Anda di halaman 1dari 11

JIMKESMAS

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT


VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,

ANALISIS KEJADIAN STRES KERJA PADA PERAWAT


DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
TAHUN 2017

Zhafarina Nastiti Jundillah1 La Ode Ali Imran Ahmad2 La Ode Ahmad Saktiansyah3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123
zhafarinanastitij@gmail.com1 imranoder@gmail.com2 saktiansyah89@gmail.com3

ABSTRAK

Stres akibat kerja merupakan gangguan fisik dan emosional sebagai akibat ketidaksesuaian antara kapasitas,
sumber daya atau kebutuhan pekerja yang berasal dari lingkungan pekerjaan. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain cross-sectional atau potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran tingkat stres kerja dan hubungan beban kerja dan lingkungan kerja perawat di Kabupaten Konawe
Kepulauan Tahun 2017. Sebagai sumber informasi dan rujukan mengenai kejadian stres kerja pada perawat di
Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang berada
di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 orang dan teknik
pengambil sampel menggunakan total sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi-squre pada tingkat
kepercayaan 95% ( =0,05). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 17 perawat mengalami stres berat dan 66
perawat mengalami stres ringan, beban kerja (ρ value = 0,002), kejenuhan (ρ value = 0,000) merupakan faktor
penentu kejadian stres. Sedangkan faktor lingkungan (ρ value = 0,225) bukan merupakan faktor penentu
kejadian stres kerja pada perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2017. Kesimpulan, perawat di
Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2017 lebih banyak mengalami stres ringan, beban kerja berat, kejenuhan
kerja, lingkungan kerja kurang baik. Terdapat hubungan antara beban kerja dan kejenuhan kerja terhadap
kejadian stres kerja pada perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2017. Tidak terdapat hubungan
antara lingkungan kerja dengan kejadian stres kerja pada perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun
2017.
Kata kunci : Stres, beban kerja, kejenuhan, faktor lingkungan, perawat

THE ANALYSIS OF THE JOB STRESS OCCURRENCE AMONG NURSES


IN DISTRICT OF KONAWE ISLANDS IN 2017

Zhafarina Nastiti Jundillah1 La Ode Ali Imran Ahmad2 La Ode Ahmad Saktiansyah3
Faculty of Public Health Halu Oleo University123
zhafarinanastitij@gmail.com1 imranoder@gmail.com2 saktiansyah89@gmail.com3

ABSTRACT

Occupational stress is a physical and emotional disturbance as a result of a mismatch among the capacity, the
resources or the needs of workers coming from the work environment. The purpose of this study was to describe
the job stress level and to determinant the related of workload and the work environment to the job stress
occurence among the nurses in District of Konawe Islands in 2017. This study was quantitative study with
cross-sectional design. The population in this study were all nurses located in Konawe Islands in 2017. The
samples in this study were 83 people and the technique of sampling used total sampling. The statistical analysis
used Chi-square test at 95% confidence level (α = 0.05). The results indicated that 17 nurses were severe stress
and 66 nurses were mild stress, the workload (ρ value = 0.002) and the saturation (ρ value = 0.000) is the
determining factor of stress events. While environmental factors (ρ value = 0.225) is not a determining of job
stress occurence among nurses in Distrct of Konawe Islands in 2017. The conclusion, nurses in Konawe 2017
Islands more experienced mild stress, heavy workloads, job saturation, unfavorable work environment. There is
a relationship between the workload and the job saturation with the job stress occurence among nurses in
District of Konawe Islands in 2017. There was no relationship between the work environments with the job
stress occurence among nurses in District of Konawe Islands in 2017.
Keywords: stress, workload, saturation, environmental factors, nurses

1
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
PENDAHULUAN Tenggara berada diurutan 9 dengan prevalensi
Stres akibat kerja merupakan gangguan fisik jumlah ganguan mental dan emosional terendah dan
dan emosional sebagai akibat ketidaksesuaian antara data ini masih dibawa data nasional jumlah gangguan
kapasitas, sumber daya atau kebutuhan pekerja yang mental dan emosional. Meskipun prevalensi
berasal dari lingkungan pekerjaan. Kondisi tersebut gangguan mental emosional atau stres di Sulawesi
dapat memicu terjadinya stres karena beban kerja Tenggara masih di bawa data nasional namun jika
yang tidak sesuai, buruknya lingkungan sosial, konflik, masalah ini tidak diatasi dengan sungguh-sungguh
yang terjadi, lingkungan kerja yang berbahaya. bahkan tidak mungkin masalah ini akan menjadi
Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman tersebut besar kedepannya4.
menjadi peranan yang penting dalam menyebabkan Penelitian yang dilakukan tahun 2006
terjadinya stres kerja. Padahal stres kerja secara menyatakan sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang
langsung dapat mempengaruhi keselamatan dan bekerja mengalami stres kerja, sering merasa pusing,
kesehatan pekerja. Hal ini dikarenakan stres kerja lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban
dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak
bahkan terjadinya kecelakaan kerja1. memadai6.
Data International Labour Organization (ILO) Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi
Tahun 2015 menyatakan bahwa setiap 15 detik 1 Sulawesi Tenggara, prevalensi penduduk umur ≥ 15
pekerja di Dunia meninggal akibat kecelakaan kerja tahun di Kota Kendari tahun 2013 yang mengalami
dan 160 perkerja mengalami sakit akibat kerja. Pada gangguan mental emosional atau stres sebesar 2,2 %.
tahun 2014 ILO mencatat angka kematian Kabupaten dengan jumlah prevalensi gangguan
dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja mental emosional tertinggi yang ada di Sulawesi
sebanyak 2 juta kasus setiap tahunnya. Menurut data Tenggara adalah Kabupaten Muna dengan prevalensi
hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 gangguan mental dan emosional sebesar 10,3%
provinsi di Indonesia tahun 2015, jumlah kasus sedangkan Kabupaten dengan jumlah ganguan
penyakit umum pada pekerja ada sebanyak mental dan emosional terendah yang ada di Sulawesi
2.999.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit yang Tenggara adalah Kabupaten Konawe Selatan dengan
berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 prevalensi gangguan mental dan emosional sebesar
kasus2. 0,8%7.
Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tugas-tugas pokok perawat adalah
disebutkan bahwa pelaksaan keselamatan kerja melaksanakan pengkajian perawatan, melaksanakan
dilakukan salah satunya untuk mencegah dan analisis data untuk merumuskan diagnosis
mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik keperawatan, merencanakan dan melaksan akan
secara fisik, psikis, peracunan, infeksi dan penularan. evaluasi keperawatan sederhana pada individu,
Penyakit akibat kerja sendiri akibat paparan faktor melaksanakan pendokumentasian askep,
risiko yang terdapat di tempat kerja, seperti kondisi melaksanakan sistem kerja yang terbagi atas tiga
tempat kerja, peralatan tempat kerja, material yang waktu, melaksanakan tugas siaga on call di rumah
dipakai, cara kerja, dan limbah perusahaan 3. sakit, memelihara peralatan keperawatan dan medis
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) agar selalu dalam keadaaan siap pakai, melakukan
tahun 2013 menunjukan bahwa prevalensi penduduk pre serta post conference dan serah terima pasien
Indonesia pada penduduk umur ≥15 tahun yang pada saat pergantian dinas, mengikuti pertemuan
mengalami gangguan mental emosional atau stres berkala yang diadakan oleh kepala ruang, dan
adalah sebesar 6,0% atau sekitar 37,728 orang4. Data melakukan droping pasien. Tugas dan tanggung
ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jawabperawat bukan hal yang ringan untuk dipikul,
data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun sedangkan beban hidup dan tekanan dalam keluarga
2007 dimana prevalensi penduduk Indonesia pada dapat mengakibatkan stress/tekanan mental pada
penduduk umur ≥15 tahun yang mengalami perawat8.
gangguan mental emosional atau stres adalah Hasil survei stres kerja pada perawat di
sebesar 11,6 %5. seluruh Puskesmas dan RSUD di Kabupaten Konawe
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kepulauan pada Februari 2017 terdapat 1,2%
tahun 2013, Provinsi dengan prevalensi ganguan perawat yang mengalami stres berat dan 10,8%
mental emosional atau stres tertinggi adalah perawat yang mengalami stres ringan. Jadi, dapat
Sulawesi Tengah sebesar 11,6 %, dan yang paling disimpulkan dengan adanya kejadian stres di
terendah terdapat di Lampung 1,2%. Sedangkan Kabupaten Konawe Kepulauan, peneliti termotivasi
prevalensi penduduk Sulawesi Tenggara yang untuk melalukan penelitian di Kabupaten Konawe
mengalami gangguan mental emosional atau stres Kepulauan.
sebesar 4,1 % data ini menempatkan Sulawesi

2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
Kabupaten Konawe Kepulauan merupakan ketenagaan yang di ambil pada tahun 2016 di bidang
Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Konawe keperawatan RSUD Konawe Kepulauan diperoleh
sebagai Kabupaten induk pada tahun 2013. Secara data bahwa jumlah perawat di RSUD Konawe
geografis kabupaten Konawe Kepulauan terletak Kepulauan adalah 23 orang. Hasil pendataan yang di
dibagian Timur daratan Provinsi Sulawesi Tenggara lakukan bagian catatan RSUD Konawe Kepulauan
yang berada di dataran pulau Wawonii dengan Ibu tahun 2016 di dapatkan hasil jumlah kunjungan
Kota Kabupaten Langara. Wilayah pemerintah pasien masuk 466 pasien12.
Kabupaten Konawe Kepulauan terdiri dari 7 Penelitian yang dilakukan sebelumnya,
Kecamatan yang masing-masing Kecamatan memiliki menunjukan bahwa ada beberapa fenomena yang
1 puskesmas dengan jumlah penduduk pada tahun terjadi berkaitan dengan stres kerja diantaranya
2016 sebesar ±33.283 jiwa dengan jumlah adalah beban kerja yang berat, kurangnya pelatihan,
masyarakat miskin sebanyak 21.633 jiwa atau 65% kurangnya penghargaan kerja, kejenuhan kerja, lama
dari total penduduk9. masa kerja yang berbeda, dan hubungan antar
Perawat sebagai salah satu profesi yang ada perawat yang kurang harmonis13.
di rumah sakit yang memiliki peranan penting dalam Penelitian yang dilakukan sebelumnya juga
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Perawat di menyatakan kebisingan tidak memiliki hubungan
Rumah Sakit dituntut memiliki tingkat pengetahuan yang signifikan dengan stres kerja dikarenakan
dan keterampilan yang lebih baik dalam menangani jumlah responden yang menganggap tempat kerja
berbagai jenis macam kondisi pasien yang dirawat di mereka bising lebih sedikit dibandingkan dengan
sebuah Rumah Sakit. Pelayanan di Rumah Sakit dapat pekerja yang memanggap tempat kerja mereka
memberi dampak pada perawat berupa kejenuhan bising, sehingga tidak terlihat danya pengaruhb
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien signifikan dengan adanya stres kerja yang terjadi.
apalagi dengan keadaan terminal pasien yang lama, Oleh karena itu, pihak manajemen harus terus
bahkan sampai berbulan-bulan tetapi tidak berupaya mengendalikan tingkat kebisingan yang
mengalami perbaikan kondisi kesehatan. Hal ini terdapat dilingkungan kerja14. Berdasarkan fenomena
dapat menyebabkan kelelahan emosional yang yang terjadi, perawat memiliki stresor yang tinggi
mengarah terjadinya burnout10. karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah aspek lingkungan fisik dan lingkungan psikososial
penduduk merupakan indikator untuk mengukur yang tinggi dari pekerjaan. Sehingga kemungkinan
ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai terjadinya stres kerja pada perawat sangat besar.
target pembangunan kesehatan tertentu. Oleh karena itu maka sangat penting untuk dilakukan
Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang penelitian tentang “Analisis Kejadian Stres Kerja Pada
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Perawat Di Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2017”.
2011-2025, terget rasio tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio METODE
dokter umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter Jenis penelitian yang digunakan dalam
gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio perawat 180 per penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
100.000 penduduk, dan rasio bidan 120 per 100.000 desain cross-sectional atau potong lintang15. Desain
penduduk11. ini sangat sesuai jika digunakan untuk mengetahui
Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten ada atau tidaknya hubungan antara variabel
Konawe secara umum serba sangat terbatas baik dependen (stres kerja) dengan variabel indenpenden
Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya atau sarana (faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja)
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Puskesmas pada sampel dari suatu populasi yang diteliti.
adalah Pusat Kesehatan Masyarakat yang berada di Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat
setiap Kecamatan Kabupaten Konawe Kepulauan yang berkerja di Puskesmas Konawe Kepulauan yang
yang memiliki tingkat pelayanan yang sangat baik berjumlah 60 orang dan semua perawat di RSUD
terhadap pasien dan memiliki lokasi yang cukup Konawe Kepulauan yang berjumlah 23 orang. Teknik
strategis pada setiap Kecamatan memungkinan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
terjadi peningkatan jumlah pasien9. sampling. jumlah populasi yang kurang dari 100
Hasil pendataan yang di lakukan oleh Dinas seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel
Kesehatan kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2015 dalam penelitian ini berjumlah 83 orang yang terdiri
di dapatkan hasil jumlah kunjungan pasien masuk dari 60 perawat yang bekerja di Puskesmas Konawe
3.903 pasien yang mengalami kenaikan di tahun 2016 kepulauan dan 23 perawat yang bekerja di RSUD
di dapatkan hasil jumlah kunjungan pasien masuk Konawe Kepulauan.
6.463 pasien9. Sedangkan berdasarkan data

3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
HASIL (67,7%) perawat yang berstatus non PNS dan 27
Karakteristik Responden (32,5%) perawat yang berstatus PNS.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Kelompok Umur Pada Perawat Di Kabupaten Pendidikan Terakhir Pada Perawat Di Kabupaten
Konawe Kepulauan Tahun 2017 Konawe Kepulauan Tahun 2017
Persentase No Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persentase (%)
No Umur Jumlah (n)
(%) 1. D3 66 79,5
1. 20-40 tahun (Dewasa Muda) 81 97,6 2. S1 16 19,3
2. 41-60 tahun (Dewasa Tua) 2 2,4 3. S2 1 1,2
Jumlah 83 00 Jumlah 83 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 Sumber : Data Primer, Tahun 2017
Tabel 1 dapat diketahui bahwa distribusi Tabel 5 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi perawat berdasarkan umur lebih besar frekuensi perawat berdasarkan tingkat pendidikan
perawat yang berumur antara 20-40 tahun terakhir lebih besar perawat yang memiliki tingkat
dibandingkan dengan perawat yang berumur antara pendidikan D3 dibandingkan dengan perawat yang
41-60 tahun. Sebanyak 81 (97,6%) perawat yang memiliki tingkat pendidikan S1 dan S2. Sebanyak 66
berumur antara 21-40 tahun dan 2 (2,4%) perawat (79,5%) perawat yang meliki tingkat pendidikan D3
yang berumur 41-60 tahun. kemudian sebanyak 16 (19,3%) perawat yang
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis memiliki tingkat pendidikan S1 dan sebanyak 1 (1,2%)
Kelamin Pada Perawat Perawat Di Kabupaten perawat yang memiliki tingkat pendidikan S2.
Konawe Kepulauan Tahun 2017 Analisis Univariat
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Stres
1. Laki – laki 36 43,4 Kerja Pada Perawat Di Kabupaten Konawe
2. Perempuan 47 56,6
Jumlah 83 100
Kepulauan Tahun 2017
No Stres Kerja Jumlah (n) Persentase (%)
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 1. Stres ringan 5 78,3
Tabel 2 dapat diketahui bahwa distribusi 2. Stres berat 8 21,7
Jumlah 83 100
frekuensi perawat berdasarkan jenis kelamin lebih
besar perawat yang berjenis kelamin perempuan Sumber : Data Primer, Tahun 2017
dibandingkan dengan perawat yang berjenis kelamin Tabel 6 dapat diketahui bahwa distribusi
perempuan. Sebanyak 47 (56,6%) perawat yang frekuensi perawat berdasarkan tingkat stres kerja
berjenis kelamin perempuan dan 36 (43,4%) perawat lebih besar perawat yang mengalami stres kerja
yang berjenis kelamin laki-laki. ringan dibandingkan dengan perawat yang
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Lama mengalami stres berat. Sebanyak 65 (78,3%) perawat
Kerja (Masa Kerja) Pada Perawat Di Kabupaten yang mengalami stres kerja ringan dan 18 (21,7%)
Konawe Kepulauan Tahun 2017 perawat yang mengalami stres berat.
No Masa kerja Jumlah (n) Persentase (%) Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Beban
1. 1-5 tahun 59 71,1 Kerja Pada Perawat Di Kabupaten Konawe
2. >5 tahun 24 28,9 Kepulauan Tahun 2017
Jumlah 83 100 No Beban kerja Jumlah (n) Persentase (%)
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 1. Beban kerja ringan 34 41,0
Tabel 3 dapat diketahui bahwa distribusi 2. Beban kerja berat 49 59,0
Jumlah 3 100
frekuensi perawat berdasarkan masa kerja lebih
besar perawat yang memiliki masa kerja baru Sumber : Data Primer, Tahun 2017
dibandingkan dengan perawat yang masa kerja lama. Tabel 7 dapat diketahui bahwa distribusi
Sebanyak 59 (71,1%) perawat yang masa kerja baru frekuensi perawat berdasarkan tingkat beban kerja
dan 24 (28,9%) perawat yang masa kerja lama. lebih besar perawat yang menyatakan tingkat beban
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Status kerja berat dibandingkan dengan perawat yang
Pegawai Pada Perawat Di Kabupaten Konawe menyatakan tingkat beban kerja ringan. Sebanyak 49
Kepulauan Tahun 2017 (59,0%) perawat yang menyatakan tingkat beban
No Status pegawai Jumlah (n) Persentase (%) kerja berat dan 34 (41,0%) perawat yang menyatakan
1. PNS 27 32,5 tingkat beban kerja ringan.
2. Non PNS 56 67,7
Jumlah 83 100
Sumber : Data Primer, Tahun 2017
Tabel 4 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi perawat berdasarkan status pegawai lebih
besar perawat yang berstatus non PNS dibandingkan
dengan perawat yang berstatus PNS. Sebanyak 56

4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan
Kejenuhan Kerja Pada Perawat Di Kabupaten Hubungan Kejenuhan Kerja Dengan Stres Kerja
Konawe Kepulauan Tahun 2017 Perawat Di Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun
No Kejenuhann Kerja Jumlah (n)
Persentase 2017
(%) Stres kerja
Total p
1. Tidak jenuh 12 14,5 No. Kejenuhan Kerja Berat Ringan
value
2. Jenuh 71 85,5 n % n % n %
Jumlah 83 100 1. Jenuh 8 12,5 56 87,5 64 100,0
2. Tidak Jenuh 10 52,6 9 47,4 19 100,0 0,000
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 Total 18 21,7 65 78,3 83 100,0
Tabel 8 dapat diketahui bahwa distribusi Sumber : Data Primer, Tahun 2017
frekuensi perawat berdasarkan kejenuhan kerja lebih Tabel 11 menunjukkan bahwa perawat yang
besar perawat yang merasa jenuh dibandingkan mengalami stres berat lebih banyak terjadi pada
dengan perawat yang tidak merasa jenuh saat perawat yang merasa tidak jenuh saat bekerja
bekerja. Sebanyak 64 (77,1%) perawat yang sebanyak 52,6% dibanding perawat yang merasa
menyatakan merasa jenuh dan 19 (22,9%) perawat jenuh saat bekerja sebanyak 12,5%. Sedangkan
yang menyatakan merasa tidak jenuh saat bekerja. perawat yang mengalami stres ringan lebih banyak
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan terjadi pada perawat yang merasa jenuh saat bekerja
Lingkungan Kerja Pada Perawat Di Kabupaten sebanyak 87,5% dibanding perawat yang merasa
Konawe Kepulauan Tahun 2017 tidak jenuh saat bekerja sebanyak 47,4%, dengan
Persentase
No. Lingkungan Kerja Jumlah (n)
(%)
nilai p value=0,000 yang berarti ada hubungan yang
1. Lingkungan kerja baik 12 14,5 signifikan antara kejenuhan kerja perawat dengan
2. Lingkungan kerja kurang baik 71 85,5 tingkat stres kerja perawat.
Jumlah 83 100 Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja
Tabel 9 dapat diketahui bahwa distribusi Perawat Di Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun
frekuensi perawat berdasarkan lingkungan kerja lebih 2017
besar perawat yang memiliki presepsi lingkungan Stres Kerja
Total
No. Lingkungan Kerja Berat Ringan P Value
kerja kurang baik dibandingkan dengan perawat yang
n % n % n %
memiliki presepsi lingkungan kerja baik. Sebanyak 71 1. Kurang baik 17 23,9 54 76,1 71 100,0
(85,5%) perawat yang memiliki presepsi lingkungan 2. Baik 1 8,3 11 91,7 12 100,0 0,225
Total 18 21,7 65 78,3 83 100,0
kerja kurang baik dan 12 (14,5%) perawat yang
memiliki presepsi lingkungan kerja baik. Sumber : Data Primer, Tahun 2017
Analisis Bivariat Tabel 12 menunjukkan bahwa perawat yang
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan mengalami stres berat lebih banyak terjadi pada
Hubungan Beban Kerja Stres Kerja Perawat Di perawat yang memiliki presepsi lingkungan kerja
Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2017 kurang baik sebanyak 23,9% dibanding perawat yang
Stres Kerja memiliki presepsi lingkungan kerja baik sebanyak
Total
No. Beban Kerja Berat Ringan p Value 8,3%. Sedangkan perawat yang mengalami stres
n % n % n %
1. Berat 5 10,2 44 89,8 49 100,0
ringan lebih banyak terjadi pada perawat yang
2. Ringan 13 38,2 21 61,8 34 100,0 0,002 memiliki presepsi lingkungan kerja baik sebanyak
Total 18 21,7 65 78,3 83 100,0 91,7% dibanding perawat yang memiliki presepsi
Sumber : Data Primer, Tahun 2017 lingkungan kerja kurang baik sebanyak 76,1%,
Tabel 10 menunjukkan bahwa perawat yang dengan nilai p value=0,225 yang berarti tidak ada
mengalami stres berat lebih banyak terjadi pada hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja
perawat yang memiliki beban kerja ringan sebanyak dengan tingkat stres kerja perawat.
38,2% dibanding perawat yang memiliki beban kerja
berat sebanyak 10,2%. Sedangkan perawat yang DISKUSI
mengalami stres ringan lebih banyak terjadi pada Hasil penelitian ini secara umum sudah
perawat yang memiliki beban kerja berat sebanyak dapat menjawab pertanyaan penelitian sesuai
89,8% dibanding perawat yang memiliki beban kerja dengan tujuan penelitian, kerangka konsep, kerangka
ringan sebanyak 61,8%, dengan nilai p value=0,002 teori maupun hipotesis. Pembahasan merupakan
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara upaya peneliti untuk mengaitkan antara teori,
beban kerja perawat dengan tingkat stres kerja. temuan peneliti sebelumnya dan penemuan
penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini.
Stres Kerja
Stres adalah suatu respon adaptif, melalui
karakteristik individu dan atau proses psikologis

5
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
secara langsung terhadap tindakan, situasi dan hubungan antara stres kerja dengan produktivitas
kejadian eksternal yang menimbulkan tuntutan perawat19. Sementara peneliti lain yang
khusus baik fisik maupun psikologis individu yang mengungkapkan hasil penelitiannya menyebutkan
bersangkutan. Pendapat lain mengatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
stresa dalah tanggapan yang menyeluruh dari tubuh stres kerja dengan kepuasan kerja perawat20.
terhadap tuntutan yang datang kepadanya16. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Stres yang tidak teratasi menimbulkan gejala perawat yang mengalami stres ringan lebih banyak
badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dapat ringan dan dibandingkan stres berat. Hal ini dikarenakan
berat. Suatu “stres” tidak langsung memberi akibat perawat sudah terbiasa dengan pekerjaannya dan
saat itu juga, walaupun banyak diantaranya yang sudah mempunyai strategi khusus untuk mengatasi
segera memperlihatkan manifestasinya. Dapat juga stres tersebut. Dukungan sosial yaitu hubungan
bermanifestasi beberapa hari, minggu, bulan atau dengan rekan sekerja dapat menyangga dampak
setahun kemudian17. stres. Logika yang mendasarinya adalah bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi dukungan sosial bertindak sebagai suatu pereda yang
frekuensi perawat di Konawe Kepulauan, tingkat mengurangi efek negatif dari pekerjaan- pekerjaan
stres kerja lebih besar perawat yang mengalami stres yang bertegangan tinggi. Selain berdampak pada
kerja ringan dibandingkan dengan perawat yang psikologis dan fisiologis, stres juga berdampak pada
mengalami stres kerja berat. Meski demikian lebih individu. Hal ini dapat dilihat dari respon individu
banyak yang mengalami stres ringan hal ini perlu ketika beban kerja meningkat yaitu diantaranya
mendapat perhatian lebih dikarenakan seluruh mudah cepat marah, mudah emosi jika ada masalah
perawat sudah mengalami stres kerja. dalam bekerja, tidak sabar dalam menghadapi
Stres yang terjadi pada perawat disebabkan masalah21.
berbagai faktor yang bervariasi yang mencakup Sesuai dengan hasil penelitian masih banyak
lingkungan kerja maupun pekerjaan berlebihan baik responden yang mengalami stres ringan, karena
secara fisik maupun secara mental. Stres kerja ringan untuk mengetahui tingkat stres sangat tergantung
lebih banyak dialami oleh perawat di Kabupaten pada sifat dan kepribadian seseorang. Dalam
Konawe Kepulauan, hal ini dapat dipengaruhi oleh menghadapi stres, individu dengan kepribadian
masa kerja perawat yang sebagian besar memiliki introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita
masa kerja 1-5 tahun. Perawat yang mengalami stres ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka
ringan terkadang mengalami migren saat tenang dan yang berkepribadian ekstrovert. Seseorang dengan
tiba-tiba terjadi, susah tidur, gangguan pencernaan kepribadian fleksibel atau luwes akan mengalami
pada lambung dan usus, sakit sendi, gugup yang ketegangan yang lebih besar dalam suatu konflik,
terjadi tiba-tiba, nafsu makan yang hilang, mudah dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian
tersinggung, mudah putus asa dan merasa malas rigid18.
bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Untuk mengetahui secara pasti faktor yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terhadap semua
dapat menyebabkan terjadinya stres sangatlah sulit, wanita yang bekerja di sektor formal yang berdomisili
oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan di Kecamatan Ciputan Timur Kota Tangerang Selatan
kepribadian seseorang menimbulkan hal yang sama Tahun 2013 yang menyatakan bahwa lebih banyak
terhadap orang lain. Perbedaan reaksi antara individu responden yang mengalami gejala stres ringan
tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis disbanding responden yang mengalami stres berat 22.
dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja pada
individu. Bila tubuh mengalami stres maka akan Perawat di KabupatenKonawe Kepulauan Tahun
terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas 2017
terjadinya stres. Adapun system didalam Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-
mengadakan respon adalah diperantarai oleh saraf rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka
otonom, hiphotalamic pituitary axis dan pengeluaran waktu tertentua. Beban kerja dapat dilihat dari tugas-
ketokelamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi tugas yang diberikan kepada perawat dalam kegiatan
organ di dalamtubuh seperti sistem kardiovaskuler, sehari-hari23. Semakin banyak kegiatan yang harus
sistem gastro intestinal dan gangguan penyakit diselesaikan maka semakin rentan orang tersebut
lainnya18. mengalami stres terlebih lagi apabila pekerjaan yang
Dalam dunia kerja, dampak yang ditimbulkan dilakukan harus berpacu dengan waktu dan memiliki
akibat stres kerja dapat berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi yang tinggi.
organisasi atau perusahaan maupun individu itu Variabel beban kerja diukur menggunakan
sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat beban kerja yang dirasakan dalam pekerjaan

6
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
responden. Terkait beban kerja, yang paling banyak pekerjaan menimbulkan bertambah tingginya tingkat
dirasakan responden adalah tuntutan untuk bekerja stres yang dialami25.
dengan cepat dan tepat. Selain itu pekerjaan di luar Beban kerja berlebih biasanya diakibatkan
tugas pokok yang berat juga banyak dirasakan oleh jumlah jam kerja, tanggung jawab yang di pegang,
responden. jumlah individu yang harus dilayani dan pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih lainnya yang melampaui kapasitas dan kemampuan
besar perawat yang menyatakan tingkat beban kerja individu. Hal tersebut biasanya terjadi karena
berat, namun masih banyak juga perawat yang kurangnya sumberdaya manusia yang ada sementara
menyatakan tingkat beban kerja ringan. Banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan tidak sesuai
beban kerja responden yang dirasa ringan karena dengan jumlah karyawan yang ada sehingga
pekerjaan responden yang monoton/tidak majemuk karwayan di tuntun untuk bekerja lebih dari pada
telah membuat responden menjadi terampil kemampuannya26.
mengerjakan tugasnya sehari-hari sehingga tidak Apabila sumber daya manusia mencukupi
terasa terlalu memeras otak. maka beban tanggungan untuk pekerjaan dapat
Berdasarkan analisis hubungan diketahui berkurang sesuai dengan porsi kerja setiap karyawan
perawat yang mengalami stres berat lebih banyak sehingga tidak ada tekanan pekerjaan yang dirasakan
terjadi pada perawat yang memiliki beban kerja oleh pekerja dan pekerja dapat melakukan
ringan dibanding perawat yang memiliki beban kerja pekerjaannya dengan tenang tanpa merasa terbebani
berat. Sedangkan perawat yang mengalami stres yang dapat memicu terjadinya stres kerja dan dapat
ringan lebih banyak terjadi pada perawat yang menghasilkan dampak kinerja yang baik.
memiliki beban kerja berat dibanding perawat yang Untuk mencegah timbulnya dampak buruk
memiliki beban kerja ringan. Hasil penelitian tersebut bagi responden yang disebabkan oleh beban kerja,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara disarankan kepada tiap individu responden untuk
beban kerja dengan kejadian stres kerja pada lebih mengembangkan keahlian melalui pelatihan-
perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun pelatihan yang terkait dengan pekerjaannya baik dari
2017. Hasil ini tentunya akan beresiko apabila tidak pihak Dinas Kesehatan maupun pihak lainnya, dan
dapat diatasi karena beban kerja yang berlebih akan kepada pihak yang mempekerjakan perawat
berpengaruh pada tingkat stres yang akan dialami disaranakan untuk lebih mempertimbangkan kembali
oleh perawat. beban kerja yang diberikan kepeada perawat. Apabila
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pihak pemberi kerja ingin menambah waktu kerja
beban kerja merupakan salah satu faktor kejadian pekerjanya melebihi jam kerja normal untuk
stres kerja pada perawat di Kabupaten Konawe menyesuaikan dengan beban kerja yang diberikan,
Kepulauan. Hal ini dikarenakan tidak sesuainya rasio disarankan untuk memberikan upah lembur yang
antara jumlah tenaga perawat dengan jumlah sesuai. Kesediaan pegawai untuk menyesuaikan
penduduk sehingga satu orang perawat harus kecepatan kerjanya selama jam kerja dipengaruhi
menangani lebih banyak pasien. Hal lain juga oleh banyaknya gaji/pendapatan yang diterima
dikerenakan tidak sesuainya jumlah perawat dan maupun motivasi lainnya27.
pekerjaan yang harus dilakukan sehingga beban Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
tanggungan pekerjaan yang dilakukan bertambah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dimana
dari pada yang seharusnya dan kurangnya alat Penelitian dilakukan dengan 73 responden yang
kesehatan penunjang pekerjaan. Kurangnya jumlah bekerja di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
sumber daya kesehatan sementara masyarakat yang Palembang. Berdasarkan hasil penelitian
membutuhkan sumber daya kesehatan begitu banyak menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
sehingga beban kerja yang harus di selesaikan oleh antara beban kerjadengan kejadian stres kerja 28.
perawat tidak sesuai dengan kemampuan yang Hubungan Kejenuhan Kerja dengan Stres Kerja pada
dimiliki, sehingga hal tersebut dapat memicu Perawat diKabupaten Konawe Kepulauan Tahun
terjadinya stres kerja dikarenakan beban kerjanya. 2017
Keenan dan Newton berpendapat bahwa stres Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik,
kerja perwujudan dari kekabura peran, konflik peran, mental, dan emosional yang muncul sebagai
dan beban kerja yang berlebihan24. Tuntutan konsekuensi dari ketidak sesuaian antara kondisi
pekerjaan secara terus-menerus pada karyawan akan karyawan dengan pekerjaannya. National Safety
memunculkan respon stres yang dapat berdampak Council tahun 2004 mengatakan bahwa gejala khusus
pada hasil kinerja. Karena pekerjaan yang menitik kejenuhan kerja ini antara lain kebosanan, depresi,
beratkan pada pekerjaan otak, pekerjaan menjadi pesimisme, kurang konsentrasi, kualitas kerja buruk,
semakin majemuk, semakin tinggi kemajemukan ketidak puasan, keabsenan dan kesakitan 23.

7
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi Kejenuhan mengakibatkan kelelahan emosional dan
frekuensi perawat berdasarkan kejenuhan kerja lebih penurunan motivasi kerja pada karyawan. Kejenuhan
besar perawat yang merasa jenuh dibandingkan yang dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental,
dengan perawat yang merasa tidak jenuh saat dan emosional yang intens (beban psikologis
bekerja. Hal ini dikarenakan banyaknya pekerjaan berpindah ketampilan fisik, misalnya mudah pusing
yang dilakukan secara terus-menerus tanpa ada dan tidak dapat berkonasentrasi, mudah sakit) serta
perubahan yang signifikan setiap harinya dalam bersifat kumulatif31.
jangka waktu yang lama menimbulkan kebosanan Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik,
yang akhirnya menimbulkan kejenuhan terhadap mental, dan emosional yang muncul sebagai
pekerja. konsekuensi dari ketiksesuaian antara kondisi
Namun berdasarkan demikian tidak karyawan dengan pekerjaannya. Kejenuhan juga
keseluruhan perawat merasa jenuh saat bekerja, dapat timbul akibat dari pekerjaan monoton yang
beberapa perawat memiliki kemampuan untuk pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja
menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan tenaga kerja32.
menghilangkan dampak yang merugikan dari kondisi- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan oleh
kondisi yang tidak menyenangkan yang membuat pekerja dengan rentan waktu yang lama tanpa
perawat merasa jenuh saat bekerja. Perawat yang adanya perubahan dan dilakukan secara terus-
mengalami kejenuhan karena pekerjaannya tetapi menerus dapat menimbulkan kejenuhan terhadap
dengan segera dapat mengatasi kejenuhan tersebut individu akibat perasaan bosan yang dirasakan
maka memiliki resiko yang semakin kecil mengalami terhadap pekerjaannya.
stres. Selain itu hal ini mungkin karena sulitnya Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
mendapatkan pekerjaan baru menjadikan perawat dilakukan oleh peneliti sebelumnya dimana
telah beradaptasi dengan baik terhadap pekerjaan penelitian dilakukan dengan 83 responden dengan
yang ditekuninya saat ini, sehingga tidak merasakan menggunakan teknik sampel incidental sampling
kejenuhan melakukan pekerjaan yang berulang terhadap perawat yang bekerja di RSUD DR. M.
setiap harinya. Haulussy Kota Ambon. Dari hasil analisa data
Analisis hubungan yang dilakukan pada disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang
variabel ini menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara stres kerja dengan burnout33.
yang signifikan antara kejenuhan kerja dengan Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
kejadian stres kerja perawat di Kabupaten Konawe yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terhadap
Kepulauan. Hasil penelitian tersebut menunjukan semua wanita yang bekerja di sektor formal yang
bahwa kejenuhan merupakan faktor penentu berdomisili di Kecamatan Ciputan Timur Kota
kejadian stres kerja pada perawat di Kabupaten Tangerang Selatan Tahun 2013 yang menyatakan
Konawe Kepulauan. Hal ini disebabkan karena bahwa tidak ada hubungan antara kejenuhan dengan
responden merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan kejadian stres kerja. Dimana hasil penelitian
selalu sama setiap hari tanpa ada perubahan. Hal menunjukan bahwa kejenuhan lebih beresioko untuk
tersebut sangat sering terjadi pada pekerja yang mengalami kejadian stres berat daripada yang tidak
telah lama melakukan pekerjaannya jadi wajar mengalami kejenuhan kerja22.
lamanya masa kerja tersebut mudah merasakan Hubungan Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja
kejenuhan sehingga memicu stres tersebut. pada Perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan
Adanya hubungan antara kejenuhan kerja Tahun 2017
dengan stres kerja perawat dikarenakan kurangnya Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu
tingkat motivasi kerja dan juga kepuasan kerja yang ada disekitar para pekerja yang dapat
masing-masing perawat. Karena seseorang yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-
memiliki motivasi tinggi akan lebih rendah rasa tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang buruk
kejenuhannya dibandingkan dengan orang lain yang dapat menyebabkan karyawan bersikap acuh tak
bermotivasi rendah27. Dan tingginya tingkat acuh pada tugasnya, tidak tumbuh motivasi untuk
kejenuhan kerja dapat menurunkan kepuasan kerja 29. berkreasi dan stres34.
Rendahnya kepuasan kerja dapat menjadikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi
perawat mengalami stres, karena kepuasan kerja frekuensi perawat berdasarkan lingkungan kerja lebih
memiliki hubungan korelasi negatif signifikan dengan besar perawat yang memiliki presepsi lingkungan
stres kerja30. kerja kurang baik dibandingkan dengan perawat yang
Kejenuhan yaitu kondisi terperas habis dan memiliki presepsi lingkungan kerja baik. Kondisi
kehilangan energi psikis ataupun fisik. Hal tersebut lingkungan kerja responden yang paling banyak
disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung dirasakan tidak nyaman adalah kondisi lingkungan
atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. fisik tempat kerja yaitu suhu lingkungan/sirkulasi

8
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
udara tempat kerja diikuti dengan iklim kerja di rekan kerja dapat menambah motivasi seorang
tempat kerja yaitu kualitas komunikasi antar sesama individu dalam bekerja karena tidak adanya
perawat yang belum terjalin baik. diskriminasi yang dirasakan yang dapat membuat
Kurang baiknya kualitas komunikasi antar seseorang tidak betah selama bekerja.
sesama perawat disebabkan karena masih adanya Sumber stres yang menyebabkan seseorang
kelompok-kelompok kecil dalam bergaul, misalnya tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan
para perawat hanya bergaul dengan perawat yang seseorang jatuh sakit, tidak sajadatang dari satu
seusianya atau sebaya, antara perawat yang sudah macam pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit
bekerja lama dan yang masih baru, terjadi kesukaran stres. Sebagian dari waktu manusia adalah untuk
untuk bertanya dalam hal mengasuh pasien, perawat bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai
yang merasa lebih tua merasa gengsi bertanya pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan
kepada perawat yang berusia lebih muda, kemudian seorang pekerja. Pembangkit stres di pekerjaan
perawat yang lebih muda merasa segan bertanya merupakan pembangkit stres yang besar terhadap
kepada perawat yang lebih tua. Hal ini sesuai dengan kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seorang
jawaban perawat menyatakan bahwa rekan kerja tenaga kerja yang bekerja35. Apabila seorang perawat
perawat di ruangan tidak mampu menciptakan tidak dapat mengatasi tekanan dari pekerjaannya dan
komunikasi yang baikdalam mendorong untuk tidak mempunyai strategi khusus untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien mengatasistres dalam bekerja maka perawat
dan juga menyatakan rekan kerja perawat di ruangan tersebut tidak akan dapat bekerja secara optimal
tidak bersedia bertukar informasi bahkanakan jatuh sakit. Agar tetap berada dalam
Analisis hubungan antar variabel menunjukan kesehatan yang baik dan bekerja padatingkat puncak,
bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor kita harus mengenali titik optimal kita danmampu
lingkungan dengan kejadian stres kerja. Perawat yang menggunakanteknik-teknik mengatasi stres36.
mengalami stres ringan lebih banyak terjadi pada Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
perawat yang memiliki presepsi lingkungan kerja baik penelitian sebelumnya yang dilakukan terhadap 36
dibanding perawat yang memiliki presepsi lingkungan perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang
kerja kurang baik. yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara lingkungan kerja terhadap kejadian stres kerja
lingkungan bukan faktor penentu kejadian stres pada perawat Rumah Sakit Muhammdiyah Jombang37.
perawat di Kabupaten Konawe Kepulauan. Tidak Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian
adanya hubungan antara kondisi lingkungan kerja yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terhadap
dengan stres kerja terjadi karena responden telah semua wanita yang bekerja di sektor formal yang
beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan fisik berdomisili di Kecamatan Ciputan Timur Kota
maupun iklim kerja di tempat kerjanya. Tangerang Selatan Tahun 2013 yang menyatakan
Dwiyanti menyederhanakan faktor penyebab bahwa ada hubungan kondisi lingkungan dengan
atau munculnya stres atau stres di lingkungan kerja, kejadian stres kerja. Sebagian responden yang
salah satunya merupakan faktor lingkungan kerja mengalami stres kerja mengeluhkan lingkungan kerja
yang dapat berupa kondisi fisik atau hubungan sosial yang kurang baik21.
dilingkungan pekerjaan31.
Kondisi fisik lingkungan seperti tingkat SIMPULAN
pencahayaan, tingkat kebisingan dan suhu ruangan 1. Seluruh perawat di Kabupaten Konawe
yang baik dapat membuat seorang karyawan merasa Kepulauan mengalami stres kerja, sebagian besar
nyaman dalam melakukan pekerjaan, sementara jika perawat lebih banyak mengalami perawat
kondisi fisik lingkungan kerjanya kurang baik dapat mengalami stres ringan, beban kerja berat,
berdampak terhadap kinerja karyawan akibat kejenuhan kerja dan memiliki persepsi
perasaan tidak nyaman sehingga membuat karyawan lingkungan kerjanya kurang baik.
menjadi tidak nyaman selama melakukan pekerjaan 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban
yang dapat menimbulkan adanya stres karena kondisi kerja perawat dengan stres kerja perawat di
lingkungan fisik yang kurang baik karena dapat Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2017.
berdampak pada kinerja dan mempengaruhi 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kenyaman karyawan salam bekerja. kejenuhan kerja dengan stres kerja perawat di
Sementara itu hubungan sosial di tempat kerja Kbupaten Konawe Kepulauan tahun 2017.
dapat mempengaruhi perasaan nyaman yang 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
berdampak pada munculnya stres pada seseorang, lingkungan kerja dengan stres kerja perawat di
seperti adanya komunikasi yang baik antar rekan Kabupaten Konawe tahun 2017.
kerja dan keharmonisan hubungan baik antar sesame

9
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
SARAN 8. Almasitoh, U. H. 2011. Stres Kerja Ditinjau
1. Perlu adanya pengelolaan stresor di rumah sakit Dari Konflik Peran Ganda Dan Dukungan Sosial
dan puskesmas dengan mengadakan pelatihan Pada Perawat. Psikoislamika - Jurnal Psikologi
manajemen stres kerja pada perawat di Islam. No. 8 Vol.1, 63-82. Klaten : Universitas
Kabupaten Konawe Kepulauan. Widya Dharma.
2. Perlunya dilakukan analisis kebutuhan tenaga 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan.
perawat disetiap puskesmas dan Rumah Sakit 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Konawe
kabupaten Konawe Kepulauan untuk melihat Kepulauan Tahun 2016. Kabupaten Konawe
beban kerja setiap tenaga perawat. Kepulauan.
3. Perlu memberikan insentif tambahan, 10.Haryani. 2014. Hubungan Antara Beban Kerja
mengadakan kegiatan rekreasi kerja untuk para Dengan Stress Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit
perawat dengan tujuan menghilangkan kejenuhan Islam Surakarta. (Skripsi). Progdi Keperawatan S1
akibat rutinitas pekerjaan serta mengatasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
kelelahan. Muhammadiyah Surakarta.
4. Perlunya meningkatkan sarana lingkungan fisik 11.Dinas Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil
terutama system sirkulasi udara di setiap Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.
puskesmas dan rumah sakit dalam mendukung 12.Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan.
perawat bekerja secara optimal. 2016. Data Sekunder Jumlah Perawat dan Daftar
5. Perlunya meningkatkan kerjasama tim antara Kunjungan Pasien Tahun 2016.
perawat dan antara perawat dengan profesi lain 13.Edison. 2015. Faktor – Faktor Yang Berhubungan
melalui pelaksanaan out bound secara bersama- Dengan Stress Kerja Perawat Di Ruang Icu Rs
sama, sehingga tercipta keakraban, kebersamaan Stella Maris Makassar. Jurnal Keperawatan.
dan komunikasi yang baik antar sesama perawat. Volume 1. Nomor 1 Halaman 1-12.
14.Karima, Asri. 2014. Faktor-Faktor yang
DAFTAR PUSTAKA Berhubungan dengan Stress Kerja pada Pekerja
1. Mutmainah, Iin. 2012. Faktor-Faktor Penyebab ddi PT X Tahun 2014. (Skripsi). Fakultas
Stres Kerja Di Ruangan ICU Pelayanan Jantung Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ProgramStudi
Terpadu dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kesehatan Masyarakat Keselamatan dan
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Kesehatan Kerja Kerja. Jakarta.
Keperawatan. Depok. 15.Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
2. Pramanos. 2015. Pengaruh Shift Kerja Dan Stres Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods).
Kerjaterhadap Kinerja Pramuniaga Di PT Circleka Alfabeta.
Indonesia Utama Cabang Yogyakarta. Program 16.Nasution, H.R .2000. Modul Kuliah Psikologi
Studi Manajemen-Jurusan Manajemen Fakultas Industri Program Pascasarjana. USU.
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. 17.Panji, Anoraga. 2006. Psikologi Kerja. Rhneka
Yogyakarta. Cipta: Jakarta.
3. Asri. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan 18.Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk
Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Di PT X Tahun Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
2014. Skripsi. Program Studi Kesehatan UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta.
Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu 19.Retnaningtyas, Dwi. 2005. Hubungan Antara stres
Kesehatan Universitas Islam Negeri. Jakarta. Kerja Dengan Produktivitas Kerja di Bagian Linting
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Rokok PT Gentong Gotri semarang. Semarang.
2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jurnal.
Jakarta: Kementerian Kesehatan. 20.Tunjungsari, P. 2011. Jurnal: Pengaruh Stress
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor
2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007). Pusat PT. Pos Indonesia (PERSERO) Bandung. Vol 1
Jakarta: Kementerian Kesehatan. No 1.
6. Anggreny, Dian Eka. 2014. Analisis Faktor yang 21.Robbins, P. Stephen. 2008. Organizational
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Behaviour, Tenth Edition (Perilaku Organisasi Edisi
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun ke Sepuluh), Alih Bahasa Drs.Benyamin Molan.
2013. Jurnal Kesehatan Bina Husada. Volume 10 Jakarta : Salemba Empat.
Nomor 3 Halaman 385-389. 22.Lestari, Pratiwi. 2013. Faktor-Faktor Yang
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Wanita
2013. Pokok-Pokok Hasil (Riskesdas) Dalam Angka Bekerja Sektor Formal Di Wilayah Kecamatan
Provinsi Sulewesi Tenggara. Jakarta: Kementerian Ciputat Timur Tahun 2013. Skripsi. Program Studi
Kesehatan. Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan

10
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
VOL. 2/NO.6/ MEI 2017; ISSN2502-731X ,
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Teknologi Universitas Teknologi Malaysia. Jurnal
Hidayatullah. Jakarta. Vol 4(E): 33-47.
23.Maharani, P. S. 2012. Kejenuhan Kerja (Burnout) 31.Hambali. 2015. Kinerja Guru Aqidah Akhlak, SKI,
dengan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Al-Qur’an Hadits, Fiqih, di Madrasah Tsanawiyah
Keperawatan. Jurnal STIKES, Vol. 6, 167-178. (MTs) Al-Ikhlas Keban II, Kec. Sanga Desa Kab.
24.Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri & Muba. Jurnal : Vol. 2, No. 2, pp 67-85.
Organisasi. Jakarta: Kencana. 32.Alinuari, Janti. 2012. Hubungan Kerja Monotoni
25.Munandar, Ashar Sunyoto. 2006. Psikologi Dengan Kejenuhan Kerja Pada Pekerja bagian
Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
Indonesia (UI-Press). [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran
26.Haryani. 2014. Hubungan Antara Beban Kerja UNS.
Dengan Stress Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit 33.Lekahena, Femmy. 2015. Hubungan Antara Stres
Islam Surakarta. Skripsi. Progdi Keperawatan S1 Kerja Dengan Burnout Pada Perawat Di RSUD DR.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas M. Haulussy Kota Ambon.
Muhammadiyah Surakarta. 34.Noordiansah, Pasih. 2012. Pengaruh Lingkungan
27.Airmayanti, D. 2010. Faktor-Faktor Yang Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat Study Pada
Mempengaruhi Stres Keja Pada Pekerja Bagian Rumah Sakit Mumhammadiyah Jombang. Jurnal
Produksi PT ISMBogasari Flour Mills Tbk Tanjung Ilmiah Mahasiswa FEB, 2(1),pp : 1-12.
Priok Jakarta Utara Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: 35.Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan
Fakultas Kedikteran Dan Ilmu Kesehatan Organisasi. Depok : Penerbit Universitas Indonesia
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (UI Press).
28.Anggreny, Dian Eka. 2014. Analisis Faktor yang 36.Munandar, dkk, 2004. Peran Budaya Organisasi
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Dalam Peningkatan Unjuk Kerja Perusahaan,
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun Bagian Psikologi Industri & Organisasi Fakultas
2013. Jurnal Kesehatan Bina Husada. Volume 10 Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta.
Nomor 3 Halaman 385-389. 37.Noordiansah, Pasih. 2012. Pengaruh Lingkungan
29.Mizmir. 2011. Hubungan Burnout dengan Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat Study Pada
Kepuasan Kerja Pustakawan di Pusat Jasa Rumah Sakit Mumhammadiyah Jombang. Jurnal
Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Ilmiah Mahasiswa FEB, 2(1),pp : 1-12.
Nasional Republik Indonesia. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Jakarta : Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
30.Kosnin & Tan Sew Lee .2008. Pengaruh Personaliti
Terhadap Kepuasan Kerja Dan Stress Kerja. Jurnal

11

Anda mungkin juga menyukai