Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Gambaran Epidemiologi Penyalahgunaan Obat Terlarang Tramadol


di Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Provinsi Nusa
Tenggara Barat

OLEH :

RIFKAH ARYANI
2010054
ANG. 2020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)


YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Gambaran Epidemiologi Penyalahgunaan Obat Terlarang Tramadol di
Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat“ tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
pemenuhan tugas pada Mata Kuliah Epidemiologi oleh Bapak Baharuddin, S.K.M.,
M.Kes. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
masalah penyalahgunaan obat terlarang di kalangan para remaja di Indonesia.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, saya


menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saya berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata,
saya berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Makassar, 26 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
b) Tujuan Khusus
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Epidemiologi Kejadian Penyakit
a) Host
b) Waktu Kejadian
c) Tempat/Lingkungan
B. Usaha Pencegahan Yang Dapat Dilakukan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Permasalahan Narkoba/Narkotika di Indonesia masih merupakan sesuatu
yang bersifat urgent dan kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir
permasalahan ini menjadi marak sehingga menjadi masalah Nasional. Sebagai
salah satu negara berkembang, Indonesia menjadi sasaran yang sangat
potensial sebagai tempat pengedaran Narkoba secara illegal karena para
pengedar Narkoba di Indonesia bisa menjual barang haram tersebut dengan
mudah karena kurangnya pengawasan. Indonesia yang pada mulanya sebagai
negara transit perdagangan Narkoba, kini sudah dijadikan daerah operasi oleh
jaringan Narkoba Internasional. Sebagian besar penyalahgunaan berada pada
kelompok coba pakai terutama pada kelompok pekerja. Terbukti dengan
bertambahnya jumlah pengguna atau pecandu Narkoba secara signifikan, seiring
meningkatnya pengungkapan kasus tindak kejahatan Narkoba yang semakin
beragam polanya dan semakin masif pula jaringan sindikatnya.
Dampak dari penyalahgunaan Narkoba/Narkotika ini tidak hanya
mengancam kelangsungan hidup dan masa depan penggunanya saja, tetapi juga
masa depan bangsa dan negara tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia
maupun tingkat pendidikan. Sampai saat ini tingkat peredarannya sudah
merambah pada berbagai level, tidak hanya pada daerah perkotaan saja
melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan. Penggunaan Narkotika dan
obat-obatan terlarang (Narkoba) di kalangan remaja dinilai memprihatinkan.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2,2% dari total populasi
orang di Indonesia terjerat Narkoba. Hal itu berdasarkan hasil penelitian terbaru
BNN dan Universitas Indonesia (UI). Di Provinsi Jawa Tengah, terdapat sekitar
500 ribu penduduk yang terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang
tersebut. Sedangkan, penggunaan narkoba di wilayah DKI Jakarta mencapai
angka 7% dan merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan kota lain. Kota
lain rata-rata hanya berada pada angka 2,2% pengguna dari jumlah
penduduknya, selisih 4,8% dibandingkan dengan Jakarta. Hingga kini
penyebaran Narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh
penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat Narkoba dari oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua,
ormas, dan pemerintah khawatir akan penyebaran Narkoba yang begitu meraja
rela.
Zat-zat Narkotika yang semula ditujukan untuk kepentingan pengobatan,
tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
perkembangan teknologi obat-obatan, maka jenis-jenis Narkotika dapat diolah
sedemikian rupa seperti yang terjadi pada saat ini. Jika ditelusuri secara cermat
memang sangat sulit untuk mencari korelasi timbulnya kasus penyalahgunaan
Narkotika oleh anak remaja dengan kondisi-kondisi tertentu. Seperti halnya
penyalahgunaan obat Tramadol oleh para remaja di Indonesia. Di kalangan
remaja, mengonsumsi obat terlarang (Tramadol) ini tidak dilakukan secara
sembunyi-sembunyi lagi, seolah-olah perilaku ini sudah menjadi hal biasa.
Remaja yang melakukan penyalahgunaan obat-obatan tentunya tidak lahir
secara begitu saja, tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga
terjadi pelanggaran-pelanggaran tersebut. Masalah akibat penyalahgunaan obat
mungkin hampir sepenuhnya terbenam dibalik masalah sosial, fisik, dan
psikologis. Paham kenakalan remaja dalam arti luas meliputi perbuatan-
perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis,
baik yang terdapat dalam Undang-undang Hukum Pidana maupun perundang-
undangan Pidana di luar KUH Pidana.
Paradigma kenakalan remaja lebih banyak luas cakupannya dan lebih dalam
bobot isinya. Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang
sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun
keluarga. Kenakalan anak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam
memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Pada masa
remaja, mereka menganggap dirinya telah dewasa dan telah mampu untuk
menentukan dirinya serta melakukan hal-hal yang mampu dilakukan oleh
kebanyakan orang dewasa lainnya. Melihat fenomena yang terjadi pada remaja
inilah, Kepolisian dituntut fungsi dan peranannya sebagai aparat penegak hukum
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kewenangannya dalam hal
menegakkan hukum sebagaimana yang telah ditentukan di dalam Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian. Sepadan dengan hal tersebut,
masyarakat sebagai pihak yang paling berperan penting terhadap pertumbuhan
remaja juga diharapkan ikut andil dalam hal pencegahan terhadap hal-hal
pelanggaran yang dilakukan oleh remaja. Terdapat banyak pihak yang dapat ikut
andil dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan tersebut.
Menanggulangi kenakalan remaja tidak sama dengan mengobati suatu penyakit.
Hal ini disebabkan karena kenakalan itu bersifat kompleks dan banyak ragamnya
serta banyak jenis penyebabnya. Dalam menghadapi remaja, ada beberapa hal
yang harus selalu diingat yaitu bahwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak
(strum and drag) dan bahwa lingkungan sosial remaja juga ditandai dengan
perubahan sosial yang cepat (khususnya di kota-kota besar dan daerah-daerah
yang sudah terjangkau sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan)
yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran epidemiologi kejadian (Segitiga Epidemiologi) pada
kasus penyalahgunaan obat Tramadol di kalangan remaja di Kecamatan
Madapangga Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat?
2. Apa saja usaha pencegahan yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah
kasus penyalahgunaan obat Tramadol di kalangan remaja di Kecamatan
Madapangga Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
a) Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah
pengetahuan dan wawasan saya beserta para pembaca terkait permasalahan
penyalahgunaan obat Tramadol di kalangan remaja di Kecamatan
Madapangga Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran epidemiologi kejadian kasus penyalahgunaan obat
Tramadol di kalangan remaja di Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Mengetahui gambaran usaha pencegahan kasus penyalahgunaan obat
Tramadol di kalangan remaja di Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Epidemiologi Kejadian Penyakit (Segitiga Epidemiologi)


Trias Epidemiology merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan
gambaran tentang hubungan antara 3 faktor utama (host,agent, and
environment) yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya.
a) Host (Pejamu)
Tabel 1. Karakteristik Informan

Inisial Informan Umur Jenis Kelamin Status Keterangan


Mm 50 tahun Pria Kepala Informan
Sekolah kunci
Iw 17 tahun Pria Siswa Informan
pendukung
Ds 17 tahun Pria Siswa Informan
biasa
Ts 25 tahun Pria Guru Informan
biasa
Sf 17 tahun Pria Siswa Informan
biasa
Sa 17 tahun Wanita Siswa Informan
biasa
Ah 17 tahun Wanita Siswa Informan
biasa
Rd 17 tahun Wanita Siswa Informan
biasa
Ad 17 tahun Pria Siswa Informan
biasa
Dd 35 tahun Pria Guru Informan
biasa
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa ada 10 informan yaitu 1 orang informan
kunci, ada 8 orang informan biasa dan ada 1 orang informan pendukung. Usia
rata-rata yang bersedia menjadi informan berada pada usia produktif yakni 17 -
50 tahun. Jenis kelamin umumnya laki-laki dan status mereka adalah Guru dan
Siswa.
b) Waktu Kejadian
Penelitian ini berlangsung mulai bulan April sampai dengan Agustus 2020.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan Indept Interview (wawancara
mendalam) secara langsung dengan Guru dan Siswa. Observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti ditemukan pengakuan dari pihak kepolisian yang
membenarkan adanya perilaku menyimpang siswa berupa penggunaan obat
terlarang sejenis Tramadol yang telah meracuni tubuh dan pikiran pada siswa
di Kecamatan Madapangga. Bahkan siswa sendiri tidak membantah kalau
mereka memakai obat terlarang tersebut (diakses tanggal 25 tahun 2020).
Oleh karena itu, tidak heran kalau media sering memberitakan tentang
penyalahgunaan obat terlarang (Tamadol) maupun Narkoba jenis sabu-sabu
oleh peserta didik, baik media lokal maupun nasional. Berikut media online
lokal Kahaba.Net memberitakan bahwa terjadinya penangkapan terhadap
pemuda sebagai pengedar obat terlarang (Tramadol) pada tanggal 25
September 2018 (memiliki 3500 butir Tramadol, 3 pemuda asal Bima
ditangkap di Dompu) diakses pada tanggal 25 Februari 2020. Di samping itu,
pemuda Bima juga ditangkap oleh pihak kepolisian saat hendak menjual obat
terlarang Tramadol (memiliki 10 Papan obat Tramadol, pria asal Wawo
dibekuk) diakses pada tanggal 25 Februari 2018.
c) Tempat/Lingkungan
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB), berlokasi di Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima.
Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti ditemukan pengakuan dari pihak
kepolisian yang membenarkan adanya perilaku menyimpang siswa berupa
penggunaan obat terlarang sejenis Tramadol yang telah meracuni tubuh dan
pikiran pada siswa di Kecamatan Madapangga. Bahkan siswa sendiri tidak
membantah kalau mereka memakai obat terlarang tersebut (diakes tanggal 25
tahun 2020). Media online lokal Kahaba.Net memberikan pernyataan
terjadinya penangkapan terhadap pemuda sebagai pengedar obat terlarang
(tramadol) pada tanggal 25 September 2018 (Miliki 3500 Butir Tramadol, 3
pemuda asal Bima ditangkap di Dompu) diakses pada tanggal 25 Februari
2020. Di samping itu, pemuda Bima juga ditangkap oleh pihak kepolisian
hendak menjual obat terlarang Tramadol (Punya 10 Papan obat tramado pria
asal Wawo dibekuk) diakses pada tanggal 25 Februari 2018.

B. Usaha Pencegahan Penyalahgunaan Tramadol


1. Menanamkan pendidikan agama kepada siswa
Semua penyimpangan itu terjadi bukanlah semata-mata kafena kelakuan atau
akhlak yang memang pada dasarnya buruk, tetapi banyak pula yang
disebabkan oleh kesopanan, kegelisahan atau tekanan-tekanan perasaan
yang telah tumbuh dan terjalin dalam kepribadian. Ajaran agama yang begitu
baik tidak cukup hanya sekedar tidak dimengerti. Agama akan berpengaruh
dan ikut menentukan kesehatan mental sehingga perilaku peserta didik dapat
dicegah apabila ajaran agama itu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan hanya sekedar melaksanakan saja, tetapi harus seluruh kehidupan
dikendalikan dan dibimbing oleh agama. Untuk itu, diperlukan pendidikan
agama, yang terlaksana bersama-sama dengan pembinaan pribadi.
2. Memberikan nasehat
Langkah awal yang dilakukan bagi peserta didik yang sudah melakukan
perilaku menyimpang adalah pemberian nasehat secara umum dan secara
khusus. Dalam artian, nasehat yang berikan itu benar-benar dijalankan sendiri
sehingga ketika anak itu melihat perbuatan pendidik dengan amal
kebaikannya maka dengan sendirinya mereka akan mengamalkan nasehat
pendidikannya dan sekaligus saling mempengaruhi untuk bersama
melakukan kebaikan sesuai dengan nasehat itu.
3. Memberikan perhatian
Yang dimaksud adalah mencurahkan dan memberikan perhatian serius yaitu
senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam perbincangan aqidah,
muamalah dan akhlak. Di samping itu, selalu bertanya tentang situasi
pendidikan jasmani dan daya kasih ilmiahnya.
4. Memberikan keteladanan
Keteladanan yang dimaksud adalah metode infinitif yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam hal
moral, spiritual dan sosial.
5. Memberikan hukuman
Bila keteladanan tidak mampu dan begitu juga nasehat, maka harus diadakan
tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar,
tindakan tegas itu adalah hukuman. Kecenderungan pendidikan modern
sekarang memandang tabu tentang hukuman itu dan memandang tidak layak
disebut-sebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan cara mengantisipasi
penyalahgunaan obat terlarang Tramadol yaitu dengan melakukan beberapa
langkah di antaranya adalah memberikan nasehat, memberikan perhatian dan
lain sebagainya. Penyalahgunaan obat terlarang Tramadol ini dilakukan dalam
berbagai bentuk dan keadaan. Yang paling sering dan paling umum terjadi
adalah Tramadol digunakan untuk mabuk-mabukan dan menjadi obat penenang
dengan dikonsumsi melebihi batas dan tanpa resep dokter. Penyalahgunaan
obat terlarang Tramadol ini mengakibatkan remaja mengalami beberapa gejala
seperti mual-mual, sakit kepala, stres, kecanduan, depresi maupun kejang-
kejang.
B. Saran
Kasus penyalahgunaan obat terlarang Tramadol di Kabupaten Bima
khususnya di Kecamatan Madapangga Provinsi NTB semakin hari semakin
memprihatinkan. Pemerintah harus serius dalam mencegah dan lebih ketat
mengawal adanya obat terlarang yang disalahgunakan oleh remaja ini karena
dengan adanya obat yang dikonsumsi seperi Tramadol akan sangat
membahayakan kesehatan para remaja itu sendiri. Maka dari itu, saran pertama
untuk pemerintah maupun masyarakat yaitu dengan memberikan penyuluhan
tentang obat-obatan Tramadol dengan melakukan sosialisasi di sekolah maupun
di tengah-tengah masyarakat, memberikan penyuluhan tentang bahayanya
mengonsumsi obat Tramadol secara berlebihan, mengadakan kerja sama
dengan pihak keamanan maupun masyarakat setempat dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan obat Tramadol, serta partisipasi orang tua harus lebih
serius dalam membina anak-anaknya agar bisa terhindar dari pengaruh obat-
obatan terlarang seperti Tramadol.
DAFTAR PUSTAKA

Hurwitz, Stephan, 1986, Kriminologi, Disadur oleh: Ny. L. Moeljatno, Jakarta: Bina
Aksara.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Terjemahan Moeljatno.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Terjemahan R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio
(Burgelijk Wetboek).
Kusumah, Mulyana W, 1982, Analisa Kriminologi tentang Kejahatan-kejahatan
Kekerasan, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saherodji, Hari. 1980, Pokok-Pokok Kriminologi, Jakarta: Aksara Baru. Sarwono,
Sarlito W, Psikologi Remaja, 0p.Cit. hal. 280
Sudarsono, 1990, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, hal.118 Susanto,
I.S, 2011, Kriminologi, Yogyakarta: Genta Publishing.
Taufik, Makaro, Suhasril, Moh. Zakky, 1993, Tindak Pidana Narkotika, Cetakan
Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Willis, Sofyan S, 2005,
Remaja & Masalahnya, Bandung: Alfabeta.
Akhmad, Sudrajat. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model
Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.
Alwi, Syafarudin. Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan
Kompetitf, Edisi Kedua. Yokyakarta: BPFE, 2008.
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media, 2008.
BNN, Pedoman Kerja Dan Petunjuk Teknis Pemberdayaan Alternatif Masyarakat
Desa Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012. Dasar Presiden Republik Indonesia, dan No. 29 Tahun 1990:
Tentang Pendidikan Menengah Presiden Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai