Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irva Agustina

NIM : 2004110010016
Judul : Analisis perubahan lahan daerah aliran sungai (DAS) krueng meureudu, kabupaten
Pidie Jaya
Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum adalah suatu hamparan wilayah/kawasan
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang berfungsi untuk menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada satu titik. DAS merupakan suatu cekungan geohidrologi yang dibatasi
oleh daerah tangkap air dan dialiri oleh suatu badan sungai, serta merupakan penghubung
kawasan daratan di hulu dengan pesisir.

Pesatnya pertumbuhan penduduk menuntut adanya ketersediaan lahan. Kenyataan


yang ada saat ini menunjukkan bahwa banyak terjadi perubahan fungsi dan pemanfaatan
lahan. Banyak daerah yang fungsinya sebagai Kawasan lindung berubah fungsinya menjadi
Kawasan budidaya. Kepentingan ekonomi sering sekali lebih diutamakan dibanding
kepentingan konservasi. Nyatanya, apabila fungsi dari suatu DAS terganggu, maka sistem
hidrologi akan terganggu. Hal ini tentu saja akan berdampak pada wilayah itu sendiri.
Mungkin awalnya hanya memiliki satu dampak yaitu banjir. Tapi setelah banjir terjadi beribu
kerugian akan mendatangi wilayah itu. Baik dari segi harta maupun korban jiwa.

Pada Kabupaten Pidie Jaya terdapat sebuah sungai Bernama Krueng Meuredu.
Persentase luas hutan di DAS Krueng Meuredu hanya tersisa 30,9%. Persentase luas hutan
tersebut sudah mendekati batas yang harus dipertahankan berdasarkan undang-undang no.41
Tahun 1999 tentang Kehutanan

Gambar 1:Kondisi DAS Krueng Meuredu, Kabupaten Pidie Jaya


Pada wilayah DAS Krueng Meuredu ini sering terjadi banjir yang tentu saja
memberikan kerugian besar pada Kabupaten Pidie Jaya itu sendiri. Hujan deras beserta banjir
membuat puluhan meter kebun amblas ke sungai. Bahkan sejumlah rumah penduduk juga
hanya tersisa beberapa meter lagi dari bibir sungai. Hanya perlu menghitung waktu untuk
giliran rumah penduduk yang amblas ke sungai. Oleh sebab itu perlu adanya pengelolaan
wilayah DAS yang lebih terorganisir untuk menghindari bencana lain untuk datang.

Dasar Hukum
Melihat dari permasalahan diatas, maka beberapa dasar hukum yang dapat menjadi
ladasan dalam perencanaan adalah sebagai berikut.

1) Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


Dengan terjadinya penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai yang dicirikan
dengan terjadinya banjir, tanah longsor, erosi, sedimentasi dan kekeringan, yang dapat
mengakibatkan terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat, maka daya
dukung Daerah Aliran Sungai harus ditingkatkan

2) Pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


Sebagian kewenangan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat
diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka mendukung terselenggaranya
pengelolaan Daerah Aliran Sungai

3) PP Nomor 37 Tahun 2012 tentang pengelolaan daerah aliran sungai


Peraturan ini membahas mulai dari pengertian DAS, klasifikasi, dan pengelolaan DAS
dari hulu ke hilir secara utuh, dimana ditujukan unutk mengkoodrdinasikan,
mengintergrasikan, mensinkronisasikan, dan mensinergikan pengelolaan DAS dalam rangka
meningkatkan daya dukung DAS.

4) Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Garis Sempadan Sungai dan


Sempadan Danau
Ditegaskan dalam pasal 15 ayat (1) dan (2) bahwa bangunan dalam sempadan sungai
dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus ditertibkan untuk mengembalikan
fungsi sempadan sungai. Namun, status ini tidak berlaku apabila bangunan tersebut berupa
fasilitas publik, seperti bangunan prasarana sumber air, fasilitas jembatan dan dermaga, jalur
pipa gas dan air minum, dan rentangan kabel utilitas.

5) Qanun nomor 7 Tahun 2018 pasal 29


Menjelaskan tentang larangan untuk memanfaatkan kawasan sempadan sungai yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Isi dari pasal 29 adalah: a. Setiap orang
dilarang melakukan pengelolaan dan pemanfaatan DAS yang tidak sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan. b. Larangan pengelolaan dan pemanfaatan DAS sebagaimana di
maksud pada ayat (1) meliputi: c. Alih fungsi kawasan hutan dan lahan yang tidak sesuai
dengan peruntukannya. d. kegiatan yang dapat menurunkan kualitas, kuintitas, dan
kontinuitas sumber daya air serta kegiatan yang meningkatkan daya rusak air. e. Kegiatan
yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air. f. Kegiatan lainnya yamg dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup di kawasan DAS.

Kesimpulan
Perubahan tata guna lahan pada DAS Krueng Meuredu memberikan dampak yang
begitu besar pada kabupaten Pidi Jaya. Perubahan ini berdampak besar pada nilai cadangan
air pada musim kemarau. Beberapa lahan pun amblas ke sungai. Tinggal menghitung waktu
untuk amblasnya rumah penduduk ke sungai. Perlu adanya arahan dari pemerintah untuk
mengembalikan fungsi sempadan sungai sebagai Kawasan lindung dan memberikan sanksi
yang tegas untuk menertibkan pelanggaran yang terjadi. Hal ini haruslah dilakukan guna
untuk mencengah terjadinya kejadian serupa.

Anda mungkin juga menyukai