Kelompok 1 = Umi Haniah Mukaromatu Zulfa (4411418010)
Dari berbagai cara yg telah disebutkan dlm ppt, menurut kelompok 5 cara yg paling efisien yg bisa di gunakan untuk mengolah limbah tahu baik yg cair maupun limbah padat untuk skala home industri (industri menengah/kecil)? Jawaban oleh Ananda Sekar Ayuningtyas (4411418013) : Untuk cara pengelolaan limbah tahu yang paling efektif menurut saya adalah dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dimana Dengan proses tahap pertama yaitu penyerapan anaerob konsentrasi COD dalam air limbah dapat diturukkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi pengolahan 90 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter aerob. Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Dengan kombinasi tersebut maka dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Selain itu pengelolaan dengan kombinasi ini juga tidak membutuhkan biaya operasional yg tinggi sehingga cukup banyak pengusaha yang memakai metode ini. Kelompok 2 = Oktavia Vina (4411418033) Pada PPT dijelaskan terdapat limbah cair dari hasil pencucian, perendaman, dan penyaringan, apakah seluruh limbah tersebut dapat diolah menjadi nata de soya? Dan bagaimana cara paling efisien untuk mengolah masing-masing limbah tersebut? Jawaban oleh Aida Rahma (4411418005) : Seluruh limbah cair dijadikan dalam satu bak, dan semua dapat diolah menjadi nata de soya. Salah satu cara untuk mengatasi masalah air limbah industri tahu tersebut adalah dengan kombinasi proses pengolahan biologis anaerob dan aerob dengan proses tersebut terbukti dapat menurunkan kadar BOD dan COD nya. Kelompok 3 = Naura Salsabila (4411418069) Seberapa efektif nata de soya untuk mengurangi limbah tahu? dan apa kelebihannya daripada nata de coco? Jawaban oleh Aida Rahma (4411418005) : Nata de soya efektif mengurangi limbah tahu. Pengolahan nata menggunakan limbah cair tahu merupakan salah satu solusi penanganan limbah pada industri tahu. Limbah cair tahu cukup baik digunakan sebagai substrat Nata de soya. Limbah cair tahu mengandung berbagai nutrisi yang dimanfaatkan bakteri penghasil nata yaitu Acetobacter xyllinum antara lain protein 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Di banding nata de coco nata de soya memiliki kandungan selulosa dan protein yang jauh lebih tinggi. Kelompok 4 = Nimas Catur Azkiyah (4411418065) Apa keunggulan dan kelemahan pengolahan limbah tahu menjadi nata de soya dan pengolahan limbah tahu dengan proses elektrokoagulasi? Terimakasih Jawaban Oleh Syahrazad Nabilah (4411418061) : Kelebihan Elektrokoagulasi : 1. Flok yang dihasilkan sama dengan flok yang dihasilkan dari proses koagulasi biasa 2. Lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling kecil 3. Mampu memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi 4. Tidak memerlukan pengaturan pH 5. Tidak perlu menggunakan bahan kimia tambahan 6. Memerlukan peralatan yang sederhana dan mudah dioperasikan Kekurangan Elektrokoagulasi : 1. Tidak dapat digunakan untuk mengelola limbah cair yang memiliki sifat elektrolit tinggi 2. Penggunaan listrik yang cukup mahal 3. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti 4. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah caur dipengaruhi oleh besar kecilnya arus voltase listrik searah pada elektroda Kelebihan Nata de Soya : 1. Nata de Soya merupakan produk yang memiliki nilai ekonomi sehingga dapat memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar 2. Nata de soya kaya akan serat 3. Dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan Kekurangan Nata de Soya : Rasa dari produk nata de soya tidak seenak dari produk nata de coco Kelompok 6 = Sinta Kurnia Rahmawati (4411418020) Kelemahan pada proses anaerob yaitu waktu yang dibutuhkan untuk startup lama. Kira-kira berapa waktu yang dibutuhkan untuk startup dan apakah ada cara yang lebih efektif untuk mengatasi hal tersebut? Terima kasih. Jawaban oleh Syahrazad Nabilah (4411418061) : Waktu yang dibutuhkan dalam proses penguraian anaerob adalah 25 jam. Cara yang lebih efektif untuk memoercepat waktu proses penguraian anaerob adalah dengan penguraian dua tahap. Pada proses ini membutuhkan 2 tangki pengurai (reaktor) yakni satu tangki untuk stabilisadi lumpur sedangkan tangki yang satu lagi untuk pemekatan fan penyimpanan sebelum dibuang ke pembuangan. Proses ini dapat menguraikan senyawa organik dalam jumlah yang besar dan lebih cepat. Kelompok 7 = Siti Maulidiyyah Saharani (4411418025) Didalam ppt disebutkan bahwa untuk mengukur kualitas air dapat menggunakan TSS dan BOD. Bagaimana cara menentukan baik buruknya kualitas air berdasarkan TSS dan BOD? Apakah ada standar tertentu untuk menentukan? Jawaban oleh Syahrazad Nabilah (4411418061) : Cara untuk mengetahui baik buruknya kualitas air adalah dengan mengetahui kadar dari BOD dan TSS tersebut. Terdapat nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan kadar BOD dan TSS tersebut, untuk BOD memiliki nilai ambang batas sebesar 150 mg/L. Sedangkan nilai ambang batas untuk TSS sebesar 200 mg/L. Kelompok 8 = Cindy Syaharani (4411418063) Pada slide ppt telah disebutkan bahwa limbah dari pabrik tahu ini dapat digunakan sebagai nata de soya. Apakah ada pemanfaatan yang lain dan bagaimana mekanisme nya ? Jawaban oleh Ananda Sekar Ayuningtyas (4411418013) : Kecap dari limbah tahu dapat dikembangkan karena kandungan protein yang terdapat dalam ampas tahu masih mencapai 5%. Kandungan protein ini dibutuhkan oleh mikroorganisme penghasil enzim pemecah substrat agar dapat berkembang biak dengan baik. Pembutan kecap dari limbah padat industri tahu dengan cara fermentasi limbah padat industri tahu selama 4 hari sehingga menjadi gembos, gembos dipotong dadu 0,5 x 0,5 cm dan di jemur di bawah matahari atau dikeringkan hingga kadar air tinggal 12 %, setelah itu fermentasi kedua dilakukan dengan cara merendam garam dan gembos yang sudah kering tadi dimasukkan ke dalam larutan garam dan dibiarkan selama 5 minggu, ketika siang hari waktu cuaca tidak hujan, fermentasi ini ditaruh di luar dengan tujuan memberi udara pada larutan yang akan menjadi kecap mentah. Setelah 5 minggu, larutan disaring dan ampasnya dibuang dan air direbus. Air kecap mentah yang direbus diberi bumbu-bumbu yang dan direbus sampai mendidih, setelah mendidih, kecap yang sudah matang disaring kembali untuk menyaring bahan-bahan yang telah dimasukkan. Kecap yang sudah disaring siap digunakan dan dijual. Kelompok 9 = Rizka Dwi K (4411418041) Pada limbah tahu yang mengandung selulosa (bahan dasar pulp) dapat dimanfaatkan menjadi apa saja? Jawaban oleh Ananda Sekar Ayuningtyas (4411418013) : Selulosa yang dimiliki oleh limbah tahu dapat dimanfaatkan menjadi edible film, Edible film merupakan jenis kemasan primer dan sekunder bersifat edible, alami, non toksik, dan sangat praktis. Dengan berkembangnya pengolahan edible film berbahan baku bioselulosa dari nata de coco akan berdampak pada berkurangnya pemanfaatan bahan kemasan yang tidak ramah lingkungan. Kelompok 10 = Nur Damayanti (4411418021) Bagaimana pendapat kalian sebagai seorang mahasiswa biologi untuk mengurangi atau cara sederhana mengatasi permasalahan pencemaran air sungai akibat limbah pabrik tahu sehingga dapat menyadarkan pengusaha tahu mengenai dampak buruk yang ditimbulkan dari limbah tersebut ? Jawaban oleh Aida Rahma (4411418005) : 1. Memberikan penyuluhan kepada pengurus, karyawan dan masyarakat di sekitar pabrik tahu, agar mereka mengetahui teknik mengolah limbah cair tahu agar tidak mencemari lingkungan yang dapat memberikan efek ekonomi yang baik bagi pabrik tahu dan masyarakat di sekitar pabrik tahu. 2. Mengajak pemerintah untuk melakukan pengawasan yang lebih disiplin dan tegas bagi para pengusaha khususnya pengusaha pabrik tahu sehingga masalah dampak yang terjadi pada lingkungan dapat diatasi bersama dan untuk para pengusaha pabrik tahu harus dapat mengikuti prosedur atau aturan yang berlaku. 3. Peraturan yang telah ada didukung penerapannya. 4. Pemerintah diminta harus lebih selektif dan memperhatikan dalam memberikan izin kepada pengusaha untuk melakukan kegiatan produksi usahanya. Kelompok 11 = Diah Rahmawati (4411418006) Dalam ppt telah dijelaskan bahwa pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti nata de soya dan lain-lain. Lalu bagaimana cara pengolahan limbah padat pada pabrik tahu? Jawaban oleh Ananda Sekar Ayuningtyas (4411418013) : Limbah padat dari industri tahu dikenal dengan sebutan ampas tahu. Ampas tahu merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai dan masih mempunyai kandungan nutrisi yang relatif tinggi. Menurut Widiarti et al. (2012) kandungan nutrisi dalam ampas tahu yaitu: air 82,69%; abu 0,55%; lemak 0,62%; protein 2,42% dan karbohidrat 13,71%. Pemanfatan ampas tahu di Indonesia antara lain digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan tempe gembus dan sebagai pakan ternak. Kelompok 12 = Arvidhea Safira (4411418066) Diantara penyaringan menggunakan biofilter dan elektrokoagulasi yang digunakan dalam proses penyaringan limbah cair tahu, mana yang lebih efektif dan efisien serta terjamin hasil penyaringan air yang dihasilkan dapat dibuang secara aman ke lingkungan? Jawaban oleh Syahrazad Nabilah (4411418061) : Metode yang efektif dan efisien dalam penyaringan air untuk dibuang secara aman ke lingkungan menurut saya adalah metode biofilter kombinasi anaerob-aerob. Karena proses pengolahan linbah cair menggunakan metode biofilter kombinasi anaerob-aerob menunjukkan penurunan kadar BOD sebesar 89,4% dan penurunan kadar TSS sebesar 94% %. Hal ini lebih besar dibandingkan dengan proses pengolahan limbah cair tahu menggunakan metode elektrokoagulasi yang penurunan kadar BOD hanya sebesar 71,53% dan penurunan kadar TSS sebesar 90,90%. Kadar BOD dan TSS disini merupakan sumber pencemar yang terkandung di dalam limbah tahu yang tentunya harus dikurangi atau diturunkan kadarnya. Kelompok 13 = Nuryana Mahsunah (4411417019) Jenis mikrobiologi atau bakteri di dalam penguraian anaerob bermacam macam apakah terdapat perbedaan fungsi dan apa saja contohnya? Jawaban oleh Aida Rahma (4411418005) : Kelompok 1: Bakteri Hidrolitik Kelompok bakteri anaerobik memecah molekul organik komplek menjadi molekul monomer yang terlarut seperti asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol. Molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok bakteri berikutnya. Sejumlah besar bakteri dalam proses hidrolisis dan fermentasi senyawa organik antara lain Cellulomonas sp., Cytophagasp.,Cellvibrio sp. , Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Pseudomonas sp. Dan Lactobacillus plantarum. Kelompok 2 :Bakteri Asidogenik Fermentatif Bakteri asidogenik (pembentuk asam) seperti Clostridium merubah gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam organik, alkohol dan keton, asetat, CO2 dan H2. Contoh bakteri asidogenik (pembentuk asam) Adalah Clostridium sp. Kelompok 3 : Bakteri Asetogenik Bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2) merubah asam dan alkohol menjadi asetat, hidrogen, dan karbon dioksida, yang digunakan oleh bakteri pembentuk metan (metanogen). Salah Satu Bakteri Yang berperan dalam proses asetogenesis adalah Acetobacter aceti. Kelompok 4 : Bakteri Metanogen Bakteri metanogen terjadi secara alami di dalam sedimen yang dalam atau dalam pencernaan herbivora. Kelompok ini dapat berupa kelompok bakteri gram positif dan gram negatif dengan variasi yang banyak dalam bentuk. Bakteri yang terlibat dalam proses ini yaitu Methanobacterium s ., Methanosarcina sp., Dan Methanococcus sp.
Penegasan dari Dosen
Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.