Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN

GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

OLEH:

CLARA CABRAL ORNAI XIMENES

NPM : 21203027

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN
NYERI

A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional
disertai kerusakan secara actual maupun potensial atau kerusakan jaringan
secara menyeluruh. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri
timbul bila mana jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi
untung menghilangkan rasa nyeri tersebut.
The International Association for the Studi of Pain (IASP)
mendefenisikan nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan
jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari
komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif
(aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh
stimulus noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot
atau visceral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress
neuroendokrin yang sebanding dengan intesitasnya. Nyeri akut akan disertai
hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju
proses penyembuhan .
B. Anatomi Fisiologi
Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang berasal
dari luar sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang berasal
dari dalam dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat dirasakan
ketika stimulus yang berbahaya mencapai serabut-serabut saraf nyeri.
Mekanisme proses terjadinya nyeri terdiri dari empat proses yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan
yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat
transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan
jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.
Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur saraf desenden dari
otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen primer. Persepsi nyeri adalah
pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas
transmisi nyeri oleh saraf. Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di
akhiran saraf bebas pada setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu,
mekanik, ataupun kimia dapat mengaktivasi nosiseptor. Jaringan yang rusak
akan mengeluarkan zat-zat kimia seperti prostaglandin, kinin, dan potassium
yang menstimulasi nosiseptor.

Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan
desendens. Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan
impuls nyeri masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan
A-δ halus masing-masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat,
bersinaps di substansia tanduk dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke
otak melalui cabang traktus spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus
sejajar yang menyalurkan impuls ini ke otak ; traktus neospinotalamikus dan
paleospinotalamikus. Traktus neospinotalamikus membawa info mengenai
nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ ke daerah talamus dan bersinaps di
nucleus ventroposterolateralis talamus. Neuron di thalamus akan
memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa impuls nyeri ke korteks
somatosensorik primer girus pascasentralis. Jalur nespinotalamikus memediasi
aspek murni sensorik nyeri yaitu, lokasi, intensitas dan kualitas.Traktus
paleospinotalamikus menyalurkan impuls dari nosiseptor tipe C lambat-kronik,
adalah suatu jalur difus yang membawa impuls ke formasio retikularis batang
otak sebelum berakhir di nucleus parafasikularis dan nucleus intralaminar lain
di thalamus, hipotalamus, nucleus sitem limbik, dan korteks otak depan Jalur
ini terkait dengan respon emosional. Karena dimensi ini munculnya rasa takut
yang mengiringi nyeri. Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga
komponen: 1) sensorik, 2) emosional, dan 3) kognitif. Sensorik: Komponen
sensorik dikendalikan oleh sistem saraf kita. Jika ada stimulasi, maka sistem
saraf yang mengirimkan pesan ke otak akan diaktifkan. Otak kemudian akan
menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu kita mana yang sakit dan
seberapa kuat intensitasnya. Ini merupakan sistem yang biasanya diaktifkan
pada saat cedera jaringan dan dimatikan ketika proses penyembuhan jaringan.
Namun, pada beberapa pasien dengan nyeri kronis, sistem ini menyala dan tetap
aktif bahkan jika kerusakan jaringan tidak ada. Dokter dapat mengontrol
komponen sensorik dengan obat-obatan, terapi fisik dan blok saraf. Emosional:
Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem saraf sensorik akan
mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang mengendalikan emosi,
denyut jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak mengalami rasa sakit,
reaksi langsung adalah untuk menangis. Hal ini karena anak-anak memiliki
kontrol yang minimal atas emosi mereka. Seorang psikolog dapat mengajarkan
teknik biofeedback kepada pasien untuk mengurangi respons emosional.
Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif.
Pengetahuan tentang nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan
seseorang terhadap nyeri. Nyeri sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang
berdasarkan cara berpikir tentang nyeri yang dirasakannya, apa saja
pengharapan atas nyerinya, dan makna nyeri tersebut dalam kehidupannya.
C. Etiologi
Beberapa faktor dapat memulai respons nyeri. Penyebab fisik mencakup stress
mekanis dari trauma, insisi bedah, atau pertumbuhan tumor. Tubuh berespons
dengan nyeri dan ketidaknyaman terhadap kelebihan tekanan, panas dan dingin,
dan zat kimia tertentu (mis, histamine, bradykinin, dan asetilkolin) yang
dilepaskan ketika jaringan mengalami kerusakan atau kehancuran. Kekurangan
oksigen pada jaringan juga menyebabkan nyeri karena jaringan mengalami
kekurangan/ deprivasi oksigen. Spasme otot dan akibatnya yang berupa
penurunan suplai darah ke otot dapat juga menyebabkan nyeri dan
ketidaknyaman. Saat ketidaknyamanan meningkat, respons alami tubuh adalah
mengencangkan otot lebih lanjut, yang menekankan adanya masalah.
Keletihan, ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui, dan kurangnya
pengetahuan tentang penatalaksanaan nyeri dapat menyebabkan pengencangan
otot lebih lanjut (Caroline & Kowalski Mary, 2014)
a. Penyebab nyeri dapat didefinisikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara
fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis,
kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan gangguan sirkulasi
darah secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma
psikologis.
b. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf reseptor nyeri ini terletak dan
tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak
lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis
merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik,
melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
D. Patofisiologi dan Patoflowdiagram
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus yang
secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nyeri nosiseptor. Secara
anatomis, reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak
bermialin dari saraf eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di
medulla spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman
dan pengetahuan lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
nyeri. Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus internal,
mekanik, kimiawi atau stimulus listrik yang menyebabkan pelepasan substansi
yang menghasilkan nyeri.
Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subkutan Nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor
jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu:

a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang penyebab
nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul
dan sulit dilokalisasi.
Patoflowdiagram Nyeri

Trauma jaringan,
infeksi, cidera

Kerusakan sel

Tekanan
Pelepasan mediator nyeri (histamine, mekanisme,
bradykinin, prostaglandin, serotonin, ion deformitas,
kalium. suhu ekstrim

Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut
Tipe A, dan serabut
Tipe C

Medula spinalis

Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea


retikular retikular peraikueduktus

Talamus
Hipotalamus dan
Talamus
sistem limbik

Otak
(Korteks
sematosensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri Akut/Nyeri Kronis


E. Manifestasi Klinik
Menurut International Association for The Study of Pain disebutkan beberapa
gambaran gejala pada myofascial trigger point adalah sebagai berikut :
a. Trigger points menimbulkan nyeri saat diransang.
b. Durasi nyeri bisa sampai jam atau hari
c. Nyeri yang mendalam ( deep pain), sakit, nyeri bakar, dan kadang-kadang
nyeri dirasakan superficial.
d. Nyeri dapat menyebar caudal atau cranial.
e. Intensitas nyeri berhubungan dengan tingkat irirtabilitas.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen.
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
deprivasi tidur,
c. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
d. EKG
e. MRI
G. Komplikasi
Komplikasi nyeri ada 2:
a. Gangguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenic
DAFTAR PUSTAKA

Rosdahl Caroline.,(2014). Kenyamanan dan Nyeri,.Buku Ajar Keperawatan Dasar.


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kowalski Mary.,(2016). Kenyaman Nyeri dan Perawatan Perioperatif., Buku Ajar


Keperawatan Dasar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai