1. Perkembangan Industri Di Indonesia Dari Tahun ke Tahun
Sebelum krisis ekonomi tahun 1997-1998 Indonesia sempat mendapat julukan calon macan Asia, karena perubahan struktur ekonominya yang signifikan dari sebuah negara Agraris menjadi negara Industri baru, yaitu dengan industri manufaktur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang pesat, membuat Indonesia sebagai negara industri yang menjanjikan di Asia Tenggara. Strategi yang dilakukan pemerintah waktu itu adalah mengundang investor Asing khususnya investasi jangka panjang yang diharapkan bisa mendorong pembangunan industri menufaktur. Kebijakan penanaman modal Asing (PMA) ini awalnya didukung oleh kebijakan substitusi Impor karena negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia belum mampu bersaing di pasar Internasional dan Indonesia juga berusaha membangun Industri sendiri dalam memenuhi permintaan dalam negeri. Strategi ini pun mampu mendongkrak pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Dan kemudian pada masa order baru Ketika terjadi harga penurunan minyak pada rentan 1981-1986, pertumbuhan industri mengalami perlambanan yakni hanya mencapai 5,2% pertahun. Setelah tahun 1986 pemerintah mulai melakukan beberapa langkah penyesuaian termasuk melakukan perubahan arah strategi industrialisasi dari arah substitusi impor menjadi ke arah orientasi ekspor (luar). Karena penurunan harga minyak yang mencapai titik terendah tahun 1986 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian termasuk pembangunan industri. Hal ini tampak pada bidang perindustrian Indonesia yang turut terkena imbas krisis ekonomi. Indonesia mengalami dua masa krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 – 1998 krisis finansial Asia dan pada tahun 2008 krisis global. Kebijakan yang diambil pemerintah dalam masa ini berorientasi kedalam ( inword looking) dan berorientasi ke luar ( outward looking) sektor industri manufaktur. Sektor industri manufaktur Indonesia tumbuh jauh lebih lamban, dimana pada tahun 1997 hanya tumbuh sebesar 5,3 % dan tahun 1998 mengalami kontraksi sebanyak -11,4 %. Krisis global 2008 juga berdampak pada sektor industri. Hal tersebut tampak pada menurunnya pertumbuhan PDB dari ekspor. tahun 2008 terakhir menunjukkan penurunan seiring dengan merosotnya nilai ekspor dari sebesar AS$12,4 triliun menjadi sebesar AS$9,7 triliun. Krisis global berdampak pada industri-industri yang berorientasi pada ekspor, seperti perkebunan karet, minyak sawit, kayu dan mebel kayu, pertambangan manufaktur terutama pada tekstil garmen dan sektor otomotif dan elektronik. Setelah itu, sejumlah sektor seperti industri manufaktur, elektronik, dan otomotif serta perkebunan kelapa sawit mengalami puncak krisis pada bulan Januari dan Februari 2009. Pada kuartal terakhir tahun 2009, kondisi tersebut mulai memulih. Pertumbuhan sektor manufaktur telah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan pertumbuhan setahun sebelumnya walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2008 (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik, 2010: 7-8). Pencapaian target indikator laju pertumbuhan industri dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami penurunan. Capaian pada tahun 2011 sebesar 111,97 % mengalami penurunan sampai tahun 2014 menjadi 82,50 %. Menurunnya kontribusi sektor industri cukup mengkhawatirkan mengingat sektor industri sangat diharapkan peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemberantasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran. Setelah masa orde baru, masa pembangunan industri di Indonesia adalah masa reformasi sampai dengan sekarang. Sektor industri dihadapkan pada tantangan besar untuk tetap bertahan dan terus berkembang pada masa-masa krisis ekonomi. Maka terbitlah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Pokok-pokok pengaturan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 meliputi penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional, perwilayahan Industri, pembangunan sumber daya Industri, pembangunan sarana dan prasarana Industri, pemberdayaan Industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan Industri, perizinan, penanaman modal bidang Industri dan fasilitas, Komite Industri Nasional, peran serta masyarakat, serta pengawasan dan pengendalian. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 mampu membawa pembangunan industri Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan perkembangan sektor industri di Indonesia yang sudah mulai membaik pada awal tahun 2016. Berdasarkan data yang dirilis United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi terhadap PDB lebih dari 10 %. Sektor industri Indonesia mampu menyumbang PDB hingga mencapai 22 %. Angka tersebut terbesar setelah Korea Selatan (29 %), Tiongkok (27 %), dan Jerman (23 %). Pada tahun 2017, Industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB nasional pada tahun 2017 dengan mencapai 17,76%. Kontribusi ini lebih tinggi dibanding sektor lainnya, seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbangkan sekitar 13,96%, perdagangan 12,98 %, serta konstruksi 10,26%. Kesimpulannya Berdasarkan perkembangan sektor industri dari awal kemerdekaan sampai dengan saat ini, dapat kita simpulkan bahwa sektor industri adalah adalah motor penggerak dan memiliki peran strategis terhadap perekonomian nasional.
2. MANFAAT INDUSTRI BAGI LINGKUNGAN, SOSIAL DAN BUDAYA
2.1 Manfaat Industri bagi lingkungan adanya pembangunan industri bermanfaat untuk penyerapan tenaga kerja. Keberadaan industri disuatu wilayah tentu akan membutuhkan tenaga kerja dan biasanya masyarakat sekitar industri akan banyak memberikan kesempatan untuk terserap dan bekerja di dalam sektor industri tersebut. Selain itu dengan adanya industri disuatu wilayah akan membuka lapangan pekerjaan lain seperti adanya warung makan dan penyewaan rumah atau kontrakan para pekerja dari luar wilayah tersebut dan harga jual tanah disekitar kawasan industri pun sangat tinggi. Adanya pembangunan industri di suatu wilayah akan memberikan sebuah perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian bagi masyarakat. 2.2 Manfaat Industri bagi Sosial Manfaat pada bidang sosial dari keberadaan industri diantaranya bertambahnya dan beragamnya mata pencaharian. Keberhasilan dari industri akan menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri, dengan demikian penggangguran akan semakin berkurang.
2.3 Manfaat Industri bagi Budaya
Manfaat dari adanya pembangunan industri jika dilihat dari bidang budaya masyarakat diantaranya perubahan pola gaya hidup yang positif seperti lebih menghargai waktu, masyarakat lebih berorientasi ke depan, dan etos kerja tinggi, sebagaimana diketahui sebagian besar masyarakat pinggiran mempunyai etos kerja yang rendah karena tidak adanya saingannya.