Anda di halaman 1dari 13

GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DI KOTA KENDARI


ARSITEKTUR PERILAKU
Wa Ode Muslimah
Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
Email: muslimah805@gmail.com

Siti Rosyidah
Tenaga Pendidik Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Univeritas Halu Oleo
Email: sitti.rosyidah_ft@uho.ac.id

ABSTRAK
Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah rumah sakit yang tidak fokus pada perawatan jangka waktu yang lama (rawat inap)
melainkan perawatan pasien dalam waktu singkat namun berulang kali atau rutin. Permasalahan bagi pasien RSGM yaitu
kecemasan yang tinggi hingga munculnya rasa takut disebabkan lamanya menunggu di ruang tunggu, atau bunyi bising dari
alat bor atau instrument lainnya dapat menimbulkan rasa takut dan berbagai perilaku pasien anak-anak yang koperatif, tidak
koperatif, histeris, keras kepala, cengeng, pemalu, dan tegang disebabkan berada di ruang praktek dokter gigi atau saat
sedang menunggu. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan suasana yang menyehatkan, nyaman,
dalam arti secara psikologis memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Desain interior dalam rumah sakit
merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Kenyamanan psikologis (desain
interior) sangat memegang peranan penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis pasien. Penerapan untuk
perencanaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini dengan memberikan desain ruang yang secara psikis membuat pasien tidak
merasa berada di Rumah Sakit, sehingga orang tidak takut untuk datang kembali ke rumah sakit. Kenyamanan psikologis,
dimana pembahasan pada ruang dalam yaitu penggunaan material, warna pada ruang perawatan dan ruang tunggu dari
spesialis gigi dan mulut (bedah mulut, orthodonsi, konservasi, prosthodonsi, pedodonsi, periodonsi, dan penyakit mulut),
lobby dan cafe.

Kata Kunci : Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Perilaku, Kenyamanan Psikologis

ABSTRACT

Oral and dental hospitals are hospitals that do not focus on long-term care (hospitalization), but rather on the care of
short-term or routine patients. The problem for patients with RSGM is that high anxiety until the appearance of fear due to
the long waiting time in the waiting room, or the noise of drilling tools or other instruments can cause fear and the various
cooperation behaviors, lack of cooperation, hysterical, obstinate, weeping, shy and tense because they are in the dentist's
office or while waiting. The support the psychological condition of the patient must be created in a healthy and comfortable
atmosphere, in the sense of providing positive psychological support for the healing process. The interior design inside the
hospital is an area where the person is related to the patient. Psychological comfort (interior design) plays an important role
and is closely related to the psychological condition of the patient. Implementation for the planning of Dental and Oral
Hospital by providing a space design that psychically makes patients not sit in the Hospital, so that people are not afraid to
return to the hospital. Psychological consolation, where the discussion in the room is the use of materials, the color of the
room of the dental and mouth treatment room and waiting room specialist (oral surgery, orthodonti, edodonti, prosthodonti,
pedodonti, periodonti and oral medicine), lobby, and cafe.

Keywords : Hospital Teeth and Mouth, Behaviour, Psychological Comfort

PENDAHULUAN tumpatan gigi tetap, pencabutan tumpatan gigi tetap,


A. LatarBelakang pencabutan gigi tetap dan bedah mulut. Dimana pada
Kota Kendari sebagai salah satu kota di Sulawesi Tahun 2011 berjumlah 9.854 kasus, Tahun 2012
Tenggara, Menurut Dinas Kesehatan Kota Kendari, berjumlah 9.405, Tahun 2013 berjumlah 5.179 kasus dan
kondisi kesehatan gigi dan mulut berada pada urutan 12 Tahun 2014 berjumlah 5.195. [22]
hingga 15 dari 20 Besar penyakit di Kota Kendari [1]. Dari data Badan Pusat Statistik, 2013 Fasilitas
Menurut data dari RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi kesehatan Kota Kendari dari tahun 2012, kota kendari
Tenggara 2010-2014 tentang jenis pelayanan kesehatan memiliki Rumah sakit 13 unit, puskesmas 15 unit,
gigi dan mulut yang terbanyak masih dilihat pada puskesmas pembantu 17 buah, puskesmas plus 5 buah
kegiatan pengobatan pulpa, yang diikuti pelayanan [5]. Selama ini, pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Volume 3 No. 1 | April 2018 29
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
kota kendari masih dilakukan di puskesmas-puskesmas, Rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang
Poliklinik gigi di Rumah Sakit serta Dokter prakter di tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak ada
kediamannya masing-masing, tentunya fasilitas dan kerja sama rumah sakit dengan universitas. [20]
ruang yang terbatas.
4. Tipe Rumah Sakit Khusus [25]
Permasalahan bagi pasien gigi dan mulut adalah rasa
a. Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit
sakit, rasa takut dan waktu menunggu yang lama. Pasien
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
dengan jenis kelamin perempuan memiliki perbedaan
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
sedikit lebih banyak mengalami cemas dibandingkan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan
dengan pasien dengan jenis kelamin laki-laki. Tingkat
yang lengkap.
kecemasan yang dialami pasien berbanding terbalik
b. Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit
dengan usia pasien. Pasien usia 18-40 tahun lebih
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
merasakan cemas dibandingkan kelompok usia yang
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
lebih tua. Penyediaan fasilitas yang memadai agar
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan
membuat pasien merasa nyaman sehingga dapat
yang terbatas.
mengurangi kecemasan pasien.
c. Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit
Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu
Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
diciptakan yang menyehatkan, nyaman, dalam arti secara
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
psikologis memberikan dukungan positif bagi proses
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan
penyembuhan. Desain interior dalam rumah sakit
yang minimal.
merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya
berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-
B. Studi Antropometri (Standar Spasial Rumah
elemen desain seperti warna, dapat diciptakan suasana
Sakit Gigi dan Mulut)
ruang yang dapat mendukung proses penyembuhan. [23]
1. Pos Perawat
B. RumusanMasalah
Rumusan masalah dari permasalah di atas dalam
perencanaan rumah sakit gigi dan mulut di kota kendari
adalah :
1. Bagaimana memilih site/tapak bangunan Rumah
Sakit Gigi dan Mulut di Kota Kendari ?
2. Bagaimana merencanakan Rumah Sakit Gigi dan Gambar 1. Literatur Pos Perawat [16]
Mulut dengan tatanan ruang yang mampu
memberikan kenyamanan psikologis bagi pasien 2. Ruang Perawatan Gigi
melalui pendekatan arsitektur perilaku di Kota a. Kamar Perawatan dan Ruang Perawatan /
Kendari? Pertimbangan-Pertimbangan Vertikal

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Rumah Sakit Gigi dan Mulut
1. Definisi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) adalah sarana
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan
pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan
pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat Gambar 2. Ruang Perawatan Gigi
(Kamar Perawatan dan Ruang Perawatan/Pertimbangan-
jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medik. [20] Pertimbangan Vertikal) [16]
2. Fungsi Rumah Sakit Gigi dan Mulut b. Ruang Perawatan/ Pertimbangan Vertikal dan
Fungsi RSGM adalah menyelenggarakan : [20] Laboratorium
a. Pelayanan medik gigi dasar, spesialistik dan
subspesialistik.
b. Pelayanan penunjang; seperti pelayanan kefarmasian,
laboratorium, radiologi gigi, pelayanan anastesi.
c. Pelayanan rujukan;
d. Pelayanan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut;
e. Pendidikan;
f. Penelitian dan pengembangan.
3. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Non Pendidikan Gambar 3. Ruang Perawatan Gigi
(Ruang Perawatan/ Pertimbangan Vertikal dan Laboratorium)
[16]
Volume 3 No. 1 | April 2018 30
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
c. Ruang Rawat Inap Arsitektur perilaku merupakan arsitektur yang
dirancang untuk manusia yang menggunakan bangunan
tersebut dengan memperhatikan perilaku-perilaku
manusianya. Kebutuhan psikologis manusia berbeda
antar satu dengan yang lain, dan juga bergantung kepada
usia.
Empat teori dasar mengenai hubungan antar
Lingkungan dan Perilaku, yaitu :
a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku.
b. Faktor manusia yang berperan dalam menentukan
Gambar 4. Ruang Rawat Inap [16] tingkah laku manusia.
c. Perilaku benar-benar dibentuk oleh factor hereditas
C. Teori Site/Tapak Bangunan Rumah Sakit Gigi (keturunan) dan lingkungan.
dan Mulut d. Lingkungan tempat orang berada ditambah dengan
1. Menurut PERMEN Kesehatan RI Nomor keadaan pribadi seseorang dapat berpengaruh
1173/Menkes/Per/X/2004 tentang Rumah Sakit Gigi terhadap tingkah laku.
Dan Mulut : e. Keadaan pribadi seseorang berpengaruh terhadap
a. Rumah Sakit Gigi dan Mulut harus memenuhi tingkah laku
persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta
peralatan sesuai dengan peruntukannya. 2. Arsitektur Perilaku Pasien Rumah Sakit Gigi dan
b. Persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: Mulut
Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus a. Kecemasan dan rasa takut yang muncul karena
sesuai dengan rencana umum tata ruang. lamanya waktu menunggu
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat
2. Menurut Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan bermakna antara lamanya waktu tunggu di RS
Rumah Sakit Tahun 2012 pemerintah dan RS swasta. Sebagian besar (70%)
a. Aksesibilitas Untuk Jalur Transportasi dan pasien gigi di RS swasta menunggu perawatan gigi
Komunikasi kurang dari 30 menit, sebagian besar (80% pasien
Harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat gigi di RS pemerintah menunggu lebih dari 30 menit.
ke jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas Hal ini tentunya akan mempengaruhi efisiensi
dengan mudah, misalnya tersedia pedestrian, aksesibel pelayanan dan perawatan gigi di RS tersebut.
untuk penyandang cacat. Dampak dari lamanya waktu tunggu tersebut adalah
b. Kontur Tanah ketidakpuasan dari pasien.[10]
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada b. Kecemasan dan rasa takut yang muncul karena
perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum mendengar kebisingan dari instrumen kedokteran gigi
perencanaan awal dapat dimulai. Kebisingan yang ada di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
c. Fasilitas Parkir (alat bor, dan instrumen lain) menimbulkan rasa takut
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di RS pada pasien sehingga harus dijauhkan dari pandangan
sangat penting, karena prasarana parkir dan jalan masuk pasien.
kendaraan akan menyita banyak lahan. c. Waktu Perawatan Yang Lama
d. Tersedianya Utilitas Publik Untuk sebuah Rumah Sakit Gigi dan Mulut, secara
Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan teori merupakan fasilitas yang disediakan bagi pasien
air kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. yang tidak tinggal di rumah sakit, hanya melakukan
e. Pengelolaan kesehatan lingkungan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan non rawat
Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan inap.[19]
pengendalian dampak lingkungan antara lain: d. Perilaku Pasien Usia Anak-Anak pada Rumah Sakit
1) Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang Gigi dan Mulut
ditimbulkan oleh RS terhadap lingkungan di Perilaku pasien usia anak-anak pada Rumah Sakit
sekitarnya. Gigi dan Mulut yaitu kecemasan pasien anak
2) Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan terhadap perawatan gigi sering kali timbul karena
noninfeksius (sampah domestik). Pegolahan limbah anak merasa takut berada di ruang praktik dokter
cari (IPAL). gigi. Ruangan praktik tersebut dibedakan antara
3) Fasilitas Pengolahan Air Bersih yang menjamin ruang tunggu dan ruang perawatan. [24]
keamanan konsumsi air bersih rumah sakit, terutama
Kepuasan pasien merupakan tujuan utama yang ingin
pada daerah yang kesulitan air bersih.
diraih oleh seluruh Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit
f. Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain
Khusus Gigi dan Mulut. Sehingga dalam perancangan
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dapat disimpulkan
D. Teori Arsitektur Perilaku Pasien Rumah Sakit
bahwa perancangan harus menitikberatkan terhadap
Gigi dan Mulut
1. Teori Arsitektur Perilaku
Volume 3 No. 1 | April 2018 31
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
terbentuknya Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang Batasan tapak :
dapat memberikan kepuasan kepada pasien. a. Sebelah Utara : Perumahan.
b. Sebelah Selatan: Bangunan komersil dan pemukiman.
3. Peran Warna pada Interior Rumah Sakit c. Sebelah Timur : Pertamina, bangunan komersil,
Beberapa saran mengenai pengaplikasian praktis perkantoran, Rumah Sakit Umum Bahteramas
warna dalam desain : [13] Provinsi Sulawesi Tenggara.
a. Merah dan kuning, misalnya, harus digunakan dalam d. Sebelah Barat : Bangunan komersil, perumahan
ruang dimana kegiatan kreatif adalah yang penduduk, lahan kosong.
diinginkan;
b. Hijau dan biru di daerah atau ruang yang memerlukan B. Konsep Pengolahan Tapak
ketenangan lebih dan konsentrasi yang panjang. 1. Orientasi Bangunan terhadap Matahari dan Arah
c. Di bawah warna hangat, waktu lebih dari perkiraan, Angin
bobot tampak lebih berat, benda tampak lebih besar,
ruang akan terasa kecil.
Dari sekian warna yang berpengaruh ada beberapa
warna yang diperkirakan mampu memberikan pengaruh
kepada pasien saat melakukan perawatan gigi dan mulut.
a. Hijau, berhubungan dengan organ jantung, memiliki
daya penyembuh yang sangat kuat karena bisa
menyeimbangkan dan menstabilkan energi tubuh
serta menstimulasi penyembuhan.
b. Biru, berhubungan dengan organ tenggorakan,
berkaitan dengan otak. Warna biru memberikan efek Gambar 7. View Utama Bangunan
menenangkan.
Pengaruh-pengaruh warna tersebut dapat Tanggapan Arsitektur Perilaku
dimanfaatkan sebagai keuntungan dalam perancangan a. Lintasan Matahari
desain interior. 1) Penataan landscape atau penanaman vegetasi dari
arah timur serta dari arah barat.
2) Fasad bangunan diberikan bukaan guna
memanfaatkan cahaya matahari yang dapat
memberikan manfaat pada pengguna bangunan.
3) Adanya skylight untuk memanfaatkan cahaya
matahari masuk ke bangunan.
4) Sun shading sebagai kenyamanan thermal terhadap
pengguna bangunan.
5) Perletakkan bukaan sebagai pencahayaan langsung
diletakkan pada ruangan yang memiliki aktivitas
Gambar 5. Interior Klinik Gigi [9] waktu yang lama seperti ruang tunggu, ruang
perawatan dan ruang karyawan.
PEMBAHASAN DAN HASIL RANCANGAN b. Lintasan Angin
A. Lokasi Proyek Penanaman vegetasi sebagai barrier terhadap angin
1. Gambaran Umum Site yang masuk ke dalam bangunan.
Nama proyek : Perencanaan rumah sakit gigi &
mulut Dengan pendekatan arsitektur 2. View
perilaku Di kota kendari
Lokasi : Jl. Kapten Pierre Tendean,
Kecamatan Baruga
Luas : Luas tapak ± 2,2 ha
2. Site/Tapak Terpilih
Tapak terpilih berada pada Jl. Kapten Pierre Tendean,
Kecamatan Baruga dengan Peruntukan pada kawasan
pelayanan kesehatan (skala provinsi).

Gambar 8. View Keluar dan Ke dalam Tapak


Tanggapan Arsitektur Perilaku
View yang baik akan dijadikan pertimbangan
penempatan bukaan dari dalam ke luar pada ruang
tunggu, ruang perawatan dan ruang karyawan. Karena
Gambar 6. Kondisi lingkungan site pasien yang memiliki akses pandangan langsung ke luar
Volume 3 No. 1 | April 2018 32
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
dapat memiliki kecepatan proses penyembuhan lebih untuk meredam bunyi. Buffer yang digunakan
baik. Sedangkan untuk karyawan dapat mengurangi stres dapat berupa deretan vegetasi sehingga dapat
dan meningkatkan performa pekerjaan. meminimalisir bunyi.

4. Konsep Penzoningan Pada Tapak

Gambar 9. View yang Baik

3. Kebisingan
Gambar 12. Penzoningan Pada Tapak
Pembagian zona pada site adalah sebagai berikut:
a. Zona publik, area yang mempunyai akses langsung
dengan lingkungan luar rumah sakit yaiu Parkir,
pelayanan IGD, rawat jalan medik gigi dasar
(Poliklinik Gigi Umum), farmasi, rekam medik dan
lobby.
b. Zona semi publik, Area yang menerima tidak
berhubungan langsung dengan lingkungan luar rumah
sakit, umumnya merupakan area yang menerima
Gambar 10. Tingkatan Kebisingan Tapak beban kerja dari area publik ditempatkan dibagian
Kondisi tengah tapak yaitu rawat jalan medik spesialis gigi,
a. Kebisingan dari dalam bangunan laboratorium, sterilisasi pusat (CSSD), radiologi,
Kebisingan yang timbul dari dalam rumah sakit dental material, kesehatan gigi masyarakat.
sebagian besar muncul dari alat bor gigi yang c. Zona privat, area yang dibatasi bagi pengunjung
mengeluarkan desingan. rumah sakit, umumnya area tertutup ditempatkan
b. Kebisingan dari luar bangunan dibagian tengah tapak yaitu instalasi bedah sentral,
Kebisingan bersumber dari kendaraan dan bangunan- instalasi rawat inap (IRNA) , instalasi perawatan
bangunan yang berada disekitar tapak intensif (ICU), sterilisasi pusat.
d. Zona servis, yaitu diletakkan dibelakang tapak untuk
menjauhkan dari area publik sehingga tidak
terganggu selain itu juga pemisahan ini bertujuan
untuk memudahkan akses service di dalam tapak
ditempatkan dibagian belakang tapak. Menyediakan
dukungan bagi aktivitas rumah sakit, seperti dapur,
laundry, sanitasi.

5. Jaringan Utilitas
Jaringan utilitas kota sudah ada disekitar bangunan
Gambar 11. Tanggapan Kebisingan Tapak yaitu jaringan listrik dari PLN, jaringan air bersih
Tanggapan Arsitektur Perilaku PDAM, dan jaringan komunikasi dari TELKOM.
a. Kebisingan dari dalam bangunan Terdapat juga jaringan pembuangan air ke roil kota atau
1) Suara ini harus ditekan kebisingannya melalui saluran drainase.
penggunaan dinding dan plafond akustik.
2) Melalui penggunaan akustik pada ruang periksa,
kebisingan yang ditimbulkan dari alat bor gigi
dapat ditekan sehingga tidak berdampak pada
ruang tunggu. Kebisingan dari luar bangunan.
b. Kebisingan dari luar bangunan
1) Letak bangunan yang jauh dari sumber kebisingan
tinggi
2) Kebisingan dari arah jalan atau dari luar dapat
Gambar 13. Ketersediaan Jaringan Utilitas
diatasi melalui penggunaan buffer pada kawasan
Volume 3 No. 1 | April 2018 33
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
D. Pencapaian dan Sirkulasi
1. Sirkulasi Kendaraan (Mobil dan Motor)
Sirkulasi kendaraan dibedakan menjadi 5 yaitu
sirkulasi ke Poliklinik, depan lobby, instalasi gawat
darurat, kegiatan pengelola, dan service. Memiliki jalur
masuk utama, jalur keluar utama, dan jalur ke instalasi
gawat darurat (IGD) dengan lebar jalan 600cm. Lebar
sirkulasi kendaraan pada area parkir, mobil 600 cm dan
motor 200 cm.
Gambar 16. Sirkulasi Instalasi Gawat Darurat
b. Sirkulasi Kendaraan ke Poliklinik

Gambar 14. Lebar jalan 600cm, lebar jalan parkir mobil


600cm, lebar jalan parkir motor 200 cm

2. Sirkulasi pejalan kaki dan penyandang cacat


(disabilitas)
Dekat dengan yang dituju seperti IGD, lobby, dan
Gambar 17. Sirkulasi Kendaraan ke Poliklinik
klinik gigi umum serta disediakan pemberhentian
angkutan umum yang dekat dengan jalur masuk. Dengan Sirkulasi poliklinik pada prinsipnya letak poliklinik
lebar 200 cm. (instalasi rawat jalan gigi dan mulut) berdekatan dengan
jalan utama. [17]
3. Fasilitas Parkir
Penggunaan parkir dengan sudut 45 derajat. Lebih c. Sirkulasi Kendaraan ke Pengelola
memudahkan pengguna bangunan. Fasilitas parkir pada 5
area yaitu poliklinik gigi umum, depan lobby, instalasi
gawat darurat, kegiatan pengelola dan service. Parkir
motor dengan ukuran 90cm x 200cm, parkir mobil
dengan ukuran 250 cm x 500 cm.
Parkir khusus disabilitas dengan ukuran 360cm x
500cm. Tempat parkir dekat dengan sirkulasi khusus
disabilitas memudahkan menuju fasilitas yang dituju
pada area IGD, lobby dan poliklinik. Dengan jarak Gambar 18. Sirkulasi Kendaraan ke Pengelola terletak
masimum 60 m. Tempat parkir harus diletakkan sedekat disamping
mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur
pedestrian. d. Sirkulasi Kendaraan ke Service

Gambar 15. Parkir mobil, parkir mobil khusus disabilitas


dan parkir motor [14] [18]

4. Sirkulasi Pada Tapak Gambar 19. Sirkulasi Service


a. Sirkulasi Kendaraan ke Instalasi Gawat Darurat
Pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu Letak sirkulasi service berada di belakang tapak
masuk kendaraan ke area instalasi rawat jalan / untuk menjauhkan di area parkir sehingga tidak
poliklinik, dan service. Pintu masuk ke area IGD harus terganggu dan memudahkan akses di dalam tapak.
terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh
pengguna kendaraan untuk masuk ke area RS. [17] E. Tata Massa
Untuk bangunan rumah sakit gigi dan mulut yaitu
pola jalan lengkug. Jalan yang saling berhadapan dengan
jarak yang berbeda dalam bentuk melengkung.

Volume 3 No. 1 | April 2018 34


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

Gambar 23. Area parkir mobil dan motor dan jalur kendaraan
dari aspal. Adanya lampu jalan sebagai penerang.

Gambar 20. Tata Massa Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kota
Kendari

C. Konsep Tata RuangLuar


1. Soft Material

Gambar 24. Sirkulasi pejalan kaki dan


disabilitas dari paving blok.

D. Hasil Rancangan Bentuk Dan Tampilan


1. Bentuk Dasar Bangunan
Bentuk bangunan yang hendak dicapai pada
bangunan Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah suatu
Gambar 21. Soft Material bentuk dasar yang memaksimalkan aspek fungsional
dimana mewadahi sirkulasi pelaku bangunan Rumah
Jenis pohon yang digunakan : Sakit Gigi dan Mulut.
a. Pohon palem yang berfungsi pengarah alur
pergerakan atau sirkulasi kendaraan.
b. Pohon Trembesi sebagai filter dari debu, kebisingan,
sebagai peneduh kendaraan di area parkir. Dapat
memberikan perasaan tenang dan ternaungi sehingga
dapat mengurangi stress pengunjung
c. Rumput Kucai Mini digunakan sebagai penutup
tanah.
d. Tanaman hias (kana, kembang sepatu, mawar, asoka,
purint, nusa indah) sebagai estetika pada taman.
Tanaman ini dipilih karena warnanya yang cerah dan Gambar 25. Bentuk Dasar Bangunan
mampu menimbulkan permainan warna, memberikan
rangsangan energi positif sehingga meningkatkan 2. Tampilan Bangunan
semangat di dalam tapak di sepanjang jalur
pedestrian.

2. Hard Material

(1)

Gambar 22. Gambar II.22. Hard Material

a. Paving Blok digunakan pada pedestrian dan sirkulasi


pejalan kaki masuk dan keluar tapak.
b. Aspal digunakan pada jalur kendaraan dan parkir.
c. Lampu difungsikan sebagai penerang jalan.
(2)

Gambar 26. (1) Bentuk Dasar Bangunan, (2) Extrude

Volume 3 No. 1 | April 2018 35


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
Pada bagian depan metafora dari bentuk bibir
manusia. Bangunan kanan dan kiri pada bagian depan
dengan bentuk atap yang miring agar proporsi sedangkan
bagian tengah bentuk lengkung.

Gambar 27. (1) Gambar III.3 Bentuk fasad Gambar 30. Skylight

Penggunaan Warna Pada Eksterior Bangunan :


a. Hijau, memberi kesan damai, tenang, warna alam E. TATA RUANG MIKRO
yang dapat membuat perasaan menjadi rileks. Pada 1. Kelompok Ruang Penerima
beberapa dinding depan dan pada sun shading. Tabel 1. Tabel Kebutuhan & Besaran Ruang
b. Cokelat, menyatu dengan alam. pada bagian dinding Luas (m2)
Luas (m2)
Sebelum
depan dan atap. No Nama Ruang Sebelum
Perancan
c. Merah, bagian pintu masuk IGD dan klinik gigi Perancangan
gan
umum. Lantai 1
d. Putih, warna dinding yang dominan. 1 312 412
Ruang Penerimaan
e. Abu-abu, pada dinding spesialis bagian depan.
2 Instalasi Gawat Darurat 358 336
3 Poliklinik Gigi Umum 792 792
Instalasi Rawat Jalan
4 Medik Gigi Spesialis 337 378
Orthodonsi
Instalasi Rawat Jalan
5 Medik Gigi Spesialis 337 378
Prothodonsi
Instalasi Rawat Jalan
6 Medik Gigi Spesialis 337 378
Bedah Mulut
7 Instalasi Bedah Sentral 295 540
Radiologi Kedokteran
8 156 191
Gigi
Gambar 28. Sun Shading Farmasi dan Bahan
Pengadaan sun shading sebagai langkah untuk 9 208 54
Kedokteran Gigi
mencapai kenyamanan thermal. Menggunakan sun 10
Laboratorium Teknik
215 198
shading passive dengan memperhatikan arah datangnya Gigi
matahari. Dimana arah datang matahari terhadap 11 Dental Material 152 180
bangunan secara diagonal. Posisinya berlawanan dari 12
Kesehatan Gigi
152 270
datangnya matahari. Masyarakat
13 Sterilisasi Pusat (CSSD) 355 360
Kegiatan Pengelola
14 1.088 1.080
(Administasi)
Mekanikal Elektrik
15 181 144
(ME)
16 Instalasi Dapur dan Gizi 187 198
17 Laundry / Linen 195 216
18 Instalasi Sanitasi 320 315
. 19
Sirkulasi (Ramp,
2.300 2.584
Gambar 29. Sunshading pada beberapa fasad Tangga, Selasar)
JUMLAH 8.285 9.004
Untuk bangunan 2 lantai bentuk bangunan yang Lantai 2
masif membuat bagian tengah bangunan mendapat 20 Lobby 308 573
cahaya yang sedikit. Sehingga bagian tengah bangunan Instalasi Perawatan
21 276 360
diberi skylight sehingga cahaya dapat masuk ke bagian Intensif (ICU)
tengah bangunan. Instalasi Rawat Inap
22 181 191
(IRNA)
Instalasi Rawat Jalan
23 Medik Gigi Spesialis 353 540
Pedodonsi
24 Instalasi Rawat Jalan 337 378

Volume 3 No. 1 | April 2018 36


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
Medik Gigi Spesialis 1. Modul Struktur
Periodonsi Modul berbentuk grid, penentuan modul didasarkan
Instalasi Rawat Jalan
25 Medik Gigi Spesialis 337 378 pada pertimbangan sirkulasi pengguna bangunan. Modul
Penyakit Mulut strukutur yang digunakan adalah 6 m x 6 m untuk 2
Instalasi Rawat Jalan lantai. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan dimensi
26 Medik Gigi Spesialis 337 378 ruang perawatan pada spesialis.
Konservasi Gigi
Sirkulasi (Ramp,
27 1.108 1.278
Tangga, Selasar)
JUMLAH 3.237 4.076
Ruang Luar
28 Fasilitas Parkir 1.637,4 1.162,5
29 Taman dan Jalan 10.870,6 12.012,5
JUMLAH 12.508 13.175
TOTAL LUASAN 24.033 26.255
Gambar 31. Modul 600cm x 600cm (Ruang Perawatan
Spesialis)
Jadi selisih besaran ruang adalah :
Sebelum Perancangan = 24.033
Sesudah Perancangan = 26.255 2. Sub Struktur
Dengan demikian dapat ditentukan deviasi Sistem sub struktur menggunakan pondasi poer plat
perancangan dengan perhitungan berikut: untuk pondasi 2 lantai dan pondasi garis untuk bangunan
1 lantai.
Sesudah Perancangan – Sebelum
Perancangan x 100 %

Sebelum
Perancangan
26.255 – 24.033
x 100%
26.255
(a) (b)
= 0,08 x 100% Gambar 32. (a) Pondasi Poer Plat, (b) Pondasi Garis
= 8%
3. Super Struktur
Deviasi Perancangan Menjadi 8%, hal ini Super struktur yang digunakan berupa struktur balok
dikarenakan pada awal perencanaan perhitungan dan kolom serta menggunakan bata ringan. struktur yang
didasarkan pada analisa sementara dan setelah dilakukan dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku
analisa lebih lanjut pada perancangan terdapat beberapa horizontal di atas elemen kaku vertikal.
faktor yang menyebabkan perhitungan pada saat
perencanaan menjadi berubah diantaranya yakni :
a. Pengaturan ruang-ruang dalam bangunan yang
mengikuti bentuk bangunan sehingga menyebabkan
beberapa ruang mengalami perubahan luasan.
b. Sirkulasi antar ruang yang diperluas.
c. Mengikuti modul struktur yang digunakan pada
bangunan sehingga mengakibatkan sedikit
perubahan pada besaran ruang dari sebelumnya.
Gambar 33. Sistem rangka kaku
F. HASIL RANCANGAN STRUKTUR
Struktur dalam bangunan Rumah Sakit Gigi dan c. Upper Struktur
Mulut di Kota Kendari dimaksudkan untuk menopang Struktur yang digunakan pada bangunan rumah sakit
beban baik beban mati maupun beban hidup. Beban mati gigi dan mulut adalah rangka baja ringan.
berupa beban dari bangunan sendiri sedangkan beban
hidup lebih berorientasi pada beban seperti beban
manusia, perlengkapan dan peralatan-peralatan
Kedokteran Gigi.

Volume 3 No. 1 | April 2018 37


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

Gambar 34. Rangka baja ringan

Struktur rangka ruang digunakan pada ruang lobby,


dibutuhkan sistem rangka ruang, mampu mendukung
konstruksi atap.

Gambar 38. Konstruksi Vertical Garden


(Sumber : Budiarto, Ir. Salamet, 2013)

3. Ruang Tunggu Spesialis Pedodonti (Kedokteran


Gigi Anak)
Desain ruang tunggu berdampingan dengan ruang
bermain,Menjelaskan karakter anak-anak ceria, aktif, dan
Gambar 35. Rangka Ruang hasrat yang besar dalam bermain. Fasilitas permainan
disediakan agar anak-anak menikmati saat menunggu
G. Hasil Rancangan Ruang Dalam giliran perawatan. Perpaduan warna yang ceria membuat
1. Lobby Utama anak lebih merasa nyaman dan tidak takut.
Lobby di desain dengan dengan berusaha Material plafon dari gypsum board mudah dalam
menciptakan lingkungan hijau di dalam ruangan. Warna perawatan, kuat terhadap api. Material dinding bata
di area ini menggunakan perpaduanwarna antara cokelat, ringan. Material lantai dari vinil kuat menahan beban,
putih, dan hijau.Adanya vertical garden menambah kesan tidak mudah terbakat, anti bakteri, tahan terhadap gores.
hangat dan natural pada area penerimaan (resepsionis,
ruang tunggu, dan cafe).

Gambar 39. Ruang Tunggu Spesialis Pedodonti (Kedokteran


Gigi Anak)

4. Ruang Tunggu Spesialis Bedah Mulut,


Orthodonti, Prostodonti, Periodonti, Konservasi
Gigi, Penyakit Mulut
Gambar 36. Vertical garden pada ruang penerimaan (lobby) Finishing dinding dengan perpaduan warna hangat
yaitu abu-abu, hijau dan putih, penggunaan warna putih
2. Cafe pada plafond dan lantai parquet berwarna cokelat
memberi rasa nyaman.
Material plafon dari gypsum boardmudah dalam
perawatan, kuat terhadap api. Material dinding bata
ringan. Material lantai dari vinil kuat menahan beban,
tidak mudah terbakat, anti bakteri, tahan terhadap gores.

Gambar 37. Cafe

Gambar 40. Ruang Tunggu Spesialis Bedah Mulut,


Orthodonti, Prostodonti,Periodonti, Konservasi Gigi, Penyakit
Mulut
Volume 3 No. 1 | April 2018 38
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

(a)

(b) (c)
Gambar 41. Material Ruang Tunggu 7 Spesialis, Gambar 43. Ruang Perawatan Spesialis Bedah Mulut,
(a) Material Plafon gypsum, (b) Dinding bata, (c) Lantai (Vinil) Orthodonti, Prothodonti, Periodonti, Konservasi Gigi, Penyakit
Mulut
5. Ruang Perawatan Spesialis Pedodonti
(Kedokteran Gigi Anak)
Warna pada ruang perawatan spesialis pedodonsi
(kedokteran gigi anak : [13]
a. Ruang perawatan tidak berkesan menakutkan.
b. Permainan warna pada dindingnya di beberapa (a)
bagian dindingnya memberikan kreatif dan tidak
monoton dan memberikan kesan (home) rumah
sendiri, bersih dan juga penuh warna-warni.
c. Namun warna putih tetap dominan karena diperlukan
pengecekan visual terhadap gigi secara detail.
Material plafon dari gypsum board mudah dalam (b) (c)
perawatan, kuat terhadap api dan akustik. Material Gambar 44. Material Ruang Perawatan 7 Spesialis, (a)
dinding bata ringan dan penggunaan akustik pada Material Plafon (Akustik plafon rangka metal dan
gypsum board), (b) Dinding (Akustik& bata),
dinding dengan selimut serat mineral [15]. Material
(c) Lantai (Vinil)
lantai dari vinil mudah dalam perawatan, kuat menahan
beban, tidak mudah terbakar, anti bakteri, tahan terhadap
E. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan
gores.
1. Instalasi Listrik
Untuk kebutuhan listrik pada RSGM Kota Kendari,
maka sumber energi listrik yang digunakan adalah
berasal dari PLN dan Genset. Genset difungsikan sebagai
sumber energy cadangan yang akan beroperasi jika aliran
listrik PLN terhenti.

Gambar 42. Ruang Perawatan Spesialis Pedodonsi

6. Ruang Perawatan Spesialis Bedah Mulut,


Orthodonsi, Prothodonsi, Periodonsi, Konservasi
Gigi, Penyakit Mulut
Warna dinding putih (warna dominan) diperlukan
pengecekan visual terhadap gigi secara detail sehingga
warna dinding yang menonjol akan mengganggu proses
ini. (Medical and Dental Space Planning,
2002).Dipadukan warna dingin pada plafon dan dinding
yang disesuaikan dengan warna dental yaitu hijau dan
biru, serta furnitur yang ada di dalamnya. Gambar 45. Skema Sistem Jaringan Listrik Lantai 1 RSGM di
Kota Kendari

Volume 3 No. 1 | April 2018 39


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)

Gambar 46. Skema Sistem Jaringan Listrik Lantai 2 RSGM di


Kota Kendari

2. Sistem Distribusi Air Bersih


Air bersih dipergunakan untuk keperluan lavatori, Gambar 49. Instalasi Pengolahan Limbah di RSGM Kota
Kendari
dapur, dan juga keperluan pemadam kebakaran. Untuk
melayani kebutuhan tersebut secara berkelanjutan, maka 5. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
persediaan air harus tersimpan dalam reservoir yang Pencegahan bahaya kebakaran dapat ditempu dengan :
cukup menampung kebutuhan air dalam sehari. a. Sistem deteksi alarm (tanda bahaya) yang
mengaktifkan alat pemadaman, terdiri atas :
1) Sistem otomatis
2) Sistem semi otomatis
b. Sistem Deteksi Awal
Prinsip kerja deteksi awal adalah bekerjanya deteksi
asap, deteksi nyala api maupun deteksi panas sehingga
sinyal listrik akan dikirim ke panel-panel control alarm
bahaya. Unit pengontrolan yang akan memadamkan
kebakaran tersebut. Sehingga mutu suatu bangunan
khususnya bangunan tinggi hendaknya dilengkapi
Gambar 47. Sistem pendistribusian air bersih dengan deteksi bahaya kebakaran.
3. Sistem Distribusi Air Kotor
Pembuangan air kotor yang berasal dari disposal
padat disalurkan ke septiktank dan diteruskan ke bak
peresapan, sedang hasil dari buangan disposal cair
diteruskan ke bak kontrol dan diteruskan ke drainase
besar yang selanjutnya diteruskan ke riol kota.
Pembuangan air hujan dialirkan ke drainase besar yang
kemudian di teruskan ke saluran pembuangan kota.
Gambar 50. Alat Pemadam Kebakaran di dalam dan di luar
gedung

Gambar 48. Sistem pendistribusian air kotor di RSGM Kota


Kendari
4. Instalasi Pengolahan Limbah
Proses ini dapat melakukan penghancuran sampah
kering dengan tungku pembakaran, kemudian dikelola
dan sekaligus dihancurkan hampir seluruh limbah medis Gambar 51.Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
atau non medis secara maksimal. Proses pengolahan
limbah medis atau non medis dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Volume 3 No. 1 | April 2018 40
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 1456212297)
6. Sistem Penangkal Petir [6] Ditjen Yanmed Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Sistem penangkal petir yang digunakan pada [7] Dwiatmoko, Surartono. 2007. Pengaruh Kualitas
bangunan adalah sistem penangkal petir tongkat franklin. Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember.
Indonesian Journal of Dentistry. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
[8] Joyce Marcella Laurens, 2004. Arsitektur dan
Perilaku Manusia. Jakarta : Grasindo.
[9] Jurnal Institut Teknologi Nasional Malang, ISSN :
Gambar 52. Sistem Penangkal Petir Tongkat Franklin 2407-7535, 2015. Gunawan dkk. Pengaruh Warna
dalam Desain Fasilitas Perawatan Gigi Ramah
Anak di Amerika.
KESIMPULAN [10] Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Dari penentuan lokasi di Kecamatan Baruga, maka Vol.4.No.2., 1997. Julita Hendrartini dan Laksono
hasil pemilihan site perencanaan ini terletak di Jl.Kapten Trisnantoro, Perbedaan Waktu Tunggu, Biaya dan
Pierre Tendean dekat dari Rumah Sakit Provinsi Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi di Rumah Sakit
Bahteramas sehingga memudahkan saat ada pasien Pemerintah dan Swasta
rujukan. [11] Jurnal peran warna pada interior rumah sakit
Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah rumah sakit yang berwawasan ‘healing environment’ terhadap proses
tidak fokus pada perawatan jangka waktu yang lama penyembuhan pasien
(rawat inap) melainkan perawatan pasien dalam waktu [12] Kaplan, Robert M, Sallis Jr., James M., and
singkat namun berulang kali atau rutin. Permasalahan Patterson, Thomas L. 1993. Health And Human
bagi pasien RSGM yaitu kecemasan yang tinggi hingga Behavior. New York: Mc. Graw Hill Inc.
munculnya rasa takut disebabkan lamanya menunggu di [13] Malkin, Jain, 2002, Medical and Dental Space
ruang tunggu, atau suara dari alat bor atau instrument Planning. 3rd Edition, New York : John Wiley &
lainnya dapat menimbulkan rasa takut dan berbagai Sons, Inc.
perilaku pasien anak-anak yang koperatif, tidak [14] Neufert. Ernest, 2002, Data Arsitek, Jilid 2, Jakarta:
koperatif, histeris, keras kepala, cengeng, pemalu, dan Erlangga.
tegang disebabkan berada di ruang praktek dokter gigi [15] Nugroho Ratrian C, 2009. Dinding akustik
atau saat sedang menunggu. [16] Panero, Julius dan Martin. 1980. Dimensi Manusia
Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu dan ruang Interior. Jakarta: Erlangga.
diciptakan suasana yang menyehatkan, nyaman, dalam [17] Pedoman-Pedoman Teknis di Bidang Bangunan
arti secara psikologis memberikan dukungan positif bagi dan Sarana Rumah Sakit, 2012
proses penyembuhan. [18] Peraturan menteri pekerjaan umum tentang
Kenyamanan psikologis sangat memegang peranan pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada
penting dan erat kaitannya dengan kondisi psikologis bangunan gedung dan lingkungan, 2006.
pasien. Penerapan untuk perencanaan Rumah Sakit Gigi [19] Permen Kesehatan RI Nomor 340 / MENKES /
dan Mulut ini dengan memberikan desain ruang yang PER / III / 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit
secara psikis membuat pasien tidak merasa berada di [20] PERMEN Kesehatan RI Nomor
rumah sakit, sehingga orang tidak takut untuk datang 1173/Menkes/Per/X/2004 tentang Rumah Sakit
kembali ke rumah sakit. Gigi Dan Mulut
Kenyamanan psikologis, dimana pembahasan pada [21] Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
ruang dalam yaitu tentang penggunaan material, warna RI, 2014.
pada ruang perawatan dan ruang tunggu dari spesialis [22] Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
gigi dan mulut (bedah mulut, orthodonsi, konservasi, Tenggara, 2016. Jumlah Kasus Kesehatan Gigi dan
prosthodonsi, pedodonsi, periodonsi, dan penyakit Mulut.
mulut), lobby dan cafe. [23] Sriti mayang sari, dosen jurusan desain interior,
fakultas seni dan desain universitas kristen petra
DAFTAR REFERENSI surabaya
[1] Badan Pusat Statistik Kota Kendari, Kota Kendari [24] Suzy, Arlette. 2016. Desain Ruang Praktik Bagi
Dalam Angka 2014. Pasien Anak. Jurnal. Fakultas Kedokteran Gigi
[2] BPS.”Kendari Dalam Angka”2012. Balai Pusat Anak. Universitas Padjadjaran.
Statistik : Kendari [25] UU RI No. 44 TAHUN 2009 Tentang Rumah Sakit.
[3] Budiarto, Ir. Slamet, 2013, Inspirasi Desain dan
Cara Membuat Vertical Garden. Jakarta Selatan :
Agro Media Pustaka.
[4] Ching. Francis. Bentuk, Ruang dan Tatanan. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga. 2000 Neufert, Ernst. Data
Arsitek, Edisi 33. Jakarta: Erlangga, 2002
[5] Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2012.
Volume 3 No. 1 | April 2018 41

Anda mungkin juga menyukai