Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIKUM

KONSERVASI TANAH DAN AIR

TENTANG
BERBAGAI METODE DALAM PENDUGAAN EROSI

OLEH
NAMA : FREDERIUS SELEK
NIM : 2023812042
KELAS :C

PRODI PENGELOLAAN HUTAN


JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
2021

1
LEMBARAN PENGESAHAN

Makalah Praktikum tentang BERBAGAI METODE DALAM PENDUGAAN EROSI ini


dibuat sebagai tugas praktikum Mata Kuliah Konservasi Tanah Dan Air

DISUSUN OLEH
Nama : Frederius Selek
NIM : 2023812042
Kelas : C

Disahkan pada hari Jumat,29 Oktober 2021

PENGESAHAN
Teknisi Mata Kuliah Konservasi Tanah Dan Air

Ape Didex Nino.A.Md,Hut

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas Rahmat dan Bimbingan-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul BERBAGAI METODE DALAM
PENDUGAAN EROSI tepat pada waktunya.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas kuliah Konservasi Tanah Dan Air dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Di akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Matani,26 Oktober 2021


Penulis

(Frederius Selek)

3
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN…………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………........... 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………... 4
1.1 Pendahuluan…………………………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………. 6
2.1 Metode Tongkat……………………………………………………………………… 6
2.1.1 Pengukuran Erosi Dengan metode Tongkat…………………………................ 6
2.1.2 Perhitungan atau Pendugaan Erosi Dengan Metode Tongkat…………………. 6
2.2 Metode Petak Kecil……………………………………………………………….….. 7
2.2.1 Pengukuran Erosi Dengan Metode Petak Kecil………………………………... 7
2.2.2 Perhitungan atau Pendugaan Erosi Dengan Metode Petak Kecil………………. 7
2.3 Metode Water Sheet………………………………………………………….............. 9
2.3.1 Pengukuran Erosi Dengan Metode Water Sheet……………………….............. 10
2.3.2 Perhitungan atau Pendugaan Erosi Dengan Metode Water Sheet……………… 10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..… 12
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………... 12
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….…… 13

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap kegiatan yang mengubah sumberdaya alam termasuk bentanglahan (landscape)
untuk pembangunan seperti pertanian, pertambangan, industri, perumahan, infrastruktur
dapat menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan dan kemunduran produktivitasnya
akibat hilangnya tanah (erosi) lapisan atas yang subur (Kurnia, dkk., 2006).
Erosi adalah peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatut
empat dan terangkat ketempat lain, baik oleh pergerakan air, angin dan/atau es. Erosi
diawali oleh terjadinya penghancuran agegat tanah menjadi partikel tanah. Sehingga
partikel tersebut mengikuti gerakan infiltrasi lalu menyumbat pori tanah, akibatnya
kapasitas infiltrasi menurun dan sebagian air mengalir dipermukaan tanah dengan jumlah
dan kecepatan tertentu (Mawardi, 2011).
Erosi tanah menyebabkan degadasi lahan,menurunnya produktivitas, menurunnya
produksi pertanian, hilangnya bahan organic dan unsur-unsur hara tanah karena hanyut
terbawa oleh aliran permukaan. Kehilangan hara dan bahan organik tanah yang besar
juga dapat terjadi pada areal hutan yang baru dibuka untuk pertanian, perkebunan,
pemukiman/transmigasi (Kurnia, dkk., 2006).
Kerusakan lahan atau degadasi lahan akibat erosi tidak hanya terjadi pada lahan-lahan
yang barudibukatetapijugapadalahan-lahan yang ditanami dengan komoditi tertentu tetapi
sudah tidak produktif, karena tanaman sudah tua dan sudah kurang terawat yang
mengakibatkan sebagian lahan ditumbuhi gulma atau sebagian lahan menjadi terbuka
yang rentan terhadap erosi dan tanah menjadi padat, terutama pada lahan-lahan yang
mempunyai kemiringan tertentu.
Lahan yang sudah tidak produktif ini biasanya akan di replanting seperti lahan pada
perkebunan karet, kelapa sawit, teh, kakao, tebu dan tembakau yang banyak diusahakan
di Provinsi Sumatera Utara. Salah satunya ialah perkebunan kelapa sawit PTP Nusantara
II Tanjung Garbus yang sebagian tanaman sudah berumur tua dan tidak produktif.
Pengetahuan mengenai erosi yang terjadi pada lahan yang sudah tidak produktif lagi dan
secara khusus pengaruhnya terhadap sifat fisika tanahnya perlu diketahui. Dalam upaya
tindakan yang diperlukan untuk awal pengelolaan tanah saat akan ditanami kembali
(replanting).
Pengukuran besarnya erosi yang terjadi dapat dilakukan secara langsung melalui
pengukuran dengan petak kecil atau salah satunya menggunakan pendugaan metode
Universal Soil Loss Equation (USLE) yang paling sering dipakai.Dari beberapa metode
untuk memperkirakan besarnya erosi permukaan, metoda USLE yang dikembangkan oleh
Wischmeirdan Smith (1978) adalah metoda yang paling umum digunakan untuk

5
memprakirakan besarnya erosi. Istilah “universal” atau “umum” ini menunjukkan bahwa
persamaan atau metoda tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya erosi
untuk berbagai macam kondisi tata guna lahan dan kondisi iklim yang berbeda
(Asdak,1995).

1.2 Tujuan
Ada pun tujuan dari pembuatan makalah ,ini adalah :
1. Mengetahui pengukuran erosi dengan metode tongkat
2. Mengetahui perhitungan atau pendugaan erosi dengan metode tongkat
3. Mengetahui pengkuran erosi dengan metode petak kecil
4. Mengatahui perhitungan atau pendugaan erosidengan metode petak kecil
5. Mengetahui pengukuran erosi dengan metode water sheet
6. Mengetahui perhitungan atau pendugaan erosi dengan menggunakan metode water sheet

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Tongkat


2.1.1 Pengukuran erosi dengan metode tongkat
Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur perubahan
kedalaman tanah akibat erosi atau tertimbun yang berwujud tongkat
bertanda ukur dengan bahan tahan lapuk selama pemakaian, ringan,
mudah diperoleh, dan murah. Tongkat ukur dibenamkan kedalam tanah
sampai tanda nol berada di permukaan tanah. Pemantauan laju erosi tanah
di suatu lahan memerlukan lebih dari satu titik pengamatan, untuk itu
perlu penempatan tongkat ukur yang dapat mewakili penampilan lahan.
Setelah terjadi kejadian hujan tertentuakan terjadi perubahan tinggi
permukaan tanah di titik-titik perngamatan. Besarnya laju erosi tanah yang
terjadi didapat dengan mengalikannya dengan bobot isi tanah di lokasi.
2.1.2 Perhitungan atau pendugaan erosi dengan metode tongkat
Pengukuran erosi dilakukan di lima penggunaan lahan dengan tipe lahan
yang berbeda di Sub-Sub DAS Solo Hulu di Desa Wonoharjo dan Desa
Kedungrejo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Pemilihan
lokasi pengamatan erosi ini berdasarkan pada penggunaan lahan dan
kemiringan lereng yang berkisar antara 15˚ - 25˚. Penggunaan lahan yang
ada juga memiliki tutupan lahan atau cover crop yang berbeda-beda di
setiap lahannya. Lokasi pengamatan erosi pertama yaitu TE 1 berada di
area kebun jati, lokasi pengamatan erosi kedua yaitu TE 2 berada di area
kebun campuran dengan jenis tanaman tahunan seperti jati, mahoni,
bambu, ketela, nanas, dan jenis tanaman semak seperti rumput gajah.
Lokasi pengamatan erosi ketiga yaitu TE berada di area tegalan dengan
jenis tanaman padi, jagung, ketela dan jenis tanaman semak seperti rumput
anting-anting. Lokasi pengamatan erosi keempat yaitu TE4 berada di area
kebun campuran dengan jenis tanaman seperti jati, pisang, jagung dan
jenis tanaman semak seperti putri malu, rumput bede, rumput belulang,
bandotan. Lokasi pengamatan erosi kelima yaitu TE5 berada di area kebun
campuran dengan jenis tanaman seperti jati, mahoni, bambu, kunyit, dan
tanaman semak seperti anting-anting. Karakteristik tipe lahan ditunjukkan
pada Tabel 3. Hasil pengukuran erosi menggunakan metode tongkat ukur
di kelima lahan pengamatan erosi menghasilkan nilai erosi aktual yang
berbeda-beda, ditunjukkan pada Tabel 2.

7
Tabel 2. Hasil Pengukuran Erosi (Besar Erosi, Erosi diperbolehkan (T))
dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dari beberapa Penggunaan Lahan di Sub-
Sub DAS Solo Hulu Desa Wonoharjo dan Desa Kedungrejo

Lahan Erosi TBE Nilai T TBE


(ton/Ha/Tahun) (Ton/Ha/Tahun) (ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun)
TE 1 104,396 15,900 Berat
TE 2 83,667 20,327 Berat
TE 3 21,097 33,580 Sedang
TE 4 26,861 18,045 Sedang
TE5 58,593 21,713 sedang
2.2 Metode Petak Kecil
2.2.1 Pengukuran Erosi Dengan Metode Petak Kecil
Petak kecil yang biasanya 4 persegi, dipergunakan untuk mendapatkan
besarnya erosi yang disebabkan oleh pengaruh factor-faktor ertentu untuk
suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu. Petak yang digunakan umumnya
demikian kecilnya sehingga semua aliarn permukaan yang terjadi pada saat
hujan dapat ditampung dalam suatu tangki atau bak yang dipasang di ujung
bagian bawah petak tersebut.
Kelemahan dari metode ini adalah 
a. Aliran alami dari daerah disekitarnya ditiadakan, dan sering aliran
permukaan mengalir pada satu tempat sepanjang sekat-sekat antar plot,
sehingga menimbul;kan erosi parit (Gully Erosion)
b. Sesudah terjadi beberapa hujan lebat maka plot-plot akan menjadi lebih
redah dari plat seg bak penampung yang di[pasang segaris dengan sudut
kemiringan lereng. Meskipun sedikit penurunan ini akan merubah derajat
lereng.
c. Oleh karena plot mempunyai ukuran yang kecil, maka pengelolaan tanah
dan perlakuan lainnya akan lebih hati- hati dan lebih cermat, sehingga
tidak sesuai dengan cara bertani yang biasa dilakukan (Khonke dan
Bertran, 1959).

2.2.2 Perhitungan Atau Pendugaan erosi dengan Metode Petak Kecil


Dengan pengambilan sampel erosi tanah setiap kejadian hujan
selama 3 bulan Mei-Juli 2010 maka diperoleh besar erosi yang terjadi
pada lahan tanaman ubi kayu sebesar 1410 gr pada petak yang pertama
dan 1112,8 gr pada petak yang kedua dari luas 44 m 2 , dengan jumlah
kejadian hujan yang mengakibatkan erosi selama 3 bulan tersebut
sebanyak 17 kali pada petak yang pertama dan 16 kali pada petak yang
kedua Lampiran 5 dengan asumsi bahwa besarnya nilai erosi rata-rata

8
perbulan dari pengukuran selama 3 bulan penelitian dapat digunakan
untuk menghitung erosi selama 12 bulan.
Perhitungan pada petak kecil yang pertama Sedimen total = 1410
gr Sedimen dalam 1 hari = sedimen totaljumlah hari hujan = 1410 gr17
hari = 82,94 grhari Nilai prediksi erosi pada petak kecil pertama = 82,94
grhari Sedimen untuk luasan 22 x 2 m = sedimen dalam 1 hari x rata-rata
jumlah hari hujan bulanan lampiran 6 = 82,94 grhari x 1686 harithn =
139833,86 grthn.44 m² Sedimen untuk luasan hektar = 10.000 m²44 m² x
Sedimen untuk luasan 22 x 2 m Universitas Sumatera Utara = 10.000
m²44 m² x 139833,86 grthn.44 m² = 31780423,80 grha.thn = 31,78
tonha.thn − Perhitungan pada petak kecil yang kedua Sedimen total =
1112,8 gr Sedimen dalam 1 hari= sedimen totaljumlah hari hujan = 1125,5
gr16 hari = 69,55 grhari Nilai prediksi erosi pada petak kecil kedua =
69,55 grhari Sedimen untuk luasan 22 x 2 m = sedimen dalam 1 hari x
rata-rata jumlah hari hujan bulanan tabel 10 = 69,55 grhari x 1686 harithn
= 117266,22 grthn.44 m² Sedimen untuk luasan hektar = 10.000 m²44 m²
x Sedimen untuk luasan 22 x 2 m = 10.000 m²44 m² x 117 266,22 grthn.44
m² = 26651413,07 grha.thn = 26,65 tonha.thn Nilai besar erosi tanah A
yang diperoleh pada petak kecil yang pertama adalah sebesar 31,78
tonha.thn dan pada petak kecil yang kedua sebesar 26,65 tonha.thn. Hasil
pengukuran tersebut lebih besar dari erosi yang ditoleransikan 23,49
tonha.thn, sehingga erosi yang terjadi di lahan tanaman ubi kayu tergolong
tinggi. Akan tetapi, untuk mendapatkan nilai erosi yang Universitas
Sumatera Utara lebih mendekati keadaan sebenarnya perlu dilakukan
penelitian selama 1 tahun dan data pengukuran berkesinambungan selama
12 bulan.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedua petak kecil
yang digunakan sebagai penelitian mempunyai hasil yang berbeda dimana
petak kecil yang pertama lebih banyak yang tererosi dibandingkan dengan
petak kecil yang kedua. Hal ini dipengaruhi dengan adanya perbedaan
jarak dan jumlah pohon di setiap petaknya. Dengan jarak yang sama 2x22
m dan masing 2 baris tiap petak, tetapi jumlah pohon berbeda untuk setiap
petak. Dimana pada petak kecil yang pertama jumlah pohon pada baris
pertama sebanyak 25 pohon dan pada baris kedua 26 pohon sedangkan
pada petak kecil yang kedua sedikit lebih banyak di banding petak yang
pertama dimana pada baris pertama sekitar 29 pohon dan baris kedua 28
pohon. Perbedaan jumlah pohon tiap baris tentu saja sangat berpengaruh
terhadap laju erosi, semakin banyak jumlah pohon maka semakin sedikit
tanah yang tererosi karena akar tanaman akan semakin banyak yang
menahan tanah tersebut dan sebaliknya.
Jarak tanaman yang tidak sama untuk setiap petak sangat
mempengaruhi banyak sediktnya jumlah tanah yang tererosi. Tanaman ubi
memiliki tajuk daun yang cukup lebar dan hampir menutupi permukaan
9
tanah. Semakin rapat tanamannya maka tajuk pohon akan semakin rimbun
sehingga dapat mengurangi laju erosi karena semakin besar tajuk suatu
tanaman maka kecepatan air hujan yang jatuh ke tanah akan semakin
diperlambat. Kemungkinan faktor ini adalah salah satu penyebab dari
penyebab perbedaan nilai erosi pada kedua petak kecil. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Rahim 2000 yang menyatakan bahwa vegetasi
mampu mempengaruhi erosi karena adanya:
a. intersepsi air Universitas Sumatera Utara hujan oleh tajuk dan
absorbsi energi air hujan sehingga memperkecil erosivitasnya,
b. pengaruh terhadap limpasan permukaan,
c. peningkatan aktivitas biologis dalam tanah dan d peningkatan
kecepatan kehilangan air karena transpirasi.
Keakuratan pengukuran erosi dengan metode petak kecil
tergantung pada pemilihan lokasi penempatan petak kecil, pemasangan
semua komponen petak kecil dan pengukuran volume air limpasan yang
tertampung dalam drum penampung. Untuk mendapatkan data yang lebih
akurat, pengambilan data sebenarnya harus secara berkesinambungan
selama 12 bulan, karena perubahan musim setiap tahunnya hampir
berubah baik musim kemarau ataupun musim hujan. Jadi sangat
diharapkan pengukuran erosi dilakukan pada kedua musim tersebut, dan
akan lebih baik lagi apabila penelitian dilakukan minimal selama 10 tahun
secara berkelanjutan. Hanya saja penelitian tidak mungkin dilakukan
selama 10 tahun karena tanaman yang di teliti adalah tanaman pangan
dimana waktu panennya paling lama 8 bulan.
2.3 Metode Water Sheet
2.3.1 Pengukuran Erosi Dengan Metode water sheet
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke
tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan
diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-
saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada
mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.Metode
water sheet ini digunakan untuk menganalisis erosi pada daerah aliran
sungai,waduk,dan sebagainya.
2.3.2 Perhitungan Atau pendugaan Erosi Dengan Metode Water Sheet
Berdasarkan hasil survei lapangan dan analisis tanah di
laboratorium, maka diperoleh nilai erosi yang terjadi serta tingkat bahaya
erosi di PT. Mutiara Bunda Jaya – Kebun IPBD dengan menggunakan
Metode Water Sheet dapat dilihat pada tabel berikut:
SP R K L& C& A Kelas Kedalama Kela

10
L S P (ton/h Bahay n Tanah s
a /thn) a Erosi (cm) TBE
1 1505. 1505. 0.18 0.07 3.04 I >90 SR
6 6
2 1505. 0.176 0.57 0.07 10.58 I >90 SR
6
3 1505. 0.182 0.18 0.07 3.44 I >90 SR
6
4 1505. 0.225 0.53 0.07 12.54 I >90 SR
6
5 1505. 0.205 0.18 0.07 3.89 I >90 SR
6
6 1505. 0.205 0.69 0.07 14.93 I >90 SR
6
7 1505. 0.178 0.18 0.07 3.38 I >90 SR
6
8 1505. 0.194 0.75 0.07 15.31 I >90 R
6
9 1505. 0.158 0.18 0.07 3.00 I >90 SR
6

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Erosi tanah adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi
dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpasan), es bergerak atau
angina.Dalam menduga erosi digunakan beberapa metode,yaitu:
1. Metode Tongkat
Metode  ini menggunakan suatu alat untuk mengukur perubahan kedalaman tanah
akibat erosi  atau tertimbun yang berwujud tongkat  bertanda ukur dengan  bahan tahan
lapuk selama pemakaian, ringan, mudah diperoleh dan murah. Tongkat ukur dibenamkan
ke dalam tanah sampai tanda nol berada di permukaan tanah.
2. Metode petak Kecil
Dengan mengukur panjang lokasi kajian yang memperlihatkan adanya  erosi alur,
menghitung banyaknya alur-alur erosi  di lokasi kajian, menghitung rata-rata tebal alur,
menghitung luas total penampang alur, menghitung rata-rata luas penampung alur
3. Metode water sheet
Metode ini digunakan untuk menganalisis terjadinya erosi pada daerah aliran
sungai atau daerah perairan lainnya.

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Pendugaan erosi dengan metode tongkat

Gambar 2. Pendugaan erosi dengan metode petak kecil

13

Anda mungkin juga menyukai