Anda di halaman 1dari 2

NAMA : DANADYAKSA PRAMANA PUTRA

NIM : 042701908
TUGAS 1
1. Mengacu pada kasus nenek Minah diatas, semakin menguatkan stigma di
masyarakat bahwa hukum selalu tumpul ke atas namun tajam ke bawah,
berikan pendapat saudara dikaitkan dengan fungsi hukum “law as a tool of
social engineering!

2. Ada adagium yang dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama Cicero “Ubi
societas ibi ius”(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Coba berikan
pendapat saudara maksud dari adagium tersebut dan kaitkan dengan kasus di
atas!

3. Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan
hukum yakni keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan
kepastian hukum (rechtssicherkeit), melihat kasus di atas dari kacamata nenek
Minah apakah ketiga tujuan hukum tersebut sudah terpenuhi apa tidak?
Berikan pendapat saudara!

1. aw as a tool of social engineering dapat diartikan sebagai sarana yang


ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat sesuai dengan tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi untuk saat ini hukum di indonesia
sering mengalami permasalahan ada beberapa hukum yang sudah di terapkan
kurang efektif. Permasalahan ini dapat terjadi apabila seluruh lapisan
masyarakat memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang sifat-sifat
hukum sehingga hukum yang telah dibentuk, dipergunakan untuk mencari
kepuasan pribadi dan menindas rakyat lemah. Tak jarang terjadinya jual-beli
hukum yang dilakukan oleh oknum yang memiliki jabatan, kekayaan dan
kekuasaan seperti peradilan diskriminatif atau rekayasa proses hasil peradilan.
Istilah tumpul ke atas tajam ke bawah adalah gambaran yang tepat mengenai
kondisi hukum yang terjadi di Indonesia untuk saat ini.

2. Adagium ini mengungkapkan konsep filosofi Cicero yang menyatakan


bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Proses terbentuknya
hukum berawal dari kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan oleh
masyarakat sehingga kebiasaan tersebut membentuk suatu aturan baku yang
harus ditaati. Hukum yang dibentuk dalam masyarakat bersifat luwes. Luwes
berarti hukum yang ada dalam masyarakat dapat disesuaikan dengan kondisi
dan situasi yang dialami oleh masyarakat. Seperti kasus nenek Minah
tersebut, hukum yang pantas diberlakukan kepada nenek Minah bukanlah
hukum yang harus dibawa ke pengadilan. Dan sanksi yang pantas terhadap
beliau adalah sanksi sosial saja yang mana cukup memadai dengan
menceramahinya. Nenek Minah juga telah mengakui perbuatan salahnya dan
meminta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi lagi. Disinilah seharusnya
letak keluwesan hukum tersebut sehingga menjadi dasar lahirnya keadilan
dalam masyarakat.

3.- keadilan (gerechtigheit),


keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.
Maksudnya keadilan menuntut tiap-tiap perkara harus ditimbang tersendiri,
artinya adil bagi seseorang belum tentu adil bagi yang lainnya. Hal inilah yang
terjadi dalam kasus nenek Minah. Tidak ada keadilan yang dirasakan oleh
nenek minah. Dikarenakan kerugian 3 buah kakao yang dipetik, tanpa dengan
ada niat untuk menyembunyikan atau menjualnya, dengan hukuman 1 bulan
15 hari yang didapatkan oleh nenek Minah sangat tidak seimbang dan tidak
adil. Seharusnya hakim memberikan jalan lain seperti mediasi antara nenek
Minah dengan perusahaan perkebunan dimana dia bekerja. Dari praktik
hukum tersebut seakan memberi gambaran bahwa di indonesia hukum belum
begitu memberikan ruang terhadap penilaian moral dalam memberikan
putusan hukum.

- kemanfaatan (zweckmaerten)
Kemanfaatan hukum adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian
hukum. melihat kasus tersebut kemanfaatan yang didapat oleh kedua pihak
sangat tidak sebanding dan lebih banyak kemudharatannya. Karena dengan
divonis bersalah secara resmi terhadap nenek Minah mengundang keberatan
di kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan publik terhadap
praktik hukum di Indonesia yang dapat menyebabkan menurunnya
kepercayaan publik terhadap Pemerintah.

-kepastian hukum (rechtssicherkeit)


Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan perundang-
undangan dibuat dan diundangkan secara pasti, karena mengatur secara jelas
dan logis, maka tidak akan menimbulkan keraguan karena adanya multitafsir
sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Menyangkut
dengan kasus nenek Minah, putusan hukum bahwa nenek Minah dijatuhi
hukuman selama 1 bulan 15 hari justru menyebabkan konflik norma yang ada
dalam masyarakat dan menimbulkan keraguan masyarakat terhadap
penegakan hukum dan kepastian hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai