Makalah Pengantar Ekonomi
Makalah Pengantar Ekonomi
PRODUCT (GDP)
Kelompok 5:
Adeliya 1602000017
ABFII Perbanas
Jakarta 2016
I. Latar Belakang
Y= C+I+G+X– M
Dari rumus diatas kita dapat melihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB,
yang merupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional.
PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB
yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika
pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat menigkat ,
namun ketika pasar dalam negeri supply/penawaran barang lebih kecil daripada
demand/permintaan, maka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah
akan mengimpor barang baik barang konsumsi maupun bahan baku untuk
meningkatkan produksi dalam negeri. Biasanya kebutuhan impor barang
konsumsi melalui kebijakan pemerintah sedangkan bahan produksi melalui
mekanisme pasar.
Kemampuan sesuatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada
GDP-nya. Artinya, semakin besar GDP, semakin besar pula kemampuan bangsa
tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi:
M=f(Y)
Akan tetapi harus diingat bahwa hubungan antara impor, M, dengan GDP
itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak dapat ditarik
kesimpulan bahwa jika GDP bertambah menjadi dua kali lipat, misalnya, maka
impor pun akan menjadi dua kali lipat.
ΔM
MPM=
ΔY
Yakni, MPM menunjukkan bagian dari tambahan GDP yang dipakai untuk
menambah impor barang dan jasa.
M= M0 + mY
Impor otonom itu adalah besarnya impor yang harus dilakukan oleh suatu
perekonomian. M0 itu disebut fungsi impor yang stabil (stable import function).
Tidak ada satupun negara yang tidak memiliki M0 karena tidak ada satu negara
pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhannya, tanpa mengandalkan hasil
produksi negara lain.
1980-1989=6,20% 1970-1995=16,85%
Penurunan selama tiga tahun berturut-turut, yakni pada tahun 1983 dan 1984 serta
1985 pada tahun-tahun sebelumnya impor senantiasa meningkat. Kenaikan impor
yang cukup tinggi berlangsung semasa dekade 1970-an. Dalam dasawarsa
dimaksud, setiap tahun pengeluaran impor naik rata-rata 26,13 persen. Dalam
dasawarsa berikutnya(1980-1989) pengeluaran impor hanya mengalami kenaikan
rata-rata 6,20 persen setahun. Penurunan kenaikan ini selain disebabkan karena
kenaikan sepanjang periode 1980-1989 memang lebih rendah daripada kenaikan
sepanjang periode 1970-1979,juga karena terjadinya penurunan impor dalam
tahun yang sudah disebutkan tadi. Penurunan impor dalam tahun 1983-84-85 itu
sendiri dapat dijelaskan oleh dua faktor. Pertama, karena belum pulihnya
perekonomian akibat resesi dunia pada tahun-tahun awal 1980-an. Kedua, karena
pada tahun-tahun itu harga minyak di pasaran internasional sangat labil, bahkan
mulai turun. Akibatnya penerimaan ekspor kita yang kala itu sangat tergantung
pada minyak menurun. Cadangan visa menipis sehingga impor dibatasi ketat.
Ditinjau menurut wilayah, lebih dari separuh impor berasal dari negara-negara
di Asia. Impor kita dari negara-negara eropa lebih besar dibandingkan dari
negara-negara dibenua Amerika. Sebagai contoh: pada tahun 1994 ekspor ke
Amerika (bukan hanya AS) bernilai US$6.771,8 juta, sedangkan ekspor ke Eropa
bernilai US$6.332,4 juta. Impor dari negara-negara anggota MEE saja lebih besar
dibandingkan dengan impor dari seluruh negara di amerika. Struktur perdagangan
luar negeri indonesia dengan negara-negara di Eropa jauh lebih baik dibandingkan
dengan negara-negara di Amerika. Perdagangan dengan amerika terkonsentrasi
pada satu negara yaitu Amerika Serikat, baik dalam hal ekspor maupun impor
Dari perbandingan konstribusi ekspor dan impor menurut migas dan nonmigas
tadi, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa tanpa migas neraca perdagangan
indonesia praktis selalu defisit. Baru mulai tahun 1993 (atau tahun anggaran
1992/93) neraca perdagangan kita membuahkan surplus tanpa migas. Surplus itu
bukan karena sukses kita menekan impor, melainkan lebih disebabkan karena
keberhasilan mengembangkan ekspor nonmigas. Dalam kancah impor sendiri
sejak wal tahun 1990an tersebut pertumbuhan impor nonmigas lebih tinggi
daripada pertumbuhan impor migas.
TABEL 11.12 Perkembangan Impor Migas dan Nonmigas, 1970-1995
(Nilai dalam US$ Juta, Pangsa dan Perubahan dalam Persen)
Tahun Minyak Bumi dan Gas Alam Nonmigas
Nilai Pangsa Perubahan Nilai Pangsa Perubahan
1970 14,7 1,5 986,8 98,5
1971 20,4 1,8 38,8 1.082,40 98,2 9,7
1972 30,3 1,9 48,5 1.531,40 98,1 41,5
1973 44,1 1,6 45,5 2.685,30 98,4 75,3
1974 183 4,8 315 3.658,90 95,2 36,3
1975 285,3 6,2 55,9 4.447,20 93,8 21,5
1976 437,7 7,3 53,4 5.235,40 92,3 17,7
1977 732,4 11,8 67,3 5.497,90 88,2 5
1978 580 8,7 20,8 6.110,40 91,3 11,1
1979 793,5 11 36,8 6.408,80 89 4,9
1980 1.748,50 16,1 120,3 9.085,90 83,9 41,8
1981 1.721,70 13 -1,5 11.550,40 87 27,1
1982 3.544,80 21 105,9 13.314,10 79 15,3
1983 4.145,50 25,4 16,9 12.206,10 74,6 -8,3
1984 2.696,80 19,4 -34,9 11.185,30 80,6 -8,4
1985 1.271,60 12,4 -52,8 8.987,50 87,6 -19,6
1986 1.086,30 10,1 -14,6 9.632,10 89,9 7,2
1987 1.068 8,6 -1,7 11.302,30 91,4 17,3
1988 909,10 6,9 -14,9 12.339,40 93,1 9,2
1989 1.195,20 7,3 31,5 15.164,40 92,7 22,9
1990 1.920,40 8,8 60,7 19.196,60 91,2 31,3
1991 2.310,10 8,9 20,3 23.558,70 91,1 18,3
1992 2.115,10 7,8 -8,4 25.164,50 92,2 6,8
1993 2.170,50 7,7 2,6 26.157,30 92,3 3,9
1994 2.367,40 7,4 9,1 29.616,10 92,6 13,2
1995 2.349 7 -0,8 31.429,60 93 6,1
rata-rata 9,4 36,8 90,6 16,3
Ditinjau menurut penggolongan barang berdasarkan SITC, sebagian besar
impor indonesia berupa mesin-mesin dan alat pengangkutan. Sekitar 40 persen
pengeluaran impor digunakan untuk membeli barang-barang yang bersandi SITC
ini. Impor hasil-hasil industri (sandi 6) dan impor bahan-bahan kimia (sandi 5)
berada diurutan berikutnya dengan proporsi masing-masing sekitar 15 persen dari
nilai impor total. Urutan berikutnya ialah impor bahan-bahan (sandi 2). Selama
paroh awal dasawarsa 1990-an impor bahan-bahan mentah menyerap sekitar 8-9
persen nilai impor total(perhatikan tabel 11.13)
TABEL 11.13 Komposisi Pengeluaran Impor Menurut Golongan Barang SITC 1981-1994
TAHUN Nilai Impor Proporsi Nilai Impor Masing-masing Golongan Barang Menurut SITC
Total 0 1 2 3 4 5 6 7 8
1981 13.272 10,22 0,34 4,26 13,01 0,22 13,22 18,98 34,8 2,45 2
1982 16.859 6,37 0,3 3,61 21,06 0,08 10,7 16,2 37,13 2,23 2
1983 16.352 6,94 0,17 4,13 25,38 0,07 11,58 14,38 34,76 1,58 1
1984 13.882 4,87 0,21 6,36 19,49 0,37 15,39 13,58 36,28 2,73 0
1985 10.259 5,42 0,2 7,11 12,55 0,35 18,69 16,75 35,27 3,23 0
1986 10.718 5,69 0,26 7,74 10,33 0,17 17,82 15,56 38,41 3,63 0
1987 12.370 5,04 0,27 8 9,25 0,78 18,8 14,43 38,96 3,4 0
1988 13.248 4,85 0,26 9,1 7,24 1,34 19,18 15,56 38,47 3,4 0
1989 16.360 5,57 0,21 10,23 7,66 0,92 17,56 16,12 37,79 3,86 0
1990 21.837 3,9 0,25 8,63 8,87 0,11 15,54 16,27 42,72 3,65 0
1991 25.869 4,18 0,29 8,32 8,97 0,16 13,27 16 44,96 3,79 0
1992 27.820 4,58 0,32 8,66 7,56 0,54 13,57 16,78 42,06 3,04 1
1993 28.328 4,74 0,42 8,57 7,61 0,36 14,28 17,09 42,92 4 0
1994 31.983 5,93 0,44 8,53 7,58 0,32 15,18 16,33 42,05 3,58 0
1995 33.779 7,3 0,41 9,3 7,19 0,29 15,6 16,36 39,89 3,56 0
catatan : 0: Bahan Makanan dan binatang hidup 5: Bahan kimia
1: Minuman dan tembakau 6: Hasil industri menurut bahan
2: Bahan-bahan mentah 7: Mesin dan alat pengangkutan
3: Bahan bakar, bahan penyemir,dsb. 8:Hasil industri lainnya
4: Minyak/lemak nabati dan hewani 9: Barang transaksi khusus
V. Saran