Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

Perkembangan Industri Di Indonesia

Disusun oleh : KELOMPOK 1


1. Dika Fitri Andini : 221632111218
2. Hana Marselarisa : 221632111216
3. Paulina Pebrieri Heraini : 221632111223
4. Yatna : 221632111214

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS REGULER SIANG

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


TABALONG

2021/2022
PERKEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA

1. Perkembangan Industri Di Indonesia Dari Tahun ke Tahun


Sebelum krisis ekonomi tahun 1997-1998 Indonesia sempat
mendapat julukan calon macan Asia, karena perubahan struktur
ekonominya yang signifikan dari sebuah negara Agraris menjadi negara
Industri baru, yaitu dengan industri manufaktur sebagai motor
penggerak pertumbuhan ekonomi yang pesat, membuat Indonesia
sebagai negara industri yang menjanjikan di Asia Tenggara. Strategi yang
dilakukan pemerintah waktu itu adalah mengundang investor Asing
khususnya investasi jangka panjang yang diharapkan bisa mendorong
pembangunan industri menufaktur.
Kebijakan penanaman modal Asing (PMA) ini awalnya didukung
oleh kebijakan substitusi Impor karena negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia belum mampu bersaing di pasar
Internasional dan Indonesia juga berusaha membangun Industri sendiri
dalam memenuhi permintaan dalam negeri. Strategi ini pun mampu
mendongkrak pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Dan kemudian
pada masa order baru Ketika terjadi harga penurunan minyak pada
rentan 1981-1986, pertumbuhan industri mengalami perlambanan yakni
hanya mencapai 5,2% pertahun.
Setelah tahun 1986 pemerintah mulai melakukan beberapa
langkah penyesuaian termasuk melakukan perubahan arah strategi
industrialisasi dari arah substitusi impor menjadi ke arah orientasi
ekspor (luar). Karena penurunan harga minyak yang mencapai titik
terendah tahun 1986 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian
termasuk pembangunan industri. Hal ini tampak pada bidang
perindustrian Indonesia yang turut terkena imbas krisis ekonomi.
Indonesia mengalami dua masa krisis ekonomi, yaitu pada tahun 1997 –
1998 krisis finansial Asia dan pada tahun 2008 krisis global. Kebijakan
yang diambil pemerintah dalam masa ini berorientasi kedalam ( inword
looking) dan berorientasi ke luar ( outward looking) sektor industri
manufaktur.
Sektor industri manufaktur Indonesia tumbuh jauh lebih lamban,
dimana pada tahun 1997 hanya tumbuh sebesar 5,3 % dan tahun 1998
mengalami kontraksi sebanyak -11,4 %. Krisis global 2008 juga
berdampak pada sektor industri. Hal tersebut tampak pada menurunnya
pertumbuhan PDB dari ekspor. tahun 2008 terakhir menunjukkan
penurunan seiring dengan merosotnya nilai ekspor dari sebesar AS$12,4
triliun menjadi sebesar AS$9,7 triliun. Krisis global berdampak pada
industri-industri yang berorientasi pada ekspor, seperti perkebunan
karet, minyak sawit, kayu dan mebel kayu, pertambangan manufaktur
terutama pada tekstil garmen dan sektor otomotif dan elektronik.
Setelah itu, sejumlah sektor seperti industri manufaktur,
elektronik, dan otomotif serta perkebunan kelapa sawit mengalami
puncak krisis pada bulan Januari dan Februari 2009. Pada kuartal
terakhir tahun 2009, kondisi tersebut mulai memulih. Pertumbuhan
sektor manufaktur telah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
pertumbuhan setahun sebelumnya walaupun masih lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2008 (Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik, 2010: 7-8).
Pencapaian target indikator laju pertumbuhan industri dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 terus mengalami penurunan. Capaian pada
tahun 2011 sebesar 111,97 % mengalami penurunan sampai tahun 2014
menjadi 82,50 %.
Menurunnya kontribusi sektor industri cukup mengkhawatirkan
mengingat sektor industri sangat diharapkan peranannya dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, pemberantasan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran.
Setelah masa orde baru, masa pembangunan industri di Indonesia
adalah masa reformasi sampai dengan sekarang. Sektor industri
dihadapkan pada tantangan besar untuk tetap bertahan dan terus
berkembang pada masa-masa krisis ekonomi.
Maka terbitlah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian. Pokok-pokok pengaturan dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2014 meliputi penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang
Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional, Kebijakan
Industri Nasional, perwilayahan Industri, pembangunan sumber daya
Industri, pembangunan sarana dan prasarana Industri, pemberdayaan
Industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan Industri, perizinan,
penanaman modal bidang Industri dan fasilitas, Komite Industri
Nasional, peran serta masyarakat, serta pengawasan dan pengendalian.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 mampu membawa
pembangunan industri Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti
dengan perkembangan sektor industri di Indonesia yang sudah mulai
membaik pada awal tahun 2016. Berdasarkan data yang dirilis United
Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia menempati
peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya
memberikan kontribusi terhadap PDB lebih dari 10 %. Sektor industri
Indonesia mampu menyumbang PDB hingga mencapai 22 %. Angka
tersebut terbesar setelah Korea Selatan (29 %), Tiongkok (27 %), dan
Jerman (23 %). Pada tahun 2017, Industri pengolahan nonmigas
memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB nasional pada tahun
2017 dengan mencapai 17,76%. Kontribusi ini lebih tinggi dibanding
sektor lainnya, seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
menyumbangkan sekitar 13,96%, perdagangan 12,98 %, serta konstruksi
10,26%.
Kesimpulannya Berdasarkan perkembangan sektor industri dari
awal kemerdekaan sampai dengan saat ini, dapat kita simpulkan bahwa
sektor industri adalah adalah motor penggerak dan memiliki peran
strategis terhadap perekonomian nasional.

2. MANFAAT INDUSTRI BAGI LINGKUNGAN, SOSIAL DAN BUDAYA


2.1 Manfaat Industri bagi lingkungan
adanya pembangunan industri bermanfaat untuk penyerapan tenaga
kerja. Keberadaan industri disuatu wilayah tentu akan membutuhkan
tenaga kerja dan biasanya masyarakat sekitar industri akan banyak
memberikan kesempatan untuk terserap dan bekerja di dalam sektor
industri tersebut. Selain itu dengan adanya industri disuatu wilayah
akan membuka lapangan pekerjaan lain seperti adanya warung
makan dan penyewaan rumah atau kontrakan para pekerja dari luar
wilayah tersebut dan harga jual tanah disekitar kawasan industri pun
sangat tinggi. Adanya pembangunan industri di suatu wilayah akan
memberikan sebuah perubahan yang amat berarti dalam struktur
perekonomian bagi masyarakat.
2.2 Manfaat Industri bagi Sosial
Manfaat pada bidang sosial dari keberadaan industri diantaranya
bertambahnya dan beragamnya mata pencaharian. Keberhasilan dari
industri akan menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat
menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri, dengan
demikian penggangguran akan semakin berkurang.

2.3 Manfaat Industri bagi Budaya


Manfaat dari adanya pembangunan industri jika dilihat dari bidang
budaya masyarakat diantaranya perubahan pola gaya hidup yang
positif seperti lebih menghargai waktu, masyarakat lebih
berorientasi ke depan, dan etos kerja tinggi, sebagaimana diketahui
sebagian besar masyarakat pinggiran mempunyai etos kerja yang
rendah karena tidak adanya saingannya.

Anda mungkin juga menyukai