Siti Rosyidah
Tenaga Pendidik Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Univeritas Halu Oleo
Email: sitti.rosyidah_ft@uho.ac.id
ABSTRAK
Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah rumah sakit yang tidak fokus pada perawatan jangka waktu yang lama (rawat inap)
melainkan perawatan pasien dalam waktu singkat namun berulang kali atau rutin. Permasalahan bagi pasien RSGM yaitu
kecemasan yang tinggi hingga munculnya rasa takut disebabkan lamanya menunggu di ruang tunggu, atau bunyi bising dari
alat bor atau instrument lainnya dapat menimbulkan rasa takut dan berbagai perilaku pasien anak-anak yang koperatif, tidak
koperatif, histeris, keras kepala, cengeng, pemalu, dan tegang disebabkan berada di ruang praktek dokter gigi atau saat
sedang menunggu. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan suasana yang menyehatkan, nyaman,
dalam arti secara psikologis memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Desain interior dalam rumah sakit
merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Kenyamanan psikologis (desain
interior) sangat memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis pasien. Penerapan untuk
perencanaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini dengan memberikan desain ruang yang secara psikis membuat pasien tidak
merasa berada di Rumah Sakit, sehingga orang tidak takut untuk datang kembali ke rumah sakit. Kenyamanan psikologis,
dimana pembahasan pada ruang dalam yaitu penggunaan material, warna pada ruang perawatan dan ruang tunggu dari
spesialis gigi dan mulut (bedah mulut, orthodonsi, konservasi, prosthodonsi, pedodonsi, periodonsi, dan penyakit mulut),
lobby dan cafe.
Kata Kunci : Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Perilaku, Kenyamanan Psikologis
ABSTRACT
Oral and dental hospitals are hospitals that do not focus on long-term care (hospitalization), but rather on the care of
short-term or routine patients. The problem for patients with RSGM is that high anxiety until the appearance of fear due to
the long waiting time in the waiting room, or the noise of drilling tools or other instruments can cause fear and the various
cooperation behaviors, lack of cooperation, hysterical, obstinate, weeping, shy and tense because they are in the dentist's
office or while waiting. The support the psychological condition of the patient must be created in a healthy and comfortable
atmosphere, in the sense of providing positive psychological support for the healing process. The interior design inside the
hospital is an area where the person is related to the patient. Psychological comfort (interior design) plays an important role
and is closely related to the psychological condition of the patient. Implementation for the planning of Dental and Oral
Hospital by providing a space design that psychically makes patients not sit in the Hospital, so that people are not afraid to
return to the hospital. Psychological consolation, where the discussion in the room is the use of materials, the color of the
room of the dental and mouth treatment room and waiting room specialist (oral surgery, orthodonti, edodonti, prosthodonti,
pedodonti, periodonti and oral medicine), lobby, and cafe.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit Gigi dan Mulut
1. Definisi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) adalah sarana
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan
pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan
pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat Gambar 2. Ruang Perawatan Gigi
(Kamar Perawatan dan Ruang Perawatan/Pertimbangan-
jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. [20] Pertimbangan Vertikal) [16]
2. Fungsi Rumah Sakit Gigi dan Mulut b. Ruang Perawatan/ Pertimbangan Vertikal dan
Fungsi RSGM adalah menyelenggarakan : [20] Laboratorium
a. Pelayanan medik gigi dasar, spesialistik dan
subspesialistik.
b. Pelayanan penunjang; seperti pelayanan kefarmasian,
laboratorium, radiologi gigi, pelayanan anastesi.
c. Pelayanan rujukan;
d. Pelayanan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut;
e. Pendidikan;
f. Penelitian dan pengembangan.
3. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Non Pendidikan Gambar 3. Ruang Perawatan Gigi
(Ruang Perawatan/ Pertimbangan Vertikal dan Laboratorium)
[16]
Volume 3 No. 1 | April 2018 30
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
c. Ruang Rawat Inap Arsitektur perilaku merupakan arsitektur yang
dirancang untuk manusia yang menggunakan bangunan
tersebut dengan memperhatikan perilaku-perilaku
manusianya. Kebutuhan psikologis manusia berbeda
antar satu dengan yang lain, dan juga bergantung kepada
usia.
Empat teori dasar mengenai hubungan antar
Lingkungan dan Perilaku, yaitu :
a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku.
b. Faktor manusia yang berperan dalam menentukan
Gambar 4. Ruang Rawat Inap [16] tingkah laku manusia.
c. Perilaku benar-benar dibentuk oleh factor hereditas
C. Teori Site/Tapak Bangunan Rumah Sakit Gigi (keturunan) dan lingkungan.
dan Mulut d. Lingkungan tempat orang berada ditambah dengan
1. Menurut PERMEN Kesehatan RI Nomor keadaan pribadi seseorang dapat berpengaruh
1173/Menkes/Per/X/2004 tentang Rumah Sakit Gigi terhadap tingkah laku.
Dan Mulut : e. Keadaan pribadi seseorang berpengaruh terhadap
a. Rumah Sakit Gigi dan Mulut harus memenuhi tingkah laku
persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta
peralatan sesuai dengan peruntukannya. 2. Arsitektur Perilaku Pasien Rumah Sakit Gigi dan
b. Persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: Mulut
Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus a. Kecemasan dan rasa takut yang muncul karena
sesuai dengan rencana umum tata ruang. lamanya waktu menunggu
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat
2. Menurut Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan bermakna antara lamanya waktu tunggu di RS
Rumah Sakit Tahun 2012 pemerintah dan RS swasta. Sebagian besar (70%)
a. Aksesibilitas Untuk Jalur Transportasi dan pasien gigi di RS swasta menunggu perawatan gigi
Komunikasi kurang dari 30 menit, sebagian besar (80% pasien
Harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat gigi di RS pemerintah menunggu lebih dari 30 menit.
ke jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas Hal ini tentunya akan mempengaruhi efisiensi
dengan mudah, misalnya tersedia pedestrian, aksesibel pelayanan dan perawatan gigi di RS tersebut.
untuk penyandang cacat. Dampak dari lamanya waktu tunggu tersebut adalah
b. Kontur Tanah ketidakpuasan dari pasien.[10]
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada b. Kecemasan dan rasa takut yang muncul karena
perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum mendengar kebisingan dari instrumen kedokteran gigi
perencanaan awal dapat dimulai. Kebisingan yang ada di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
c. Fasilitas Parkir (alat bor, dan instrumen lain) menimbulkan rasa takut
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS pada pasien sehingga harus dijauhkan dari pandangan
sangat penting, karena prasarana parkir dan jalan masuk pasien.
kendaraan akan menyita banyak lahan. c. Waktu Perawatan Yang Lama
d. Tersedianya Utilitas Publik Untuk sebuah Rumah Sakit Gigi dan Mulut, secara
Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan teori merupakan fasilitas yang disediakan bagi pasien
air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. yang tidak tinggal di rumah sakit, hanya melakukan
e. Pengelolaan kesehatan lingkungan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan non rawat
Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan inap.[19]
pengendalian dampak lingkungan antara lain: d. Perilaku Pasien Usia Anak-Anak pada Rumah Sakit
1) Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang Gigi dan Mulut
ditimbulkan oleh RS terhadap lingkungan di Perilaku pasien usia anak-anak pada Rumah Sakit
sekitarnya. Gigi dan Mulut yaitu kecemasan pasien anak
2) Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan terhadap perawatan gigi sering kali timbul karena
noninfeksius (sampah domestik). Pegolahan limbah anak merasa takut berada di ruang praktik dokter
cari (IPAL). gigi. Ruangan praktik tersebut dibedakan antara
3) Fasilitas Pengolahan Air Bersih yang menjamin ruang tunggu dan ruang perawatan. [24]
keamanan konsumsi air bersih rumah sakit, terutama
Kepuasan pasien merupakan tujuan utama yang ingin
pada daerah yang kesulitan air bersih.
diraih oleh seluruh Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit
f. Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain
Khusus Gigi dan Mulut. Sehingga dalam perancangan
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dapat disimpulkan
D. Teori Arsitektur Perilaku Pasien Rumah Sakit
bahwa perancangan harus menitikberatkan terhadap
Gigi dan Mulut
1. Teori Arsitektur Perilaku
Volume 3 No. 1 | April 2018 31
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
terbentuknya Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang Batasan tapak :
dapat memberikan kepuasan kepada pasien. a. Sebelah Utara : Perumahan.
b. Sebelah Selatan: Bangunan komersil dan pemukiman.
3. Peran Warna pada Interior Rumah Sakit c. Sebelah Timur : Pertamina, bangunan komersil,
Beberapa saran mengenai pengaplikasian praktis perkantoran, Rumah Sakit Umum Bahteramas
warna dalam desain : [13] Provinsi Sulawesi Tenggara.
a. Merah dan kuning, misalnya, harus digunakan dalam d. Sebelah Barat : Bangunan komersil, perumahan
ruang dimana kegiatan kreatif adalah yang penduduk, lahan kosong.
diinginkan;
b. Hijau dan biru di daerah atau ruang yang memerlukan B. Konsep Pengolahan Tapak
ketenangan lebih dan konsentrasi yang panjang. 1. Orientasi Bangunan terhadap Matahari dan Arah
c. Di bawah warna hangat, waktu lebih dari perkiraan, Angin
bobot tampak lebih berat, benda tampak lebih besar,
ruang akan terasa kecil.
Dari sekian warna yang berpengaruh ada beberapa
warna yang diperkirakan mampu memberikan pengaruh
kepada pasien saat melakukan perawatan gigi dan mulut.
a. Hijau, berhubungan dengan organ jantung, memiliki
daya penyembuh yang sangat kuat karena bisa
menyeimbangkan dan menstabilkan energi tubuh
serta menstimulasi penyembuhan.
b. Biru, berhubungan dengan organ tenggorakan,
berkaitan dengan otak. Warna biru memberikan efek Gambar 7. View Utama Bangunan
menenangkan.
Pengaruh-pengaruh warna tersebut dapat Tanggapan Arsitektur Perilaku
dimanfaatkan sebagai keuntungan dalam perancangan a. Lintasan Matahari
desain interior. 1) Penataan landscape atau penanaman vegetasi dari
arah timur serta dari arah barat.
2) Fasad bangunan diberikan bukaan guna
memanfaatkan cahaya matahari yang dapat
memberikan manfaat pada pengguna bangunan.
3) Adanya skylight untuk memanfaatkan cahaya
matahari masuk ke bangunan.
4) Sun shading sebagai kenyamanan thermal terhadap
pengguna bangunan.
5) Perletakkan bukaan sebagai pencahayaan langsung
diletakkan pada ruangan yang memiliki aktivitas
Gambar 5. Interior Klinik Gigi [9] waktu yang lama seperti ruang tunggu, ruang
perawatan dan ruang karyawan.
PEMBAHASAN DAN HASIL RANCANGAN b. Lintasan Angin
A. Lokasi Proyek Penanaman vegetasi sebagai barrier terhadap angin
1. Gambaran Umum Site yang masuk ke dalam bangunan.
Nama proyek : Perencanaan rumah sakit gigi &
mulut Dengan pendekatan arsitektur 2. View
perilaku Di kota kendari
Lokasi : Jl. Kapten Pierre Tendean,
Kecamatan Baruga
Luas : Luas tapak ± 2,2 ha
2. Site/Tapak Terpilih
Tapak terpilih berada pada Jl. Kapten Pierre Tendean,
Kecamatan Baruga dengan Peruntukan pada kawasan
pelayanan kesehatan (skala provinsi).
3. Kebisingan
Gambar 12. Penzoningan Pada Tapak
Pembagian zona pada site adalah sebagai berikut:
a. Zona publik, area yang mempunyai akses langsung
dengan lingkungan luar rumah sakit yaiu Parkir,
pelayanan IGD, rawat jalan medik gigi dasar
(Poliklinik Gigi Umum), farmasi, rekam medik dan
lobby.
b. Zona semi publik, Area yang menerima tidak
berhubungan langsung dengan lingkungan luar rumah
sakit, umumnya merupakan area yang menerima
Gambar 10. Tingkatan Kebisingan Tapak beban kerja dari area publik ditempatkan dibagian
Kondisi tengah tapak yaitu rawat jalan medik spesialis gigi,
a. Kebisingan dari dalam bangunan laboratorium, sterilisasi pusat (CSSD), radiologi,
Kebisingan yang timbul dari dalam rumah sakit dental material, kesehatan gigi masyarakat.
sebagian besar muncul dari alat bor gigi yang c. Zona privat, area yang dibatasi bagi pengunjung
mengeluarkan desingan. rumah sakit, umumnya area tertutup ditempatkan
b. Kebisingan dari luar bangunan dibagian tengah tapak yaitu instalasi bedah sentral,
Kebisingan bersumber dari kendaraan dan bangunan- instalasi rawat inap (IRNA) , instalasi perawatan
bangunan yang berada disekitar tapak intensif (ICU), sterilisasi pusat.
d. Zona servis, yaitu diletakkan dibelakang tapak untuk
menjauhkan dari area publik sehingga tidak
terganggu selain itu juga pemisahan ini bertujuan
untuk memudahkan akses service di dalam tapak
ditempatkan dibagian belakang tapak. Menyediakan
dukungan bagi aktivitas rumah sakit, seperti dapur,
laundry, sanitasi.
5. Jaringan Utilitas
Jaringan utilitas kota sudah ada disekitar bangunan
Gambar 11. Tanggapan Kebisingan Tapak yaitu jaringan listrik dari PLN, jaringan air bersih
Tanggapan Arsitektur Perilaku PDAM, dan jaringan komunikasi dari TELKOM.
a. Kebisingan dari dalam bangunan Terdapat juga jaringan pembuangan air ke roil kota atau
1) Suara ini harus ditekan kebisingannya melalui saluran drainase.
penggunaan dinding dan plafond akustik.
2) Melalui penggunaan akustik pada ruang periksa,
kebisingan yang ditimbulkan dari alat bor gigi
dapat ditekan sehingga tidak berdampak pada
ruang tunggu. Kebisingan dari luar bangunan.
b. Kebisingan dari luar bangunan
1) Letak bangunan yang jauh dari sumber kebisingan
tinggi
2) Kebisingan dari arah jalan atau dari luar dapat
Gambar 13. Ketersediaan Jaringan Utilitas
diatasi melalui penggunaan buffer pada kawasan
Volume 3 No. 1 | April 2018 33
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
D. Pencapaian dan Sirkulasi
1. Sirkulasi Kendaraan (Mobil dan Motor)
Sirkulasi kendaraan dibedakan menjadi 5 yaitu
sirkulasi ke Poliklinik, depan lobby, instalasi gawat
darurat, kegiatan pengelola, dan service. Memiliki jalur
masuk utama, jalur keluar utama, dan jalur ke instalasi
gawat darurat (IGD) dengan lebar jalan 600cm. Lebar
sirkulasi kendaraan pada area parkir, mobil 600 cm dan
motor 200 cm.
Gambar 16. Sirkulasi Instalasi Gawat Darurat
b. Sirkulasi Kendaraan ke Poliklinik
Gambar 23. Area parkir mobil dan motor dan jalur kendaraan
dari aspal. Adanya lampu jalan sebagai penerang.
Gambar 20. Tata Massa Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kota
Kendari
2. Hard Material
(1)
Gambar 27. (1) Gambar III.3 Bentuk fasad Gambar 30. Skylight
Sebelum
Perancangan
26.255 – 24.033
x 100%
26.255
(a) (b)
= 0,08 x 100% Gambar 32. (a) Pondasi Poer Plat, (b) Pondasi Garis
= 8%
3. Super Struktur
Deviasi Perancangan Menjadi 8%, hal ini Super struktur yang digunakan berupa struktur balok
dikarenakan pada awal perencanaan perhitungan dan kolom serta menggunakan bata ringan. struktur yang
didasarkan pada analisa sementara dan setelah dilakukan dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku
analisa lebih lanjut pada perancangan terdapat beberapa horizontal di atas elemen kaku vertikal.
faktor yang menyebabkan perhitungan pada saat
perencanaan menjadi berubah diantaranya yakni :
a. Pengaturan ruang-ruang dalam bangunan yang
mengikuti bentuk bangunan sehingga menyebabkan
beberapa ruang mengalami perubahan luasan.
b. Sirkulasi antar ruang yang diperluas.
c. Mengikuti modul struktur yang digunakan pada
bangunan sehingga mengakibatkan sedikit
perubahan pada besaran ruang dari sebelumnya.
Gambar 33. Sistem rangka kaku
F. HASIL RANCANGAN STRUKTUR
Struktur dalam bangunan Rumah Sakit Gigi dan c. Upper Struktur
Mulut di Kota Kendari dimaksudkan untuk menopang Struktur yang digunakan pada bangunan rumah sakit
beban baik beban mati maupun beban hidup. Beban mati gigi dan mulut adalah rangka baja ringan.
berupa beban dari bangunan sendiri sedangkan beban
hidup lebih berorientasi pada beban seperti beban
manusia, perlengkapan dan peralatan-peralatan
Kedokteran Gigi.
(a)
(b) (c)
Gambar 41. Material Ruang Tunggu 7 Spesialis, Gambar 43. Ruang Perawatan Spesialis Bedah Mulut,
(a) Material Plafon gypsum, (b) Dinding bata, (c) Lantai (Vinil) Orthodonti, Prothodonti, Periodonti, Konservasi Gigi, Penyakit
Mulut
5. Ruang Perawatan Spesialis Pedodonti
(Kedokteran Gigi Anak)
Warna pada ruang perawatan spesialis pedodonsi
(kedokteran gigi anak : [13]
a. Ruang perawatan tidak berkesan menakutkan.
b. Permainan warna pada dindingnya di beberapa (a)
bagian dindingnya memberikan kreatif dan tidak
monoton dan memberikan kesan (home) rumah
sendiri, bersih dan juga penuh warna-warni.
c. Namun warna putih tetap dominan karena diperlukan
pengecekan visual terhadap gigi secara detail.
Material plafon dari gypsum board mudah dalam (b) (c)
perawatan, kuat terhadap api dan akustik. Material Gambar 44. Material Ruang Perawatan 7 Spesialis, (a)
dinding bata ringan dan penggunaan akustik pada Material Plafon (Akustik plafon rangka metal dan
gypsum board), (b) Dinding (Akustik& bata),
dinding dengan selimut serat mineral [15]. Material
(c) Lantai (Vinil)
lantai dari vinil mudah dalam perawatan, kuat menahan
beban, tidak mudah terbakar, anti bakteri, tahan terhadap
E. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan
gores.
1. Instalasi Listrik
Untuk kebutuhan listrik pada RSGM Kota Kendari,
maka sumber energi listrik yang digunakan adalah
berasal dari PLN dan Genset. Genset difungsikan sebagai
sumber energy cadangan yang akan beroperasi jika aliran
listrik PLN terhenti.