Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang telah kita ketahui bersama, kapal adalah sarana angkutan
laut yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pengangkutan
barang. Proses pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat yang lain
tersebut dapat dilakukan menggunakan berbagai sarana tansportasi,
sedangkan sarana untuk menunjang proses pendistribusian barang dapat
dilakukan melalui darat, udara, maupun melalui laut. Karena Indonesia
merupakan Negara kepulauan dimana pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya dihubungkan dengan laut. Maka sarana angkutan laut untuk
pendistribusian barang menjadi pilihan utama, karena pengiriman barang
dapat dilaksanakan dalam jumlah yang besarserta biaya yang dikeluarkan
lebih kecil dibandingkan dengan sarana angkutan yang lain, lebih efektif dan
efisien. Agar hal tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan
rasa tanggung jawab serta etos kerja yang tinggi para perwira maupun anak
buah kapal.Untuk itu setiap perwira khususnya bagian dek harus mengerti
tentang aturan-aturan jaga.
Sesuai dengan aturan jaga yang telah di tetapkan diatas kapal, semua
kapal wajib melaksanakan aturan jaga tersebut tanpa terkecuali termasuk
perwira yang mengatur dinas jaga dikapaluntuk mencegah terjadinya bahaya
tubrukan, karna keberhasilan pelayaran sampai di tempat tujuan dengan
selamat tanpa mengalami kecelakaan dan tepat waktu sangat tergantung
kepada kemampuan dan kinerja sumber daya manusia diatas kapal.
Dalam pelaksanaan tugas jaga pada saat kapal sedang berlayar
diperlukan ketelitian, kewaspadaan, tanggungjawab, serta konsentrasi kerja
yang tinggi. Hal tersebut dilaksanakan oleh seluruh crew khususnya bagian
deck agar perusahaan pelayaran tidak mendapat klaim atas keterlambatan
kapal. Maka pelaksanaan dinas jaga saat kapal berlayar sangat penting dan
harus dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan perusahaan
pelayaran baik aturan National maupun aturan International.
Pada saat kapal dalam pelayaran dari suatu tempat ketempat lain, olah
geraknya di kendalikan dari anjungan dan pengontrolan di lakukan di
anjungan serta kamar mesin oleh Perwira dan kru yang sedang bertugas
disana. serta harus ditunjang dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang
tersedia dan peralatan yang ada di anjungan, dimana seluruh personil yang
sedang terlibat dengan kegiatan, merupakan satu kelompok kerjasama yang
baik.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian mengenai dinas jaga diatas, tentang bagaimana
pelaksanaan dinasjaga di kapal KAPAL LATIH SMK NO 83 dapat berjalan
sesuai prosedur yang ada, maka akan diberikan rumusan masalah adapun
rumusan masalahsebagai berikut :
1. Bagaimanakah dinas jaga di kapal ?
2. Adakah kendala yang di hadapi di dinas jaga kapal
3.
1.3 Tujuan Dan KegunaanPenulisan
1.3.1. Tujuan Penulisan
1. Pelaksanaan dinas jaga di kapal
2. Mengetahui kendala yang di hadapi dalam dinas jaga di kapal
1.3.2. Kegunaan Penulisan
1. Sebagai pelaksanaan dinas jaga !
2. Bagi Kapal untuk menambah informasi awak kapal mengenai
pentingnya pelaksanaan dinas jaga kapal berlabuh sesuai prosedur
(procedure) agar tercipta suasana kondusif dan aman di k
2.1. Pengertian Dinas Jaga di Kapal
Tugas jaga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1989:206 ),
Dinas adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan urusan pekerjaan
jawatan, sedang bertugas, bekerja. Jaga adalah berkawal atau bertugas
menjaga keselamatan dan keamanan, piket.
Menurut Tim Penulis PIP Semarang ( 2002:16) pelaksanaan dinas jaga
yang dilakukan oleh petugas jaga dikapal pada waktu kapal sedang berlayar
maupun kapal sandar di pelabuhan telah diatur oleh perusahaan dan kapal
dalam tugas dan tanggung jawabnya, dinas di kapal meliputi:
1. Dinas Harian
a. Dilakukan pada hari-hari kerja sedangkan hari minggu dan hari
besar libur.
b. Tugas-tugas yang dilakukan meliputi tugas administrasi dan
perawatan operasional kapal, sesuai jabatan dan tanggung jawab
masing-masing personil.
2. Dinas Jaga
Dilakukan diluar jam-jam kerja harian terdiri dari : jaga laut, jaga
pelabuhan dan jaga radio.

2.2 Sistem Umum Dinas Jaga di Atas Kapal


1. Prosedur Jaga Laut
Adapun prosedur jaga laut yang sesuai dengan ketentuan, yaitu :
a. Jaga laut dimulai dari awal kapal lepas sandar dari pelabuhan
sampai ke pelabuhan berikutnya.
b. Perwira jaga terdiri dari satu perwira dek dan satu perwira mesin
kecuali ada penetapan lain oleh nahkoda atau KKM.
c. Serah terima jaga Perwira jaga dek dan masisnis jaga setiap kapal
pada umumnya sama. Seperti contoh kapal tempat taruna praktek,
pada saat jam jaga mualim I ( 00.00 – 04.00 ) sebelum pergantian
tugas jaga kurang lebih 30 menit sebelumnya pada jam 03.30
Jurumudi atau Cadet jaga menginformasikan kepada pengganti
tugas jaga, yaitu Mualim II, Jurumudi II yang akan bertugas jaga
berikutnya.
d. Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan selama jaga laut adalah
yang sifatnya untuk keselamatan kapal dan keamanan kapal. Secara
umum tanggung jawab perwira jaga, meliputi hal sebagai berikut :
1) Menjaga keamanan kapal antara lain : pencurian, hanyut,
kandas, kebakaran dan lain-lain.
2) Menjalankan perintah nahkoda antara lain : Master standing
order, Night order yang bersifat umum dan khusus.
3) Menjalankan perintah/ketentuan yang berlaku antara lain :
pemasangan penerangan, mencegah polusi air/udara, memasang
bendera/semboyan yang diharuskan serta mengikuti peraruran
Bandar.
BAB III.
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Seperti yang telah kita ketahui bersama, kapal adalah sarana angkutan
laut yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pengangkutan
barang. Proses pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat yang lain
tersebut dapat dilakukan menggunakan berbagai sarana tansportasi,
sedangkan sarana untuk menunjang proses pendistribusian barang dapat
dilakukan melalui darat, udara, maupun melalui laut. Karena Indonesia
merupakan Negara kepulauan dimana pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya dihubungkan dengan laut. Maka sarana angkutan laut untuk
pendistribusian barang menjadi pilihan utama, karena pengiriman barang
dapat dilaksanakan dalam jumlah yang besarserta biaya yang dikeluarkan
lebih kecil dibandingkan dengan sarana angkutan yang lain, lebih efektif dan
efisien. Agar hal tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik, dibutuhkan
rasa tanggung jawab serta etos kerja yang tinggi para perwira maupun anak
buah kapal.Untuk itu setiap perwira khususnya bagian dek harus mengerti
tentang aturan-aturan jaga.

Dalam Hal ini KAPAL LATIH SMK NO 83 Baik – Baik saja segala
peraturan yang ada dalm deck kapal di patuhi baik dari semua awak kapal dan
kapten kapal Kapal Latih ini mempunyai aturan – aturan yang sangat ketat
dan bagi awak kapal yang melanggar aturan ini akan sangat fatal karena
aturan dalam kapal ini akan sangat riskan
Dalam pelaksanaan tugas jaga pada saat kapal sedang berlayar
diperlukan ketelitian, kewaspadaan, tanggungjawab, serta konsentrasi kerja
yang tinggi. Hal tersebut dilaksanakan oleh seluruh crew khususnya bagian
deck agar perusahaan pelayaran tidak mendapat klaim atas keterlambatan
kapal. Maka pelaksanaan dinas jaga saat kapal berlayar sangat penting dan
harus dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan perusahaan
pelayaran baik aturan National maupun aturan International.
Pada saat kapal dalam pelayaran dari suatu tempat ketempat lain, olah
geraknya di kendalikan dari anjungan dan pengontrolan di lakukan di
anjungan serta kamar mesin oleh Perwira dan kru yang sedang bertugas
disana. serta harus ditunjang dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang
tersedia dan peralatan yang ada di anjungan, dimana seluruh personil yang
sedang terlibat dengan kegiatan, merupakan satu kelompok kerjasama yang
baik.
BAB IV.

PEMBAHASAN

1. PEMBAHASAN
Menurut Kurniawan Ridho (2010 : 1) Petugas jaga terdiri dari :
perwira jaga dibantu oleh juru mudi dan penjarwala/kelasi. Tugas jaga
dilaksanakan pada saat :
a. Kapal sedang berlabuh jangakar.
b. Kapal sedang berlayar/dalam perjalanan ke pelabuhan tujuan.
c. Kapal sedang sandar di dermaga dan kapal tekepil pada pelampung
kepil.
d. Kapal sedang berolah gerak tiba di pelabuhan dan berangkat dari
pelabuhan.
e. Kapal sedang melakukan muat bongkar.
f. Kapal menerima/menurunkan pandu.

2. Tugas dan tanggung jawab perwira saat kapal berlabuh


Menurut Nur Hassan (2007 : 5) Tugas dan tanggung jawab perwira jaga
saat kapal berlabuh jangkar antara lain :
a. Mengontrol keliling kapal terhadap perahu-perahu pencuri, maupun
bahaya-bahaya lain.
b. Memeriksa posisi jangkar setiap saat, apakah jangkar menggaruk,
khususnya pada cuaca buruk, angina keras.
c. Menyalakan penerangan yang sesuai bagi kapal berlabuh jangkar
pada malam hari, dan memasang bola hitam di haluan pada siang
hari serta memberikan isyarat bunyi dalam tampak terbatas.

3. Tugas dan tanggung jawab perwira saat sedang berlayar


Menurut Manikome, (2012 : 10) Tugas dan tanggung jawab perwira
jaga saat kapal sedang berlayar, yaitu :
a. Senantiasa waspada secara visual maupun pendengaran dengan
segala cara lain terhadap setiap perubahan situasi.
b. Mampu menggunakan alat-alat navigasi elektronik, jika diperlukan
dan mengetahui segala keterbatasannya.
c. Menggunakan jarak jangkau radar yang memadai dan harus selalu
dirubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat dipantau sedini
mungkin.
d. Melakukan plotting sedini mungkin.
e. Membuat penilaian tepat terhadap situasi dan resiko tubrukan,
kandas dan bahaya-bahaya navigasi lainnya.
f. Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang-orang didalam keadaan
marabahaya, kerangka kapal dan bahaya navigasi lainnya.
4. Tugas dan tanggung jawab perwira jaga di pelabuhan
Menurut Subaidi, (2000 : 5) Tugas dan tanggung jawab perwira jaga
saat kapal di pelabuhan, yaitu :
a. Meronda keliling pada saat-saat tertentu pada seluruh bagian-bagian
kapal.
b. Memperhatikan pasang surut air di pelabuhan.
c. Memperhatikan tangga, tross-tross, serta memasang rat guard pada
tali kepil.
d. Melarang orang-orang yang tidak berkepentingan naik ke kapal.
e. Membaca draft dan mencatat ship’s condition.
f. Mencegah polusi air maupun udara.
g. Mengkontrol pemakaian air tawar dan menjaga stabilitas kapal.

5. Serah terima tugas jaga


Menurut Manikome (2000 : 32) Serah terima tugas jaga Perwira-
perwira yang bertugas jaga tidak boleh menyerahkan kepada perwira
penggantinya, jika timbul keraguan bahwa penggantinya tidak mampu
untuk melaksankan tugas jaganya secara efektif, maka dalam hal ini
Nahkoda harus diberitahu. Perwira pengganti tugas jaga harus yakin
bahwa anggota-anggotanya penjaganya cukup mampu untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif. Jika pada saat penyerahan tugas
jaga sedang dilakukan operasi penting, maka hal ini harus diteruskan
oleh perwira yang akan digantikan, kecuali bilamana diperintahkan lain
oleh Nahkoda.
Tepat sebelum penyerahan tugas jaga, perwira pengganti harus
diberitahu oleh perwira yang bertugas jaga mengenai hal-hal sebagai
berikut :
a. Sebelum serah terima jaga, penjaga sebelumnya harus melaporkan
tugasnya kepada pengganti jaga dan menyakini laporan tersebut
telah mengerti dan melakukan tugas jaganya.
b. Jurnal juga telah diisi lengkap dan ditanda tangani oleh petugas jaga
lama sebagai pertanggung jawaban tugas jaga.
c. Posisi, haluan, kecepatan dan putaran mesin, jarak tampak, cuaca,
pasang surut dan arus pasang surut.
d. Bahaya dan kondisi yang mungkin akan dijumpai.
e. Kondisi operasional perlengkapan navigasi termasuk kesalahan dan
keterbatasannya.
f. Isyarat-isyarat atau lampu-lampu yang dipasang atau dibunyikan,
g. Keadaan alat-alat pemadam kebakaran.
h. Perintah-perintah tetap dan khusu dari Nahkoda.
i. Tiap keadaan penting lainnya terhadap keselamatan kapal, awak
kapal, muatan atau perlindungan lingkungan dari pencemaran.
j. Prosedur-prosedur untuk pemberitahuan kepada penguasa yang tepat
tentang pencemaran lingkungan sebagai hasil dari kegiatan kapal.

Perwira pengganti sebelum mulai bertugas jaga harus memeriksa bahwa :


a. Melakukan pemeriksaan keliling di sekitar akomodasi.
b. Periksan keadaan deck, system deteksi kebakaran.
c. Jurumudi dan autopilot paling sedikit 30 menit.
d. Kesalahan pedoman/gyro ditentukan paling sedikit satu kali tiap
jaga.
e. Bandingkan pedoman magnet dan gyro paling sedikit 30 menit.
f. Adakan pengujian autopilot tiap jaga.
g. Lakukan pengujian seluruh penerangan nevigasi dan isyarat tiap
jaga.
h. Peraturan tentang tindakan keselamatan dan perlindungan kebakaran
telah ditaati.
i. Tidak adanya kondisi atau hal ikhwal luar yang membahayakan
apapun lainnya.
6. Pelaksanaan tugas jaga
Menurut Manikome (2000 : 30-35) Melaksanakan tugas jaga harus :
a. Melakukan tugas keliling untuk memeriksa kapal secara berkala
pada waktu yang tepat.
b. Menaruh perhatian khusus pada :
1) Cuaca dan keadaan laut.
2) Penataan semua peraturan tentang keselamatan dan
perlindungan kebakaran.
3) Kedudukan air di got-got dan tanki-tanki.
4) Semua orang dikapal dan lokasinya, khususnya mereka yang
berada di dalam ruangan-ruangan jarak jauh dan tertutup
5) Pemasangan dan pembunyian secara tepat dari lampu-lampu
dan isyarat-isyarat bunyi.
c. Dalam cuaca buruk atau pada penerimaan peringatan topan,
mengambil tindakan seperlunya untuk melindungi kapal.
d. Mengambil tindakan purbajaga terhadap polusi lingkungan oleh
kapal.
e. Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal,
dibunyikan alarm, beritahukan Nahkoda, mengambil semua
tindakan yang mungkin guna mencegah kerusakan apapun pada
kapal, muatannya dan para pelayar di kapal dan jika perlu minta
bantuan dari penguasa di darat atau kapal-kapal yang berdekatan.
f. Mengetahui tentang kondisi stabilitas kapal sehingga bila terjadi
kebakaran, penguasa pemadam kebakaran di darat dapat
diberitahukan tentang banyaknya air yang dapat di pompakan di
kapal tanpa membahayakan kapal.
g. Memberikan bantuan kepada kapal atau orang yang dalam
marabahaya.
h. Mencatat didalam buku harian semua peristiwa penting mengenai
kapal.
7. Ketentuan tentang Familirisasi yang diinginkan oleh
konvensi STCW ’95
Ketentuan familiarisasi yg disyaratkan oleh ISM Code :
a. Bahwa setiap pelaut harus mengenal sebelum diberikan tugas-tugas.
b. Bahwa documentasi dari familiarisasi ini harus dipelihara.
c. Prosedur pengenalan kapal harus dikembangkan oleh perusahaan
dan diberikan kepada Nahkoda.
d. Prosedur-prosedur harus mengalokasikan cukup waktu untuk
pengenalan.
e. Prosedur-prosedur memasukkan ketentuan – ketentuan bahwa
familiarisasi diselenggarakan oleh personel yg sesuai dan memenuhi
kualifikasi yg cukup.
f. Bahasa yg dipakai dapat dimengerti oleh ABK yg baru bergabung.

8. Hubungan ISM Code dan convensi STCW ’95


ISM Code adalah ketentuan internasional tentang management untuk:
a. Pengoperasian kapal secara aman
b. Pencegahan pencemaran di laut

9. STCW Bab VIII: Tugas Jaga.


Bagian Aturan STCW ini akan diselaraskan dengan ILO MLC. ILO
MLC telah ditandatangani pada tahun 2006 dan dibuat sebagai aturan
baru yang mengatur hak para pelaut sehingga akan ada standar minimum
global tentang bagaimana pelaut diperlakukan harmonisasi dengan IMO
MLC. Ketika IMO (International Maritime Organization) melakukan
pengawasan atas sertifikasi berdasarkan Konvensi STCW, ILO
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Konvensi MLC. Ketika
ILO mengadopsi “Seafarers Bill of Rights” (Hak-Hak Dasar Pelaut) bagi
para pelaut di dunia, semua pihak – pemerintah, pelaut dan pemilik kapal
– memuji standar kerja baru ini sebagai perkembangan penting bagi
sektor industri dunia yang paling terglobalisasi.
IMO telah mengambil langkah penting untuk membangun
perlindungan di bidang keselamatan, sertifikasi dan polusi, tetapi sektor
ini dibanjiri dengan berbagai standar ketenagakerjaan internasional dari
sejak lebih dari delapan dekade terakhir. ILO MLC 2006 memodernisasi
standar-standar ini untuk :
a. Konsolidasi dan memperbarui lebih dari 60 Konvensi ILO dan
Rekomendasi-rekomendasinya yang telah pernah dibuat
sebelumnya.
b. Menetapkan persyaratan minimum bagi pelaut untuk bekerja pada
sebuah kapal.
c. Menangani kondisi kerja, akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan
dan katering, perlindungan kesehatan, perawatan medis,
perlindungan kesejahteraan dan jaminan sosial.
d. Mempromosikan kepatuhan bagi operator dan pemilik kapal dengan
memberikan fleksibilitas yang cukup pada pemerintah untuk
menerapkan persyaratan dalam cara yang terbaik disesuaikan
dengan undang-undang nasional masing-masing negara.
e. Memperkuat mekanisme penegakan/pelaksanaan pada semua
tingkatan, termasuk ketentuan untuk prosedur keluhan yang tersedia
bagi pelaut, pengawasan yang dilakukan oleh para pemilik kapal dan
nakhoda terhadap kondisi kapal-kapal mereka, yurisdiksi negara
bendera dan kontrol atas kapal mereka, dan inspeksi negara
pelabuhan pada kapal asing.
10. Ketentuan section B-VIII/1 STCW
Sesuai dengan section B-VIII/ 1 STCW untuk jaga di laut, dapat
ditetapkan sebagai teladan dalam jaga pelabuhan :
a. Dalam memperhatikan persyaratan-persyaratan untuk periode
istirahat, “Sesuatu kegiatan yang mendesak” harus hanya pekerjaan
kapal yang tidak dapat ditunda-tunda, demi keselamatan, atau
karena alasan-alasan lingkungan, atau yang tidak dapat diantisipasi
diawal pelayaran.
b. Meskipun untuk “kelelahan” tidak ada definisi yang seragam, tetapi
setiap orang yang terlibat dalam pengoprasian kapal harus selalu
waspada terhadap factor-factor yang dapat menyebabkan terjadinya
kelelahan tersebut, termasuk (tetapi tidak terbatas) factor-factor
yang disebutkan oleh organisasi, yang harus dipertimbangkan ketika
membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pengoprasian
kapal.
c. Dalam menerapkan peraturan VIII/1, hal berikut harus diperhatikan :
1) Ketentuan-ketentuan yang harus dibuat untuk mencegah
kelelahan, harus menjamin bahwa jam kerja yang berlebihan
atau tidak masuk akal tidak akan diterapkan didalam section A-
VIII/1 secara khusus, tidak boleh diartikan bahwa jam-jam kerja
yang selebihnya dapat dicurahkan pada tugas jaga atau tugas-
tugas lain.
2) Frekuensi dan lama periode istirahat, serta pemberian waktu
istirahat tambahan sebagai kompensasi, adalah merupakan
factor-factor materi yang mencegah terjadinya kelelahan.
3) Ketentuan-ketentuan dalam hal ini bervariasi untuk kapal-kapal
yang melakukan pelayaran-pelayaran pendek, asalkan
pengaturan keselamatan tetep diterapkan.
d. Pemerintah-pemerintah harus mempertimbangkan penerapan suatu
persyaratan yang mencatat jam-jam kerja dan istirahat bagi para
pelaut, dan catatan-catatan semacam ini harus diperiksa oleh
pemerintah yang bersangkutan secara berkala, guna menjamin
kepatuhan terhadap peraturan-peraturan terkait.
e. Berdasrkan informasi yang diperoleh dari penyelidikan kecelakaan-
kecelakaan laut, pemerintah harus meninjau kembali ketentuan yang
diberlakukannya sendiri, yang berkaitan dengan pencegahan
kelelahan.

11. Dinas Jaga Berdasarkan ISPS Code


“The Imo” menyatakan bahwa “The Internasional Ship dan Port
Facility Security Code (ISPS Code) adalah serangkaian langkah-langkah
komprehensif untuk meningkatkan keamanan kapal dan fasilitas
pelabuhan. ISPS Code terdiri atas dua bagian yaitu :
a. Bagian A
Berisi tentang persyaratan wajib untuk pemerintah Kapal/Perusahaan,
dan fasilitas pelabuhan.
b. Bagian B
Berisi tentang pedoman, latar belakang, pemenuhan, dan bantuan.
Keamanan Pelayaran (Maritim Security) dimasa sekarang dan akan
datang cenderung terganggu atau terancam karena semakin meningkatnya
ancaman terhadap kelancaran kegiatan pelayaran atau semakin luasnya
jangkauan kepentingan angkutan laut. Kapal sebagai sarana angkutan laut
dan pelabuhan sebagai interface angkutan laut dapat dimanfaatkan untuk
perbuatan yang merugikan banyak pihak, misalnya penyelundupan obat-
obat terlarang, pencurian muatan, bahkan kapal sebagai sarana angkutan
laut dapat digunakan sebagai senjata pemusnah masal.
Kalangan internasional, khususnya negara-negara anggota IMO melihat
ancaman terhadap keamanan pelayaran (Maritim Security) harus segera di
antisipasi, terlebih lagi setelah melihat peristiwa 11 September 2001 di mana
sarana transportasi udara dapat digunakan sebagai senjata yang
menghancurkan.
IMO melalui konferensi pada Desember 2002 menetapkan amandemen
terhadap SOLAS 1974, dimana SOLAS yang pada hakekatnya adalah tentang
keselamatan jiwa di laut, tetapi dengan amandemen ini maka SOLAS juga
mencakuk keamanan (Security) dan Pelabuhan (Darat). Dengan demikian
berarti keamanan kapal dana pelabuhan adalah bagian yang integral dari
keselamatan di laut. Hasil amandemen ini memperoleh suatu ketentuan
internasional yang mengatur masalah keamanan kapal dan fasilitas
pelabuhan. Ketentuan ini dikenal dengan nama ISPS Code (Internasional
Ship and Port Facility Security Code). Adapun tujuan ISPS Code :
a. Untuk menetapkan suatu kerangka kerja sama internasional yang
meliputi kerja sama antara negara-negara peserta, badan- badan pemerintah,
administrasi local, industri local, industri pelayaran dan pelabuhan untuk
mendeteksi ancaman keamanan yang mempengaruhi kapal fasilitas
pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan internasional.
b. Untuk menetapkan tanggung jawab dan peran masing-masing
negara peserta, badan-badan pemerintah, administrasi local, industri local,
industri pelayaran dan pelabuhan, pada tingkat nasional internasional
meningkatkan keamanan maritime.
c. Untuk memastikan pengumpulan dan pertukaran informasi yang
efektif yang terkait dengan keamanan.
Menyediakan suatu metodologi penilaian keamanan agar memiliki rancangan
dan prosedur mengambil langkah-langkah perubahan tingkat kerawanan
BAB V.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan dinas kapal di kapal di lakukan antara pukul


00.00-04.00.04.00-08-00.08-00-12.00 pergantian di lakukan
secara beraturan waktu

2. Kegiatan jaga di antaranya patroli keliling kapal dan


pengawasan kapal

3. Kendalah yang di hadapi selama melakukan dinas adalah


terkadang melawan rasa kantuk jika dinas di malam hari

B. SARAN

Selama mengalami dinas kapal saran saya hanya satu dalam satu
kali jaga perbanyak teman untuk menjaga agar pekerjaan
semakin ringan
C. DAFTAR PUSTAKA


LAPORAN PENELITIAN TARUNA KAPAL - Penelusuran
Googlewww.google.com


(DOC) LAPORAN a | Nando Aldi - Academia.eduwww.academia.edu

 BERBAGAI SUMBER
LAMPIRAN

( gambar data daftar hadir jaga kru kapal )


LAPORAN PRAKRERIN

DINAS JAGA KAPAL

DI SUSUN OLEH
NAMA : ANDI PUTRA WIJAYANTO
KELAS : Xll Nkpi

PROGRAM KEAHLIAN NAUTIKA KAPAL


PENANGKAP IKAN

UPT SMAKN 3 SELAYAR

Anda mungkin juga menyukai