Anda di halaman 1dari 7

Strategic Volume 17 No.

1 (2017) Page 9 - 14

Co-Branding Dan Pengaruhnya Terhadap Brand Image


R. Pratama, B. Widjajanta & G. Razati
Universitas Pendidikan Indonesia
rommy.pratama@student.upi.edu

ABSTRACT ARTICLE INFO:


The purpose of this study was to determine the effect of Credit Article history:
Problems and Profitability. The methodology of this research was Received 19 Desember 2016
carried out in a period of five years, for ten banks, in the framework Revised 20 Desember 2016
of the research design used was historical data, for non-random Accepted 22 Desember
samples using historical data, the design of this study used pooled 2016
Available online 12 Mei
design. This study uses a descriptive and verification approach with
2017
hypothesis testing methods and data analysis techniques using panel
data regression. The findings of this study are Credit Problems
Keywords:
affecting Profitability. The difference is determined in the Brand Image,
independent variables, objects and research methods, population Co-Branding
and research samples, research period, measurement tools and
research results, as well as sources of theory and foreign journals
and foreign books and research results.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Masalah Kredit dan Kata Kunci:
Profitabilitas. Metodologi penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu lima Brand Image,
tahun, selama sepuluh bank, dalam rangka desain penelitian yang digunakan Co-Branding
adalah data historis, terhadap sampel non-acak menggunakan data historis,
maka desain penelitian ini menggunakan pooled Desain. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif dan verifikasi dengan metode uji
hipotesis dan teknik analisis data menggunakan regresi data panel. Temuan
penelitian ini adalah Kredit Masalah memengaruhi Profitabilitas.
Perbedaannya ditentukan dalam variabel independen, objek dan metode
penelitian, populasi dan sampel penelitian, periode penelitian, alat
pengukuran dan hasil penelitian, serta sumber teori dan jurnal asing dan
buku asing serta hasil penelitian.

PENDAHULUAN Banyaknya pengguna maka secara tidak


Pertumbuhan teknologi yang begitu tinggi langsung pendukung dari smartphone yaitu dalam
telah menyebabkan kondisi pasar semakin dinamis, hal ini operator semakin menjamur untuk
persaingan di antara produsen-produsen alat mengakomodasi kebutuhan pengguna smartphone
teknologi dan komunikasi khususnya pada industri yang cukup tinggi. Dengan begitu pengguna
smartphone semakin meningkat. smartphone dapat memilih operator sesuai dengan
Salah satu buktinya dapat dilihat pada kebutuhan, dan tidak dibatasi oleh minimnya sarana
tahun 2013 Indonesia mempunyai 27,4 juta pendukung smartphone.
pengguna. Pada tahun 2015 pengguna aktif masih Persaingan industri telekomunikasi yang
mengalami kenaikan sebesar 14 juta pengguna semakin hari semakin ketat memaksa setiap
menjadi 52 juta pengguna aktif. operator melakukan kebijakan-kebijakan untuk
(id.techinesia.com). menyelamatkan keberadaan perusahannya. Tak
Indonesia menjadi pasar smartphone terkecuali dengan Axis, namun dengan banyaknya
dengan pertumbuhan pengguna paling pesat. Hal jumlah operator aktif yang berada di Indonesia
ini dikarenakan pola konsumsi konsumen pada saat membuat Axis tak mampu lagi bersaing dan
ini yang selalu menginginkan sebuah kemudahan mengalami kerugian yang cukup besar setiap
dalam komunikasi yang dapat mendukung kegiatan tahunnya. Axis dihadapkan oleh dua pilihan sulit,
mereka sehari-hari baik dalam pekerjaan maupun yaitu Axis kemungkinan besar bangkrut atau
hal yang lainnya. selamat melalui merger atau akuisisi.

9
R. Pratama, B. Widjajanta & G. Razati.,
CO-BRANDING DAN PENGARUHNYATERHADAP BRAND IMAGE| 10

Ini mengharuskan Axis mencari cara bisnisnya. Top brand memberikan arti penting bagi
bagaimana agar perusahannya dapat bersaing kompetisi merek di pasar, karena top brand mampu
kembali dengan empat operator besar lainnya, memberikan ukuran kesuksesan sebuah merek di
yakni Telkomsel, Indosat, XL, dan Tri. Merger pasar. Berikut Tabel 1.2 merupakan data top brand
adalah win win solution karena semua stakeholders index Simcard prabayar.
diuntungkan. Pada tanggal 26 September 2013
akhirnya XL menandatangani perjanjian untuk Tabel 1.2
mengakuisisi Axis. Top Brand Index
Perusahaan telekomunikasi yang Kategori Telekomunikasi Simcard Prabayar
beroperasi di Indonesia menunjukkan persaingan Tahun 2016
yang sangat ketat. Hal ini dikarenakan
No Merek 2014 2015 2016 Top
perkembangan arus informasi yang meningkat 1 Simpati 30.2% 34.6% 35.5% TOP
drastis, sehingga dibutuhkan jasa telekomunikasi 2 XL Prabayar 16.7% 14.1% 14.8% TOP
yang mampu memberikan kualitas layanan terbaik 3 IM3 16.9% 14.0% 15.4% TOP
untuk memenuhi kebutuhan para pengguna jasa 4 Kartu As 13.9% 10.1% 10.4%
5 Tri 8.9% 9.0% 11.3%
telekomunikasi di Indonesia. Setiap perusahaan 6 Axis 8.1% 6.9% 5.1%
telekomunikasi di Indonesia bersaing untuk Sumber : Top Brand Award (2016)
memenangkan pangsa pasar yang ada dengan
berusaha memberikan kualitas layanan terbaik yang Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat top
dimiliki. Berikut adalah data market share pelaku brand index Axis pada 2014-2016. Pada tahun
industri operator seluler di Indonesia seperti yang 2016, top brand index Axis mengalami penurunan
dapat dilihat pada Tabel 1.1. sebesar 1,8% dari tahun sebelumnya yaitu 6.9%.
Simpati yang merupakan pesaing utama dari Axis
Tabel 1.1 mengalami peningkatan top brand index pada
Market Share Operator Seluler tahun 2016 sebesar 1.1%, dari tahun sebelumnya
Tahun 2012-2015 34.6%. Sedangkan top brand index IM3 mengalami
kenaikan pada tahun 2016 sebesar 1.4% dari tahun
No Operator 2012 2013 2014 2015
46.20 43.55%
sebelumnya 14.0%. XL sebagai perusahaan yang
1. Telkomsel 45.50% 41.04% mengakuisisi Axis mengalami kenaikan top brand
%
2. Indosat
22.10
24.70% 22.01%
21.00% index sebesar 0.7%.
% Terjadinya penurunan nilai top brand
23.00 25.05%
3. XL Axiata
%
21.90% 26.00% index pada operator merek Axis kembali
4 Axis 8.70% 7,90% 10.95% 10.40% menunjukkan adanya permasalahan yang terjadi
Sumber : Hukumonline (2015) pada merek tersebut dan diindikasikan masalah
tersebut berkaitan dengan cara pandang konsumen
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat terhadap citra merek Axis. Menurut Burmann et al
market share dari masing-masing operator besar (2008), “Brand image is important determined of a
yang ada di Indonesia. Telkomsel masih menguasai buyer’s behavior”. Brand image merupakan
market share ditahun 2015 sebesar 43.55% determinasi penting dalam perilaku konsumen.
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya Setiap perusahaan pada dasarnya
41.04%. Namun demikian market share Telkomsel menginginkan brand image dari perusahaan
masih tetap menguasai pasar operator seluler di mereka terus dapat dipertahankan bahkan
Indonesia. Market share XL di tahun 2015 ditingkatkan, termasuk pada operator Axis. Pada
mengalami kenaikan 1,05% menjadi sebesar kondisi persaingan yang semakin sengit, hal
27,05% berhasil mengungguli Indosat yang tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan.
mempunya market share sebesar 23.00. Disini Axis Perusahaan membutuhkan berbagai macam upaya
pun mengalami kenaikan market share namun tidak untuk dapat mempertahankan brand image yang
cukup signitifkan, kenaikannya hanya 0,4% selama ini telah dibangun.
dibanding tahun sebelumnya 8,1% menjadi 9,2%. Perkembangan bisnis telekomunikasi
Persaingan dalam Industri komunikasi dalam hal ini operator seluler membuat banyak
yang berkonsentrasi pada bidang operator seluler perusahaan berlomba-lomba mengembangkan
berdasakan merek mengalami fluktuasi setiap kualitas layanan mereka. Perkembangan tersebut
tahunnya. Banyaknya merek produk yang diikuti oleh semakin banyaknya operator lain
dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan melakukan inovasi produk yang semakin
komunikasi di Indonesia dalam hal ini operator bervariatif . Membangun brand image yang kuat
seluler, menambah fakta begitu kuatnya persaingan merupakan strategi pemasaran yang tepat untuk
yang ada di industri tersebut untuk menjadikan mempertahankan konsumen yang perlu dilakukan
brand produk mereka menjadi yang terbaik (top oleh Axis ditengah sengitnya persaingan yang
brand) guna memperkuat dan memperluas
11 | Strategic Volume 17 No. 1, 2017 Page 9 - 14

terjadi karena makin bervariatif nya strategi kerjasama. meskipun merek dengan citra yang
pemasaran merek lain. rendah mendapatkan manfaat besar dari co-
PT. XL Axiata Tbk sebagai pemegang branding, merek dengan citra yang tinggi tidak
merek XL dan Axis melaksanakan berbagai akan berpengaruh bahkan ketika dipasangkan
program dan strategi guna mengahadapi persaingan dengan merek yang mempunyai citra rendah.
dengan perusahaan lain. Dalam pelaksanaan Meski sekarang Axis dibawah naungan
program dan strategi pemasarannya perusahaan PT XL Axiata, tapi tim dalam setiap brand (Axis
memfokuskan untuk memperkuat penyebaran arus dan XL) dipisah sehingga mereka bisa lebih fokus
informasi tentang kualitas terhadap merek Axis, untuk menggarap bisnisnya masing-masing dengan
dalam bentuk promosi maupun pengetahuan segmentasi pasar yang berbeda.
produk yang melibatkan konsumen sehingga lebih Menurut McCarthy dan Van Hoene
interaktif dan diharapkan dapat membantu (2014:1) “Co-branding deal, two or more
meningkatkan penilaian konsumen terhadap merek companies come together and strategically nerge
XL. some of their own products, services, design, colour
Program pemasaran yang dilakukan oleh or logos to come up with a new marketable product
merek Axis dilakukan melalui media-media online or service.”
seperti Facebook maupun media elektonik melalui Philip Kotler (2012:334) mendefinisikan
iklan televisi. Selain itu, Axis sedang gencar co-branding sebagai dua atau lebih brand yang
melancarkan strategi dual-brand atau biasa disebut sudah dikenal dikombinasikan, dimana satu sama
juga dengan co-branding pasca merger pada tahun lain saling memperkuat dan berharap mendapat
2014 lalu dengan XL. Namun demikian, perhatian dari audiens baru.
peluncuran kembali merek Axis merupakan tindak Berdasarkan dari uraian permasalahan
lanjut dari proses merger dan akuisisi sebelumnya. yang telah dikemukakan, maka perlu dilakukan
Keputusan mempertahankan merek Axis untuk penelitian mengenai “Pengaruh Co-branding
memberikan layanan yang lengkap kepada Terhadap Brand image Operator Seluler Axis
pelanggan, sesuai dengan kebutuhan masing- (Survey pada pengguna kartu Axis di media online
masing. facebook)”.
Penggabungan dua merek inilah yang Adapun tujuan penelitian ini adalah :
menjadi strategi baru Axis dalam mempertahankan 1. Memperoleh temuan mengenai gambaran
eksistensinya ditengah gempuran sengitnya pengaruh co-branding Axis dengan XL.
persaingan dengan operator lain. Agar produknya 2. Untuk memperoleh temuan mengenai gambran
semakin kuat dan saling melengkapi satu sama lain brand image Axis.
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan 3. Untuk memperoleh temuan megenai pengaruh
demikian salah satu kebijakan yang diambil oleh co-branding terhadap brand image Axis.
PT Axis Telekom Indonesia adalah dengan cara
penggabungan dua merek atau disebut juga dengan KAJIAN PUSTAKA
co-branding. Co-branding merupakan format Pemasaran merupakan salah satu kegiatan
kerjasama antara dua atau lebih merek yang sudah atau aktivitas penting yang dilakukan oleh
memiliki pengakuan secara signitifkan dari perusahaan dalam usahanya untuk bertahan,
costumer, dimana masing-masing partisipan berkembang dan tentunya untuk mendapatkan laba.
memiliki brand yang sangat kuat. Biasanya co- Salah satu kegiatan pemasaran adalah memenuhi
branding terjalin dalam durasi medium dan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta berusaha
longtern dan membangun potensi nilai yang saling bagaimana citra merek makin berkembang.
berhubungan. Phillip Kotler (2010:322) Kegiatan pemasaran merupakan faktor
mendefiniskan co-branding sebagai dua atau lebih penting pada sebuah perusahaan dalam
merek yang dikenal dikombinasikan didalam mempertahankan kelangsungan usaha yang
penawaran, dimana atu sama lain saling dilakukan. Untuk memberikan gambaran yang
memperkuat dan berharap dapat perhatian dari lebih jelas mengenai pemasaran, berikut adalah
konsumen baru. pengertian pemasaran menurut para ahli. Terdapat
Menurut Washburn et al (2000) “Co- pendapat beberapa ahli tentang konsep pemasaran.
branding is a win/win strategy for both co-branding Menurut George E. Belch dan Michael A.
partners regardless of whether the original brands Belch (2007:8) “Pemasaran sebagai fungsi
are perceived by consumers as having high or low organisasi dan seperangkat proses untuk kreasi,
brand equity. Although low equity brands may komunikasi dan penyampaian nilai kepada para
benefit most from co-branding, high equity brands pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan
are not denigrated even when paired with a low yang memberikan manfaat bagi organisasi dan para
equity partner. pemangku kepentingan (stakeholders) yang
Co-branding merupakan upaya memiliki hubungan erat dengan organisasi.”
menguntungkan bagi kedua merek yang melakukan
R. Pratama, B. Widjajanta & G. Razati.,
CO-BRANDING DAN PENGARUHNYATERHADAP BRAND IMAGE| 12

Menurut David L Kurtz (2008:7), Menurut Kotler (2012:334) co-branding


“Pemasaran adalah fungsi organisasi dan sebuah adalah pemasaran dengan menggabungkan produk
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, mereka dengan produk dari perusahaan lain dengan
dan mengirimkan nilai untuk konsumen dan berbagai cara. Dalam co-branding (penetapan
mengatur hubungan dengan konsumen sebagai cara merek bersama), disebut juga penetapan dua merek
menguntungkan perusahaan dan juga pihak (dual branding) atau penguatan merek gabungan
berkepentingan. (brand bundling) dua atau lebih merek terkenal
Sedangkan menurut Lamb et al (2008:3), digabungkan menjadi satu produk bersama atau
“Marketing is the activity, set of institutions, and lebih merek terkenal digabungkan menjadi satu
processes for creating, communicating, delivering, produk bersama atau dipasarkan bersama dalam
and exchanging offerings that have value for beberapa cara.
customers, clients, partners, and society at large”. Menurut Wei Lun Chang (2009:1) “Co-
Pemasaran adalah kegiatan, mengatur lembaga, dan branding is a marketing arrangement to utilize
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, multiple brand names on a single product or
memberikan, dan bertukar penawaran yang service. also, co brandiang can be seen as atype of
memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan strategic alliance between two parties.” Co-
masyarakat pada umumnya. branding adalah pengaturan pemasaran yang
Teori lain mengenai manajemen bertujuan untuk memanfaatkan beberapa nama
Pemasaran menurut Kottler dan Keller (2012:5) merek pada suatu produk dan pelayanan. selain itu,
adalah, “The art and science of choosing target co-branding juga dapat dilihat sebagi jenis strategi
markets and getting, keeping, and growing aliansi antara dua pihak atau lebih.
customers through creating, delivering, and Menurut McCarthy dan Van Hoene
communicating superior customer value.” (2014:3) “Co-branding deal, two or more
Manajemen pemasaran merupakan seni dan companies come together and strategically nerge
pengetahuan dalam memilih target pasar, some of their own products, services, design, colour
medapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan or logos to come up with a new marketable product
konsumen melalui menciptakan, menyampaikan, or service.“ Dalam kesepakatan co-branding dua
dan mengkomunikasikan nilai konsumen yang atau lebih perusahaan bersama sama melakukan
lebih unggul. kerjasama dengan menggabungkan produk mereka,
Menurut Kotler dan Amstrong (2012:8), pelayanan, bentuk, warna, atau logo untuk
“Pemasaran adalah seni dan pengetahuan dalam dijadikan sebuah merek baru berupa produk atau
memilih target pasar dan membangun hubungan jasa.
yang menguntungkan dengan konsumen”. Berdasarkan definisi dari beberapa para
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa co-
oleh para ahli, maka dapat dikatakan bahwa branding adalah penggabungan antara dua merek
pemasaran adalah suatu proses atau aktivitas untuk atau lebih untuk memperkuat merek agar mendapat
menciptakan, mengkomunikasikan, dan perhatian dari konsumen baru.
memberikan nilai kepada pelanggan melalui Menurut Dickinson dan Barker
produk yang ditawarkan. (2007:276) terdapat lima dimensi Co-branding
Menurut Gronholm (2012:5), indikator yaitu:
konsep pemasaran dapat dikelompokkan menjadi a. Familiarity
lima bagian, yaitu: b. Product fit / co-brand match
1. Marketing strategy c. Reputation
2. Marketing concept d. Attitude toward co-branding
3. Marketing research e. Trust
4. Marketing segmentation Saat ini banyak perusahaan yang berusaha
5. Marketing mix memberi perhatian lebih kepada pembentukan
Marketing mix merupakan konsep brand image. Brand image dapat dijadikan
pemasaran yang sudah lama berkembang dan referensi oleh konsumen dalam memberikan
dipakai oleh berbagai kalangan dalam dunia bisnis. informasi mengenai merek atau produk yang
Konsep pemasaran marketing mix pada intinya ditawarkan oleh perusahaan. Menciptakan image
memusatkan kemampuan perusahaan untuk merupakan tantangan tersendiri bagi sebuah
menganalisis kebutuhan yang paling diharapkan perusahaan karena pembentukan image tidak dapat
oleh konsumen. Menurut Chong dalam Chai Lee dilakukan dengan waktu yang singkat.
Goi (2009), indikator marketing mix pada awalnya Brand image terbentuk melalui proses
hanyalah price (harga). Namun pada yang sangat kompleks dengan melibatkan
perkembangannya, indikator marketing mxx perusahaan dan konsumen. Konsumen akan
berkembang menjadi 4P, yaitu price, place, mengeluarkan timbal balik berupa penilaian kepada
product, promotion. perusahaan apabila perusahaan tersebut dapat
13 | Strategic Volume 17 No. 1, 2017 Page 9 - 14

memneuhi apa yang konsumen inginkan. Apabila a way to increase the scope and influence of
sebuah perusahaan memiliki image yang baik brands, enter new markets, reduce costs through
dimata konsumen maka perusahaan tersebut dapat economies of scale and refresh a brand’s image.
dipastikan akan dapat bertahan ditengah sengitnya For established brands, it offers the opportunity to
persaingan pada saat ini. create an entirely new income stream or to boost
Shimp (2007:38) Brand image didasari sales of existing products. For new brands, it may
oleh berbagai ketertarikan yang dikembangkan oleh bring instant credibility in a normally sceptical
konsumen pada setiap waktu, brand, seperti marketplace.”
manusia dapat berupa gagasan yang mempunyai Co-branding merupakan suatu inovasi yang
masing-masing personality mempunyai keunikan tersendiri. Ini merupakan
Supranto dan Limakrisna (2007:132) salah satu cara untuk dapat meningkatkan pengaruh
Brand image adalah apa yang konsumen pikir dan merek, memasuki pasar baru, mengurangi biaya
rasakan ketika mendengar atau melihat suatu merek melalui skala ekonomi dan menyegarkan citra
dan apa yang konsumen pelajari tentang merek. merek. Untuk merek-merek mapan, co-branding
Brand image disebut juga memori merek yang menawarkan kesempatan untuk menciptakan arus
skematis, berisi interpretasi pasar sasaran tentang pendapatan yang baru atau untuk mendongkrak
karakteristik produk, manfaat produk, situasi penjualan produk yang ada. Untuk merek-merek
penggunaan dan karakteristik pemasaran. baru, co-branding akan membawa dampak positif
Menurut Freddy Rangkuti (2008:20), yang sudah terlebih dahulu diciptakan oleh merek
brand image memiliki empat komponen utama sebelumnya. Dampaknya akan sangat bagus
yaitu: apabila merek baru dapat mengimbangi merek lama
1. Brand association (asosiasi merek) dalam hal co-branding.
2. Favorability of brand association Co-branding adalah fenomena lama
(meningkatkan potensi merek) dalam dunia pemasaran, dimana dua perusahaan
3. Strength of association brand (kekuatan atau lebih bergabung dan melakukan segala macam
asosiasi merek) aktivitas untuk memberikan nilai tambah atas
4. Uniqueness of brand association produk hasil co-branding tersebut.
(keunikan asosiasi merek)
Menurut Wijaya (2011:16)
mengungkapkan bahwa brand image memiliki
empat manfaat yaitu:
1. Functional benefits
2. Emotional benefits
3. Symbolic benefits
4. Social benefits
Para pemasar selalu mencari cara paling
efektif dan efisien untuk memasarkan produknya
baik berbentuk barang maupun jasa. Keterbatasan Gambar 2.1
biaya operasional dari sebuah perusahaan membuat Paradigma Penelitian
setiap perusahaan membutuhkan strategi yang jitu.
Persaingan yang semakin kompetitif menjadi salah METODE PENELITIAN
satu faktor yang membuat banyak perusahaan Objek dalam penelitian ini adalah
terpakasa harus menghentikan kegiatan pengguna kartu operator Axis di media online
operasionalnya karena ketidaksiapan dalam Facebook. Dalam penelitian ini, paper
menghadapi persaingan. menggunakan metode penelitian deskriptif dan
Menurut Kotler dan Keller (2012:345) verifikatif. Suharsimi Arikunto (2010:8)
“For co-branding to succeed, the two brands must menjelaskan bahwa penelitian deskriptif
separately have brand equity adequate brand merupakan penelitian yang bertujuan untuk
awareness and a sufficiently positive brand memperoleh deskriptif tentang ciri-ciri variabel.
image”. Untuk menciptakan co-branding yang Sedangkan penelitian verifikatif pada dasarnya
baik, dua merek secara terpisah harus memiliki ingin menguji kebenaran suatu hipotesis yang
ekuitas merek yang memadai dan citra merek yang dilakukan melalui melalui pengumpulan data di
bagus. Karena dengan begitu merek baru yang lapangan.
telah digabungkan akan mempunyai nilai atau citra Metode yang digunakan dalam penelitian
lebih di mata konsumen sehingga akan ini adalah explanatory survey dengan teknik sample
memudahkan konsumen memilih merek tersebut. jenuh dan jumlah responden sebanyak 115 orang.
Menurut Blackett dan Boad (2000) “Co- Teknik analisis data yang digunakan dalam
branding reflects the true spirit of branding, which penelitian ini adalah regresi linier sederhana.
has to do with innovation and distinctiveness. It is
R. Pratama, B. Widjajanta & G. Razati.,
CO-BRANDING DAN PENGARUHNYATERHADAP BRAND IMAGE| 14

Teknik pengumpulan data yang digunakan Pernyataan tersebut diperoleh melalui


adalah studi kepustakaan, observasi, wawancara, pengujian hipotesis dengan menggunakan metode
kuesioner. Sedangkan teknik analisis data yang regresi linier sederhana dan menghasilkan sebuah
dilakukan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. persamaan regresi ditunjukan dengan besar
perubahan brand image (Y) yang terjadi mengikuti
HASIL DAN PEMBAHASAN perubahan co-branding (X) sebesar sebesar 53,175.
Hasil penelitian mengenai pengaruh co- Artinya bahwa jika tidak ada co-branding (X=0)
branding terhadap brand image operator seluler maka brand image sebesar 53,175 satu satuan nilai.
Axis di media online facebook Industri Bandung Koefisisen regresi 0,301 satu satuan nilai
menghasilkan gambaran sebagai berikut: artinya setiap terjadi peningkatan co-branding akan
Berdasarkan setiap dimensi co-branding, meningkatkan brand image sebesar 0,301 satu
persentase tertinggi dari responden terhadap satuan nilai dan sebaliknya jika terjadi penurunan
variabel co-branding terdapat pada dimensi co-branding akan menurunkan brand image sebsar
product fit co-branding sebesar 87,92%. Data 0,301 satu satuan nilai. Koefisien determinasi
tersebut menunjukkan bahwa kesamaan sebesar 12,3%, artinya brand image yang dapat
keunngulan Axis dan XL cukup baik, artinya dipengaruhi oleh co-branding (X) oleh persamaan
masing-masing merek menyasar segmen yang regresi Y = 53,175 + 0,301X adalah sebesar 12,3%,
berbeda sehingga menjadikan Axis dan XL unggul sisanya sebesar 87,7% dipengaruhi faktor lain.
pada segmennya masing-masing. Sedangkan Berdasarkan hasil penelitian,
persentase terendah dari responden terhadap membuktikan teori yang telah dipaparkan pada Bab
variabel co-branding terdapat pada dimensi II bahwa co-branding secara positif dapat
reputation sebesar 84,42%. mempengaruhi brand image pada operator Axis
Berdasarkan setiap dimensi brand image. dan diduga kinerja co-branding juga dapat
Indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada mempengaruhi brand image pada merek lainnya.
dimensi brand association dengan persentase
95,97%. dimensi brand association merupakan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dimensi yang menjelaskan sejauh mana ingatan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
konsumen mengenal merek Axis. Sehingga dapat dilaksanakan dengan berdasarkan kepada uraian
diartikan bahwa responden dapat mengenali Axis teori-teori dan pengujian analisis korelasi dan
dengan baik, salah satunya berdasarkan keunikan analisis regresi sederhana mengenai pengaruh co-
promo yang dimiliki. branding terhadap brand image Axis dapat
Dimensi dengan persentase terendah disimpulkan bahwa co-branding secara
terdapat pada dimensi strength of association brand keseluruhan memiliki pengaruh yang signifikan
dengan persentase 85,25%. Karena termasuk terhadap brand image Axis dengan perolehan nilai
kedalam dimensi dengan persentase terendah, Axis koefisien determinasi sebesar 12,3% yang termasuk
perlu terus meningkatkan kekuatan merek di mata dalam kategori lemah. Sedangkan sisanya sebesar
konsumen. 87,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti dalam penelitian ini.
dilakukan, didapatkan hasil bahwa terdapat Penerapan co-branding yang dilakukan
pengaruh antara co-branding terhadap brand oleh Axis memiliki pengaruh yang signifikan,
image. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai namun termasuk pada kategori lemah atau rendah.
korelasi (r) sebesar 0,350 yang berarti terdapat Hal ini menunjukkan perlu adanya perbaikan oleh
pengaruh antara co-branding dan brand image perusahaan terhadap pelaksanaan strategi yang
dalam kategori korelasi sedang. Hasil perhitungan dilakukan saat ini, terutama dalam menciptakan
koefisien determinasi menujukkan nilai sebesar reputation. Media sosial facebook dan website
12,3% yang berarti perubahan brand image seharusnya perlu untuk ditingkatkan kinerjanya.
dipengaruhi sebesar 12,3% oleh co-branding, Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain dengan meningkatkan daya tarik halaman media
diluar penelitian sebesar 87,7%. sosial facebook dengan lebih banyak aktif dalam
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan interaksi dengan konsumen agar
membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan memudahkan konsumen dalah hal memilih ataupun
perhitungan uji signifikansi α 0,05 dengan derajat memakai produk Axis. Sehingga dengan begitu
kebebasan (dk) = n-2, (dk)= 115-2 maka diperoleh reputasi Axis dapat menjadi lebih baik.
dk 113 atau 1,98 dari ttabel dengan taraf kesalahan
5%. Penentuan hipotesis diterima apabila thitung > DAFTAR PUSTAKA
ttabel maka diperoleh hasil thitung > ttabel yaitu Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur
3,974 > 1,98, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara co-branding
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
terhadap brand image. Yogyakarta: Bina Aksara
15 | Strategic Volume 17 No. 1, 2017 Page 9 - 14

Belch, George. And Michael E. Belch. 2007. Rangkuti, Freddy. 2008. The Power Of
Advertising And Promotion, An Brands. Jakarta: Gramedia.
Integrated Marketing Communications
Perspective. New York: Mc Graw-Hill. Shimp, Terence A. 2007, Integrated Marketing
Communication In Advertising And
Blackett, Tom And Boad, Bob. 2000. Co- Promotion Edisi Ketujuh. New York:
Branding: The Science Of Alliance. Mcgrawhill.
London: Mcmillan Press. Ltd.
Supranto, J Dan Limakrisna. 2007. Perilaku
Boone, Louis E. And David L. Kurtz. 2008. Konsumen Dan Strategi Pemasaran
Contemporary Marketing 13th Edition. Untuk Memenangkan Persaingan
South Western College. Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Burmann, B And Evans, J.R 2008. Retail Washburn, J. H., Till, B. D., & Priluck, R.
Management: A Strategic Approach. (2000). Co-Branding: Brand Equity
Pearson Publishers. And Trial Effects. Journal Of Consumer
Marketing, 17(7), 591–604.
Chung, Wei Lung. 2009. Roadmap Of Co-
Branding Positions And Strategies.
Taiwan. Tamkang University.

Dickinson S, And Barker A. 2007. Evaluations


Of Branding Alliances Between Non-
Profit And Commercial Brand Partners:
The Transfer Of Affect, International
Journal Of Nonprofit And Voluntary
Sector Marketing,

Goi, Chai Lee. 2009. A Review Of Marketing


Mix: 4s Or More. International Journal
Of Marketing Studies Vol 1. Malaysia.
Curtin University Of Technology.

Gronholm, Taru. 2012. Marketing Concepts In


Practise. Lahti University Of Applied
Sciences.

Kotler, Philip And Gary Armstrong. 2012.


Principles Of Marketing. New Jersey:
Pearson

Lamb, Charles., Joe Hai, And Carl Mcdaniel.


2008. Marketing. Cengage Learning.

Mccarthy, Kelly And Samantha Von Hoene.


2014. Co-Branding: A Sweet Business
Strategy. San Fransisco, Sideman &
Bancroft.

Anda mungkin juga menyukai