Anda di halaman 1dari 4

OTONOMI DAERAH

Kali pertama di Indonedia diberlakukan sistem pemerintahan dengan sistem otonomi


daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Autos yang berarti sendiri
dan namos yang berarti aturan.
Dengan begitu, otonomi dapat diartikan pengaturan sendiri, mengatur, atau memerintah sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangga sendiri sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan menurut seorang ahli bernama Kansil, otonomi daerah adalah suatu bentuk hak dan
wewenang berikut kewajiban dari sebuah daerah untuk dapat mengatur serta mengurus urusan
daerah sendiri berdasaran peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam artian sempit, otonomi diartikan mandiri, dan dalam arti luas diartikan berdaya. Maka,
otonomi daerah bisa diartikan sebagai suatu kemandirian daerah untuk mengurus, berbuat, dan
memberikan putusan untuk kepentingan daerahnya sendiri.
Namun, dalam melaksanakan otonomi, tiap daerah tetap dikontrol oleh pemerintah pusat sesuai
undang-undang.
Untuk mengenal lebih dalam mengenai otonimi daerah, kamu perlu memahami juga tujuan,
prinsip, asas, pelaksanaan, dan dasar hukumnya.
Berikut ini rangkuman pengertian otonomi daerah, tujuan, prinsip, asas, pelaksanaan, dan dasar
hukumnya, dikutip dari laman Belajargiat dan Salamadian, Selasa (9/3/2021).

Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


1. Tujuan otonomi daerah
Tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah sebagai berikut:
 Dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
 Dapat mengembangkan kehidupan yang berasaskan demokrasi.
 Dapat mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
 Dapat mewujudkan pemerataan daerah.
 Dapat memelihara hubungan yang serasi dan baik antara pusat dan daerah serta
antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
 Dapat mendorong upaya pemberdayaan masyarakat.
 Dapat menumbuhkan prakarsa sekaligus kreativitas, meningkatkan peran masyarakat,
serta mengembangkan peran dan fungsi dari pihak DPRD.
 
2. Prinsip otonomi daerah
Selanjutnya, terdapat tiga prinsip dalam penyelenggaraan otonomi daerah, yakni:
 Prinsip otonomi seluas-luasnya. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah akan diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri berikut
pemerintahannya, kecuali jika terdapat wewenang yang menurut peraturan perundang-
undangan memang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat.
 Prinsip otonomi nyata. Berdasarkan prinsip ini, suatu daerah diberi kewenangan untuk
menangani urusan pemerintahan yang didasarkan atas tugas, wewenang, dan kewajiban
yang secara nyata sudah ada serta mempunyai potensi untuk dapat terus tumbuh,
berkembang, sekaligus hidup sesuai potensi suatu daerah tertentu.
 Prinsip otonomi yang bertanggung jawab. Prinsip ini bermakna dalam suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan, harus pula disesuaikan dan diperhatikan tentang adanya
tujuan dan maksud dari pemberian otonomi. Tujuan yang ingin dicapai menurut prinsip
ini adalah mampu memberdayakan masing-masing daerahnya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan di masyarakat luas.

Asas dan Pelaksanaan Otonomi Daerah


3. Asas otonomi daerah
Asas-asas untuk menyelenggarakan otonomi daerah pada dasarnya ada tiga, yaitu:
 Asas desentralisasi. Asas ini bermakna adanya penyerahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada daerah-daerah otonomi berdasarkan struktur Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
 Asas dekonsentrasi. Asas ini bermakna adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepadagubernur sebagai representasinya di tingkat daerah.
 Asas tugas pembantuan. Asas ini bermakna bahwa terdapat sebuah penugasan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat kepada suatu daerah otonomi dan oleh kepala daerah
kepada kepala desa dalam rangka melaksanakan tugas tertentu yang disertai adanya
ketentuan tentang pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia.
 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terdapat 3
jenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Asas-asas tersebut adalah desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan.
1.    Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mengurus urusan daerahnya sendiri berdasarkan asas otonom.
2.    Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab
urusan pemerintahan umum.
3.   Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau
dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

4. Pelaksanaan otonomi daerah


Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat memperbaiki kesehjateraan
masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah cukup penting dalam rangka pengembangan suatu
daerah yang disesuaikan dengan potensi dan kekhasan masing-masing.
Melalui kebijakan sistem otonomi daerah bisa menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi
pemerintah daerah untuk dapat membuktikan kemampuan secara maksimal dalam melaksanakan
kewenangan yang sejatinya adalah hak dari tiap tiap daerah.

Dasar Hukum Otonomi Daerah


5. Dasar hukum otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah mempunyai beberapa dasar hukum, yaitu:
 Pasal 18 ayat (1) sampai (7), Pasal 18A ayat (1) dan (2), serta Pasal 18B ayat (1) dan (2)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan
 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang merevisi
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai