang lebih tinggi lagi.
3. Nilai intuisi dalam belajar
Nilai intuisi ini diharapkan akan dapat merumuskan
teknik-teknik belajar untuk sampai pada formulasi
tentative melalui langkah-langkah analisis untuk
mengetahui kesimpulan-kesimpulan yang benar.
4. Motivasi atau keinginan untuk belajar
Adanya motivasi dalam belajar diharapkan akan
tertanamkan pada pengalaman-pengalaman pendidikan
yang berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
mengajar.(Buto, 2010)
C. Model Pembelajaran
Discovery learning merupakan penyampaian ide atau
gagasan. Penggunaan model descovery learning dapat melibatkan
peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri,
berpikir kritis, dan pemahaman serta untuk belajar kreatif. Model
pembelajaran discovery learning berguna untuk mengembangkan
proses belajar kreatif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang akan diperoleh dapat bertahan lama
dalam ingatan peserta didik. Model pembelajaran discovery
learning membuat peserta didik untuk melakukan identifikasi apa
yang ingin diketahui dengan mencari sendiri informasi, kemudian
siswa mengorganisasi atau mengkonstruk apa yang diketahui dan
pahami ke dalam bentuk akhir. Model pembelajaran mampu untuk
untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
dapat membangkitkan rasa keingintahuan.(Wahyuningsih et al.,
2019)
Model pembelajaran discovery learning berpusat pada
peserta didik dalam mengeksplorasi dan memecahkan masalah
untuk menciptakan, menghubungkan, dan menggeneralisasi
pengetahuan. Terdapat langkah-langkah pengaplikasian model
pembelajaran discovery learning meliputi:
1. Stimulation (pemberian rangsangan)
2. Problem statement (identifikasi masalah)
3. Data collection (pengumpulan data)
4. Data processing (pengolahan data)
5. Verification (pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan)
Peserta didik dapat menuangkan ide atau gagasannya dalam
pengumpulan data. Pengumpulan data dapat diberikan dengan
kegiatan literasi sains yaitu dengan tanya jawab untuk mencari
sebuah informasi dan menulis hasil dari data atau informasi yang
diperoleh.
D. Keterampilan Literasi
Kemampuan literasi yaitu dengan menggunakan
pengatahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
suatu kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang didapatkan dalam
memahami serta membuat suatu keputusan. Pengembangan
literasi sains meliputi pengetahuan sains, proses sains,
pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman peserta didik
terhadap sains sehingga diharapkan peserta didik bukan hanya
sekadar tahu kensepnya saja melainkan juga dapat menerapkan
kemampuan sains dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Peserta didik diharapakan dapat memiliki kepekaan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan global semisal seperti dalam
permasalahan lingkungan hidup, kesehatan, dan ekonomi
dikarenakan pada hal ini pemaham proses sains menawarkan
penyelasian terkait permasalahan tersebut.
Literasi sains mengharapkan peserta didik mampu
memenuhi berbagai tuntutan zaman yaitu menjadi problem solver
dengan pribadi yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, serta
berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penugasan kemampuan dari
literasi sains dapat mendukung dari pengembangan dan
penggunaan kompetensi abad ke-21. Alternatif pembelajaran yang
dpat dilakukan untuk meningkatkan proses kemampuan dari
literasi sains peserta didik adalah dengan menerapkan
pembelajaran sians dengan mengedepankan pada pengembangan
sikap, gagasan, dan keterampilan proses sains sehingga dapat
meningkatkan antusiasme, minat, dan kekaguman siswa akan
sains.
Pembelajaran yang menitik beratkan kepada pencapaian
literasi sains adalah pembelajaran yang sesuai dengan hakikat dari
pembelajaran sains dimana dalam proses pembelajaran tidak hanya
sekedar menekankan pada hafalan pengetahuan saja melainkan
dengan berorientasi pada proses dan ketercapian sikap ilmiah.
Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dapat
memberikan pengalam dalam belajar yang beragam diantaranya
pengalaman belajar yang memilii hubungan dengan
pengembangan kemampuan dalam berfikir kritis, kreatif dalam
pemecahan suatu masalah, dan kerjasama dalam kelompok.
E. Organ Pencernaan Manusia
Pencernaan merupakan proses memperhalus makanan
menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tubuh. Sistem pencernaan
pada manusia terdiri atas organ yang mencerna makanan melalui
proses mekanik maupun kimiawi.

Gambar 2.1 pencernaan makanan


Dalam sistem pencernaan melibatkan beberapa organ yang
membentuk saluran pencernaan yang saling berhubungan. Dan
pada beberapa kelenjar pencernaan untuk membantu proses
pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas beberapa organ seperti
yang telah diuraikan pada tebel berikut ini.
Tabel 2.1 organ pencernaan dan fungsinya
No. Nama Organ Fungsinya
1 Mulut Makan, mengunyah, menelan, dan
tempat dimulainya pencernaan
kimiawi zat tepung
2 Pangkal kerongkongan Membawa makanan ke
(faring) kerongkongan
3 Kerongkonan Membawa makanan ke lambung
(esofagus) dengan gerak peristaltik
4 Lambung Menghasilkan asam lambung
(ventrikulus) mengubah makanan menjadi
bentuk chyme (seperti bubur),
tempat pencernaan protein
dimulai
5 Usus halus (intestine) Mencampur chyme dengan cairan
empedu, dengan enzim yang
dihasilkan usus halus dan
pankreas
6 Usus besar (colon) Membusukan sisa makanan yang
tidak tercena, dibantu oleh bakteri,
penyerapan kembali air dari
kotoran (feses)
7 Anus Tempat keluarnya ekskresi
(pembuanagn sisa-sisa makanan)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan lebih lanjut pada
penjelasan organ-organ pencernaan pada manusia sebagai berikut.
1. Mulut
Didalam mulut terdapat alat yang dapat membantu proses
pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanik
terjadi pada makanan yang dihaluskan dengan menggunakan
bantuan gigi hingga berukuran kecil, dibantu dengan lidah dan
otot pipi. Pencernaan kimiawi dapat terjadi pada rongga mulut
yang terdapat kelenjar pencernaan penghasil enzim ptialin. Air
dan lendir berguna untuk melumasi rongga mulut dan
membantu proses menelan. Adapun enzim ptialin mengubah
amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yaitu
maltosa. Selain gigi juga terdapat lidah yang berguna untuk
merasakan rasa makanan yang dimakan serta merupakan
sebgai indra pengecap(Saeful Karim, 2008)
2. Kerongkongan
Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara
mulut dan lambung. Satu pertiga bagian atas tersusun atas otot
lurik dan dua pertiga bagian bawah tersusun atas otot polos.
Makanan dapat bergerak melalui saluran pencernaan karena
adanya gerak peristaltik. Pada saat melewati kerongkongan,
makanan didorong masuk ke lambung akibat dari otot-otot
tersebut yang tersusun secara melingkar dan memanjang serta
berkonmstraksi secara bergantian. Akibatnya makanan
berangsur-angsur dapat terdorong masuk ke lambung.(Saeful
Karim, 2008)
3. Lambung

Gambar 2.2 Lambung


Lambung merupakan alat pencernaan yang dimana pada
dinding-dinding lambung terdiri atas otot-otot yang
memanjang, melingkar, dan menyerong. Lambung memiliki
tiga bagian yang meliputi:
a. Kardiak pada bagian awal yang berhubungan dengan
kerongkongan
b. Fundus bagian tengah lambung yang membulat
penghasil HCl dan musin
c. Pylorus bagian ujung bawah lambung yang
berhubungan dengan usus halus, dan usus 12 jari
(duodenum)
Pada dinding lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah lambung yaitu:
a. Hormon gastrin, yang berfungsi untuk merangsang
pengeluaran getah lambung
b. Asam lambung (HCl), berfungsi untuk mengaktifkan
enzim pepsinogen menjadi pepsin yang dapat memecah
protein menjadi peptone
c. Enzim renin, berfungsi untuk menggumpalkan protein
susu (kasein)
d. Enzim lipase berfungsi untuk menguraikan lemak
menjadi asam lemak dan gliserol (Eva Latifah Hanum,
2009)
4. Usus Halus
Gambar 2.3. Usus Halus
Dari lambung makanan akan masuk ke usus halus. Usus
halus terdiri atas tiga bagian, yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum). Usus dua belas jari dan usus kosong berperan penting
dalam sistem pencernaan makanan secara kimiawi. Di dalam
usus dua belas jari ini kantong empedu dan pankreas
mengeluarkan cairan pencernaan. Empedu yang dihasilkan oleh
kantong empedu akan berperan dalam pencernaan lemak
dengan cara mengemulsikan lemak sehingga dapat dicerna.
Cairan pankreas mengandung enzim-enzim pencernaan
yaitu :
a. Tripsinogen diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin
yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino.
b. Amilase akan mencerna amilum menjadi glukosa
c. Lipase akan mencerna lemak menjadi asam lemak dan
gliserol
Usus halus juga menghasilkan enzim-enzim lain yang
membantu pencernaan makanan, seperti pada peptidase dan
maltase
Pencernaan makanan berakir di ileum. Glukosa, asam
amino, mineral, dan vitamin akan diserap melalui pembuluh
darah dinding ileum. Adapun asam lemak dan gliserol akan
diserap melalui pembuluh getah bening(Saeful Karim, 2008)
5. Usus Besar
Gambar 2.4 Usus Besar
Zat-zat yang tidak diserap oleh usus halus selanjutnya akan
masuk ke usus besar atau kolon. Usus besar pada umumnya
terdiri atas usus besar ascending(menaik), transvers
(melintang), descending (menurun) dan berakir di rektum.
Didalam usus besar terjadi penyerapan air sehingga feses
menjadi lebih padat. Pada kolon juga terjadi proses
pembusukan sisa pencernaan (yang tidak dapat diserap usus
halus) oleh bakteri Escherichia coli yang menghasilkan gas H2S,
NH4, indole, skatole dan vitamin K(Eva Latifah Hanum, 2009)
6. Anus
Pada kolon akhir terdapat pada bagian yang disebut dengan
rektum dan diakhiri dengan anus. Anus merupakan bagian
akhir dari sistem pencernaan yang berfungsi untuk lubang
ekskresi atau pengeluaran sisa pencernaan. Pada anus terdapat
otot volunter yang dikendalikan oleh kehendak kita.(Eva
Latifah Hanum, 2009)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penilitian yang dilakukan adalah penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bersaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah yang beractual
sebagaimana adanya penelitian berlangsung. Tujuannya adalah
untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan literasi sains
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
B. Variabel Penelitian
Variabel pada penilitian kali ini subyek penelitian yang
digunkan adalah siswa kelas VIII SMP sebagai kelas eksperimen.
Berikut variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Penggunaan model pembelajaran discovery learning
2. Variabel Terikat
Hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning
3. Variabel Kontrol
Materi dan waktu yang dilaksanakan pada penerapan
model pembelajaran discovery learning
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan komponen perlakuan yang
diberikan peneliti selama penelitian berlangsung,
variabel bebas memberi pengaruh pada variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan
model pembelajaran discovery learning untuk
meningkatkan keterampilan literasi sains
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah komponen yang dihasilkan
setelah peneliti memberikan perlakuan pada variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah komponen yang dikontrol oleh
peneliti selama penelitian berlangsung apabila tidak
dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat.
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi yang
digunakan yaitu materi tentang pencernaan manusia dan
waktu yang dilaksanakan pada penerapan model
pembelajaran discovery learning.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah pra-penelitian dengan
desain penelitiannya adalah “One Grup Pre-Test and Post-Test
Design” yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja
tanpa kelompok pembanding. Tes dalam desain ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (O 1) disebut
Pre-Test, dan tes sesudah eksperimen (O2) disebut Post-Test.
Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut
O1 X O2
Gambar 3.1. Desain penelitian One Grup Pre-Test and Post-
Test Design
Keterangan :
O1 = Pre-test dilakukan sebelum perlakuan menggunakan model
pembelajaran discovery learning
X = perlakuan dengan model pembelajaran discovery learning
O2 = Post-test dilakukan sesudah perlakuan menggunakan model
pembelajaran discovery learning
E. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu siswa kelas VIII SMP
F. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan dan Perancangan Penelitian
a. Melakukan survei ke sekolah yang akan dijadikan
sebagai tempat penelitian
b. Melakukan observasi kelas secara langsung untuk
mendapatkan informasi tentang kelas yang akan
diteliti melalui wawancara dengan guru bidang studi
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyusun perangkat pembelajaran
1) Silabus
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3) Lembar Kerja Siswa
e. Menyusun instrumen penelitian
1) Lembar observasi
2) Lembar tes
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Mengadakan pre-test dan dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum proses belajar
b. Melaksanakan proses belajar dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning pada materi sistem
pencernaan manusia
c. Mengadakan post-test untuk mengetahui hasil dari
dilaksanakannya penerapan model pembelajaran discovery
learning
3. Penyajian Hasil penelitian
a. Analisis data
b. Penyusunan hasil penelitian
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan teknik analsis atau cara
mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung ini dilakukan pada saat peneliti
melakukan proses pembelajaran menggunkan model pembelajaran
discovery learning pada materi sistem pencernaan manusia di kelas
VIII SMP
2. Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
bersifat mengukur keterampilan, pengetahuan intelgensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh invidu atau kelompok yang digunakan
dalam penelitian kuantitatif. Peneliti memberikan pre-test dan post-test
pada siswa untuk pengambilan data. Pre-test dilakukan sebelum diberi
materi dan post-test dilakukan setelah akhir materi
3. Angket
Angket merupakan kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan
cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis.
Metode angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran discovery learning untuk
meningkatkan proses literasi SAINS
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar observasi yang merupakan lembar pengamatan yang
digunakan oleh observer untuk mengamati semua hal yang dilakukan
siswa dan guru
2. Lembar tes untuk mengukur hasil belajar siswa
Berbentuk pilihan ganda yang dikerjakan untuk pre-test dan post-test
3. Angket respon siswa yang berisi respon siswa tentang teknik
pembelajaran yang digunakan meleiputi kendala-kendala yang
dirasakan siswa
I. Metode Analisis Data
1. Analisis keterlaksanaan pembelajaran
Data terlaksanan pembelajaran dianalisis secara diskriptif
kuantitatif dengan mendeskripsikan skor dalam setiap aspek yang
diamati. Keterlaksanaan pembelajaran dapat diketahui melalui tabel
keterlaksanaan pembelajaran seperti berikut
Tabel Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Skor
Ya 1
Tidak 0
Adapun kriteria penilaian keterlaksaan pembelajaran merupakan
perolehan nilai rata-rata setiap fase dari dua pertemuan yang
dilaksanakan selama proses pembelajaran seperti pada tabel dibawah
ini
Tabel Kriteria penilian Tiap Fase
Kriteria Skor
Baik 3
Cukup 2
Kurang 1
Nilai yang telah diberikan oleh pengamat kemudian dirata-rata
setiap aspek. Dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut
Ʃ nilai tiap aspek
Nilai =
Ʃ nilai maksimal tiap aspek
x3
Nilai keterlaksanaan pembelajaran diklasifikasikan dengan kriteria
sebagai berikut
Rata-rata skor Keterangan
0,00 – 1,40 Kurang
1,40 – 2,10 Cukup
2,10 – 3,00 Baik
Pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kategori baik atau
cukup
2. Analisis hasil belajar siswa
Penelitian hasil belajar individu pada kompetensi pengetahuan
diperoleh dari nilai siswa dengan perhitungan sebagai berikut.
nilai yang diperoleh siswa
Nilai =
nilai total
x4
Nilai yang diperoleh dikonversikan dengan nilai pengetahuan
siswa pada tabel
Rentang Nilai Kriteria
3,85 – 4,00 A
3,51 – 3,84 A-
3,18 – 3,50 B+
2,85 – 3,17 B
2,51 – 2,84 B-
2,18 – 2,50 C+
1,85 – 2,17 C
1,51 – 1,84 C-
1,18 – 1,50 D+
1,00 – 1,17 D-
Data hasil kemampuan proses literasi sains diananlisis secara
deskriptif kuantitatif dengan mendeskripsikan preentase dalam setiap
aspek yang diamati. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui
pada pre-test dan post-test dapat diketahui dengan analisis gain score.
Gain score dapat dihitung dengan rumus
% ( Sf )−%(Si)
g=
100 %−%(Si)
Keterangan :
g : gain score
Sf : nilai posttest
Si : nilai pretest
100 : nilai maksimal
Gain score dapat dihitung dengan mencari %(Si) dan %(Sf)
terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut
rata−rata nilai pretest
%(Si) = x 100%
nilai maksimal
rata−rata nilai posttest
%(Sf) = x 100%
nilai maksimal
Gain score diinterpretasikan sesuai dengan kriteria hake.
Peningkatan hasil belajar siswa dikatakan baik jika skor gain lebih dari
0,40
Kriteria Keterangan
g ≤ 0,30 Rendah
0,30 < g < 0,70 Sedang
g ≥ 0,70 Tinggi
3. Analisis hasil angket respon siswa
Analisis respon siswa terhadap model pembelajaran discovery
learning pada meteri sistem pencernaan manusia dikategorikan dengan
skala guttman yaitu “ya/tidak” , jawaban “ ya” skor 1 dan jawaban
“tidak” skor 0
Perhitungan respon siswa terhadap proses belajar siswa dengan
rumus sebagai berikut :
jumlah skor yang diperoleh
Persentase = x 100%
skor maksimal
Data hasil respons siswa dianalisis secara diskriptif kuantitatif
dengan mendeskripsikan persentase dalam setiap pertanyaan. Jika
siswa menjawab positif > 61% maka dianggap seluruh siswa setuju
terhadap pernyataan tersebut. Adapun kriteria persentase respon siswa
adalah sebagai berikut
Rata-rata skor (%) Keterangan
0% - 20% Kurang sekali
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Baik sekali
DAFTAR PUSTAKA

Buto, Z. A. (2010). IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN JEROME BRUNER

DALAM NUANSA PENDIDIKAN MODERN. Millah, ed(khus), 55–69.

https://doi.org/10.20885/millah.ed.khus.art3

Eva Latifah Hanum. (2009). BIOLOGI 2. Departemen Pendidikan Nasional,

Jakarta.

Oemar Hamalik. (1995). METODE BELAJAR DAN KESULITAN-KESULITAN

BELAJAR. Remaja Rosdakarya Bandung.

Parendrarti, R. (2009). APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TGT (TEAMS-GAMES-TOURNAMENT) DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2008/2009. Universitas Mohammadiyah Surakarta.

Pujiasih, T., Marpaung, R. R. T., & Yolida, B. (2020). Pengaruh Model

Discovery Learning Pada Materi Interaksi Makhluk Hidup Terhadap

Kemampuan Literasi Sains Siswa. 8(1), 10.

Saeful Karim. (2008). BELAJAR IPA MEMBUKA CAKRAWALA ALAM

SEKITAR. PT. Ssetia Purna Inves, Jakarta.

Utami, W. A., Marpaung, R. R. T., & Yolida, B. (2019). Pengaruh Model

Discovery Learninng Terhadap Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik.

9.

Wahyuningsih, Y., Setiawan, A., & Ngazizah, N. (2019). MENGUATKAN

KEMAMPUAN HOTS DENGAN LITERASI SAINS PADA MODEL

DISCOVERY LEARNING. 11.


Yaumi. (2017). PENERAPAN PERANGKAT MODEL DISCOVERY LEARNING

pada MATERI PEMANASAN GLOBAL untuk MELATIHKAN

KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS VII. 05, 8.

Anda mungkin juga menyukai