Anda di halaman 1dari 24

ZAKAT DALAM PEREKENOMIAN MODERN

Dosen Pengampu: Hendro Lisa, SE. MM

Kelompok : 7

DISUSUN OLEH
ASWANDY
DIKI ZULPAN

STAI AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
karena rahmat dan hidayanya saya dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini disusun melalui berbagai sumber yang aktual dari beberapa
media serta perturan perundang undangan yang tentunya menjadi subjek dalam
penyusunan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan
pengertian kepada kita tentang tinjauan kondisi serta mengenal lebih dalam
tentang aturan yang secara jelas mengatur tentang mekanisme proses
Hukum Acara Pidana. Karena dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka segala masukan, kritik dan saran yang bertujuan membangun
makalah ini sangat diharapkan dan diterima secara terbuka. Akhir kata, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Tembilahan, 15 November 2021

Penulis

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendengar kata zakat kita sebagai umat Muslim tentunya sudah tidak asing
lagi, karena zakat termasuk ibadah yang wajib dikerjakan oleh umat Muslim.
Contoh waktu pelaksanaan zakat adalah ketika bulan Ramadhan. Ketika bulan
Ramadhan umat Muslim diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah, zakat tersebut
nantinya akan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.. Zakat yang
disetorkan bisa berupa uang ataupun makanan pokok (beras, gandum dan
sejenisnya), masing-masing diberikan kurang lebih senilai Rp50.000,- atau setara
dengan 3.5 liter beras (2.7 kg).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), zakat memiliki arti
jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam
dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat adalah
ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan
menentukan,1 baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun
(rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima, sebagaimana yang diungkapkan
dalam hadist Nabi,2 sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-
diin bidh-dharuurh atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian
mutlak dari keislaman seseorang.3
Zakat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Hal ini dapat
kita lihat, Allah SWT menyebut ‘zakat’ dan ‘shalat’ sebanyak 82 kali dalam kitab
suciNya. Allah mensyariatkan zakat sebagai pembersih harta serta pensuci jiwa,
sebagai manivestasi ibadah kita kepadaNya, dan juga sebagai bentuk kepedulian

1
Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ibadah fil-Islam, (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), hlm. 235.
2
Misalnya, dalam hadist riwayat Muslim dari Abdullah bin Umar, Shahih Muslim (Riyadh: Daar el-
Salaam, 1419 H), hlm. 31.
3
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial, (Bandung, 1994), hlm. 231.

3
kita terhadap sesama.4 Zakat juga diperhitungkan sebagai salah satu pondasi
sistem keuangan dan ekonomi Islam, karena zakat merepresentasikan diri sebagai
sumber utama dalam pembiayaan adh-dhman al-ijtima’I (jaminan sosial), jihad
dalam jalan Allah, sebagaimana zakat juga ikut berperan dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan keunggulan politik.
Zakat merupakan ajaran yang melandasi bertumbuh kembangnya sebuah
kekuatan sosial ekonomi umat Islam. Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran
zakat menyimpan beberapa dimensi yang kompleks meliputi nilai privat-publik,
vertikal-horizontal, serta ukhrawi dan duniawi. Nilai-nilai tersebut merupakan
landasan pengembangan kehidupan kemasyarakatan yang komprehensif. Bila
semua dimensi yang terkandung dalam ajaran zakat ini dapat diaktualisasikan,
maka zakat akan menjadi sumber kekuatan yang sangat besar bagi pembangunan
umat menuju kebangkitan kembali peradaban Islam.5
Jika dilihat dari segi makro, indikator kemajuan perekonomian suatu negara
tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya saja namun tingkat
pemerataannya juga merupakan tolak ukur kemajuan perekonomian negara.
Menurut KBBI, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan produk nasional bruto
dalam suatu negara. Produk nasional bruto adalah nilai pasar atas suatu barang
atau jasa yang dihasilkan suatu negara, produk nasional bruto terdiri atas belanja
pemerintah dan biaya pegawai, investasi swasta domestik, dan nilai bersih ekspor
barang dan jasa sebelum dikurangi penyusutan dan konsumsi barang-barang
modal. Sedangkan pemerataan adalah berapa besar barang dan jasa yang
diproduksi tersebut dapat dikonsumsi oleh penduduk dalam wilayah
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menunjukkan
pemerataan yang adil. Demikian juga sebaliknya, apabila pemerataan yang adil
belum tentu pertumbuhan ekonominya tinggi.
Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi dunia yang berlaku
semenjak lebih dari dua abad yang lalu menimbulkan dua efek penting yang

4
Husein As-Syahatah, Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Penghitungan Zakat Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Progressif), hlm. xi.
5
Safwan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Pendekatan Transformatif,
Cet. 1, (Jakarta: Citra Putra Bangsa, 1997), hlm. 33.

4
sangat menggalakkan, yaitu: (i) kemakmuran atau taraf hidup masyarakat
semakin meningkat, dan (ii) ia dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
penduduk yang terus bertambah jumlahnya. Walau bagaimanapun, sungguh
menyedihkan untuk menyadari kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut
bukanlah suatu peristiwa yang berlaku di semua negara. Negara-negara di Asia
dan Afrika tidak menikmati sepenuhya pertumbuhan ekonomi tersebut. Sehingga
pada pertengahan abad ke-20, kebanyakan negara berkembang belum mengalami
pertumbuhan yang berarti. Sebelum Perang Dunia Kedua, kehidupan di negara-
negara ini tidak banyak berbeda keadaannya ketika Revolusi Industri bermula.6
Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi dunia yang berlaku
semenjak lebih dari dua abad yang lalu menimbulkan dua efek penting yang
sangat menggalakkan, yaitu: (i) kemakmuran atau taraf hidup masyarakat
semakin meningkat, dan (ii) ia dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
penduduk yang terus bertambah jumlahnya. Walau bagaimanapun, sungguh
menyedihkan untuk menyadari kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut
bukanlah suatu peristiwa yang berlaku di semua negara. Negara-negara di Asia
dan Afrika tidak menikmati sepenuhya pertumbuhan ekonomi tersebut. Sehingga
pada pertengahan abad ke-20, kebanyakan negara berkembang belum mengalami
pertumbuhan yang berarti. Sebelum Perang Dunia Kedua, kehidupan di negara-
negara ini tidak banyak berbeda keadaannya ketika Revolusi Industri bermula.7
Analisis mengenai pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek
penting dalam teori makroekonomi. Analisis itu pada dasarnya memperhatikan
tetang kegiatan ekonomi negara dalam jangka panjang. Dalam membicarakan
mengenai pertumbuhan ekonomi dua hal penting perlu diperhatikan, yaitu:
1. Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Teori-teori yang menerangkan faktor penting yang menentukan
pertumbuhan.

6
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 421.
7
Sadono Sukirno, Ibid, hlm. 421.

5
Di samping itu, untuk memahami masalah-masalah pertumbuhan ekonomi
yang dihadapi negara-negara berkembang, terutama negara berkembang yang
masih rendah taraf pembangunan dan kemakmurannya, perlu pula diperhatikan
hal berikut: masalah-masalah yang dihadapi dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang. Seterusnya perlu diperhatikan bentuk-
bentuk kebijakan pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.8
Di era modern seperti sekarang ini, sudah bayak teknologi yang terus
berkembang. Bukan hanya teknologi, infrastruktur maupun ekonomi suatu negara
juga ikut berkembang. Karena banyaknya perkembangan yang terjadi maka
munculah istilah ekonomi modern . Apakah yang dimaksud dengan ekonomi
modern? Menurut KBBI, ekonomi adalah ilmu tentang asas-asas produksi,
distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan,
perindustrian, dan perdagangan) sedangkan arti kata modern menurut KBBI
adalah terbaru; mutakhir; sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai
dengan tuntutan zaman. Jadi, yang dimaksud dengan ekonomi modern adalah
suatu kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi suatu barang yang dilakukan
dengan teknologi yang canggih (modern). Contohnya seperti munculnya banyak
e-commerce (perdagangan elektronik), e-commerce sendiri mempunyai arti yaitu
penyebaran, penjualan maupun pembelian barang maupun jasa yang dilakukan
melalui media elektronik seperti televisi, internet dan sebagainya. Penjual hanya
perlu memasang iklan produknya di tv ataupun internet dan tidak perlu
menawarkan barangnya secara langsung kepada konsumen, sedangkan untuk
pembeli mereka bisa memesan barang atau jasa yang mereka inginkan hanya
lewat aplikasi dan tidak perlu datang langsung ke toko penjual. e-commerce tidak
hanya dipergunakan untuk berjualan ataupun membeli barang atau jasa saja.
Bahkan saat ini beberapa e-commerce mulai menyediakan layanan membayar
zakat online, contohnya Tokopedia, Tokopedia bekerja sama dengan lembaga
penyalur zakat tepercaya, seperti Baznas, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, ACT,
Laz Al-Azhar, dan NU Cares Lazisnu untuk menyalurkan zakat.
B. PEMBAHASAN

8
Sadono Sukirno, Ibid, hlm. 422.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-
barakatu ’keberkahan’ dan ash-shalahu ’keberesan’.9 Sedangkan secara istilah,
meskipun para ulama mengemukakan dengan redaksi yang agak berbeda antara
satu dan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu pula.10 Zakat sudah disyariatkan sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengingatkan
orang-orang mukmin agar menyisihkan sebagian hartanya kepada orang-orang
miskin. Ayat ini diturunkan ketika nabi Muhammad SAW masih berada di
Mekkah dan belum hijrah ke Madinah. Pada awalnya perintah tersebut masih
berupa anjuran, sebagaimana wahyu Allah yang terdapat dalam surah Ar-Rum
ayat 39,

Artinya: ” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”
Dan Surah At-Taubah ayat 103,
9
Majma Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu’jam al Wasith, (Mesir: Daar el Ma’arif, 1972), juz 1 hlm.
396.
10
Ibid, hlm. 396.

7
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata, yang walaupun mempunyai
arti yang berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala dipergunakan untuk
11
menunjukkan makna zakat, yaitu infak, sedekah dan hak, sebagaimana
dinyatakan dalam surah at-Taubah: 34, 60 serta surah al-An’aam: 141,

Surah at-Taubah: 34

Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-


orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengn jalan
yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
11
Infak dalah menyerahkan harta untuk kebajikan yang diperintahkan Allah SWT. Sedekah adalah
sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk mendekatkan diri keoada Allah SWT. Hak salah satu
artinya adalah ketetapan yang bersifat pasti. Lihat Majma’ Lughah al-‘Arabiyyah, ibid, hlm. 189,
511 dan 942.

8
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkanya di jalan
Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) azab yang pedih”

Surah at-Taubah: 60

Artinya: “Sesungguhya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin,
amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba
sahaya, untuk (mmbebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana.”
Zakat disebut infaq (at-Taubah:34) karena hakikatnya zakat itu adalah
penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah SWT.
Disebut sedekah (at-Taubah: 60 dan 103) karena memang salah satu tujuan utama
zakat adalah mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Zakat disebut hak
oleh karena memang zakat itu merupakan ketetapan yang bersifat pasti dari Allah
SWT yang harus diberikan kepada mereka yang berhap menerimanya
(mustahik).12

12
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 9.

9
B. Jenis-Jenis Zakat
Apabila dilihat secara umum, zakat terdiri dari dua jenis, yaitu: zakat fitrah
dan zakat maal (harta). Lalu, apakah perbedaan antara kedua jenis zakat ini?
Berikut akan saya jelaskan. Zakat fitrah adalah zakat yang hanya dikeluarkan oleh
umat Muslim pada saat bulan suci Ramadhan, biasanya zakat yang dikeluarkan
dapat berupa uang tunai atau makanan pokok (beras, gandum dan sejenisnya)
sebanyak 3.7 liter atau setara dengan 2.7 kg. Sedangkan zakat maal (harta) adalah
zakat yang dapat dikeluarkan kapan saja tanpa ada batasan waktu dan memiliki
banyak jenis zakat seperti, zakat penghasilan, perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, obligasi, tabungan, emas dan
perak dan lainnya. Masing-masing zakat tersebut memiliki perhitungannya
sendiri. Jadi, zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan berupa uang tunai atau
bahan makanan pokok dan hanya dikeluarkan di bulan Ramadhan, sedangkan
zakat maal (harta) adalah zakat yang bisa dikeluarkan kapan saja dan memiliki
beragam jenis serta perhitungan.

C. Tujuan dan Manfaat Zakat


Zakat merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan harta kekayaan
dari orang kaya kepada orang miskin. Allah tidak akan mungkin mensyariatkan
suatu perbuatan ibadah tanpa tujuan yang jelas. Dalam hal ini, Qardawi telah
menyebutkan dua macam tujuan penting dari ajaran zakat, yaitu tujuan zakat
untuk kehidupan individu dan tujuan zakat untuk kehidupan sosial.
Tujuan zakat untuk kehidupan individu, khususnya muzakki, meliputi
pensucian diri manusia dari sifat kikir dan suka menumpuk harta. Zakat dapat
mengajarkan manusia untuk gemar berinfak dan membantu meringankan
penderitaan saudaranya. Tujuan akhirnya adalah untuk memperkaya jiwa manusia
dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang dapat meninggikan harkat dan
martabat manusia melebihi martabat benda dan mengikis sifat materialisme
manusia. Adapun untuk mustahiq, zakat dapat menghilangkan sifat dengki dari
orang-orang yang menerima zakat itu.13

13
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hlm. 52.

10
Tujuan yang kedua adalah dampaknya terhadap kehidupan sosial. Zakat
merupakan satu bagian dari sistem jaminan sosialdalam Islam untuk
menanggulangi problem kesenjangan, kemiskinan dn gelandng, hingga bencana
alam ataupun bencana kuartal. Zakat dapat memainkan peranan yang besar untuk
mengatasi semua permasalahan itu jika dikelola secara profesional. Sekarang
banyak jaminan sosial seperti asuransi dan berbagai macam bantuan sosial yang
disediakan oleh negara atau ditawarkan oleh perusahaan komersial. Namun, zakat
lebih menjanjikan sebab dasar pijakannya bukan semangat kesetiakawanan sosial
saja namun berdimensi spiritual. 14
Zakat mempunyai banyak manfaat yang besar, manfaat tersebut bisa
dirasakan oleh muzakki (orang yang berzakat) maupun oleh mustahik (penerima
zakat). Manfaat berzakat, antara lain:
a) Zakat bisa membersihkan harta yang dimiliki,
b) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT,
c) Zakat dapat menimbulkan rasa kemanusiaan yang tinggi,
d) Menghilangkan sifat kikir,
e) Membantu perekonomian sesama Muslim ke arah yang lebih baik,
f) Menimbulkan sikap saling tolong-menolong

D. Syarat-syarat Harta Menjadi Sumber Zakat


Setiap barang yang akan dijadikan sumber zakat tentu saja harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan ketentuan ajaran Islam.
Apabila syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, maka secara otomatis harta tersebut
belum bisa dianggap sebagai sumber zakat. Oleh karena itu, wajib untuk
memenuhi syarat-syarat tersebut apabila ingin berzakat.

Sedekah itu bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang bersifat material
atau kebendaan semata, akan tetapi juga mencakup hal-hal yang bersifat
nonmaterial, seperti memberi nasihat, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
mendamaikan dua orang atau dua kelompok yang sedang bertentangan,membaca

14
Sudirman, Ibid, hlm. 53.

11
tasbih, tahmid, tahlil, dan sebagainya. Dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim
dari Abu Dzar,15 ia berkata, yang artinya,

“Sekelompok sahabat Nabi SAW berkata kepadanya bahwa orang-orang kaya


telah berangkat dengan membawa banyakpahala. Mereka shalat sebagaimana
kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, tetapi mereka mampu
bersedekah dengan kelebihan dn keunggulan harta mereka. Rasulullah SAW
bersabda, ‘Bukankah Allah telah menjadikan buat kamu sekalian, sesuatu yang
kalian bisa bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah. Menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, mencegah
kemungkaran adalah sedekah,dan pada kemaluan seseorang di antara kamu pun
adalah sedekah.’ Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW andaikan seseorang
dari kami menyalurkan syahwatnya, apakah ada pahala?’ Rasulullahmenjawab,
‘Bagaimana pendapat kalian, jika ia menempatkan (menyalurkan) syahwatnya
pada yang haram, apkah baginya akan dosa? Demikian pula jika ia
menyalurkann syahwatnya pada yang halal, pasti akan ada pahala baginya.’”

Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau objek zakat adalah sebagai
berikut.
Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.
Artinya harta yang haram, baik substansi benda-benda maupun cara
mendapatkannya, jelas tidak dapatdikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT
tidak akan menerimanya.16
Kedua,harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan
seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui pembelian saham, atau
ditabungkan. Harta yang tidak berkembang atau tidak berpotensi untuk
berkembang, maka tidak akan dikenakan kewajiban zakat. Kuda untuk berperang

15
Shahih Muslim, (Riyadh: Daar El-Salaam, 2000), hlm. 837, hadist No.2329.
16
Didin Hafidhuddin, Ibid, hlm. 20.

12
atau hamba sahaya, di zaman Rasulullah SAW termasuk harta ya tidak produktif.
Karenannya tidak menjadi sumber atau objek zakat.17
Ketiga, milik penuh, yaitu harta tersebut berada di bawah kontrol dan di
dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut seagian ulama bhwa harta itu
berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersankut dengan hak orang
lain,dan ia dapat menikmatinya.18
Keempat, harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai
nishab, yaitu jumlah minimal yng menyebabkan harta terkena kewajiban zakat.
Contohnya nishabzakat emas adalah 85 gram, nishab zakat hewan ternak dan
kambing adalah 40 ekor, dan sebagainya.19 Sedangkan, Abu Hanifah berpendapat
bahwa banyak atau sedikit hasil tanaman yang tumbuh di bumi, wajib dikeluarkan
zakatnya,20 jadi tidak ada nishab.
Kelima, sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan,
emas dan perak, harus sudah berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh
muzakki dalam tenggang waktu satu tahun. Contohnya tenggang waktu antara
Muharram 1421 H sampai dengan 1422 H. Inilh yng disebut persyaratan al-
haul.21
Keenam, sebagai ulama mahzab Hanafi22 mensyaratkan kewajiban zakat
setelah terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat dikeluarkan
setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri atas
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka berpendapat bahwa yyang
dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi,
akan mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan dalam hidup.

E. Ekonomi Modern

17
Didin Hafidhuddin, Ibid, hlm. 22.
18
Didin Hafidhuddin, Ibid, hlm. 22-23.
19
Didin Hafidhuddin, Ibid, hlm. 24.
20
Ibn Mas’ud al-Kasaami al-Hanafi, Badaaiu’ Al-Shanaaii’, (Beirut, Daar el-Fikr, 1996), Juz 2, hlm.
83.
21
Didin Hafidhuddin, Ibid, hlm. 25.
22
Ibnu ‘Abidin, Raddul Mukhtar, (Mesir, Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1966), Juz 2, hlm. 263.

13
Perekonomian modern yang benihnya mulai muncul sejak terjadinya
Revolusi Industri telah bergerak selama dua abad dengan berbagai fluktuasinya.
Secara garis besar Kondratief dalam Djojohadikusumo 23 mengungkapkan tiga
gelombang jangka panjang perekonomian negara-negara industri, yaitu sebagai
berikut.
Gelombang Pertama (1780-1840) mulai akhir abad XVIII dengan
tahap awal Revolusi Industri. Tenaga manusia diganti oleh mesin. Investasi secara
besar-besaran dilakukan dalam pembuatan berbagai rupa dan jenis peralatan
mesin. Satu sama lain itu membawa perubahan pda sifat dan corak
ketenagakerjaan. Efek sekunder dari investasi itu dengan munculnya indistri-
industri baru juga menimbulkan permintaan baru dalam tingkatnya maupun dalam
sifatnya.
Gelombang Kedua (1840-1890) berawal sekitar tahun 840 dan
berkenaan dengan perluasan jaringa kereta api, mekanisasi di bidang pertanian
dan penggunaan pupuk kimia. Hal itu juga ada hubungannya dengan pembukaan
kawasn baru dalam dunia Barat (terutama di Amerika Serikat) dan imperialisme
negara-negara industri Barat untuk menguasai wilayah-wilayah baru di berbagai
benua lain. Gelombang kedua ini berlangsung sampai pada tahap perekonomian
ekonomi dimana jaringan kereta api mendapat saingan berat dari kendaraan
bermotor (industri otomotif).
Gelombang Ketiga (1890-1940) ditandai oleh banyaknya investasi di
bidang tenaga listrik, yang pada gilirannya diterapkan secara luas di berbagai
bidang dan jenis industri. Hal itu disertai oleh investasi dalam bidang
pengangkutan dan komunikasi. Munculnya era kendaraan bermotor membawa
serta investasi dalam prasarana fisik (jaringan jalan, jembatan).Menjelang Perang
Dunia I (yang dua dasawarsa kemudian disusul oleh Perang Dunia Kedua) sangat
menonjol peningkatan dan perluasan industri persenjataan beserta industri-industri
pendukungnya.
Berdasarkan beberapa gelombang jangka panjang perekonomian negara-
negara industri di atas, kita bisa mengetahui bahwa perekenomian modern ini

23
Djojohadikusumo, op. cit., hlm. 325.

14
telah ada sejak tiga abad yang lalu. Dan telah membawa banyak perubahan di
sektor ekonomi dan akhirnya berdampak pada manusia zaman sekarang ini, dan
perekonomian modern itulah yang menyebabkan munculnya mesin-mesin yang
bekerja untuk menggantikan tenaga manusia.

F. Sumber-sumber Zakat dalam Perekonomian Modern


Dalam sektor perekonomian bisa diperoleh berbagai macam sumber-
sumber zakat. Sektor-sektor perekonomian tersebut meliputi sektor pertanian,
sektor perternakan, sektor industri, dan sektor jasa. Sumber-sumber zakat yang
diperoleh dari sektor pertanian berupa berupa makanan pokok seperi beras,
gandum, jangung dan sejenisnya. Dari sektor peternakan dapat diperoleh sumber-
sumber zakat berupa hewan ternak yang diperjual belikan, madu serta produk-
produk hewani lainnya (daging sapi, susu sapi, susu kambing dan sebagainya).
Sedangkan dari sektor industri dapat diperoleh sumber zakat seperti bahan
tambang, emas, perak dan sejenisnya. Dan yang terakhir dari sektor jasa, terdapat
sumber zakat yang berupa asuransi syariah.
Menurut Dr. K.H. Didin Hafudhuddin, M.Sc. sumber-sumber zakat dalam
perekonomian modern ada 10 macam, yaitu:
a) zakat profesi,
b) zakat perusahaan,
c) zakat surat-surat berharga,
d) zakat perdagangan mata uang,
e) zakat hewan ternak yang diperdagangkan,
f) zakat madu dan produk hewani,
g) zakat investasi properti
h) zakat asuransi syariah
i) zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias, dan sektor
modern lainnya yang sejenis, dan
j) zakat sektor rumah tangga modern.

G. Peranan Zakat Bagi Bank dan Perusahaan-perusahaan Islam

15
a) Manajemen Zakat (Bait al-Mal Milik Umat Islam)
Tidak hanya keuangan saja yang memiliki manajemen, zakat juga
memiliki manajemennya sendiri. Seperti yang telah ditulis sejarah bahwa zakat
adalah salah satu pemasukan negara dalam bidang keuangan yang mempunyai
tempat khusus atau yang dinamakan bait al-mal. Dalam masalah zakat negara
juga memiliki pekerja khusus di dalamnya, di antaranya adalah pekerja yang
mengumpulkan harta zakat, pencatat dan penjaganya. Para pencatat di dalamnya
bertugas untuk mencatat harta zakat yang masuk dan keluar.Di samping itu ada
penghitung zakat yang membntu mereka. Para penghitung tersebut harus dari
orang yang ahli dalam perhitungan dan teliti, kalau tidak maka administrasi yang
ada dalam harta zakat akan kacau dan tidak stabil.24

b) Upah Pekerja Zakat


Upah pekerja zakat diambil dari bait al-mal, sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan dan sesuai dengan kemampuan masing-masing pekerja.
Pendistribusian zakat tidak hanya dilakukan setahun sekali saja, tetapi dilakukan
secara terus menerus. Oleh karena itu, zakat yang dikelurkan sudah sesuai dengan
ketentuan agama dan gaji pekerja buka berasal dari bank.25

c) Pendikotomian Zakat Per Daerah Bukan Pemusatan pada Bank-Bank


Islam
Dari ketentuan agama, zakat diterima dari suatu daerah dan harus
dikeluarkan pada daerah itu juga. Oleh karena itu sangat penting dan dibutuhkan
penebaran bank-bank Islam di daerah-daerah sebagai tempat penyimpanan harta
zakat sehingga dalam praktik pembagian dan juga pengumpulannya menjadi
mudah dan sederhana.26
Pendikotomian zakat per daerah sebagai dasar praktik yang mengharuskan
sistem tersebut membagikan hasil zakat kepada masyarakat sekitar yang berhak.

24
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan
Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) hlm. 121.
25
Abdul Al-Hamid Mhmud Al-Ba’ly, Ibid, hlm. 122.
26
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ibid, hlm. 122.

16
Ketika harta zakat pada suatu daerah berlimpah dan melebihi kebuttuhan, maka
akan diberikan kepada daerah paling dekat yang memiliki kekurangan. Dengan
cara ini akan terwujud kesempurnaan dan peningkatan pada negara-negara
Islam.27

H. Pengaruh Zakat dalam Mewujudkan Keseimbangan Ekonomi


Menurut Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly dalam bukuya yang
berjudul ‘Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah’ terdapat
lima pengaruh zakat dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi, yaitu:

a) Zakat Diambil Sebagian Secara Vertikal dan Pembagiannya Secara


Horizontal
Zakat diambil secara vertikal apabila telah mencapi nisabnya, yaitu
sebagai batasan minimal wajibnya zakat yang dikeluarkan. Begitu pula dengan
ukuran barang yang wajib dikeluarkan untuk berzakat. Kelebihan harta yang
dimiliki ditentukan sesuai ketetapan dari ahli fiqih. Sedangkan pembagian zakat
dilakukan secara horizontal atau merata kepada setiap kelompok yang
membutuhkan, yaitu delapan kelompok yang disebutkan dalam ayat tentang zakat.
Pada masalah di atas bahwa pengambilan harta zakat tidak ada batasan
maksimal,di samping itu pembagian zakat dilakukan secara horizontal (merata)
kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan sehingga keseimbangan
ekonomi bisa terwujud secara terus menerus. Paling sedikit unsur pembagian
kepada delapan kelompok tersebut menjadi batasan diberikannya harta zakat.

b) Zakat yang Dikeluarkan dan Dapat Menutupi Kebutuhan adalah


sebagai Ukuran Pengeluarannnya
Jika ukuran zakat yang diberikan kepada fakir miskin sudah menutupi
kebutuhan hidup mereka, maka itu adalah ukuran pengeluaran zakat yang tepat.
Ukuran zakat yang dikeluarkan harus sesuai dengan harga-harga yang berlaku di
pasaran serta kebutuhan hidup. Oleh karena itu, bank-bank Islam harus

27
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ibid, hlm. 123.

17
mengadakan pengkajian, penelitian tentang kondisi dan keadaan ekonomi
masyarakat, sehingga bank bisa mengetahui apa saja kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakat, pemasukan mereka, dan tingkat ekonomi secra fakta
bukan perkiraan.

c) Pengaruh Zakat dalam Permintaan Ekonomi


Permintaan Ekonomi adalah kumpulan dari permintaan-permintaan
individu yang menginginkan suatu barang dengan harga yang sesuai dengan
kemmpuan mereka dan mereka berusaha untuk membelinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat adalah salah satu tambahan
pemasukan atau sebagai pemasukan baru. Zakat akan menyebabkan adanya
peningkatan permintaan suatu barang. Sedangkan pada sektor produksi akan
menyebabkan bertambahnya produktivitas karena meningkatnya permintaan suatu
barang, sehingga perusahaan-perusahaan yang sudah ada bisa bergerak maju,
bahkan bisa memunculkan perusahaan-perusahaan baru untuk ikut menghadapi
permintaan-permintaan tersebut serta modal yang masuk ke perusahaan juga akan
bertambah banyak. Setiap barang merupakan sesuatu yang penting dan merupakan
kebutuhan mendasar bagi masyarakat, setiap itu pula permintaan tidak akan
berubah. Hal inilah yang akan menyebabkan tingginya produktivitas perusahaan
dan modal-modal yang diinvestasikan.
Timbulnya peningkatan permintaan, akan dibuktikan dengan zakat yang
diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.Dan peningkatan pembelian
tidak akan terjadi kecuali dengan adanya tambahan pemasukan, salah satunya
adalah zakat.

d) Zakat adalah Kebiasaan yang Harus Dijalankan untuk


Mengembalikan Pemerataan Keuangan
Dapat diambil kesimpulan dari hukum-hukum zakat, di antaranya;
1. Batalnya hailah pemilik harta yang telah mencapai nisab pada jenis
harta apa pun yang wajib di keluarkan zakatnya. Penjualan,
perusakan, penghibahan pada harta zakat yang telah mencapai

18
nisab sebelum sampai haul tidak akan menggugurkan kewajiban
zakat.
2. Pemberi zakat dilarang untuk membeli zakatnya sesuai yang
diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Umar r.a. bahwa’Umar r.a. melihat
kuda yang digunakan untuk peperangan sedang dijual dan dia ingin
membelinya. Kemudian Rasulullah SAW bertanya tentang hal
itu.Dan beliau mengatakan, “Janganlah kamu beli kuda ini!.
(HR.Bukhari, Muslim, Abu Daud dan An-Nasa’i)
3. Pemberi zakat dilarang untuk membagikan harta zakat kepada
mereka yang wajib dia nafkahi yang tidak mempunyai hak
menerima zakat.28
4. Tidak boleh memberikan harta zakat kepada Imam, hakim,29
keluarga nabi dan keturunannya.
5. Tidak diperbolehkan bagi orang yang kaya untuk menghindari dari
kewajiban membayar zakat.30
6. Tidak diperbolehkan memberi zakat kepada orang yang
mempunyai penghasilan besar.31

e) Pengaruh Zakat pada Tingkat Ekonomi


Ketika zakat diambil dari orang yang mempunyai pemasukan tinggi dan
zakat diberikan kepada orang yang mempunyai pemasukan terbatas, maka
kecondongan konsumtif dari orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih sedikit
dibandingkan orang yang berpenghasilan terbatas. Pengaruh optimistic dari zakat
adalah pengecilan tingkat perbedaan antara kecondongan konsumtif akan menjadi
semakin besar ketika zakat telah dilaksanakan dibandingkan dengan sebelumnya.
32

I. Efek Zakat Terhadap Perilaku Konsumsi


28
Al-Mughny, Jilid II, 647. Nail al-Authar, Jilid. IV, hlm. 189.
29
Al-Bahr al-Zukhar, Jilid III, hlm. 185.
30
Al-Mughny, Jilid II, hlm. 523.
31
Al-Majmu Li al-Nawawy, Jilid,VI, hlm. 161.
32
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ibid, hlm. 128.

19
Yusuf Qardlawi (1993) menyatakan bahwa Allah SWT., mewajibkan
zakat dan menjadikannya sebagai salah satu penyangga agama Islam, zakat
diambil dari golongan kaya dan didistribusikan kepada golongan miskin, agar
dengan zakat mereka dapat memenuhi kebutuhan material primernya seperti
sandang, pangan, papan, dan juga kebutuhan psikologisnya seperti perkawinan,
juga kebutuhan intelektual. Hal ini seiring dengan hipotesis yang dikemukakan
Metwally (1995: 48). Pengaruh zakat terhadap fungsi konsumsi dalam
pendapatan, dalam diagram diilustrasikan sebagai berikut:
Pengaruh zakat terhadap fungsi konsumsi dalam pendapatan

C = Fungsi konsumsi dapat zakat


C = Fungsi konsumsi dengan zakat

Sumber: Metwally: terjemahan: 1995

Dengan begitu, secara kalkulasi materiil, pemberlakuan zakat dalam


ekonomi Islam akan menguntungkan pihak yang mempunyai hasrat konsumsi
yang lebih tinggi, di mana pihak surplus mengorbankan pengalihanaset sebesar
2,5% dari jumlah asetnya untuk konsumsi pihak deficit. Hal ini artinya zakat
tidak saja mampu meningkatkan aset pihak defisit tetapi juga segala macam
pendapatan. Di lain pihak Metwally (1995:49) menegaskan bahwa hasrat
konsumsi seorang penerima zakat lebih tinggi dibandingkan dengan pembayar
zakat. Maka, upaya pendayagunaan dana zakat dalam bentuk distribusi produktif
tentunya harus memperhitungkan perilaku konsumsi dari pihak deficit agar tujuan
dari fungsi zakat sebagai instrumen pemerataan pendapatan dapat tercapai.

20
Di samping itu, zakat juga membantu umat Muslim untuk mengekang
(Zuhud) keinginannya dan kecintaanya pada harta, sebagaimana zakat dapat
membinanya untuk melakukan instrospeksi dan pengendalian diri serta
membiasakan umat Muslim untuk mensyukuri nikmat dari Allah dan bersyukur
kepada orang yang dijadikan Allah SWT sebagai perantara nikmat tersebut.33
Di sisi lain zakat juga mempunyai pengaruh besar pada kepribadian orang
yang berzakat sehingga ia akan selalu berlapang dada dalam menghadap Allah
SWT., sebab ia telah memberikan sesuatu untuk kepentingan akhiratnya engan
meyakini bahwa setiap dirham dan dinar yang telah dinafkahkannya dalam
bentuk zakat dan sedekah akan menjadi suatu kebaikan bagi dirinya. Allah SWT.,
berfirman:
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat,
dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” 
Dengan begitu, sistem ekonomi Islam sangat menekankan pentingnya
solidaritas di kalangan umat Islam. Hal ini akan terwujud dengan baik dalam
bentuk keadilan distributif, dengan cara menggunakan peranti dan metode-metode
untuk mengalokasikan kesejahteraan di antara pribadi-pribadi dalam masyarakat.
Muhammad Al Buraey (1986:99) menekankan bahwa zakat memenuhi dua tujuan
distributif yaitu: “ Pendistribusian kembali (retribusi) pendapatan di antara yang
memerlukan dan yang berlebih, serta adanya alokasi antara konsumsi dan

33
M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan,(Jakarta:Kencana Predana Media Group) hlm. 232-233.

21
investasi”. Dengan cara ini maka akan terjadi distribusi pendapatan dalam diri
sendiri (intergenerasi).34

34
M. Arief Mufraini, Ibid, hlm. 232-235.

22
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa zakat mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan
perekonomian negara. Karena dengan adanya zakat, masyarakat yang memiliki
kebutuhan terbatas dapat terpenuhi kebutuhannya dan zakat juga membuat tingkat
produktivitas meningkat karena adanya permintaan yang tinggi akan suatu barang,
dapat meningkatkan modal di suatu perusahaan, dan dapat membuat Indonesia
mempunyai banyak perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh WNI dan hal ini
dapat menyebabkan meningkatnya produk-produk lokal yang ada di pasaran.
Sehingga dapat membuat masyarakat memakai dan mencintai produk-produk
lokal Indonesia.
Saat ini, zakat juga sudah bisa dibayarkan secara online. Hal ini sudah
sesuai dengan berkembangnya zaman, sehingga akan memudahkan masyarakat
yang tidak sempat menyetorkan zakatnya langsung kepada penyalur zakat.
Mereka hanya perlu menggunakan aplikasi-aplikasi e-commerce dan
membayarnya via transfer bank, hal ini sangat praktis dan efisien karena
prosesnya sangat cepat dan tidak rumit serta bisa dilakukan kapan saja, dimana
saja dan oleh siapa saja.
Dengan adanya zakat keseimbangan ekonomi akan terjaga, karena zakat
juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Maka tidak diragukan lagi
manfaat-manfaat yang timbul karena adanya zakat, kita sebagai umat Muslim
haruslah taat membayar zakat. Selain karena sebagai bentuk perwujudan
keimanan kita kepada Alah SWT, melatih diri untuk tidak mencintai harta kita,
zakat juga dapat menyejahterakan masyarakat dan bisa menyeimbangkan
perekonomian negara. Sehingga, tingkat kemiskinan, kriminalitas dan sum area
bisa diatasi sehingga terciptalah kesejahteraan ekonomi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr. K.H. Didin Hafidhuddim, M.sc. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern.
Jakarta: Gema Insani
https://kbbi.web.id/
Dr. Husein As-Syahatah. 2004. Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Perhitungan
Zakat Kontemporer. Jakarta: Pustaka Progressif.
Sadono Sukirno. 2017. Makroekonomi Teori pengantar. Edisi 1. Cet. 21. Jakarta:
Rajawali Pers.
QS. At-Taubah: 103
QS. At-Taubah: 34
QS. Al-An’aam: 141
Sudirman, M.A. 2007. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN
Malang Press.
M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat:
Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan.
Jakarta:Kencana Predana Media Group.

24

Anda mungkin juga menyukai