Anda di halaman 1dari 15

Integritas Iman, Islam, Dan Ihsan Dalam

Membentuk Insan Paripurna


Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama 1 Yang Diberikan Oleh
Dosen Pengampu Bapak Syaiful Anam, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh:
- FANI WIDJIASTONO (2021510047)
- MOH. DICKY ALVIAN FAROSY (2021510050)
- AKH RISKI FIRMANSAH (2021510051)

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Madura 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas Madura.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada
mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri
umumnya para pembaca makalah ini.

Pamekasan, 04 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
D. Manfaat...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH.....................................................................................2
A. Integrasi Iman, Islam, dan Ihsan.................................................................................... 2
1. Definisi Iman.............................................................................................................. 2
2. Definisi Islam............................................................................................................. 3
..............................................................................................................................................
3. Definisi Ihsan............................................................................................................. 4
B. Definisi Insan Kamil....................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 9
KESIMPULAN.................................................................................................................... 9
SARAN................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara mendasar, ajaran islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu akidah (keimanan) dan
amal (perbuatan). Ajaran dalam bidang akidahh bertujuan untuk mendorong dan
membimbing manusia dalam mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan pandangan,
pemahaman, dan keyakinan atau iman. Sedangkan ajaran yang berada dalam bidang amal
bertujuan untuk mendorong dan membimbing manusia dalam mengembangkan amal-amal
saleh sehingga tercapai kesempurnaan amal ibadah.

Ada tiga bagian yang harus menyatu secara utuh untuk memahami dan mengamalkan
ajaran islam, yaitu iman, islam, dan ihsan. Ibarat sebuah bangunan rumah, iman adalah
pondasi yang ditanam di dalam tanah yang tidak tampak. Islam adalah wujud bangunan
rumah yang berupa tiang, dinding, atap, jendela, dan semua bagian yang tampak di
permukaan. Sedangkan ihsan adalah segala sesuatu yang menjadikan indah dan nyamannya
bangunan rumah, misalnya taman, warna cat, dan hiasan rumah.

Berdasarkan paparan diatas, makalah ini akan membahas mengenai pengertian iman,
islam, dan ihsan, serta bagaimana hubungan dan integrasi iman, islam, dan ihsan dalam
kehidupan muslim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Iman,Islam, dan Ihsan?


2. Bagaimana hubungan integrasi Iman,Islam, dan Ihsan dalam kehidupan muslim?

C. Tujuan

1. Ingin mengetahui apa itu Iman, Islam, dan Ihsan


2. Untuk menambah ilmu dan wawasan tentang Agama Islam
3. Mengetahui hubungan integrasi Iman, Islam, dan Ihsan
D. Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami integrasi Iman, Islam dan Ihsan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Integrasi Iman, Islam, dan Ihsan
1. Definisi Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi'il) yaitu
percaya, tunduk, tentram dan tenang.
Secara terminologi (istilah) ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yaitu: a.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi:
‫االمان فهو التصديق بالقلب‬
"Iman ialah pembenaran dengan hati".1
Sedangkan secara bahasa iman merupakan pengakuan hati. Sedangkan secara syara’
tertuang dalam sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Iman itu bukanlah dengan angan-
angan, tetapi apa yang telah mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenerannya dengan
amalan”. Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa “ Iman adalah pengakuan hati,
pengucapan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota”.
Kedua hadis di atas mengemukakan bahwa keimanan itu bermula dari pengakuan
hati, baru diiringi dengan pengucapan secara lisan kemudian diamalkan dengan seluruh
anggota badan.
Menurut Syahminan, manusia sewaktu menanggapi sesuatu, mulamula sesuatu itu
mengenai panca inderanya, lalu oleh syarafnya, baru dilaporkan kepada otak. Setelah otak
mempertimbangkan, kemudian meminta keputusan oleh hati. Setelah hati memutuskan,
barulah otak memerintahkan anggota badan lewat syaraf pula untuk melakukan tindakan
terhadap sesuatu itu. Jadi, tindakan berupa pengucapan dan pengamalan , barulah akan ada
setelah hati memutuskan. Dengan demikian iman harus dimulai dengan menganggap
(meniliti) sesuatu sehingga timbul keputusan hati. Keputusan hati inilah yang akan
diucapkan dan diamalkan itu.
Jadi jelas bahwa iman merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan
anggota badan. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan proses yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.

1
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid Terj. Firdaus (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 257.

2
2. Definisi Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja: asiama-
yuslimu-is laman yang secara etimologi mengandung makna: sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti: kedamaian. kepatuhan, dan
penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian:
sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata kata itu
pengertian Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.
Islam artinya penyerahan diri kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha
Perkasa, dan Maha Esa. Pemyerahan itu diikuti dengan kepatu han dan ketaatan untuk
menerima dan melakukan apa saja perintah dan larangan-Nya. Tunduk pada aturan dan
undang-undang yang diturunkan kepada manusia melalui hamba pilihan-Nya. Aturan dan
undang-undang yang dibuat oleh Allah itu dikenal dengan istilah "syariah". Kadang-ka
dang syari'ah itu dise juga din (agama).
"Sesungguhnya agama yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab Nya." (QS. Ali Imran [3]:
19)2
Perihal pemahaman agama disisi Allah ialah penyerahan yang sesungguhnya kepada
Tuhan. Maka walaupun seseorang mengaku memeluk agama Islam, jika tidak menyerah
yang sesungguhnya kepada Allah, tidak mau mematuhi perintahNya dan laranganNya,
belumlah dia Islam.
Secara istilah kata Islam dapat dipahami se bagai yang dikemukan oleh beberapa
pendapat:
a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim:

‫اإلسالم هو االستسالم واالنقياد الظاهري‬

"Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir".


b. Abu A'la al-Maudud berpendapat, pengertian lain dari kata Islam adalah damai.
Hal ini be rarti bahwa seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam

2
"M. Taufiq, "Al-Qur'an Dan Terjemah; Al-Qur'an InWord."

3
arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah. Demikian pula
suatu kehidupan yang selalu taat kepada Allah akan membawa kedamaian di
dalam hati dan lebih jauh akan menghasilkan kedamaian di dalam masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disim pulkan bahwa Islam itu ialah tunduk
dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya. Perintah dan larangan Allah
tertuang dalam ajaran Islam, oleh karena itu hanya orang yang tunduk dan taat kepada
ajaran Islam, yang akan mendapat keselamatan dan kedamaian hidup. dunia dan akhirat.

3. Definisi ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari artinya ‫ احسانا‬- ‫ ع‬- ‫ حسن‬:kata kerja (// //
yaitu perbuatan baik. Menurut pengertian istilah ada beberapa definisi dan pengertian yang
diberikan oleh ulama yaitu:

a. Muhammad Amin al-Kurdi,

ihsan ialah selalu ndalam keadaan diawasi olch Allah dalam segala ibadah yang
terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-
benar ikhlas karena Allah.

b. Menurut Imam Nawawi

ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh
Tuhan dengan penuh khusuk (berserah diri), khuduk (rendah hati) dan sebagainya.

Masalah iman merupakan masalah pokok (fundamen) dalam Islam, karena


menyangkut ma salah meng-Esa-kan Tuhan yaitu Allah SWT. Hal ini ditunjukkan
dengan kalimat tauhid yaitu:

‫ال اله اال هللا‬

"Tiada Tuhan selain Allah".

Kalimat ini menjadi landasan dasar dan inti

4
Islam, yang membedakan manusia menjadi seorang mukmin atau kafir. Dalam
artian pengakuan terhadap ke-Esa-an Allah SWT, dan penolakan terhadap Tuhan yang
lainnya.

Pada hadis di atas dijelaskan ada lima hal yang harus di imani, yaitu beriman
kepada Allah, kepada malikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul dan hari akhirat (hari
berbangkit). Pada hadis yang lain rasul menambahkan satu hal lagi yang harus diimani,
para ulama memasukkannya kepada rukun iman, yaitu beriman kepada qada' dan qadar
yang baik dan yang buruk. Sebagaimana yang dipaparkan hadis di bawah ini

‫االمان ان تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه ورسله واليوم اآلخر‬


‫وتامنبالقدر خيره و شره‬

"Iman ialah mengimani Allah, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasulnya, hari


akhirat dan mengimani qadar baik dan qadar buruk-Nya". (HR. Muslim no.9)

Beriman kepada Allah dalam artian,mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah,
meng-Esakan-Nya dan tidak mensyarikatkannya dengan sesuatu dan mengimani sifat-
sifat wajib padanya yang pada intinya mematuhi perintah dan meninggalkan
larangannya. Beriman kepada Malaikat mengan dung arti menyakini bahwa Allah
menciptakan Malaikat yang selalu patuh terhadapnya. Menurut ulama ada sepuluh
malaikat yang harus diimani. Beriman dengan Kitab Allah, mengandung artian
mempercayai bahwa kitab-kitab yang turun kepada rasul pilihannya adalah benar
berasal dari Allah SWT. Ada empat kitab yang wajib diimani yaitu Al-quran, Zabur,
Injil dan Taurat.

Beriman pada Rasul, mengandung artian bahwa percaya bahwa Allah mengutus
rasul-rasul nya untuk menyampaikan amanahnya kepada umat manusia di muka bumi.
Beriman pada Hari Kiamat mengandung arti mempercayai bahwa hidup di dunia ini
akan berakhir, dan akan men galami kehidupan yang baru yaitu alam akhirat, yang
mana pada alam ini akan terjadi pembalasan segala amal perbuatan manusia sewaktu
hidup di dunia.3

3
M Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah Dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 2007), 233.

5
Beriman pada qadar baik dan buruk, mengandung artian meyakini Allah mempuyai
kekuasaan untuk menetapkan hal yang baik dan yang buruk terhadap manusia, setelah
manusia mengikuti hukum yang tidak berubah, karena alam semesta beserta seluruh
isinya mematuhi hukum hukum Allah, maka alam semesta secara kese luruhan
mengikuti agama islam. Dapat dikatakan demikian karena arti islam itu sendiri adalah
suatu penyerahan diri dan kepatuhan kepada Allah SWT, penguasa jagat raya.

Hasbi ash-Shiddiqy, membagi Islam kepada dua bagian yaitu: Islam hakiki, Islam
shuri (pura pura) dan taqlidi (ikutan). Islam shuri (pura-pura) ialah Islam yang tidak
didukung oleh kepercayaan atau akuan hati, yang mana pada lahirnya saja yang Islam,
tetapi bathinnya tidak. Islam taqlidi atau yang disebut juga Islam 'urfi ialah Islamnya ka
rena keturunan, atau ikut-ikutan tanpa mengetahui atau mengenal Islam. Sedangkan Is
lam hakiki ialah Islam yang mampu menjernihkan diri, mengheningkan ruhnya,
membersihkan akal dari segala rupa kepercayaan yang salah, khurafat, dan bid'ah
memperbaiki jiwa dengan kemauan meluruskan cita-cita dalam segala amalan,
mengikhlaskan niat terhadap Allah, 4

sebagaimana firman Allah:

‫ومن يبتغ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في اآلخرة من الخاسرين‬

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam. Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang orang yang
rugi.”(QS.Ali Imran[3]:85)5

B. Definisi Insan Kamil


Insan kamil berasal bahasa arab yaitu dari dua kata insan dan kamil. Secara harfiah insan
berarti manusia dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti
manusia yang sempurna.

4
Amin Abdullah, Integrasi Sains-Islam: Dan Mempertemukan Epistemologi Islam (Yogyakarta: Pilar Media,
2004),83.
5
M. Taufiq “Al Quran Dan Terjemah; Al Quran In Word.”

6
Selanjutnya Jamil Shalibu mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang
secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. 6 Dalam bahasa
Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan
lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang
menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat
manusia.
Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan digunakan untuk
menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya
sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainnya.
Beberapa tokoh tasawuf menjelaskan tentang konsep insan kamil dalam ajarannya, yaitu:
1. Insan kumil menurut Muhyiddin Ibnu Arabi
Insan kamil ialah manusia yang sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya
Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi sempurna
dari citra Tuhan. yang pada dirinya tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh.
Adapun kesempurnaan dari segi pengetahuannya ialah karena dia telah. mencapai
tingkat kesadaran tertinggi, yakni menyadari kesatuan esensinya dengan Tuhan,yang
disebut ma'rifat.7
Kesempurnaan insan kamil itu pada dasarnya disebabkan karena pada dirinya
Tuhan ber-tajalli (penampakan) secara sempurna melalui hakikat Nabi Muhammad (al-
haqiqah al Muhammadiyah). Hakikat Nabi Muhammad merupakan wadah tajalli Tuhan
yang sempurna... Jadi, dari satu sisi, insan kamil merupakan wadah tajalli Tuhan yang
paripurna, sementara disisi lain, ia merupakan miniatur dari segenap jagad raya, karena
pada dirinya terproyeksi segenap realitas individual dari alam semesta, baik alam fisika
maupun metafisika.

2. Insan kamil menurut Abd Al-Karim Al-Jilli


Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan merujuk pada diri Nabi Muhammad
SAW sebagai sebuah contoh manusia ideal.Jati diri Nabi Muhammad yang demikian
tidak semata-mata dipahamidalam pengertian Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan,

6
Jamil Shaliba, Al-Muljam Al-Falsafi jilid-1 (Beirut: Dar al- Kitab, 1978), 158.
7
Yunasir Ali, Manusia Cara Hahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Afrabi (Jakarta: Paramadina, 1997), 67

7
tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di
jagad raya ini.
Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad oleh kalangan sufi,
disamping terdapat dalam diri Muhammad juga dipancarkan Allah SWT ke dalam diri
Nabi Adam AS. Al-Jili dengan karya monumentalnya yang berjudul al Insan al-Kamil
fi Ma'rifah al-Awakir wa al-Awa'il (manusia sempurna dalam konsep pengetahuan
tentang misteri yang pertama dan yang terakhir) mengawali pembicaraannya dengan
mengidentifikasikan insan kamil dengan dua pengertian:
1. Insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengenai manusia yang
sempurna. Dalam pengertian demikian, insan kamil terkait dengan pandangan
mengenai sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan yang mutlak terse but
dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni yang baik dan sempurna. Sifat
sempurna inilah yang patut ditiru oleh manusia. Seseorang yang makin
memiripkan diri pada sifat sempurna dari yang mutlak tersebut, maka makin
sempurnalah dirinya.
2. Insan kamil terkait dengan keyakinan bahwa yang memiliki sifat mutlak dan
sempurna itu mencakup asma' sifat dan hakikatNya. Bagi al-Jili, manusia dapat
mencapai jati diri yang sempurna melalui latihan rohani dan pendakian mistik,
bersamaan dengan turunnya yang mutlak ke dalam manusia melalui berbagai
tingkat. Lati han rohani ini diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama
dan sifat-sifat Tuhan, dan mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta
mendapat kekuasaan yang luar biasa.8

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

8
Ahd. al-Karim ibn Ibrahim Al-Jili, Al Insan Al Kamil Fi Ma'rifah Al Awakhir Wa Al Awail (Kairo: Maktabah ats
Tsaqafah ad Diniyah, 2004), 115.

8
Jadi betapa pentingnya Iman, Islam dan Ihsan. Ketiganya adalah pondasi menuju
kehidupan yang bahagia dan kekal karena ketiganya menentukan amal dan ibadah manusia
semasa hidupnya.

Ketiganya ibarat sebuah bangunan, Iman sebagai pondasi penyanggah dan penguat suatu
bangunan dan islam sebagai atap atau entitas yang ada di atasnya, sehingga bila iman yang di
ibaratkan pondasi rapuh dan mudah roboh maka islam pun yang di ibaratkan atap akan jatuh, 
semua rukun-rukun islam dan kewajiban dalam islam akan di tinggalkan.

Ihsan di ibaratkan hiasan yang mempercantik dan memperindah bangunan tersebut


dengan tujuan untuk menarik perhatian sang Kholik. Karena hidup di dunia semata-semata
untuk mencari keridhoan-Nya. Dengan cara mengimplementasikan iman, islam dan ihsan
dalam kehidupan Allah akan meridhoi kita.

Sekian pemaparan dari kami, mungkin dari pemaparan tentang iman, islam dan ihsan
yang kami berikan terdapat kekurangan dan kesalahan yang di sebabkan karena terbatasnya
pengetahuan kami.

B. SARAN
Hubungan atau keterkaitan antara Iman, Islam dan Ihsan adalah suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Iman adalah keyakinan yang kokoh yang menjadi dasar akidah.  Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada
Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh Muhammad. 1976. Risalah Tauhid Terj. Firdaus. Jakarta: Bulan Bintang

9
Abdullah Amin. 2004. Integrasi Sains-Islam:Dan Mempertemukan Epistemologi Islam
Yogyakarta: Pilar Media

Ahd. al-Karim ibn Ibrahim Al-Jili, Al Insan Al Kamil Fi Ma'rifah Al Awakhir Wa Al Awail (Kairo:
Maktabah ats Tsaqafah ad Diniyah, 2004

Jamil Shaliba, Al-Muljam Al-Falsafi jilid-1 Beirut: Dar al- Kitab, 1978

Shihab,M Quraish, Lentera Hati: Kisah Dan Hikmah Kehidupan ,Bandung: Mizan, 2007

Yunasir Ali, Manusia Cara Hahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Afrabi Jakarta:
Paramadina, 1997

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai